Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah


Stroke telah menjadi masalah kesehatan yang mendunia dan semakin
penting, dengan dua pertiga stroke sekarang terjadi di negara yang sedang
berkembang. Secara global sekitar 80 juta orang menderita stroke. Angka
kematian karena stroke sampai saat ini juga masih tinggi. Menurut estimasi
world health organization (WHO) tahun 2012 terdapat 6.2 juta kematina
karena stroke dan merupakan penyebab kematian nomor 3 di dunia setelah
jantung koroner dan kanker. Setiap tahun, hampir 700.000 orang Amerika
mengalami stroke dan mengakibatkan hampir 150.000 kematian (Adrian,
2013). Data lebih rinci oleh American Heart Association/American Stroke
Association (AHA/ASA) menyebutkan bahwa setiap 4 menit seseorang
meninggal dunia karena stroke.
Menurut data yayasan stroke Indonesia (Yastroki, 2012) di perkirakan
setiap tahun terdapat 500.000 penduduk Indonesia terkena serangan stroke
dan sekitar 25% atau 125.000 orang meninggal dan sisanya mengalami
kecacatan ringan atau berat. Apabila tidak ada penanganan maupun
penanggulangan stroke yang lebih baik dari sebelumnya, Yastroki
memperkirakan kejadian stroke akan meningkat dua kali lipat pada tahun
2020.
Hasil Riskesdas pada tahun 2013 dilaporkan bahwa di Indonesia terjadi
peningkatan prevalensi kejadian stroke dari pada tahun 2007 sebesar 8.3%
dan meningkat tajam pada tahun 2013 menjadi 12.1%. Selain itu menurut
Badan Litbangkes Kementrian Kesehatan (2013) jumlah penderita stroke di
Indonesia pada tahun 2013 berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan
sejumlah 1.236.825 (7.0%) sedangkan berdasarkan diagnosis tenaga
kesehatan pergejala diperkirakan sebanyak 2.137.941 (12.1%).
Stroke disebabkan oleh gangguan suplai darah ke otak, biasanya
karena pembuluh darah semburan atau diblokir oleh gumpalan darah. Ini
memotong pasokan oksigen dan nutrisi, menyebabkan kerusakan pada
jaringan otak (WHO, 2011). Salah satu dampak dari yang terjadi pada pasien

1
2

stroke adalah mengalami kelemahan di salah satu sisi tubuh yang


terpengaruh stroke, sebesar 80% pasien stroke mengalami kelemahan pada
salah satu sisi tubuhnya. Kelemahan pada system gerak tubuh pada pasien
stroke akan mempengaruhi kontraksi otot. Berkurangnya kontraksi otot
disebabkan karena berkurangnya suplai darah ke otak yang menyebabkan
suplai oksigen ke otak berkurang sehingga dapat menghambat hantaran
jaras-jaras utama antara otak dan medulla spinalis (Levina, 2009). Pada
pasien stroke terjadi kelemahan dan perubahan pada kekuatan otot,
keseimbangan dan kordinasi gerak sehinga menyebabkan gangguan
mobilisasi. Potter dan Perry (2010) menyatakan bahwa apabila ada
perubahan mobilisasi, maka setiap tubuh beresiko terjadi gangguan.
Tingkat keparahan dari gangguan tersebut tergantung pada umur, klien
dan kondisi kesehatan secara keseluruhan, serta tingkat imobilisasi yang di
alami. Bahaya fisiolgis yang terjadi pada pasien imobilisasi mempengaruhi
sistem metabolic, sistem respiratori, sistem kardiovaskuler, sistem
musculoskeletal, sistem integument dan sistem eliminasi (Levine, 2009).
Selain itu, stroke dapat menimbulkan cacat fisik yang permanen. Cacat fisik
dapat mengakibatkan pasien kurang produktif. Oleh karena itu pasien stroke
memerlukan rehabilitasi untuk meminimalkan cacat fisik agar dapat
menjalani aktivitasnya secara normal. Rehabilitasi harus dimulai sedini
mungkin secara cepat dan tepat sehingga dapat membantu pemulihan fisik
yang lebih cepat dan optimal. Serta terhindari kelemahan otot yang dapat
terjadi apabila tidak dilakukan latihan gerak setelah terkena stroke (Irfan,
2010).
Menurut Harvey,dkk (2009) terdapat beberapa rehabilitas yang umum
dilakukan pada pasien stroke antara lain rehabilitas emosi dengan melatih
pasien untuk mengontrol emosi, rehabilitasi sosial untuk mempersiapkan
pasien kembali dalam lingkungan pasca stroke, terapi wicara, okupsi, terapi
modalitas serta terapi rehabilitasi anggota gerak.
Salah satu terapi khusus yang dapat diberikan pada pasien stroke
adalah latihan rentang gerak atau Range Of Motion (ROM). Range of
Motion adalah latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau
memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan mengerakkan persendian
secara normal dan lengkap untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot
3

(Potter dan Perry, 2010). Latihan ROM melatih gerakan sendi yang
memungkinkan terjadi kontraksi dan peregangan otot, dimana klien
menggerakan masing-masing persendiannya sesuai gerakan normal baik
secara aktif ataupun pasif. Melatih mobilisasi persendian dengan ROM dapat
mencegah berbagai komplikasi seperti infeksi saluran perkemihan,pneumoni
aspirasi, nyeri karena tekanan, kontraktur, tromboplebitis, dan dekubitus.
Andrawati (2013) menyatakan terdapat 83,3 % ROM aktif dapat
meningkatkan kekuatan otot dan 16.7% Rom pasif dapat meningkatkan
kekuatan otot. Sedangkan menurut Safa’ah (2017) latihan ROM dapat
meningkatkan kekuatan otot lansia sebesar 58%. Manfaat ROM untuk
menentukan nilai kemampuan sendi tulang dan otot dalam melakukan
pergerakan, memperbaiki tonus otot, memperbaiki toleransi otot untuk
latihan, mencegah terjadinya kekakuan sendi dan memperlancar sirkulasi
darah (Lumantobing, 2010).
Penelitian yang dilakukan oleh Astutik (2015) menyatakan terdapat
hubungan terapi ROM aktif dengan pemenuhan activity of daily living (ADL)
pasien stroke di Poli Syaraf RSUD Jombang dengan p value 0.000.
kemudian penelitian lain yang dilakukan Bakara dan Warsito (2016)
menyatakan dalam penelitiannya bahwa latihan Range of Motion pasif
memiliki hubungan dengan rentang sendi pasien pasca stroke dengan nilai p
value 0.000.
Dari gambaran data dan teori terkait di atas yang mendorong peneliti
untuk melakukan penelitian tentang Pengaruh Range Of Motion terhadap
Mobilisasi Pasien Stroke di Rumah Sakit
B. Rumusan masalah
Dari gambaran data, teori dan kesenjangan yang terjadi, rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah adakah pengaruh Range Of Motion terhadap
mobilisasi pasien stroke di ruang rama rumah sakit
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh Range Of Motion terhadap mobilisasi pasien
stroke di ruang rama rumah sakit .
4

2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui mobilisasi pasien stroke di ruang rama rumah sakit
pada kelompok kontrol
b. Mengetahui mobilisasi pasien stroke sebelum pemberian intervensi
di rumah sakit
c. Mengetahui mobilisasi pasien stroke setelah pemberian intervensi
ROM di rumah sakit
d. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedan mobilisasi pasien stroke
sebelum dan sesudah intervensi ROM.
D. Manfaat
1. Bagi peneliti
Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan keilmuan dan menambah
pengalaman peneliti dalam melaksanakan penelitian
2. Bagi Institusi RS
Hasil penelitian dapat dijadikan acuan dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan pasien stroke.
3. Bagi Universitas
Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan bacaan dan menambah ilmu
tentang penelitian pasien stroke bagi mahasiswa lainnya.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Dapat menjadi dasar untuk penelitian selanjutnya yang akan meneliti
tentang pasien stroke
E. Keaslian Penelitian
No Judul dan Tahun Sasaran Metode Kesimpulan
nama peneliti
1 hubungan 2015 stroke di Penelitia Berdasarkan hasil p
terapi ROM Poli n value 0.000
aktif dengan Syaraf korelasi sehingga
pemenuhan RSUD dengan disimpulkan
activity of Jombang desing terdapat hubungan
daily living cross terapi ROM aktif
(ADL) pasien sectional dengan pemenuhan
stroke di Poli activity of daily living
Syaraf RSUD (ADL) pasien stroke
Jombang di Poli Syaraf RSUD
oleh Astuti Jombang.
Perbedaan dengan
penelitian yang
akan dilakukan
5

adalah peneliti akan


melakukan
penelitian
eksperimen dengan
desaign quasy
eksperimen
2 Hubungan 2016 pasien Penelitia Berdasarkan
latihan pasca n penelitian tersebut
Range of stroke korelasi di dapatkan nilai
Motion pasif dengan pvalue 0.000
dengan pendekat sehingga dapat
rentang sendi an chi disimpulkan
pasien pasca square terdapat Hubungan
stroke oleh latihan Range of
Bakara dan Motion pasif dengan
Warsito rentang sendi
pasien pasca
stroke.
Perbedaan dengan
penelitian yang
akan dilakukan
adalah peneliti akan
melakukan
penelitian
eksperimen dengan
desaign quasy
eksperimen yang
artinya juga terdapat
kelompok perlakuan
dan kelompok
control
3 Pengaruh 2015 pasien Penelitia Hasil analisa uji
latihan ROM hemipara n paired t test di
terhadap se post eksperim dapatkan nilai p
peningkatan stroke di en value 0.005
kekuatan otot RSUD dengan sehingga
pasien DR desing disimpulkan
hemiparase Moewardi pre terdapat Pengaruh
post stroke di Surakarta eksperim latihan ROM
RSUD DR en dan terhadap
Moewardi pendekat peningkatan
Surakarta an one kekuatan otot
oleh group pasien hemiparase
Andarwati design post stroke.
with pre Perbedaan dengan
test and penelitian yang
posttest akan dilakukan
adalah peneliti akan
melakukan
penelitian
6

eksperimen dengan
desaign quasy
eksperimen yang
artinya juga terdapat
kelompok perlakuan
dan kelompok
control. Pada
variable yang akan
diteliti juga terdapat
perbedaan

Anda mungkin juga menyukai