Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN CASE BASED DISCUSSION (CBD) LATIHAN RANGE OF

MOTION (ROM) PINGGUL & EKSTERMITAS BAWAH PADA NY. K


DENGAN GANGGUAN NYERI PINGGUL DI KELUARGA NY. K
KABUPATEN PEKALONGAN
Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Profesi Ners Stase Keperawatan
Gerontik

Pembimbing Akademik :

Ns. Muhamad Mu’in, S.Kp., M.Kep., Sp.Kep.Kom

Oleh:
Riris Winarni
22020121210018

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS ANGKATAN XXXVIII


DEPARTEMEN ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2021
LAPORAN CASE BASED DISCUSSION (CBD)

A. KRITERIA KLIEN
Klien bernama Ny. K (67 tahun) warga Kabupaten Pekalongan dengan
diagnosis medis osteoarthritis. Klien riwayat jatuh terpeleset dalam posisi
terduduk 5 tahun yang lalu.
Data Subyektif:
1. Ny. K berkata, “Kalo sekarang kadang tiba-tiba terasa nyeri di pinggul
yang dulu bekas jatuh.”
2. P: Ny. K berkata “. Ya ini Nak, pinggul kiri kadang sakit”
3. Q: Ny. K berkata “nyut-nyutan kadang manteng kayak ketarik gitu
rasane.”
4. R: Ny. K berkata “Ya daerah pinggul sini, yang sebelah kiri.”
5. S: Ny. K berkata “ Kalo digambarkan dalam angka dari 0-10 ya paling 3-
5.”
6. T: Ny. K berkata “Sakitnya datang nda tentu, kadang tau-tau nda ngapa-
ngapain kerasa sakit, kadang hilang sendiri. Tapi kalo nda juga hilang
nyerinya saya kasih oles-oles salep buat ngilangi sakitnya.”
Data Obyektif:
1. Ekspresi wajah Ny. K tampak meringis menahan sakit ketika dilakukan
palpasi pada area pinggul kiri
2. Pemeriksaan TD= 120/70 mmHg
3. Pemeriksaan RR= 20 x/menit
4. Pemeriksaan HR= 76 x/menit
5. Pemeriksaan Suhu = 36.5oC

Diagnosis Keperawatan:
Nyeri kronik b.d agen cedera biologis: penurunan fungsi sendi dan aktivitas
pergerakan.
Intervensi Keperawatan:
Latihan Range Of Motion (ROM) pinggul & ekstermitas bawah.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Luis Cellabols, et all.
(2018) menggunakan metode literature review, target populasi adalah pasien
OA panggul ringan sampai sedang tanpa indikasi pembedahan, didiagnosis
OA primer menurut kriteria American College of Rheumatology ACR atau X-
Ray, di dukung penelitian Uda HDH, Muflih dan Amigo TAE (2016) melalui
penelitian kualitatif terhadap 5 Lansia dengan keterbatasan mobilitas fisik di
di BPSTW Unit Abiyoso Yogyakarta menunjukkan hasil terjadi penurunan
skala nyeri setelah mendapatkan terapi ROM yang dilakukan sebanyak 6-7
kali dalam 7 hari berturut-turut, dengan rentang waktu ±15 menit setiap 1 kali
tindakan.

B. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TINDAKAN


1. Pengertian Tindakan
Range of motion (ROM) merupakan salah satu bentuk latihan
untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan
kemampuan menggerakan persendian secara normal dan lengkap untuk
meningkatkan massa otot dan tonus otot (Potter & Perry, 2006). ROM
diklasifikasikan menjadi dua yaitu ROM pasif dan ROM aktif. Latihan
ROM pasif merupakan latihan ROM yang dilakukan lansia dengan dibantu
oleh perawat atau keluarga disetiap gerakannya, sendangkan latihan ROM
aktif merupakan latihan ROM yang dapat dilakukan sendiri atau secara
mandiri oleh pasien tanpa bantuan perawat disetiap gerakannya (Suratun,
2008).
2. Tujuan Tindakan
Menurut Ridha (2015) dan bahwa tujuan dari teknik ini adalah :
a. Meningkatkan atau mempertahankan fleksibiltas dan kekuatan otot
b. Memelihara mobilitas persendian
c. Merangsang sirkulasi darah
d. Mencegah kelainan bentuk
e. Membantu mengurangi rasa nyeri
f. Memperbaiki gangguan tidur.
3. Manfaat
Manfaat dari latihan range of motion (ROM) ini adalah untuk mengatasi
berbagai macam yaitu:
a. Memperbaiki tonus otot
b. Meningkatkan mobilisasi sendi
c. Memperbaiki toleransi otot untuk latihan
d. Meningkatkan massa otot
e. Mengurangi kehilangan tulang (Potter & Perry, 2006)
4. Prosedur
a. Tahap Persiapan
1) Jalin BHSP dengan klien
2) Kontrak waktu dan tujuan kegiatan dengan klien
3) Menyiapkan alat yang diperlukan: sphygmomanometer,
stethoscope, stopwatch atau arloji, termometer, lembar observasi
(evaluasi tanda-tanda vital, evaluasi gerakan ROM, evaluasi
intensitas nyeri dengan instrumen Numeric Rating Scale/NRS, dan
bolpoin.

b. Tahap Kerja
1) Orientasi
Salam
a) Mahasiswa mengucapkan salam
Perkenalan
b) Mahasiswa memperkenalkan diri
Validasi
c) Mahasiswa melakukan validasi pasien
Kontrak
d) Mahasiswa menyampaikan kontrak waktu, tempat, dan
tujuan yaitu mengajarkan ROM aktif selama 15 menit.
2) Kerja
Metode:
Edukasi dan demonstrasi
Langkah-Langkah Tindakan:
a) Mahasiswa menjelaskan pengertian ROM
b) Mahasiswa menjelaskan manfaat ROM
c) Mahasiswa melakukan pengukuran tanda-tanda vital
d) Mahasiswa mendemonstrasikan ROM dan mengajak klien
untuk menirukan
Prosedur Teknik Latihan ROM pada ekstremitas bawah:
a) Panggul:
 Menggerakkan (membuka dan menutup) kaki abduksi-
adduksi
 Menggerakkan (menekuk dan meluruskan) kaki Fleksi –
Ekstensi
 Menggerakkan kaki (ke atas dan ke bawah) Hiperekstensi
– posisi Anatomi
 Rotasi keluar – kedalam
b) Lutut:
 Menggerakkan lutut bawah (menunduk dan menengadah)
fleksi-ekstensi.
c) Pergelangan kaki:
 Menggerakkan Dorsal (menunduk dan menengadah)
Fleksi – Ekstensi
 Menggerakkan (membuka dan menutup) Supinasi –
Pronasi
 Menggerakkan jari-jari kaki ke atas dan ke bawah
 Meregangkan dan merapatkan jari-jari kaki
3) Terminasi
Evaluasi Subyektif
a) Mahasiswa meminta klien menyebutkan kembali pengertian
ROM
b) Mahasiswa meminta klien menyebutkan kembali manfaat
ROM
c) Mahasiswa meminta klien menyebutkan dan
mendemonstrasikan kembali gerakan ROM
d) Mahasiswa memberikan reinforcement
Evaluasi Obyektif
a) Mahasiswa melakukan pengkajian tanda-tanda vital dan skor
skala nyeri Numeric Rating Scale (NRS) post-intervensi
Rencana Tindak Lanjut
a) Mahasiswa mengingatkan klien untuk melakukan ROM secara
rutin dan benar.
Kontrak
a) Mahasiswa membuat kontrak waktu, tempat dan tujuan untuk
pertemuan selanjutnya
Salam
a) Mahasiswa mengucapkan salam
4) Referensi Jurnal Terkait
Jurnal 1
Nama Pengarang : Luis Ceballos-Laitaa, Elena Estébanez-de-Miguelb,
Gadea Martín-Nietoa, Elena Bueno-Graciab,
María Fortún-Agúdc, Sandra Jiménez-del-Barrio
Tahun terbit : 2018
Judul : Effects of non-pharmacological conservative
treatment on pain, range of motion and physical
function in patients with mild to moderate hip
osteoarthritis.
Nama Jurnal : Complementary Therapies in Medicine
Volume/ No : Vol. 42
Halaman : 214-222
Jurnal 2
Nama Pengarang : Hermina Desiane Hastini Uda , Muflih, Thomas
Aquino Erjinyuare Amigo
Tahun terbit : 2016
Judul : Latihan Range of Motion Berpengaruh terhadap
Mobilitas Fisik pada Lansia di Balai Pelayanan
Sosial Tresna Werdha Unit Abiyoso Yogyakarta
Nama Jurnal : Journal Ners and Midwifery Indonesia
Volume/ No : Vol. 4 No. 3
Halaman : 169-177

C. HASIL YANG DIHARAPKAN PADA PASIEN


Hasil yang diharapkan setelah melakukan latihan ROM yaitu klien merasa
nyaman, yang ditunjukkan dengan skala nyeri menurun, ekspresi wajah tenang
tidak meringis menahan sakit, dan tanda-tanda vital dalam batas normal
setelah dilakukan intervensi selama 3x24 jam.
D. PEMBAHASAN
1. Rasionalisasi Intervensi Sesuai dengan Kriteria Klien
Nyeri merupakan kondisi dimana perasaan tidak menyenangkan
dan bersifat sangat subjektif tergantung individu, nyeri memiliki skala atau
tingkatan yang berbeda pada setiap orang, dan hanya orang tersebutlah
yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya
(Hidayat, 2009). Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang dapat
mempengaruhi seseorang dan ekstensinya diketahui bila seseorang pernah
mengalaminya (Tamsuri, 2007). Menurut International Association for
Study of Pain (IASP), nyeri adalah sensori subyektif dan emosional yang
tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan kerusakan jaringan
aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya
kerusakan.
Dari ketiga pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa nyeri
adalah suatu keadaan yang tidak menyenangkan akibat terjadinya
rangsangan fisik maupun dari serabut saraf dalam tubuh ke otak yang
diikuti oleh reaksi fisik, fisiologis, dan emosional.
Tanda dan gejala nyeri kronik ditemukan pada kasus Ny. K yang
mana klien mengeluh merasa sakit pada pinggul kiri skor pengukuran
intensitas nyeri menggunakan Numerical rating scale (NRS) diperoleh data
skala nyeri 3-5 (ringan-sedang). Selain itu, tampak ekspresi wajah klien
tampak meringis ketika dilakukan palpasi pada pinggul kiri, tidak tampak
kemerahan dan atau bengkak pada area tersebut.
Nyeri kronik yang terjadi pada Ny. K disebabkan karena adanya
riwayat jatuh 5 tahun yang lalu dan riwayat osteoporosis karena perubahan
usia. Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan Ny. K mengatakan
bahwa klien pasca jatuh kesulitan bangun dan jalan sampai dengan 1
bulan, tetapi hasil foto rontgen tidak ditemukan retak maupun patah
tulang, curiga karena pengeroposan tulang. Klien menjalani pengobatan
rawat jalan ke dokter Spesialis Orthopedi selama 3 tahun.
2. Rasionalisasi Intervensi Dengan Hasil yang Didapatkan Klien
Hasil yang diharapkan dari pemberian latihan ROM, yaitu adanya
penurunan skala nyeri yang diukur dengan NRS. Saat dilakukan
pengkajian awal, skor NRS menunjukkan 5 yang berarti mengalami nyeri
sedang. Setelah dilakukan intervensi selama 4x24 jam, tujuan intervensi
yaitu klien mengalami penurunan skor NRS menjadi 2 (nyeri ringan) dan
klien menyatakan merasa lebih nyaman, nyeri sudah banyak berkurang.
Salah satu intervensi yang dapat dilakukan untuk mengurangi nyeri
yaitu dengan melakukan latihan ROM terutama pada area panggul dan
ekstremitas bawah. Keefektifan latihan ROM tercapai karena otot-otot
yang tegang akan berkurang dan mampu mempertahankan atau
meningkatkan kelenturan tubuh sehingga tubuh terasa lebih relaks. Selain
itu ROM juga mampu meningkatkan sirkulasi peredaran darah,
meningkatkan suplai oksigen ke area nyeri serta mampu mencegah
kehilangan tulang, sehingga lansia lebih merasa nyaman saat melakukan
aktivitas seperti berjalan tanpa merasakan nyeri. Dengan adanya
penurunan rasa nyeri pada pinggul, maka lansia dapat menjadi lebih aktif,
produktif dan dapat menjalani masa tuanya dengan lebih nyaman (Uda
HDH dkk, 2016; Luis et.all, 2018).
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa pada saat melakukan
relaksasi ini dilakukan dengan melakukan inspirasi panjang yang nantinya
akan menstimulasi secara perlahan-lahan reseptor regang paru. Keadaan
ini mengakibatkan rangsang atau sinyal dikirimkan ke medulla yang
memberikan informasi tentang peningkatan aliran darah. Informasi ini
akan diteruskan ke batang otak, akibatnya saraf parasimpatis mengalami
peningkatan aktifitas dan saraf simpatis mengalami penurunan aktifitas
pada kemoreseptor, sehingga respon akut peningkatan tekanan darah dan
inflamasi paru ini akan menurunkan frekuensi denyut jantung dan terjadi
vasodilatasi pada sejumlah pembuluh darah (Rice, 2006).
E. DAFTAR PUSTAKA
Luis Ceballos et all. 2018. Effects of non-pharmacological conservative
treatment on pain, range of motion and physical function in patients with
mild to moderate hip osteoarthritis. Elsevier Complementary Therapies
in Medicine. 42: 214-222
Potter PA, Perry AG. 2006. Buku ajar fundamental keperawatan: konsep,
proses dan praktik edisi 4 volume 1. Jakarta: EGC.
Rice, L.B. (2006). Relaxation Training & Its Role in Diabetes & Health.
online. http://myhealth.goy.
Ridha MR, Putri ME. 2015. Pengaruh Latihan Range Of Motion (Rom) Aktif
Terhadap Kekuatan Otot Ekstremitas Bawah Pada Lansia Dengan
Osteoarthritis di Wilayah Kerja Puskesmas Koni Kota Jambi. J Akad
Baiturrahim. 4(2).
Suratun. Lansia Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: EGC; 2008.
Tamsuri A. (2007). Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta: EGC.
Uda HDH, Muflih, Amigo TAE. 2016. Latihan Range of Motion Berpengaruh
terhadap Mobilitas Fisik pada Lansia di Balai Pelayanan Sosial Tresna
Werdha Unit Abiyoso. JNKI. 4 (3).

Anda mungkin juga menyukai