Anda di halaman 1dari 26

TUGAS KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

“EBP : TINDAKAN ROM (Range Of Montion) DAN TEKNIK


RELAKSASI NAFAS DALAM PADA PASIEN FRAKTUR”

OLEH

KELOMPOK 1

A. Jumrah (A.19.11.001)

Danisa Arianty Aris (A.19.11.009)

Isla (A.19.11.019)

Jusriani (A.19.11.021)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKES PANRITA HUSADA BULUKUMBA

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha


Esa, karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan
sehingga tugas ini bisa selesai pada waktunya. Terima kasih juga kami ucapkan
kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan memberikan ide-idenya
sehingga tugas ini bisa disusun dengan baik dan rapi.

Dengan segala kerendahan hati, kritik dan saran yang konstuktif sangat
kami berharap semoga tugas ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa tugas ini masih jauh dari kata
sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat
membangun demi terciptanya tugas selanjutnya yang lebih baik lagi. Kami mohon
maaf sebesar-besarnya bila terdapat kata-kata yang kurang berkena.

Bulukumba, Jum’at 8 Maret 2022

Kelompok 1


ANALISA PICOT

A. Jurnal 1
Judul : LATIHAN GERAK SENDI (RANGE OF MOTION) PADA
KEKUATAN OTOT MOTORIK PASCA OPERASI PADA PASIEN
FRAKTUR EKSTERMITAS BAWAH ( Yusiana Vidhiastutik, Ardiyanti
Hidayah , Elly Rustanti ; 2017)
1. Population : Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien post
operasi fraktur di Rumah sakit Pemerintah Daerah Jombang
2. Intervention :
a. Intervensi yang digunakan : Range Of Motion (ROM)
b. Jelaskan intervensi yang digunakan : ROM (Range Of Motion)
adalah gerakan yang dalam keadaan normal dapat dilakukan oleh
sendi yang bersangkutan. Dengan ROM dapat mempertahankan
atau meningkatkan kekuatan dan kelenturan otot, mempertahankan
fungsi kardiorespiratori, mencegah kontraktur dan kekakuan pada
persendian.
3. Comparasion : -
4. Outcome : Hasil uji statistik menggunakan uji Wilcoxon Sign Rank Test
didapatkan hasil bahwa P= 0.000, yang artinya P < 0.05. Ada hubungan
signifikan mengenai pengaruh pemberian latihan gerak sendi terhadap
kekuatan otot motorik pasca operasi pada pasien fraktur ekstremitas atas
dan atau bawah
5. Time : Pemberikan intervensi latihan gerak diberikan sehari 2x selama 15
menit dalam setiap latihannya selama 3 hari. Pemberian latihan gerak
sendi dilakukan pada pagi hari jam 07.00 WIB dan pada sore hari pada
jam 15.00 WIB.
B. Jurnal 2
Judul : PENGARUH RANGE OF MOTION (ROM) TERHADAP
KEKUATAN OTOT PADA PASIEN POST OPERASI OPEN REDUCTION
INTERNAL FIXATION (ORIF) DI RSUD AJIBARANG (DIANA
AGUSTINA, TOPHAN HERI WIBOWO, DANANG TRI YUDONO, 2021)
1. Population : Populasi penelitian ini adalah pasien post operasi ORIF di
RSUD Ajibarang pada tahun 2020 sebanyak 207 orang. Tehnik samping
consecutive sampling dan jumlah sampel 18 responden.
2. Intervention : Intervensi yang dilakukan dalam penelitian yaitu teknik
latihan penguatan otot. Teknik latihan kekuatan otot didefinisikan untuk
memfasilitasi latihan otot resistif regular untuk mempertahankan atau
meningkatkan kekuatan otot.Penelitian menggunakan pemeriksaan
kekuatan otot yang dilakukan dengan menggunakan pengujian otot secara
manual yaitu Manual Muscle Testing (MMT) dan SOP Range of Motion
(ROM). Pengukuran kekuatan otot pada hari pertama post operasi atau 6-8
jam post operasi. Peneliti memberikan latihan ROM pada hari pertama
post operasi secara pasif yang dilakukan sebanyak 2 kali (pagi dan sore)
selama 15-45 menit. Hari ke dua dan ke tiga peneliti meminta pasien untuk
melakukan ROM secara aktif sesuai yang diajarkan peneliti pada hari
pertama.
3. Comparasion : -
4. Outcome : Hasil penelitian menunjukkan kekuatan otot pada pasien post
operasi Open Reduction Internal Fixation (ORIF) sebelum diberikan range
of motion (ROM) memiliki rata-rata kekuatan otot adalah 2,39 dan
sesudah diberikan range of motion (ROM) memiliki rata-rata kekuatan
otot adalah 4,17. Didapatkan perbedaan rata- rata sebelum dan setelah
dilakukan pemberian ROM total 18 responden mengalami peningkatan
kekuatan otot dengan rata-rata peningkatan sebesar 1,78. Hasil uji
wilcoxon didapatkan nilai p value (0,0001) < 0.05 hal ini menunjukkan
bahwa ada pengaruh range of motion (ROM) terhadap kekuatan otot pada
pasien post operasi Open Reduction Internal Fixation (ORIF).
5. Time : Pengukuran kekuatan otot pada hari pertama post operasi atau 6-8
jam post operasi. Peneliti memberikan latihan ROM pada hari pertama
post operasi secara pasif yang dilakukan sebanyak 2 kali (pagi dan sore)
selama 15-45 menit. Hari ke dua dan ke tiga peneliti meminta pasien untuk
melakukan ROM secara aktif sesuai yang diajarkan peneliti pada hari
pertama.

C. Jurnal 3
Judul : PENGARUH TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP
TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI FRAKTUR FEMUR
(WAHYUNINGSIH, SUTANTA, VINA ASNA AFIFAH, 2019)
1. Population : Populasi dalam penelitian ini adalah pasien pre operasi fraktur
femur
2. Intervention :
a. Intervensi yang digunakan : Teknik relaksasi nafas dalam
b. Jelaskan intervensi yang digunakan : intervensi yang mengatasi
kecemasan dapat menggunakan Teknik nafas dalam, untuk
mengurangi ketegangan, menurunkan kecemasan, melepaskan
kemarahan, atau mengatasi perasaan yang menyakitkan.
Penatalaksanaan keperawatan mandiri yang lebih dipilih peneliti
adalah Teknik relaksasi napas dalam untuk mengevaluasi tindakan
yang sudah dilaksanakan setiap hari karena kurangnya pemantauan
hasil dari Tindakan tersebut. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang pengaruh terapi relaksasi napas
dalam terhadap tingkay kecemasan pada pasien pre operasi fraktur
femur di Rumah Sakit Bedah Karima Utama Surakarta.
3. Corporation : -
4. Outcome : Hasil penelitian : Diperoleh P-value = 0,000 artinya ada
pengaruh yang signifikan terhadap pemberian nafas dalam Teknik
relaksasi pada tingkat kecemasan pasien pra operasi fraktur femur.
5. Time : Mekanisme relaksasi nafas dalam (deep breathing) pada system
pernapasan berupa suatu keadaan inspirasi dan ekspirasi pernapasan
dengan frekuensi pernapasan dengan frekuensi pernapasan menjadi 6-10
kali permenit sehingga terjadi peningkatan regangan kardiopulmonari.
Stimulus peregangan di arkus aorta dan sins karoris diterima dan
diteruskan oleh syaraf vagus ke medulla aoblongata (pusat regulasi
kardiovaskuler), selanjutya merespon terjadinya peningkatan reflex
baroreseptor.

D. Jurnal 4
Judul : PENGARUH RANGE OF MOTION AKTIF TERHADAP
PEMULIHAN KEKUATAN OTOT DAN SENDI PASIEN POST OP
FRAKTUR EKSTREMITAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
MUARA KUMPEH (RINO M, JUFRI AL FAJRI, 2021)
1. Population : Populasi penelitian ini adalah pasien post op fraktur
ekstremitas diwilayah kerja puskesmas muara kumpeh dengan jumlah 84
orang dengan jumlah sampel 15 orang.
2. Intervention :
a. Intervensi yang di gunakan yaitu range of motion (ROM)
b. ROM adalah latihan yang memungkinkan terjadinya kontraksi dan
pergerakan otot , dimana klien menggerakkan masing-masing
persendiannya sesuai gerakan normal baik secara aktif maupun
pasif (Ridha & Putri 2015).
3. Comparassion : -
4. Outcome : Dari hasil penelitian di dapatkan bahwa nilai rata-rata Range Of
Motion pada pasien post op fraktur ekstremitas sebelum diberikan terapi
adalah 30,20 dengan standar deviasi 1,082 sedangkan nilai rata-rata Range
Of Motion pada pasien pemulihan kekuatan otot dan sendi pasien post of
fraktur ekstremitas sesudah diberikan pendidikan kesehatan dan terapi
adalah 35,80 dengan standar deviasi 1,146.hasil uji statistic paired t-test di
dapatkan nila p-value = 0,000 < 0,05 dengan selisih mean 0,553 maka
dapat disimpulkan bahwa secara statistic mengalami peningkatan
signifikan range of motion aktif terhadap pemulihan kekuatan otot dan
sendi pasien post op fraktur ekstremitas.
5. Time :Juli 2020 ,ROM diulang sekitar 8 kali dengan dikerjakan minimal 2
kali sehari selama minimal 3 hari berturut-turut.
STANDARD OPERSIONAL PROSEDUR
RANGE OF MOTION ( ROM)

PENGERTIAN : ROM merupakan latihan gerak sendi yang dilakukan oleh perawat kepada pasien.
TUJUAN :
 Memperbaiki tingkat mobilitas fungsional ekstremitas klien,
 mencegah kontraktur dan pengecilan otot dan tendon, serta
 meningkatkan sirkulasi darah pada ekstremitas,
 menurunkan komplikasi vaskular imobilisasi, dan
 meningkatkan kenyamanan klien
KEBIJAKAN :
 Pasien dengan masalah mobilisasi
 Pasien dengan masalah kekakuan sendi
PETUGAS : Perawat
PERALATAN :
1. Handscoon
2. Tempat tidur
3. Bantal
4. Balok drop food
PROSEDUR PELAKSANAAN
A. Tahap Pra Interaksi
1. Menyiapkan alat dan pasien dengan benar (Mengatur posisi lateral lurus (terlentang biasa))
2. Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada
3. Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar dan posisi pemeriksa dengan benar
4. Menutup pintu dan jendela serta memasang tabir dan tirai
B. Tahap Orientasi
1. Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada keluarga/pasien
3. Memberikan kesempatan pasien bertanya
4. Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan
C. Tahap Kerja
1. Mencuci tangan
2. Menjaga privasi pasien
3. Atur posisi yang nyaman : berbaring dengan posisi tangan rileks badan telentang biasa
(lateral)
4. Memakai sarung tangan
5. Memposisikan perawat di sisi sebelah kanan pasien

Pelaksanaan ROM Aktif dan Pasif


a. Leher
o Letakkan tangan kiri perawat di bawah kepala pasien dan tangan
kanan pada pipi/wajah pasien.
o Lakukan gerakan:
 Rotasi: tundukkan kepala, putar ke kiri dan ke kanan.
 Fleksi dan ekstensi: gerakkan kepala menyentuh dada
kemudian kepala sedikit ditengadahkkan.
 Fleksi lateral: gerakkan kepala ke samping kanan dan kiri
hingga telinga dan bahu hampir bersentuhan.
o Observasi perubahan yang terjadi.
b. Bahu
o Fleksi/Ekstensi
 Letakkan satu tangan perawat di atas siku pasien dan
pegang tangan pasien dengan tangan lainnya.
 Angkat lengan pasien pada posisi awal.
 Lakukan gerakan mendekati tubuh.
 Lakukan observasi perubahan yang terjadi. Misalnya:
rentang gerak bahu dan kekakuan.
o Abduksi dan Adduksi
 Letakkan satu tangan perawat di atas siku pasien dan
pegang tangan pasien dengan tangan lainnya.
 Gerakkan lengan pasien menjauh dari tubuhnya ke arah
perawat (ke arah samping).
 Kembalikan ke posisi semula.
 Catat perubahan yang terjadi. Misal: rentang gerak bahu,
adanya kekakuan, dan adanya nyeri.
o Rotasi Bahu
 Atur posisi lengan pasien menjauhi dari tubuh (ke samping)
dengan siku menekuk.
 Letakkan satu tangan perawat di lengan atas dekat
siku pasien dan pegang tangan pasien dengan tangan
lainnya.
 Lakukan rotasi bahu dengan lengan ke bawah sampai
menyentuh tempat tidur.
 Kembalikan lengan ke posisi awal.
 Gerakkan lengan bawah ke belakang sampai menyentuh
tempat tidur, telapak tangan menghadap ke atas.
 Kembalikan ke posisi awal.
 Catat perubahan yang terjadi. Misal, rentang gerak bahu,
adanya kekakuan, dan adanya nyeri.
c. Siku
o Fleksi dan Ekstensi
 Atur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi
tubuh dan telapak mengarah ke tubuh pasien.
 Letakkan tangan perawat di atas siku pasien dan
pegang tangan pasien dengan tangan lainnya
 Tekuk siku pasien sehingga tangan pasien mendekat ke
bahu.
 Lakukan dan kembalikan ke posisi sebelumnya.
 Lakukan observasi terhadap perubahan yang terjadi.
Misalnya, rentang gerak pada siku, kekakuan sendi, dan
adanya nyeri.
d. Lengan bawah
o Pronasi dan Supinasi
 Atur posisi lengan pasien dengan siku menekuk/lurus.
 Letakkan satu tangan perawat pada pergelangan
tangan pasien dan pegang tangan pasien dengan
tangan lainnya.
 Putar lengan bawah pasien ke arah kanan atau kiri.
 Kembalikan ke posisi awal sebelum dilakukan
pronasi dan supinasi.
 Lakukan observasi terhadap perubahan yang
terjadi. Misal, rentang gerak lengan bawah dan
kekakuan.
e. Pergelangan tangan
o Fleksi dan Ekstensi
 Atur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi tubuh
dan siku menekuk.
 Pegang tangan pasien dengan satu tangan dan tangan
yang lain memegang pergelangan tangan pasien.
 Tekuk tangan pasien ke depan sejauh mungkin.
 Lakukan observasi terhadap perubahan yang terjadi.
Misalnya, rentang gerak pergelangan dan kekakuan
sendi.
f. Jari-jari
o Fleksi dan Ekstensi
 Pegang jari-jari tangan pasien dengan satu tangan sementara
tangan lain memegang pergelangan.
 Bengkokkan (tekuk/fleksikan) jari-jari ke bawah.
 Luruskan jari-jari (ekstensikan) kemudian dorong ke
belakang (hiperekstensikan).
 Gerakkan kesamping kiri kanan (Abduksi-adduksikan).
 Kembalikan ke posisi awal.
 Catat perubahan yang terjadi. Misal, rentang gerak, dan
adanya kekakuan sendi.
g. Paha
o Rotasi
 Letakkan satu tangan perawat pada pergelangan kaki
pasien dan satu tangan yang lain di atas lutut pasien.
 Putar kaki ke arah pasien.
 Putar kaki ke arah pelaksana.
 Kembalikan ke posisi semula.
 Observasi perubahan yang terjadi.
o Abduksi dan Adduksi
 Letakkan satu tangan perawat di bawah lutut pasien
dan satu tangan pada tumit.
 Angkat kaki pasien kurang lebih 8 cm dari tempat
tidur dan pertahankan posisi tetap lurus. Gerakan
kaki menjauhi badan pasien atau ke samping ke arah
perawat.
 Gerakkan kaki mendekati dan menjauhi badan
pasien.Kembalikan ke posisi semula.
 Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
 Observasi perubahan yang terjadi. Misal, rentang gerak
dan adanya kekakuan sendi.
h. Lutut
o Fleksi dan Ekstensi
 Letakkan satu tangan di bawah lutut pasien dan
pegang tumit pasien dengan tangan yang lain.
 Angkat kaki, tekuk pada lutut dan pangkal paha.
 Lanjutkan menekuk lutut ke arah dada pasien sejauh
mungkin dan semampu pasien.
 Turunkan dan luruskan lutut dengan tetap
mengangkat kaki ke atas.
 Kembalikan ke posisi semula.
 Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
 Observasi perubahan yang terjadi. Missal, rentang
gerak dan adanya kekakuan sendi.
i. Pergelangan kaki
o Fleksi dan Ekstensi
 Letakkan satu tangan pada telapak kaki pasien dan
satu tangan yang lain di atas pergelangan kaki, jaga
kaki lurus dan rileks.
 Tekuk pergelangan kaki, arahkan jari-jari kaki ke arah
dada atau ke bagian atas tubuh pasien.
 Kembalikan ke posisi awal.
 Tekuk pergelangan kaki menjauhi dada pasien. Jari dan
telapak kaki diarahkan ke bawah.
 Observasi perubahan yang terjadi. Misal, rentang
gerak dan kekakuan.
o Infersi dan Efersi
 Pegang separuh bagian atas kaki pasien dengan tangan
kita (pelaksana) dan pegang pergelangan kaki pasien
dengan tangan satunya.
 Putar kaki dengan arah ke dalam sehingga telapak kaki
menghadap ke kaki lainnya
 Kembalikan ke posisi semula.
 Putar kaki keluar sehingga bagian telapak kaki menjauhi
kaki yang lain.
 Kembalikan ke posisi awal
 Observasi perubahan yang terjadi. Misal, rentang gerak,
dan adanya kekakuan sendi.
j. Jari-jari
o Fleksi dan Ekstensi Jari-jari
 Pegang jari-jari kaki pasien dengan satu tangan
sementara tangan lain memegang kaki.
 Bengkokkan (tekuk) jari-jari kaki ke bawah.
 Luruskan jari-jari kemudian dorong ke belakang.
 Gerakan ke samping kiri kanan (Abduksi-adduksikan).
 Kembalikan ke posisi awal.
 Observasi perubahan yang terjadi. Misal, rentang gerak,
dan adanya kekakuan sendi.
 Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
 Catat perubahan yang terjadi. Misal: rentang gerak,
dan adanya kekakuan sendi.

6. Merapikan kembali pasien dan alat-alat.


7. Melepaskan handscoon
8. Mencuci tangan
Sikap Selama Pelaksanaan ROM
1. Menunjukkan sikap sopan dan ramah
2. Menjamin Privacy pasien
3. Bekerja dengan teliti
4. Memperhatikan body mechanism.
Evaluasi ROM
1. Tidak terjadi cedera
2. Tanyakan keadaan dan kenyamanan pasien setelah tindakan
3. Peningkatan rentang gerak sendi.
D. TahapTerminasi

1. Melakukan evaluasi tindakan


2. Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
3. Berpamitan dengan klien
4. Membereskan alat-alat
5. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
LATAR BELAKANG

Gangguan mobilitas fisik adalah keterbatasan dalam gerakan fisik


dari satu atau lebih ekstremitas secara mandiri. Faktor penyebab terjadinya
gangguan mobilitas fisik, antara lain kerusakan integritas struktur tulang,
perubahan metabolisme, ketidakbugaran fisik, penurunan kendali otot,
penurunan massa otot, penurunan kekuatan otot, keterlambatan
perkembangan, kekakuan sendi, kontraktur, malnutrisi, gangguan
muskuloskeletal, gangguan neuromuskular, indeks masa tubuh di atas
persentil ke-75 usia, efek agen farmakologi, program pembatasan gerak,
nyeri, kurang terpapar informasi tentang aktivitas fisik, kecemasan,
gangguan kognitif, keengganan melakukan pergerakan, dan gangguan
sensoripersepsi.

Menurut (Keliat dkk., 2015) gangguan rasa nyaman mempunyai


batasan karakteristik yaitu: ansietas, berkeluh kesah, gangguan pola tidur,
gatal, gejala distress, gelisah, iritabilitas, ketidakmampuan untuk relasks,
kurang puas dengan keadaan, menangis, merasa dingin, merasa kurang
senang dengan situasi, merasa hangat, merasa lapar, merasa tidak nyaman,
merintih, dam takut.

Gangguan rasa nyaman merupakan suatu gangguan dimana


perasaan kurang senang, kurang lega, dan kurang sempurna dalam dimensi
fisik , psikospiritual, lingkungan serta sosial pada diri yang biasanya
mempunyai gejala dan tanda minor mengeluh mual (PPNI, 2016).

Fraktur adalah terputusnya kontiunitas jaringan tulang yang terjadi


ketika tulang tidak mampu menahan tekanan berlebih. Salah satu masalah
yang muncul pada pasien post operasi fraktur yaitu keterbatasan lingkup
gerak sendi. Fraktur merupakan putusnya hubungan normal suatu tulang
atau tulang rawan yang disebabkan oleh kekerasan, kecelakaan lalu lintas,
maupun trauma lainnya. Salah satu cara yaitu dengan penerapan terapi
range of motion (ROM) yang merupakan suatu metode yang dapat
meningkatkan kekuatan otot.

Range Of Motion (ROM) adalah latihan menggerakkan bagian


tubuh untuk memelihara fleksibilitas dan kemampuan gerak sendi. Latihan
range of motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk
mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan
menggerakan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan
massa otot dan tonus otot (Potter & Perry, 2005). ROM memiliki banyak
tujuan diantaranya yaitu memelihara fleksibilitas dan kemampuan gerak
sendi, mengurangi rasa nyeri, mengembalikan kemampuan klien
menggerakkan otot melancarkan peredaran darah.

Menurut Soeharto (2009) menyatakan bahwa tujuan teknik


relaksasi nafas dalam untuk meningkatkan ventilasi alveoli, memelihara
pertukaran gas, mencegah atelektasi paru, meningkatkan efesiensi batuk,
mengurangi stress baik stress fisik maupun emosional yaitu menurunkan
intensitas nyeri dan menurunkan kecemasan serta menurunkan tekanan
sistolik dan diastolik. Teknik relaksasi nafas dalam dengan menggunakan
teori Benson dapat meningkatkan kualitas tidur, mengurangi kegelisahan,
sakit kepala.
HASIL PENCARIAN EVIDENCE BASED PRACTICE

A. Jurnal 1
1. Jurnal ilmiah : Jurnal keperawatan an kebidanan
2. Situs web : Google Scholer
3. Rentang jurnal : 2017
4. Kata kunci : Range of motion, post operasi fraktur, kekuatan
otot.

B. Jurnal 2
1. Jurnal ilmiah :-
2. Situs web : Google cendekia
3. Rentang jurnal : 2021
4. Kata kunci : Kekuatan Otot, Range Of Motion (ROM), Open
Reduction Internal Fixation(ORIF)
C. Jurnal 3
1. Jurnal ilmiah :-
2. Situs web : Google cendekia
3. Rentang jurnal : 2019
4. Kata kunci : Kecemasan, Relaksasi
pernapasan dalam, Fraktur

D. Jurnal 4
1. Jurnal ilmiah : Jurnal Akademika Baiturrahim Jambi
2. Situs web : Google cendekia
3. Rentang jurnal : 2021
4. Kata kunci : Pengaruh range of motion aktif pada fraktur.
RANGKUMAN RESEARCH EVIDENCE BASED PRACTICE

N
Judul Desain Intervensi Hasil Kesimpulan
o
1. LATIHAN Penelitian ini menggunakan Pemberikan intervensi latihan gerak Hasil penelitian ini didapatkan 15 Intervensi modalitas ini bisa
GERAK SENDI penelitian pra experimental diberikan sehari 2x selama 15 menit responden mengalami kenaikan skala menajadi salah satu latihan yang
(RANGE OF dengan design one group dalam setiap latihannya selama 3 hari. rentang gerak post operasi fraktur dianjurkan oleh perawat kepada
MOTION) PADA pretest – posttest. Pemberian latihan gerak sendi dilakukan ekstremitas bawah dari kekuatan otot pasien untuk dilakukan sehari –
KEKUATAN pada pagi hari jam 07.00 WIB dan pada motorik skala 1 menjadi kekuatan otot sehari. Perawat bisa melibatkan
OTOT sore hari pada jam 15.00 WIB. Scoring motorik skala 3. Hasil uji Wilcoxon sign keluarga dalam pemberian latihan
MOTORIK kekuatan otot yaitu dengan nilai skala 0 rank test didapatkan P= 0.000, P <0.05 Ini.
PASCA – skala 5, yaitu : yang artinya ada pengaruh yang signifikan
OPERASI PADA - Nilai 0 : Paralisis sempurna/tidak pemberian latihan gerak sendi (Range of
PASIEN ada kontraksi otot sama sekali. Motion) pada pasien post operasi fraktur
FRAKTUR - Nilai 1 : Kontraksi otot dapat ektremitas atas atau bawah.
EKSTERMITAS dipalpasi atau dilihat tanpa
BAWAH menimbulkan gerakan.
- Nilai 2 : Gerakan otot penuh
melawan gravitasi dengan
topangan.
- Nilai 3 : Gerakan normal melawan
gravitasi tetapi tidak dapat
melawan tahanan.
- Nilai 4 : Gerakan penuh yang
normal melawan gravitasi dan
melawan tahanan minimal/ringan.
- Nilai 5 : Kekuatan normal,
gerakan penuh yang normal
melawan gravitasi dan tahanan
penuh
2. PENGARUH Jenis penelitian kuantitatif Intervensi yang dilakukan dalam Hasil penelitian menunjukkan kekuatan otot Dapat disimpulkan bahwa
RANGE OF dengan Desain Pre penelitian yaitu teknik latihan penguatan pada pasien post operasi Open Reduction terdapat perbedaan rata- rata
MOTION (ROM) experimental one grup otot. Teknik latihan kekuatan otot Internal Fixation (ORIF) sebelum diberikan sebelum dan setelah dilakukan
TERHADAP pretest-posttest didefinisikan untuk memfasilitasi range of motion (ROM) memiliki rata-rata pemberian ROM total 18
KEKUATAN design.Populasi penelitian latihan otot resistif regular untuk kekuatan otot adalah 2,39 dan sesudah responden mengalami
OTOT PADA ini adalah pasien post operasi mempertahankan atau meningkatkan diberikan range of motion (ROM) memiliki peningkatan kekuatan otot dengan
PASIEN POST ORIF di RSUD Ajibarang kekuatan otot. Penelitian menggunakan rata-rata kekuatan otot adalah 4,17. rata-rata peningkatan sebesar
OPERASI OPEN pada tahun 2020 sebanyak pemeriksaan kekuatan otot yang Didapatkan perbedaan rata- rata sebelum 1,78. Hasil uji wilcoxon
REDUCTION 207 orang. Tehnik samping dilakukan dengan menggunakan dan setelah dilakukan pemberian ROM total didapatkan nilai p value (0,0001)
INTERNAL consecutive sampling dan pengujian otot secara manual yaitu 18 responden mengalami peningkatan < 0.05 hal ini menunjukkan
FIXATION jumlah sampel 18 responden. Manual Muscle Testing (MMT) dan kekuatan otot dengan rata-rata peningkatan bahwa ada pengaruh range of
(ORIF) DI RSUD SOP Range of Motion (ROM). sebesar 1,78. Hasil uji wilcoxon didapatkan motion (ROM) terhadap kekuatan
AJIBARANG Pengukuran kekuatan otot pada hari nilai p value (0,0001) < 0.05 hal ini otot pada pasien post operasi
pertama post operasi atau 6-8 jam post menunjukkan bahwa ada pengaruh range of Open Reduction Internal Fixation
operasi. Peneliti memberikan latihan motion (ROM) terhadap kekuatan otot pada (ORIF).
ROM pada hari pertama post operasi pasien post operasi Open Reduction
secara pasif yang dilakukan sebanyak 2 Internal Fixation (ORIF).
kali (pagi dan sore) selama 15-45 menit.
Hari ke dua dan ke tiga peneliti
meminta pasien untuk melakukan ROM
secara aktif sesuai yang diajarkan
peneliti pada hari pertama.
3. PENGARUH Jenis penelitian yang Intervensi yang mengatasi kecemasan Diperoleh P-value = 0,000 artinya ada Dapat disimpulkan bahwa ada
TEKNIK digunakan adalah penelitian dapat menggunakan Teknik nafas pengaruh yang signifikan terhadap pegaruh yang signifikan terhadap
RELAKSASI kuantitatif dengan Quasi dalam, untuk mengurangi ketegangan, pemberian nafas dalam Teknik relaksasi pemberian nafas dalam Teknik
NAFAS DALAM Experiment dengan pre Test menurunkan kecemasan, melepaskan pada tingkat kecemasan pasien pra operasi relaksasi pada tingkat kecemasan
TERHADAP dan Post. Uji desain Grup kemarahan, atau mengatasi perasaan fraktur femur. pasien pra operasi fraktur femur
TINGKAT Kontrol yang tidak setara. yang menyakitkan. di Karima Utama RS Bedah.
KECEMASAN Penatalaksanaan keperawatan mandiri
PASIEN PRE yang lebih dipilih peneliti adalah Teknik
OPERASI relaksasi napas dalam untuk
FRAKTUR mengevaluasi tindakan yang sudah
FEMUR dilaksanakan setiap hari karena
kurangnya pemantauan hasil dari
Tindakan tersebut. Oleh karena itu
peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang pengaruh terapi
relaksasi napas dalam terhadap tingkay
kecemasan pada pasien pre operasi
fraktur femur di Rumah Sakit Bedah
Karima Utama Surakarta.
4. PENGARUH Desain penelitian quasi Intervensi yang di gunakan yaitu range Dari hasil penelitian di dapatkan bahwa Dapat di simpulkan bahwa
RANGE OF eksperiment one group pre of motion (ROM). ROM adalah latihan nilai rata-rata Range Of Motion pada pasien gambaran sebelum pemulihan
MOTION AKTIF test post test dengan Populasi yang memungkinkan terjadinya post op fraktur ekstremitas sebelum kekuatan otot dan sendi pasien op
TERHADAP penelitian ini adalah pasien kontraksi dan pergerakan otot , dimana diberikan terapi adalah 30,20 dengan fraktur ekstremitas didapatkan
PEMULIHAN post op fraktur ekstremitas di klien menggerakkan masing-masing standar deviasi 1,082 sedangkan nilai rata- nilai rata-rata (30,20) mean.
KEKUATAN wilayah kerja puskesmas persendiannya sesuai gerakan normal rata Range Of Motion pada pasien Gambaran setelah diberikan
OTOT DAN muara kumpeh dengan baik secara aktif maupun pasif. pemulihan kekuatan otot dan sendi pasien pemulihan kekuatan otot dan
SENDI PASIEN jumlah 84 orang dengan post of fraktur ekstremitas sesudah sendi pasien post op fraktur
POST OP jumlah sampel 15 orang. diberikan pendidikan kesehatan dan terapi ekstremitas ddidapatkan nilai
FRAKTUR adalah 35,80 dengan standar deviasi rata-rata (3,80) mean. Ada
EKSTREMITAS 1,146.hasil uji statistic paired t-test di pengaruh pemulihan kekuatan
DI WILAYAH dapatkan nila p-value = 0,000 < 0,05 otot dan sendi post op fraktur
KERJA dengan selisih mean 0,553 maka dapat ekstremitas di wilayah kerja
PUSKESMAS disimpulkan bahwa secara statistic puskesmas muara kumpeh t-tes p-
MUARA mengalami peningkatan signifikan range of value =0,00<0,005.
KUMPEH motion aktif terhadap pemulihan kekuatan
otot dan sendi pasien post op fraktur
ekstremitas.
CRITYCAL ANALYSIS

Judul karya
N Metode (Desain, Simple, variabel,
ilmiah, penulis, Tujuan Hasil Komentar
o dan tahun
instrumen, analisis)

1. LATIHAN Tujuan dari penelitian ini 1. Desain : pra experimental dengan Hasil penelitian ini didapatkan 15 Pada jurnal tidak terdapat
GERAK SENDI adalah untuk design one group pretest – posttest. responden mengalami kenaikan skala comparation atau perbandingan.
(RANGE OF mengetahui pengaruh latihan 2. Sampel : 24 responden rentang gerak post operasi fraktur
MOTION) PADA rentang gerak (Range of 3. Variabel independen : LATIHAN ekstremitas bawah dari kekuatan otot
KEKUATAN motion) pada kekuatan otot GERAK SENDI (RANGE OF motorik skala 1 menjadi kekuatan otot
OTOT motorik Pasca operasi pada MOTION) motorik skala 3. Hasil uji Wilcoxon sign
MOTORIK pasien fraktur ekstremitas 4. Variabel dependen : PASIEN rank test didapatkan P= 0.000, P <0.05
PASCA atas atau bawah FRAKTUR EKSTERMITAS yang artinya ada pengaruh yang signifikan
OPERASI PADA 5. Instrumen : standart operasional pemberian latihan gerak sendi (Range of
PASIEN Prosedur Latihan Range of motion Motion) pada pasien post operasi fraktur
FRAKTUR dan lembar observasi kekuatan ektremitas atas atau bawah
EKSTERMITAS otot.
BAWAH 6. Analisis : uji wilcoxon signed ranks
( YUSIANA test.
VIDHIASTUTIK
, ARDIYANTI
HIDAYAH ,
ELLY
RUSTANTI ;
2017)
2. PENGARUH Untuk mengetahui pengaruh 1. Desain : Desain Pre experimental Hasil penelitian menunjukkan kekuatan otot Pada jurnal tidak terdapat
RANGE OF ROM terhadap kekuatan otot one grup pretest- pada pasien post operasi Open Reduction comparation atau perbandingan.
MOTION (ROM) pada pasien post oprasi Open posttest design Internal Fixation (ORIF) sebelum diberikan
TERHADAP Reduction Internal Fixation 2. Sampel : Sampel diambil dari range of motion (ROM) memiliki rata-rata
KEKUATAN (ORIF) di RSUD Ajibarang. pasien post operasi ORIF kekuatan otot adalah 2,39 dan sesudah
OTOT PADA sebanyak 18 pasien dengan teknik diberikan range of motion (ROM) memiliki
PASIEN POST consecutive sampling. rata-rata kekuatan otot adalah 4,17.
OPERASI OPEN 3. Variabel Independen : ROM Didapatkan perbedaan rata- rata sebelum
REDUCTION (Range Of Motion) dan setelah dilakukan pemberian ROM total
INTERNAL 4. Variabel Dependen : post operasi 18 responden mengalami peningkatan
FIXATION ORIF kekuatan otot dengan rata-rata peningkatan
(ORIF) DI RSUD 5. Instrumen : Instrumen penelitian sebesar 1,78. Hasil uji wilcoxon didapatkan
AJIBARANG menggunakan nilai p value (0,0001) < 0.05 hal ini
(DIANA penilaian MMT dan SOP Range of menunjukkan bahwa ada pengaruh range of
AGUSTINA, Motion (ROM) dengan analisis data motion (ROM) terhadap kekuatan otot pada
TOPHAN HERI menggunakan uji wilcoxon. pasien post operasi Open Reduction
WIBOWO, 6. Analisis : Analisis data Internal Fixation (ORIF).
DANANG TRI menggunakan uji wilcoxon.
YUDONO, 2021)
3. PENGARUH Untuk mengetahui pengaruh 1. Desain : Grup Kontrol Diperoleh P-value = 0,000 artinya ada Dalam jurnal ini tidak terdapat
TEKNIK teknik relaksasi apas dalam 2. Sample : Teknik pengambilan pengaruh yang signifikan terhadap comparation atau perbandingan
RELAKSASI terhadap tingkat kecemasan sampel menggunakan Accidental pemberian nafas dalam Teknik relaksasi dan tidak terdapat instrumen
NAFAS DALAM fraktur femur pasien pra Sampling sebanyak 30 responden. pada tingkat kecemasan pasien pra operasi penelitian.
TERHADAP operasi di RS Bedah Karima 3. Variable independent : Teknik fraktur femur.
TINGKAT Utama. relaksasi nafas dalam
KECEMASAN 4. Variable dependen : pasien pre
PASIEN PRE operasi fraktur femur
OPERASI 5. Analisis : Analisa data menggunakan
FRAKTUR Uji Mann-Whitney
FEMUR
(WAHYUNINGS
IH, SUTANTA,
VINA ASNA
AFIFAH, 2019)
4. PENGARUH Tujuan penelitian ini untuk 1. Desain : quasi eksperiment one Dari hasil penelitian di dapatkan bahwa Pada penelitian tidak terdapat
RANGE OF mengetahui pengaruh group pre test post test nilai rata-rata Range Of Motion pada pasien comparation atau perbandingan.
MOTION AKTIF pemulihan kekuatan otot dan 2. Sampel : jumlah sampel 15 orang. post op fraktur ekstremitas sebelum
TERHADAP sendi pasien post op fraktur 3. Variabel independen : pengaruh diberikan terapi adalah 30,20 dengan
PEMULIHAN fraktur ekstremitas di Range of motion aktif standar deviasi 1,082 sedangkan nilai rata-
KEKUATAN wilayah kerja puskesmas 4. Variabel dependent: pemulihan rata Range Of Motion pada pasien
OTOT DAN muara kumpeh. kekuatan otot dan sendi pemulihan kekuatan otot dan sendi pasien
SENDI PASIEN 5. Instrument : pengumpulan data post of fraktur ekstremitas sesudah
POST OP dilakukan dengan observasi diberikan pendidikan kesehatan dan terapi
FRAKTUR MMT(manual musce testing) adalah 35,80 dengan standar deviasi
EKSTREMITAS 6. Analisis : menggunakan analisis uji 1,146.hasil uji statistic paired t-test di
DI WILAYAH wilcoxon. dapatkan nila p-value = 0,000 < 0,05
KERJA dengan selisih mean 0,553 maka dapat
PUSKESMAS disimpulkan bahwa secara statistic
MUARA mengalami peningkatan signifikan range of
KUMPEH (RINO motion aktif terhadap pemulihan kekuatan
M,JUFRI AL otot dan sendi pasien post op fraktur
FAJRI : 2021) ekstremitas.
DAFTAR PUSTAKA
D. A., Wibowo, T. H., & Yudono, D. T. (2021). Pengaruh Range Of Motion (Rom)
terhadap Kekuatan Otot pada Pasien Post Operasi Open Reduction Internal
Fixation (ORIF) di RSUD Ajibarang. 1-7.
R. M., & Fajri, J. A. (2021). Pengaruh Range Of Motion Aktif terhadap Pemulihan
Kekuatan Otot dan Sendi Pasien Post Op Fraktur Ekstremitas di Wilayah Kerja
Puskemas Muara Kumpeh. Jurnal Akademka Baiturrahim Jambi , 1-7.
Wahyuningsih , Sutanta, & Afifah, V. A. (2019). PENGARUH TEKNIK RELAKSASI
NAFAS DALAM TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE
OPERASI FRAKTUR FEMUR. 1-7.
Y. V., A. H., & E. R. (2017). LATIHAN GERAK SENDI (RANGE OF MOTION)
PADA KEKUATAN OTOT MOTORIK PASCA OPERASI PADA PASIEN
FRAKTUR EKSTERMITAS BAWAH. Jurnal keperawatan dan kebidanan, 1-6.

Anda mungkin juga menyukai