Anda di halaman 1dari 7

PENGARUH ROM PASIF TERHADAP LAJU PERNAPASAN DAN SpO2 PADA

PASIEN POST CRANIOTOMY DI ICU RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA


TAHUN 2015

Nopitasari, Endang Caturini Sulistyowati


Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Keperawatan

Abstract : Passive ROM, Respiration Rate, Oxygen Saturation, Post Craniotomy


Patient, ICU. Patient with bedrest condition will have inteference of muscle streght, its
needed implementation to reduce. One of them is medic rehabilitation ROM (Range of
Motion) by active and passive movement. One of purpose of ROM Passive on critical
patient in ICU is to stable cardiovascular function, respiration and oxygen saturation.
To know the effect of passive ROM to respiration rate and oxygen saturation on post
craniotomy patient in ICU RSUD Dr. Moewardi. The research using pre eksperimental
design. Desain using One Group pre-post test design. Sample on the research using
purposive sampling and 30 respondences. Result research of passive ROM to
respiration rate have been gotten data there are changes respiration rate before and
after, have enhancement 3,967. Data oxygen saturation before and after 1,333. There
are effect passive ROM to respiration rate and oxygen saturation.

Keyword : Passive ROM, Respiration Rate, Oxygen Saturation, Post Craniotomy


Patient, ICU

Abstrak : ROM Pasif, Laju Pernafasan, Saturasi Oksigen, Pasien Post


Craniotomy, ICU. Pasien dengan kondisi bedrest dapat terjadi penurunan kekuatan
otot sehingga perlu penanganan untuk menguranginya. Salah satu tindakan yang
dilakukan dengan rehabilitasi medik yaitu Range Of Motion (ROM). Range of motion
dibagi aktif dan pasif. Salah satu tujuan dilakukan latihan ROM pasif pada pasien kritis
di ICU adalah untuk mempertahankan fungsi jantung, pernapasan dan saturasi oksigen.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ROM pasif terhadap laju
pernafasan dan saturasi oksigen pada pasien post craniotomy di ICU RSUD Dr.
Moewardi. Penelitian ini menggunakan rancangan Pra eksperimental. Desain yang
digunakan adalah One group pretest-post test design. Sampel dalam penelitian ini
menggunakan purposive sampling dan didapatkan responden sejumlah 30 responden.
Hasil penelitian ROM Pasif terhadap Respirasi Rate didapatkan data terjadi perubahan
rata-rata Respirasi Rate sebelum dan sesudah mengalami peningkatan sebesar 3,967,
ROM Pasif terhadap Saturasi Oksigen didapatkan data terjadi perubahan rata-rata
Saturasi Oksigen sebelum dengan sesudah yaitu sebesar 1,133. Ada pengaruh ROM
Pasif terhadap Respirasi Rate dan saturasi oksigen.

Kata Kunci : ROM Pasif, Laju Pernafasan, Saturasi Oksigen, Pasien Post Craniotomy,
ICU.

105
106 Jurnal Keperawatan Global, Volume 2, No 2, Desember 2017 hlm 62-111

PENDAHULUAN ambulasi, dan latihan Range of Motion


Craniotomy merupakan prosedur (ROM).
bedah saraf yang sudah umum. Prosedur Range of Motion (ROM)
ini dilakukan dengan membuka tulang merupakan latihan yang dilakukan untuk
tengkorak yang bertujuan menghilangkan mempertahankan atau memperbaiki
massa atau hematom yang terdapat di tingkat kesempurnaan kemampuan
otak. Craniotomy diindikasikan pada menggerakan persendian secara normal
pasien dengan cedera kepala berat, tumor dan lengkap untuk meningkatkan massa
otak, serta kelainan pembuluh darah pada otot dan tonus otot (Potter & Perry, 2005).
otak, cedera kepala berat dapat disebabkan ROM bertujuan untuk mempertahankan
karena kecelakaan lalu lintas (Holloway, atau meningkatkan kekuatan dan
2004). kelenturan otot, mempertahankan fungsi
Menurut WHO tahun 2006, kardiorespirasi, menjaga fleksibilitas
kecelakaan lalu lintas merupakan persendian, mencegah kontraktur sendi.
penyebab kematian urutan ke sebelas Latihan ROM ada dua jenis yaitu ROM
diseluruh dunia, menelan korban jiwa Pasif dan ROM aktif (Asmadi, 2009).
sekitar 1,2 juta setiap tahun dan 500.000 ROM pasif adalah latihan ROM
kasus cedera kepala setiap tahunnya yang di lakukan pasien dengan bantuan
(Depkes RI, 2007). Di Indonesia, dari perawat pada setiap gerakan. Di ruang
70% korban kecelakaan lalu lintas yang ICU, latihan yang digunakan adalah
mengalami cedera, cedera kepala latihan ROM pasif (Suratun, dkk, 2008).
merupakan urutan pertama dari semua Peningkatan aktivitas secara bertahap
jenis cedera yang dialami korban dapat mengurangi kelemahan otot dan
kecelakaan, perdarahan subdural akut meningkatkan daya tahan tubuh
menjadi indikasi untuk dilakukan operasi (Carpenito, 2009). Syarat pasien post
(Yushermanet al, 2008). Berdasarkan craniotomy yang akan dilakukan tindakan
penelitian oleh Hendra di RSUP ROM Pasif antara lain, pasien yang
Dr.Karyadi pada tahun 2012, mengalami kelemahan otot, tirah baring,
menyebutkan bahwa pada periode februari post craniotomy hari kedua, hemodinamik
2010-februari 2012 terdapat 103 pasien dalam kondisi stabil, pasien tidak
yang menjalani craniotomy. mempunyai komplikasi penyakit lain
Pasien post craniotomy akan (penyakit pada sistem pernapasan, dan
mengalami penurunan kesadaran dan penyakit jantung), tidak terjadi perdarahan
gangguan mobilisasi untuk sementara pasca bedah, pasien dalam keadaan tenang
waktu. Pasien dengan kondisi bedrest atau tidak gelisah. ROM dilakukan sesuai
dapat terjadi penurunan kekuatan otot dengan kondisi pasien, untuk pasien
sehingga dapat mempengaruhi otot dengan post craniotomy jika tidak ada
pernapasan (Asmadi, 2009). Untuk komplikasi lain dapat dimulai setelah 24
mencegah kelemahan otot atau penurunan jam pasca trauma. Pelaksanaan dilakukan
kekuatan otot, perawat dapat memberikan secara rutin dengan waktu latihan 10-15
program rehabilitasi fisik. Rehabilitasi menit sebanyak 1-2 kali untuk
fisik terdiri dari mobilisasi dini, latihan memperbaiki kekuatan otot pasien. Salah
berjalan dengan alat bantu, latihan satu tujuan dilakukan latihan ROM pasif
pada pasien kritis di ICU adalah untuk
Nopitasari, Pengaruh ROM Pasif Terhadap Laju Pernapasan 107

mempertahankan fungsi jantung dan Sampel penelitian diperoleh berdasarkan


pernapasan (kardiorespirasi) (Potter & kriteria inklusi sebagai berikut Pasien
Perry, 2005). dengan post craniotomy, Post operasi hari
Faktor yang dapat mempengaruhi kedua, Usia 20 – 50, Hemodinamik dalam
peningkatan laju napas dan kedalaman keadaan stabil, GCS 6 – 14, Keluarga
pernapasan adalah latihan fisik, hal ini mengijinkan pasien menjadi responden.
sebagai akibat dari pemenuhan kebutuhan Sedangkan kriteria eklusinya antara lain
oksigen. Saturasi oksigen merupakan Usia < 20 tahun dan >50 tahun,
indikasi persentase hemoglobin jenuh Hemodinamik tidak keadaan stabil,
dengan oksigen pada saat pengukuran, Keluarga tidak mengijinkan pasien
SpO2 dapat diukur dengan menggunakan menjadi responden, GCS < 6 atau >14,
pulse oksimetri. Penurunan saturasi Pasien post craniotomy atas indikasi ICH,
oksigen merupakan indikasi terjadinya Pasien yang memiliki penyakit
hipoksia. Semakin tinggi frekuensi pernapasan, Pasien yang mengalami
pernapasan maka saturasi oksigen fraktur pada ekstremitas. Analisa data
semakin tinggi (Kathryn, 2010). dengan uji paired sampel t-test.
Data dari ruang ICU RSUD Dr.
Moewardi Surakarta, jumlah pasien HASIL PENELITIAN
dengan craniotomy yang terdiri atas
beberapa macam indikasi antara lain SDH, Tabel 1
EDH, ICH, tumor otak, dan stroke Distribusi Frekuensi Responden
hemoragi semakin meningkat dari tahun Menurut Usia
ke tahun. Pada tahun 2012 jumlah pasien Usia Jumlah Prosentase
post craniotomy mencapai 262 orang, 20- 25 3 9,9 %
tahun 2013 mencapai 288 orang, dan pada 26 - 35 5 16,6 %
tahun 2014 mencapai 308 orang. Di ruang
36 - 45 12 39,9%
ICU, pelaksanaan ROM Pasif selain
46 -55
dilakukan oleh petugas fisioterapi juga tahun
10 28,7 %
dilakukan oleh perawat ICU. Total 30 100%
Berdasarkan uraian diatas maka
Tabel 1 menunjukkan karakteristik
peneliti tertarik untuk meneliti tentang
responden berdasar usia. Dari hasil 30
pengaruh tindakan ROM pasif terhadap
responden usia dewasa (20-55) tahun
laju pernapasan dan SpO2 pada pasien
dapat diketahui bahwa usia 36 – 45 tahun
post craniotomy.
mencapai angka terbanyak sebesar 12
(39,9 %) responden. Hal ini terjadi karena
METODE PENELITIAN
Cedera kepala merupakan salah satu
Penelitian ini termasuk penelitian
penyebab kematian dan kecacatan utama
Pra eksperimental menggunakan one
pada kelompok usia produktif dan
group pre-post test design. Populasi dalam
sebagian besar terjadi akibat kecelakaan
penelitian adalah semua pasien post
lalu lintas. Selain itu juga berhubungan
craniotomy di ruang ICU RSUD Dr.
erat dengan tingginya kasus tumor otak
Moewardi. Pengambilan sampel
serta terjadi pada usia dewasa yaitu pada
menggunakan purposive sampling dengan
usia yaitu pada usia 20 – 45 tahun (Japardi
besar sampel sebanyak 30 responden.
(2003).
108 Jurnal Keperawatan Global, Volume 2, No 2, Desember 2017 hlm 62-111

Tabel 2 terapi oksigen pada pasien, sehingga


Distribusi Frekuensi Responden pernapasan pasien masih dapat terbantu
Menurut Jenis Kelamin oleh terapi oksigen.
Jenis Kelamin Jumlah Prosentase
Laki-laki 17 56,7% Tabel 4
Perempuan 13 43,3 % Distribusi Frekuensi Saturasi oksigen
Total 30 100% Sebelum Dilakukan ROM Pasif
Variabel N Mean Mo Min
Tabel 2 menunjukkan karakteristik SpO2 30 96,83 96 94
responden berdasar jenis kelamin, hasil Max Std. D 95% CI
penelitian dari 30 responden didapat post 99 1,416 96,30 - 97,36
craniotomy paling banyak pada laki-laki Tabel 4 menunjukkan nilai saturasi
sebesar 17 (56,7%). Hal ini terjadi karena oksigen. Menurut teori Schurt (2001),
tingginya angka kecelakaan kendaraan pada keadaan normal nilai saturasi
bermotor yang paling banyak melibatkan oksigen mencapai 97% - 99 %, nilai
laki-laki serta tingginnya angka kejadian saturasi oksigen 95% masih dapat
tumor otak yang paling banyak terjadi diterima secara klinis, < 90% dapat
pada laki – laki sehingga harus dilakukan dikatakan hipoksia. Menurut Zakiyyah
craniotomy (Siahaan, 2011). (2014), Efek samping yang ditimbulkan
tidak adanya mobilisasi atau pergerakan
Tabel 3 ekstremitas dapat menyebabkan
Distribusi Respirasi Rate Sebelum perubahan saturasi oksigen kurang dari
Dilakukan ROM Pasif 90% sehingga pada pasien kritis perlu
Varia Mea Mi Ma SD CI dilakukan latihan fisik. Pada pasien
N Mo
bel n n x
RR 30 19,2 18 15 23 2,22 18,43 - dengan trauma kepala, sirkulasi darah dan
7 7 20,10 perfusi jaringan kurang baik disebabkan
Tabel 3 menunjukkan nilai terjadi gangguan di otak dan kurangnya
respirasi rate sebelum dilakukan ROM mobilisasi.
pasif. Menurut penelitian sebelumnya
yang pernah dilakukan Ozyurek (2010) Tabel 5
menunjukkan bahwa respirasi rate dari 34 Distribusi Frekuensi Respirasi Rate
responden pasien kritis sebelum dilakukan Sesudah Dilakukan ROM Pasif
intervensi ROM Pasif memiliki nilai mean Variabel N Mean Mo Min
sebesar 20,23 x/menit. RR 30 23,23 24 20
Menurut teori Jevon dan Ewens Max Std. D 95% CI
(2008), respirasi rate normal pada orang 26 1,357 22,73 - 23,74
dewasa adalah 12 – 20 x/menit. Jika Tabel 5 menunjukkan nilai
kurang dari 12 dikatakan bradipnea, dan Respirasi Rate. Menurut penelitian
jika lebih dari 20 dikatakan takipnea. sebelumnya yang pernah dilakukan
Dari uraian diatas peneliti dapat Ozyurek (2010) menunjukkan bahwa
menyimpulkan bahwa respirasi rate respirasi rate dari 34 responden pasien
sebelum dilakukan ROM Pasif pada kritis sebelum dilakukan intervensi ROM
pasien post craniotomy dikatakan normal Pasif memiliki nilai mean sebesar 25,21
karena masih dalam rentang normal. Hal x/menit.
tersebut dipengaruhi oleh pemberian
Nopitasari, Pengaruh ROM Pasif Terhadap Laju Pernapasan 109

Menurut teori Jevon dan Ewens Tabel 7


(2008), respirasi rate normal pada orang Perubahan Respirasi Rate Sebelum
dewasa adalah 12 – 20 x/menit. Jika Dan Sesudah Dilakukan ROM Pasif.
kurang dari 12 dikatakan bradipnea, dan Variabel n Mean
Sd.
Sd.D
jika lebih dari 20 dikatakan takipnea. Eror
RR pre –
Dari uraian diatas peneliti dapat 30 -3,967 0,405 2,22
post
menyimpulkan bahwa respirasi rate Sig. 95% CI
sesudah dilakukan ROM Pasif pada pasien T
(2-tailed)
post craniotomy dikatakan meningkat. Hal 9,785 0,00 4,796 - 3,138
ini berhubungan dengan fungsi dari ROM Tabel 7 menunjukkan perubahan
Pasif yaitu untuk mempertahankan fungsi nilai RR sebelum dan sesudah ROM pasif.
jantung dan pernapasan (kardiorespirasi). Menurut Hidayat (2006), Faktor
ketidakmampuan, dimana pasien cedera
Tabel 6 kepala terjadi ketidakmampuan untuk
Distribusi Frekuensi Saturasi oksigen beraktivitas sehingga mengalami
Sesudah Dilakukan ROM Pasif. imobilisasi, dimana efek dari imobilisasi
Variabel n Mean Modus Min akan mempengaruhi pada kondisi
SpO2 30 97,97 98 95 psikologis dan fisiologis individu.
Max Std. D 95% CI
Pengaruh secara fisiologis diantaranya;
100 1,402 97,44 - 98,49
perubahan metabolik, perubahan sistem
Tabel 6 menunjukkan nilai saturasi
pernapasan, perubahan sistem
oksigen. Menurut teori Schurt (2001),
muskuloskeletal, perubahan sistem
pada keadaan normal nilai saturasi
integument dan perubahan sistem
oksigen mencapai 97% - 99 %, nilai
eliminasi. Perubahan pada sistem
saturasi oksigen 95% masih dapat
pernapasan diantaranya; ekspansi paru
diterima secara klinis, < 90% dapat
menurun, dan terjadinya lemah otot yang
dikatakan hipoksia. Menurut Zakiyyah
dapat menyebabkan proses metabolisme
(2014), Efek samping yang ditimbulkan
terganggu. Penurunan ekspansi paru dapat
tidak adanya mobilisasi atau pergerakan
terjadi karena tekanan yang meningkat
ekstremitas dapat menyebabkan
oleh permukaan paru akibatnya dapat
perubahan saturasi oksigen kurang dari 90
terjadi penumpukan sekret di saluran
%. Sehingga harus pada pasien kritis perlu
pernapasan. Maka dari itu perlu dilakukan
dilakukan latihan fisik.
mobilisasi untuk mencegah terjadinya
Dari uraian diatas peneliti dapat
penumpukan sputum. Mobilisasi yang
menyimpulkan bahwa saturasi oksigen
dapat dilakukan pada pasien cedera kepala
sesudah dilakukan ROM Pasif pada pasien
dengan melakukan latihan rentang gerak
post craniotomy dikatakan normal karena
pasif/ROM pasif. Gerakan ROM pasif
masih dalam rentang normal saturasi
bermanfaat untuk mempertahankan fungsi
oksigen. Hal ini berhubungan dengan
respirasi.
tujuan dari ROM Pasif yaitu untuk
Dari uraian diatas peneliti dapat
memperbaiki sirkulasi.
menyimpulkan bahwa ada pengaruh ROM
Pasif terhadap Respirasi rate, dimana
ROM Pasif dapat meningkatkan respirasi
rate.
110 Jurnal Keperawatan Global, Volume 2, No 2, Desember 2017 hlm 62-111

Tabel 8 Saran bagi peneliti selanjutnya di


Perubahan Saturasi Oksigen Sebelum harapkan dapat melakukan penelitian yang
Dan Sesudah Dilakukan ROM Pasif. lebih kompleks baik dalam variable,
Variabel N Mean
Std. Std. jumlah sampel maupun metode penelitian
Eror D yang digunakan. Sedangkan Bagi
SpO2 pre – 30 -1,133 0,079 0,434
pembaca diharapkan menambah wawasan
post
Sig. dan pemahaman dalam tindakan
t 95% I keperawatan terhadap perubahan laju
(2-tailed)
14,297 0,00 1,294 pernapasan dan saturasi oksigen pada
0,971 pasien Post craniotomy.
Menurut Zakiyyah (2014), ROM
Pasif yang diberikan kepada pasien DAFTAR RUJUKAN
diharapkan dapat menimbulkan respon Asmadi. (2009). Teknik Prosedural
hemodinamik yang baik. Proses sirkulasi Keperawatan Konsep dan Aplikasi
darah juga dipengaruhi oleh posisi tubuh Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta :
dan perubahan gravitasi tubuh sehingga Salemba Medika.
perfusi, difusi, distribusi aliran darah dan Carpenito, L.J. (2009). Buku Saku
oksigen dapat mengalir ke seluruh tubuh. Diagnosa Keperawatan, edisi 8.
Ketidakstabilan hemodinamik dapat Jakarta : EGC.
menjadi hambatan dilakukannya Hidayat, A.A. (2008).Metode Penelitian
mobilisasi. Efek samping yang Keperawatan dan Teknik Analisis
ditimbulkan tidak adanya mobilisasi atau Data. Jakarta: Salemba Medika.
pergerakan ekstremitas dapat Holloway, N.M. (2004). MedicalSurgical
menyebabkan perubahan saturasi oksigen Care Planing 4th ed. USA :
kurang dari 90 %. Lippincott Williams & Wilkins.
Dari uraian diatas peneliti dapat Japardi, I. (2003). Astrositoma : insidens
menyimpulkan bahwa ada pengaruh ROM dan pengobatanny. Jurnal
Pasif terhadap saturasi oksigen, dimana Kedokter Trisakti. September-
ROM Pasif dapat meningkatkan saturasi Desember 2003, Vol.22.
oksigen. Hal ini dikarenakan ROM pasif Jevon, P.,& Beverley, E. (2009).
dapat meningkatkan sirkulasi darah Pemantauan Pasien Kritis, Edisi 2.
sehingga saturasi oksigen meningkat. Jakarta: Erlangga.
Kathryn, L. (2010). Pathophysiologyn The
KESIMPULAN DAN SARAN Biologic Basic for Disease in Adult
Dari uraian diatas dapat and Children 6th Edition. Canada :
disimpulkan bahwa Ada pengaruh ROM Mosby Elseveir.
Pasif terhadap respirasi rate dan saturasi Koniyo, M.A. (2011). Efektifitas ROM
oksigen dengan nilai signifikansi yang Pasif Dalam Mengatasi Konstipasi
sama yaitu (p) 0,00 dimana nilai p<0,05 Pada Pasien Stroke Di Ruang
yang menunjukkan bahwa Ho ditolak dan Neuro. Jurnal health & Sport.
Ha diterima dengan perubahan rata-rata Volume 3.
respirasi rate sebesar 3,967 dan Ozyurek, S. (2012). Respiratory and
perubahan rata-rata saturasi oksigen Hemodynamic Responses to
sebesar 1,133. Mobilization of Critically III
Nopitasari, Pengaruh ROM Pasif Terhadap Laju Pernapasan 111

Obese Patients. Journal


Cardiopulmonary Physical
Therapy. 23 (1): 14-18.
Potter, P.A., & Perry, A.G. (2005).
Fundamentals of Nursing, Edisi 4.
ST Louis: Mosby Elseveir.
Schurt, SL. (2001). AACN Prosedure
Manual for Critical Care, Fourth
Edition. W.B. Sounders.
Siahaan, F. M.R. (2011). Karakteristik
Penderita Trauma Kapitis yang
dilakukan Tindakan Craniotomy di
RS Umum Materna Medan Tahun
2008-2009.Jurnal Fakultas
Kesehatan MasyarakatUniversitas
Sumatera Utara Medan.
Suratun. (2008).Klien dengan Gangguan
Sistem Muskuloskeletal. Jakarta :
EGC.
Szaflarski, J.P., Sangha, S., Lindsell, C.J.,
&Shutter, L.A. (2010).
Prospective, randomized, single-
blinded comparative trial of
intravenous levetiracetam versus
phenytoin for seizure prophylaxis.
Neurocritical care.; 12 (2): 165–
172.
Yusherman, J. (2008). Epidemiologi
Kecelakaan Lalu Lintas. Bandung
: Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai