Anda di halaman 1dari 4

Nama : Shinta Novita Dewi

Nim : 102017043
Ruang : Fresia 2
Laporan Pendahuluan
Space Occupying Lesion (SOL)
A. Definisi SOL
Space Occupying Lesion/ SOL merupakan lesi yang meluas atau menempati
ruang dalam otak termasuk tumor, hematoma dan abses. Karena cranium merupakan
tempat yang kaku dengan volume yang terfiksasi maka lesi-lesi ini akan
meningkatkan tekanan intracranial. Suatu lesi yang meluas pertama kali diakomodasi
dengan cara mengeluarkan cairan serebrospinal dari rongga cranium. Akhirnya vena
mengalami kompresi, dan gangguan sirkulasi darah otak dan cairan serebrospinal
melalui timbul dan tekanan intracranial mulai naik.

B. Etiologi
1. Riwayat trauma kepala
2. Faktor genetic
3. Paparan zat kimia yang bersifat karsinogenik
4. Virus tertentu
5. Defisiensi imunologi
6. Congenital

C. Tanda Gejala
1. Nyeri kepala berat makin bertambah jika batuk, dan membungkuk
2. Tanda-tanda peningkatan tekanan intracranial: pandangan kabur, mual, muntah,
penururunan fungsi pendengaran, perubahan tanda-tanda vital, afasia.
3. Papiledema
4. Kejang
5. Gangguan memori dan alam perasaan.

D. Pemeriksaan Penunjang
1. Arterigrafi atau ventricolugram: untuk mendeteksi kondisi patologi pada system
ventrikel dan cisterna.
2. CT-SCAN: dasar dalam menentukan diagnose
3. Radiogram: memberikan informasi yang sangat berharga mengenai struktur,
penebalan dan klasifikasi, posisi kelenjar pineal yang mengapur dan posisi
selatursika
4. Sidik otak radioaktif: memperlihatkan daerah-daerah akumulasi abnormal dari zat
radioaktif. Tumor otak dapat mengakibatkan kerusakan sawar darah otak yang
menyebabkan akumulasi abnormal zat radioaktif.
5. Elektroensefalogram (EEG): memberi informasi mengenai perubahan kepekaan
neuron.
6. Ekoensefalogram: memberi informasi mengenai pergeseran kandungan
intraserebral.
7. Pembedahan craniotomy

E. Patofisiologi
F. Komplikasi
1. Vision changes : pada chiasma opticum dan visual cortex double vision dan
penurunanlap. Pandang
2. DIC : akibat adanya factor-faktor immature neoplastic blood vessels, hormone,
danlain-lain
3. Kejang: akibat gangguan kelistrikan di otak.
4. Hydrocephalus: Peningkatan TIK atau tumor menghambat aliran LCS di otak
5. Brain herniation: peningkatan TIK menggeser parenkim otak
6. Kematian mendadak (Sudden death)
7. Komplikasi sebagai efek samping kemoterapi : Encephalopathy, kejang,
kebutaan, cardiomiopathy, thrombosis
8. Komplikasi sebagai efek samping terapi radiasi :Kelelahan, kejang, nyeri kepala,
lethargy, somnolence
9. Perubahan tingkah laku :Gelisah, mania, labil, perubahan tingkah laku sexual,
delusi
10. Depresi :dapat disebabkan karena tumor pada pusat emosi (system limbic) atau
karenakeadaan klinis yang disebabkan oleh tumor tersebut
11. Kehilangan memori
12. Paralysis

G. Diet
1. Diet katogenik: dalah diet dengan pola makan makanan berlemak tinggi, protein
tinggi, dengan karbohidrat sangat rendah.
2. Diet Pembatasan Kalori: enelitian lain mengungkapkan bahwa Pembatasan kalori
efektif dalam mengurangi pertumbuhan tumor dan kanker otak ganas dan serta
mencegah invasi ke jaringan tubuh lain / metastasis.

H. Diagnosa

1. Nyeri akut b.d peningkatan tekanan intracranial


2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d mual dan muntah,
penurunan intake makanan.
3. Kelebihan volume cairan b.d gangguan mekanisme pengaturan di otak
4. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral b,d penurunan suplai darah ke
jaringan otak (tumor otak).
5. Resiko jatuh b.d gangguan penglihatan (kompresi saraf optikus)
6. Ketidakefektifan pola nafas b.d suplai O2 ke otot pernapasan.
7. Ketidakefektifan temoregulasi b.d peningkatan suhu tubuh.
8. Hambatan komunikasi verbal b.d kesulitan bicara.

I. Rencana Keperawatan
1. Gangguan Perfusi jaringan serebral
Intervensi:
a. Tentukan penyebab penurunan perfusi jaringan
b. Pantau status neurologis secara teratur dan bandingkan dengan standar (GCS)
c. Pantau TTV
d. Auskultasi suara napas, perhatikan adanya hipoventilasi dan suara tambahan
yang abnormal,
e. Kaji perubahan penglihatan dan keadaan pupil.
f. Kaji adnya reflek (menelan, batuk, Babinski)
g. Pantau pemasukan dan pengeluaran cairan

2. Ketidak efektifan pola napas


Intervensi:
a. Kaji dan catat perubahan frekuensi, irama dan kedalaman pernapasan.
b. Angkat kepala tempat tidur sesuai aturan/posisi miring sesuai indikasi.
c. Anjurkan untuk bernapas dalam, jika pasien sadar.
d. Lakukan penghisapan lendir (suction)
e. Pantau penggunaan obat obatan depresan seperti sedative.
f. Berikan O2 sesuai indikasi.
g. Lakukan fisioterapi dada jika ada indikasi.

3. Nyeri akut
Intervensi:
a. Kaji keluhan nyeri, tingkat, skala, durasi dan frekuensi nyeri yang dirasakan
klien.
b. Observasi keadaan nyeri non verbal
c. Anjurkan untuk istirahat dan ciptakan lingkungan yang tenang.
d. Berikan kompres
e. Berikan analgetik sesuai indikasi.
f. Berikan antiemetic sesuai indikasi.

4. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


Intervensi:
a. Pantau masukan makanan setiap hari.
b. Ukur BB setiap hari sesuai indikasi.
c. Dorong pasien untuk makan diit tinggi kalori
d. Control factor lingkungan
e. Pemberian antiemetic sesuai indikasi
f. Berikan vitamin

Anda mungkin juga menyukai