Anda di halaman 1dari 23

DIABETES MELITUS PADA IBU HAMIL

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah keperawatan maternitas

Disusun oleh:
Fathir Muhammad 102017014
Neti herawati 102017029
Shinta Novita Dewi 102017043
Tiansi Berliana 102017047

PROGRAM STUDI VOKASI DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH BANDUNG
2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb.
Puji serta syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT. yang mana
telah memberikan nikmat dan hidayah sehingga penulis bisa menyelesaikan
makalah ini. Tidak lupa shalawat serta salam semoga tetap dilimpah curahkan
kepada junjunan kita Nabi Muhammad SAW. Beserta kepada keluarganya para
sahabatnya dan pada tabi’in beserta kepada kita semua selaku umatnya hinga
akhir zaman. Aamiin ya robb.
Alhmadulillah penulis dapat menyelesaikan makalah tentang “Diabetes
Melitus” ini sebagai salah satu tugas keperawatan maternitas dengan dosen
pembimbing Ariani Fatmawati, M. Kep., Ns.Sp.Kep.mat.
Penulis menyadari makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Tetapi
penulis mencoba menjelaskan materi ini dengan sebaik mungkin guna dapat
dimengerti oleh para pembaca khususnya oleh penulis sendiri. Oleh sebab itu
penulis meminta kritik dan sarannya dari semua pembaca khususnya dari dosen
pembimbing guna memperbaiki hasil karya kami untuk kedepannya. Penulis
meminta maaf atas segala kekurangan dan penulis berharap semoga hasil karya
tulisnya ini dapat bermanfaat.
Wassalamu’alaikum wr.b.

Bandung, Februari 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

DAFTAR TABEL..................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................4

A. Pengertian..................................................................................................4

B. Tanda dan gejala........................................................................................4

C. Etiologi......................................................................................................5

D. Klasifikasi..................................................................................................5

E. Patofisiologi...............................................................................................5

F. Manifestasi klinis.......................................................................................6

G. Pemeriksaan diagnostik.............................................................................7

H. Pengaruh Diabetes Melitus Gestasional (DMG) terhadap kehamilan.......8

I. Penatalaksanaan terapi diet........................................................................9

J. Penatalaksanaan Ibu Hamil dengan Diabetes Melitus.............................13

K. Komplikasi..............................................................................................13

L. Asuhan Keperawatan pada DM Gestasional...........................................14

BAB III..................................................................................................................18

PENUTUP..............................................................................................................18

Kesimpulan........................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tipe-tipe dan indikasi diet……………………………………………...8


Tabel 2.2 Intervensi dan rasional Risiko tinggi terhadap kekurangan nutrisi kurang
dari kebutuhan………………………………...………………………………….12
Tabel 2.3 intervensi dan rasional risiko cedera janin…………………………….14
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Angka kejadian Diabetes Mellitus (DM) di dunia dari tahun ke tahun terus
meningkat dari World Health Organization (WHO) menunjukkan pada tahun
2000 sebanyak 150 juta penduduk dunia menderita DM dan angka ini akan
menjadi dua kali lipat pada tahun 2025. Peningkatan angka penderita penyakit
ini akan terjadi di negara berkembang karena pertumbuhan populasi, penuaan,
diet yang tidak sehat, obesitas dan kurang aktivitas fisik. Di Indonesia,
menurut data Riset Kesehatan Dasar 2013 di dapatkan proporsi kejadian DM
sebesar 6,9/5 pada penduduk usia ≥ 15 tahun.
DM Gestasional menyebabkan komplikasi yang signifikan dan berpotensi
bagi ibu dan janin termasuk preeclampsia, eklampsia, polihidramnion,
makrosomia janin, trauma kelahiran, kelahiran operatif, komplikasi metabolic
neonatal dan kematian perinatal.
DM Gestasional meningkatkan morbiditas neonates, yaitu hipoglikemia,
ikretus, polisitemia, dan makrosomia. Hal ini terjadi karena bayi dari inu DM
Gestasional mensekresi insulin lebih besar sehingga merangsang
pertumbuhan bayi dan makrosomia. DM Gestasional juga dapat
meningkatkan risiko bagi ibu 3-5% untuk menjadi DM di masa mendatang.
Wanita dengan DM Gestasional hampir tidak pernah meberikan keluhan,
sehingga perlu dilakukan skrining. Deteksi dini sangat diperlukan untuk
menjaring FM Gestasional agar dapat dikelola sebaik-baiknya terutama
dilakukan pada ibu dengan factor risiko. Dengan adanya deteksi dini pada ibu
hamil juga dapat membantu untuk meningkatkan kesejahteraan ibu baik
selama kehamilan atau pun sesudah masa kehamilan.

B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas penyusun mendapat sebuah
masalah.Adapun masalahnya sebagai berikut.

1
2

1. Apa itu diabetes mellitus?


2. Apa saja tanda dan gejala dari diabetes mellitus?
3. Apa etiologi dari diabetes mellitus?
4. Bagaimana klasifikasi pada diabetes melitus?
5. Bagaimana patofisiologi dari diabetes mellitus?
6. Bagaimana manifestasi klinis dari diabetes melitus?
7. Bagaimana pemeriksaan diagnostic pada ibu hamil?
8. Bagiamana penatalaksanaan terapi diet pada diabetes melitus?
9. Bagaimana penatalaksanaan ibu hamil dengan diabetes melitus?
10. Apa komplikasi yang timbul pada diabetes melitus?
11. Bagaimana asuhan keperawatan pada diabetes melitus?

C. Tujuan
Untuk mencapai target permasalahan penyusun membuat suatu tujuan.
Adapun tujuan dari makalah ini adalah.
1. Untuk mengetahui definisi diabetes melitus.
2. Untuk mengetahui tanda dan gejala diabetes melitus.
3. Untuk mengetahui manisfestasi klinis pada diabetes melitus.
4. Untuk mengetahui klasifikasi diabetes melitus.
5. Untuk mengetahui patofisiologi dari diabetes mellitus.
6. Untuk mengetahui manifestasi klinis.
7. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic.
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan terapi diet.
9. Untuk mengetahui penatalaksanaan ibu hamil dengan diabetes melitus
10. Untuk mengetahui komplikasi diabetes melitus.
11. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada diabetes melitus
3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
DM Gestasional adalah salah satu jenis DM yang terjadi pada ibu
hamil. WHO (2013) mendefinisikan DM Gestasional sebagai derajat
apapun intoleransi glukosa dengan onset atau pengakuan pertama selama
kehamilan. Kehamilan sendiri merupakan stress bagi metabolisme
karbohidrat ibu. Pada kehamilan terjadi peningkatan produksi hormon-
hormon antagonis insulin, antara lain: progesterone, estrogen, human
placenta lactogen, dan kortisol. Peningkatan hormone-hormon tersebut
menyebabkan terjadinya resistensi insulin dan peningkatan kadar glukosa
darah.
Diabetes melitus Gestasional (DMG) pada ibu merupakan faktor
risiko yang penting dalam perkembangan makrosomia fetus. Diabetes
mellitus gestational (DMG) merupakan intoleransi karbohidrat dengan
derajat yang bervariasi dengan onset atau diketahui pertama kali selama
kehamilan berlangsung. (Oroh, 2015)

B. Tanda dan gejala


Gejala utana dari kelainan ini pada prinsipnya sama dengan gejala
utama pada penyakit diabetes yang lain, yaitu sering buang air kecil
(polyuri), selalu merasa haus (polydipsi), dan sering merasa lapar
(polyfagi). Hal yang membedakan adalah keadaan pasien saat sedang
hamil. Sayangnya, penemuan kasis diabetes gastasional sebagian besar
karena kebetulan sebab pasien tidak akan merasakan sesuatu yang aneh
pada dirinya selain kehamilan, dan gejala sering kencing dan banyak
makan juga bisa terjadi pada kehamilan normal.

4
5

C. Etiologi
Diabetes Melitus Gestasional (DMG) dapat merupakan kelainan
herediter dengan cara insufisiensi atau absennya insulin dalam sirklulasi
darah, dan konsentrasi gula darah tinggi. Diabetes dalam kehamilan
menimbulkan banyak kesulitan. Penyakit ini akan menyebabkan
perubahan-perubahan metabolik dan hormonal pada penderita yang juga
dipengaruhi kehamilan dan persalinan.
Ibu hamil yang mempunyai risiko tinggi DM Gestasional pada
umur lebih dari 30 tahun, obesitas dengan indeks masa tubuh 30 kg/m²,
ada riwayat DM pada keluarga (ibu atau ayah), pernah menderita DM
gestasional sebelumnya, pernah melahirkan anak besar >4000 gram dan
adanya glukosuria (Bobak & Jensen 2004: 701)

D. Klasifikasi
Pada Diabetes Melitus Gestasional (DMG), ada dua kemungkinan
yang dialami oleh si ibu, yaitu memang telah menderita sejak sebelum
hamil atau saat hamil. Klasifikasi DM dengan kehamilan menurut Pyke
ada tiga kelas, yaitu kelas I Gestasional diabetes, yaitu diabetes yang
timbul pada waktu hamil dan menghilang setelah melahirkan. Kelas II
Pregestasional diabetes,yaitu diabetes mulai sejak sebelum hamil dan
berlanjut setelah hamil. Kelas III pregestasional diabetes yang disertai
komplikasi penyakit pembuluh darah seperti retinopati, nefropati, penyakit
pembuluh darah panggul dan pembuluh perifer, 90% dari wanita hamil
yang menderita diabetes termasuk ke dalam kategori DMG (Tipe II)
( Bobak & Jensen 2004: 702)

E. Patofisiologi
Pada DMG, selain perubahan-perubahan fisiologi tersebut, akan
terjadi suatu keadaan dimana jumlah atau fungsi insulin menjadi optimal.
Terjadi perubahan kinetika insulin dan resistensi terhadap efek insulin.
Akibatnya, komposisi sumber energi dalam plasma ibu bertambah (kadar
gula darah tinggi, kadar insulin tetap tinggi).
6

Melalui difusi terfasilitasi dalam membran plasenta, dimana


sirkulasi janin juga ikut terjadi komposisi sumber energi abnormal
(menyebabkan kemungkinan terjadi berbagai komplikasi). selain itu terjadi
juga hiperunsilinemia sehingga janin juga mengalami gangguan metabolik
(hipoglikemia, hipomagnesemia, hipokalsemia, hiperbilirubinemia, dan
sebagainya).
Jika pada pemeriksaan berat badan ditemukan bayinya besar sekali,
maka perlu dilakukan induksi pada minggu ke 36-38 untuk mencegah
terjadinya komplikasi saat persalinan. Proses persalinan ini harus dalam
pengawasan ketat oleh dokter spesialis kebidanan dan dokter spesialis
penyakit dalam. Biasanya, setelah bayi baru lahir maka kadar gula darah
akan kembali normal, apabila tidak, maka perludilanjutkan pemberian
antidiabetes oral sampai jangka waktu tertentu.
Pada kehamilan normal terjadi banyak perubahan pada
pertumbuhan dan perkembangan fetus secara optimal. Pada kehamilan
normal, kadar glukosa darah ibu lebih rendah secara bermakna, hal ini
disebabkan oleh pengambilan glukosa sirkulasi meningkat, produksi
glukosa dari hati menurun, produksi alanin (salah satu precursor
glukoneogenesis) menurun, aktifitas ekstresi ginjal meningkat, efek-efek
hormon gestasional (kortisol, human plasenta lactogen, ekstrogen, dan
lain-lain), dan perubahan metabolisme lemak dan asam amino.

F. Manifestasi klinis
1) Poliuri (banyak kencing)
Hal ini disebabkan kadar glukosa darah meningkat sampai melampaui
daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic diuresis
yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga klien
mengeluh banyak kencing.
2) Polidipsy (banyak minum)
Hal ini disebabkan oembakaran terlalu banyak dan kehilangan banyak
cairan karena poliuri. Di samping itu, efek dari dehifrasi intraseluler
7

sehingga reseptornya yang ada di sel memberikan asosiasi sebagai


rasa haus SSP sehingga klien banyak minum.
3) Polipagy (banyak makan)
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami
starvasi (lapar). sehingga untuk memenuhinya klien akan terus makan.
Tetapi walaupun klien banyak makan, tetap saja makanan tersebut
hanya akan berada sampai pembuluh darah.
Di samping trias diabetik di atas, gejala lain yang menyertai
adalah penurunan berat badan, kesemutn, gatal, pandangan kabur,
pruitus valvae pada wanita, lemas, lekas lelah, dan tenaga kurang. Hal
ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa,
maka tubuh berusaha mendapat peleburan zat dari bagian tubuh yang
lain, yaitu lemak dan protein. Karena terus merasakan lapar, maka
tubuh selanjutnya akan memecah cadangan makanan termasuk yang
berada di jaringan otot dan lemak sehingga klien dengan DM
walaupun banyak makan akan tetap kurus.

G. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan diagnostik memiliki kriteria diagnosis sebagai berikut.
1) Gejala klasik DM + gula darah sewaktu ≤200 mg/dl. Gula darah
sewaktu merupakan hasil pemeriksaan saat pada sutau hari tanpa
memerhatikan waktu makan terakhir.
2) Kadar gula darah puasa 126 mg/dl. Puasa diartikan pasien tidak
mendapat kalori tambahan sedikitnya 8 jam.
3) Kadar gula darah 2 jam pada TTGO 200 mg/dl. TTGO dilakukan
dengan standar WHO, mengunakan beban glukosa yang setara dengan
75 g glukosa anhidrus yang dilarutkan dalam air.
4) Cara pelaksanaan TTGO (WHO, 1994):
a. Tiga hari sebelum pemeriksaan tetap makan seperti kebiasaan
sehari-hari (dengan karbohidrat yang cukup) dan tetap melakukan
kegiatan jasmani seperti biasa.
8

b. Berpuasa paling sedikit 8 jam (mulai malam hari) sebelum


pemeriksaan, minum air putih tanpa gula tetap diperbolehkan.
c. Diperiksa kadar glukosa darah ketika puasa.
d. Diberikan glukosa 75g (orang dewasa), atau 1,75 g/Kg BB (anak-
anak), dilarutkan dalam 250 ml air, dan diminum dalam waktu 5
menit.
e. Berpuasa kembali sampai pengambilan semple darah untuk
pemeriksaan 2 jam setelah minum larutan glukosa selesai.
f. Diperiksa kadar glukosa darh 2 jam sesudah beban glukosa.
g. Selama proses pemeriksaan subjek yang diperiksa tetap
teristirahat dan tidak merokok. Apabila hasil pemeriksaan tidak
memenuhi kriteria normal atau DMG maka dapat digolongkan ke
dalam kelompok TGT (Toleransi Glukosa Tergaggu) atau GDPT
(Glukosa Darah Puasa Terganggu) dari hasil yang diperoleh.
h. TGT glukosa darah plasma 2 jam setelah pembebanan antara 140-
199 mg/dL.

H. Pengaruh Diabetes Melitus Gestasional (DMG) terhadap kehamilan


1) Pengaruh kehamilan, persalinan, dan nifas terhadap DM:
a. Kehamilan dapat menyebabkan status prediabetik menjadi
manifes (diabetik).
b. DM akan menjadi lebih berat karena kehamilan.
2) Pengaruh diabetes melitus gestasional terhadap kehamilan:
a. Abortus dan partus pregmaturus.
b. Hidronion
c. Pre-eklamasi.
d. Kesalahan letak jantung.
e. Insufisiensi plasenta.
3) Pengaruh Penyakit Terhadap Persalinan:
a. Gangguan kontraksi otot rahim (partus lama atau terlantar).
b. Janin besar sehingga harus dilakukan operasi.
9

c. Gangguan pembuluh darah plasenta sehingga terjadi asifiksia


sampai lahir mati.
d. Perdarahan post partum karena gangguan kontraksi otot rahim.
e. Post Partum mudah terjadi infeksi.
f. Bayi mengalami hypoglicemi post partum sehingga menimbulkan
kematian.
4) Pegaruh DM terhadap kala nifas:
a. Mudah terjadi infeksi post partum
b. Kesembuhan luka terlambat dan cenderung infeksi mudah
menyebar.
5) Pengaruh DM terhadap bayi:
a. Abortus, prematur, > usia kandungan 36 minggu.
b. Janin besar (makrosomia).
c. Dapat terjadi cacat bawaan, potensial penyakit saraf dan jiwa.

I. Penatalaksanaan terapi diet


Tujuan utama penatalaksanaan klien dengan DM adalah untuk
mengatur glukosa darah dan mencegah timbulnya komplikasi akut dan
kronik. Jika klien berhasil mengatasi diabetes yang dideritanya, ia akan
terhindar dari hyperglikemia atau hipoglikemia. Penatalaksanaan diabetes
melitus tergantung pada ketepatan interaksi dari tiga faktor aktifitas fisik,
diet dan intervensi farmakologi dengan preparat hyperglikemik oral dan
insulin.
Tiga hal penting yang harus diperhatikan pada penderita DM
adalah tiga J (Jumlah, Jadwal,dan jenis makanan). penjelasannya: J1,
jumlah kalori sesuai anjuran ahli gizi dan harus dihabiskan. J2, jadwal
makanan harus diikuti sesuai jam makan terdaftar. J3, jenis makanan harus
diperhatikan (Pantangan gula dan makanan manis).
Diet penderita DM dapat dibagi menjadi beberapa bagian:
Diet A : terdiri dari makanan yang mengandung KH 50%, lemak 30%,
protein 20%
Diet B : terdiri dari karbohidat 68%, lemak 20%, protein 12%
10

Diet B1 : terdiri dari karbohidrat 60%, lemak 20%, protein 20%.


Diet B1 dan B2 diberikan untuk nefropati diabetik dengan gangguan faal
ginjal.
Tabel 2.1 Tipe-tipe dan indikasi diet
No. Tipe Diet Indikasi Diet
1. Diet A Diberikan pada semua penderita DM pada umumnya.
2. Diet B Diberikan pada penderita DM terutama yang:
a. Kurang tahan lapar dengan dietnya.
b. Mempunyai hyperkolestonemia.
c. Mempunyai penyakit mikroangiopati misalnya pernah
mengalami cerebrovaskuler accident (CVA) penyakit
jantung koroner.
d. Mempunyai penyakit mikroangiopati misalnya terdapat
retinopati diabetik tetapi belum ada nefropati yang nyata.
e. Telah menderita diabetes dari 15 tahun.
3. Diet B1 Diberikan pada penderita Dm yang memerlukan diet protein
tinggi, terutama yang:
a) Mampu atau kebiasaan makan tinggi protein tetapi normalip
idemia.
b) Kurus (underweight) dengan relatif body weight kurang dari
90%
c) Masih muda perlu pertumbuhan.
d) Mengalami patah tulang.
e) Hamil dan menyusui.
f) Menderita hepatitis kronis atau sirosis hepatitis.
g) Menderita tuberkulisis paru.
h) Menderita penyakitgraves (morbus baseduo).
i) Menderita selulitis.
j) Dalam keadaan pasca bedah. Indikasi di atas selama tidak
ada kontra indikasi penggunaan protein kadar tinggi.
4. Diet B1 Diet B2 (diberikan pada penderita nefropati dengan gagal ginjal
dan B2 kronik yang klirens kreatinin masih lebar dari 25 ml/mt).
Sifat-sifat diet B2
a. Tinggi kalori (lebih dari 2000 kalori/ hari tetapi mengandung
protein kurang.
b. Komposisi sama dengan diet B, (68% hidrat arang, 12%
protein dan 20% lemak) hanya saja diet B2 kaya asam amino
esensial.
c. Dala praktek hanya terdapat diet B2 dengan diet 2100-2300
kalori/ hari. Karena bila tidak maka jumlah perhari akan
berubah.
Diet B3 (Diberikan pada penderita nefropati diabetik dengan gagal
ginjal kronik yang klibers kreatininnya kurang dari 25 ml/mt).
Sifat diet B3
a) Tinggi kalori (lebih dari 2000 kalori/ hari).
b) Rendah protein tinggi asam amino esensial, jumlah protein
40 gram/ hari.
c) Karena alasan nomor 2, maka hanya dapat disusun diet B3
2100 kalori dan 2300 per hari. (bila tidak akan merubah
jumlah protein).
d) Tinggi karbohidraat dan rendah lemak.
e) Dipilih lemak yang tidak jenuh. Semua penderita DM
dianjurkan untuk latihan ringan yang dilaksanakan secara
teratur tiap hari pada saat setengah jam sesudah makan. Juga
11

No. Tipe Diet Indikasi Diet


dianjurkan untuk melakukan latihan ringan setiap hari, pagi
dan sore hari dengan maksud untuk menurunkan berat badan.
Penyluhan kesehatan, untuk meningkatkan pemahaman maka
dilakukan penyuluhan melalui perorangan antara dokter
dengan penderita yang datang. Selain itu juga dilakukan
melalui mdia-media cetak dan elektronik.

Sesuai pengelolaan medis DM pada umumnya, pengelolaan DMG


juga terutama didasari atas pengelolaan gizi atau diet dan pengendalian
berat badan ibu. Hal-hal yang harus diperhatikan selama merawat DMG
yaitu control secara ketat gula darah, sebab bila control kurang baik
upayakan lahir lebih dini, pertimbangkan kematangan paru janin. Dapat
terjadi kematian janin secara mendadak, berikan insulin yang bekerja cepat
bila mungkin berikan melalui drips.
Hindari infeksi saluran kemih atau infeksi lainnya, lakukan upaya
pencegahan infeksi dengan baik. Pada bayi harus lahir dengan cepat terjadi
hipoglikemia sehingga perlu diberikan infus glukosa. Penanganan DMG
yang terutama adalah diet, dianjurkan diberikan 25 kalori/kgBB ideal,
kecuali pada penderita yang gemuk dipertimbangkan kalori yang lebih
mudah.
Kebutuhan kalori adalah jumlah keseluruhan kalori yang
diperhitungkan dari : kalori basal 25kal/kgBB ideal, kalori kegiatan
jasmani 20-30% , kalori untuk kehamilan 300 kalori dan kebutuhan protein
ibu hamil 1-15gr/kgBB.
Pemantauan dapat dikerjakan menggunakan alat pengukur glukosa
darah kapiler. Perhitungan menu seimbang sama dengan perhitungan pada
kasus DM umumnya, dengan ditambahkan sejumlah 300-500 kalori
perhari untuk tumbuh kembang janin selama masa kehamilan sampai
dengan masa menyusui selesai.
Pengelolaan dm dalam kehamilan bertujuan untuk
mempertahankan kadar glukosa darah puasa <105 mg/dl, mempertahankan
kadar glukosa darah 2 jam pp <120 mg/dl, mempertahankan kadar Hb
glikosilat mencegah episode hipoglikemia, mencegah ketonuria atau
12

ketoasidosis diabetic, dan mengusahakan tumbuh kembang janin yang


optimal dan normal.
Dianjurkan pemantauan gula darah teratur minimal 2x seminggu,
dianjurkan control sesuai jadwal pemeriksaan antenatal, semakin dekat
dekat dengan perkiraan persalinan maka konttrol semakin sering Hb
glikosilat diperiksa secara ideal setiap 6-8 minggu sekali.
Kenaikan berat badan ibu dianjurkan sekitar 1-2,5 kg pada
trimester pertama dan selanjutnya rata-rata 0,5 kg setiap minggu. Sampai
akhir kehamilan, kenaikan berat badan yang dianjurkan tergantung status
gizi awal ibu (ibu BB kurang dari 14-20 kg, ibu BB normal 12,5-17,5 kg
dan ibu BB lebih atau obesitas 7,5-12,5kg).
Jika pengelolaan diet saja tidak berhasil, maka insulin langsung
digunakan. Insulin yang digunakan harus preparat insulin manusia (human
insulin), karena yang bukan berasak dari bukan insulin dari manusia dapat
menyebabkan terbentuknya antibody terhadap insulin endogen dan
antibody ini dapat menembus sawar darah plasenta sehingga dapat
memengaruhi janin. Obat hipoglikemik oral tidak digunakan dalam DMG
karena efek teratogenitasnya yang tinggi dan dapat dieksresikan dalam
jumlah besar melalui ASI.

J. Penatalaksanaan Ibu Hamil dengan Diabetes Melitus


Pengelolaan ibu hamil dengan diabetes mellitus bertujuan untuk
mengendalikan kadar gula dalam darah sehingga tercapai keadaan
euglukosa. Dengan mempertaruhkan darah dalam posisi euglukosa maka :
1. Komplikasi pada ibu hamil tidak akan terjadi.
2. Komplikasi pad janin dapat ditekan sebanyak mungkin sehingga
mordibitas dan mortilitas perinatal menjadi minimal.
Kemajuan teknologi dan kerjasama antar bidang ilmu dalam upaya
pengelolaan ibu hamil dengan diabetes mellitus dapat menekas mordibitas
dan mortalitas sampai nol.Masalah pertumbuhan janin intrauteri dalam
suasana:
1. Kelebihan nutrisi
13

2. Peningkatan suasana ketob bodi


3. Peningkatan suasana insulinnya
4. Mungkin kekurangan suplai O2

Perlu dievaluasi dengan cermat sehingga dapat ditetapkan :


1. Waktu persalinan yang tepat
2. Komplikasi minimal dalam proses persalinan
3. Terapi well born baby dan well health mother

Persalinan umumnya dilakukan :


1. Umur hamil 37-38 minggu
2. Paru telah matur
3. Kemungkinan komplikasi: IUFD/makrosomia pada ibu hamil yang
sulit dikendalikan kadar konsentrasi glukosa.

K. Komplikasi
Komplikasi pada ibu yang sering terjadi adalah hipoglikemia,
terjadi pada enam bulan pertama kehamilan, hiperglikemia terjadi pada
kehamilan 20-30 minggu akibat resistensi insulin, infeksi saluran kemih,
preklampsi, hidromnio, retinopati dan trauma persalinan akibat bayi besar.
Komplikasi yang sering terjadi pada bayi yaitu abortus,
partusprematurus kelainan kongenital seperti sacral agenesis, neural tube
defek, respiratory distress, neonatal hiperglikemia, mmikrosomia, IUFD.
Hoperbilirubinemia.

L. Asuhan Keperawatan pada DM Gestasional


Menurut Putrono, W (2016), ada beberapa diagnosa yang mungkin
muncul pada diabetes mellitus gestasional ibu hamil, antara lain.
1. Risiko tinggi terhadap kekurangan nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna nutrisi dari
karbohidrat dalam penggunaan nutrisi yang kurang tepat.
b. Tujuan :
14

Gangguan kebutuhan nutrisi klien tidak terganggu dengan


pemberian diet seimbang untuk DMG dengan aktifitas yang
sesuai.
c. Kriteria Evaluasi:
Mempertahankan kadar gula darah puasa antara 60-100 mg/dl dan
2 jam sesudah makan tidak lebih dari 140 mg/dl.
d. Intervensi
Tabel 2.2 Intervensi dan rasional Risiko tinggi terhadap
kekurangan nutrisi kurang dari kebutuhan

No Intervensi Rasional
.
1. Mandiri. Timbang berat badan Penambah berat badan adalah kunci
setiap kunjungan prenatal. petunjuk memutuskan penyesuaian
kebutuhan kalori.
2. Kaji masukan kalori da pola Membantu mengevaluasi pemahaman
makan dalam 24 jam. pasien tentang aturan diet.
3. Tinjau ulang dan berikan Kebutuhan metabolism dari janin dan
informasi mengenai perubahan ibu membutuhakn perubahan besar
yang di perlukan pada selama gestasi memerlukan pemantauan
penatalaksanaan diabetic. ketat dan adaptasi.
4. Tinjau ulang tentang Makan sedikit dan hindari
pentingnya makanan yang hiperglikemia, sesudah makan dan
teratur bila memakai insulin. kelaparan.
5. Perhatikan adanya mual dan Mual dan muntah dapat megakibatkan
muntah khususnya pada defisiensi karbohidrat yang
trimester pertama. mengakibatkan metabolisme lemak dan
terjadinya ketosis.
6. Kaji pemahaman stress pada Stress mengakibatkan peningkatan
diabetic. kadar glukosa, menciptakan fluktuasi
kebutuhan insulin.
7. Ajarkan pasien tentang metode Kebutuhan insulin dapat dinilai
finger stick untuk memntau berdasarkan temuan glukosa darah
glukosa sendiri. serum secara periodic.
8. Tinjau ulang didiskusikan Hipoglikemia dapat terjadi secara cepat
tanda gejala serta kepentingan dan berat pada trimester pertama karena
hipo atau hiperglikemia. peningkatan penggunaan glukosa dan
glikogen oleh ibu dan perkembangan
janin. Hiperglikemia berefek terjadinya
hidramin.
9. Intruksi untuk mengatasi Penggunaan jumlah besar karbohidrat
hipoglikemia asimtomatik. sederhana untuk mengatasi hipoglikemi
menyebabkan nilai glukosa darah
meningkat.
10. Anjurkan pemantauan keton Ketidakcukupan masukan kalori
urine. ditunjukkan dengan ketonuria,
menandakan kebutuhan terhadap
peningkatan karbohidrat.
11. Mandiri. Diskusikan tentang Pembagian dosis insulin
dosis, jadwal, dan tipe insulin. mempertimbangkan kebutuhan basal
15

No Intervensi Rasional
.
maternal dan rasio waktu makan.
12. Sesuaikan diet dan regimen Kebutuhan metabolism prenatal
insulin untuk memenuhi berubah selama trimester pertama.
kebutuhan individu.
13. Kolaborasi dengan ahli gizi. Diet secara spesifik pada individu perlu
untuk mempertahankan normoglikemi.
14. Observasi kadar glukosa darah. Insiden abnormalitas janin dan bayi
baru lahir menurun bila kadar glukosa
darah antara 60-100 mg/dl, sebelum
makan antara 60-105 mg/dl, 1 jam
sesudah makan dibawah 140 mg/dl dan
2 jam sesudah makan kurang dari 200
mg/dl.
15. Tentukan hasil HbA1c setiap Memberikan keakuratan gambaran rata-
2-4 minggu. rata control glukosa serum selama 60
hari. Control glukosa serum
memerlukan waktu 6 minggu untuk
stabil.

3. Risiko cedera janin


Berhubungan dengan peningkatan kadar glukosa maternal,
perubahan pada sirkulasi.
a. Tujuan :
Risiko cedera pada janin dapat dihindari dengan mempertahankan
kadar gula darah maternal.
b. Kriteria Evaluasi :
Menunjukan reaksi non-stress test dan oxytocin challenge test
negative atau construction Stress Test secara normal. Kadar
glukosa darah antar 60-100 mg/dl, sebelum makan antara 60-105
mg/dl , 1 jam sesudah makan dibawah 140 mg/dl dan 2 jam
sesudah makan kurang dari 200 mg/dl.
c. Intervensi:
Tabel 2.3 intervensi dan rasional risiko cedera janin

No Intervensi Rasional
.
1. Mandiri. Kaji control Pengontrolan secara ketat sebelum konsepsi
diabetic sebelum membantu menurunkan risiko mertalitas
konsepsi. janin dan abnormal konginental.
2. Tentukan klasifikasi white Janin kurang beresiko bila klarifikasi white
terhadap diabetes. adalah A, B, C, dan apabila D adalan
berisiko tinggi.
3. Kaji gerakan janin dan Terjadi insufiensi plasenta dan ketosis
denyut janin setiap maternal mungkin secara negative
16

No Intervensi Rasional
.
kunjungan. mempengaruhi gerakan janin denyut jantung
janin.
4. Observasi tinggi fundus Untuk mengidentifikasi pola pertumbuhan
uteri setiap kunjungan. abnormal.
5. Observasi urine terhadap Benda keton dapat mengakibatkan
keton. kerusakan susunan syaraf pusat yang tidak
dapat diperbaiki.
6. Berikan informasi dan Penurunan mortalitas dan komplikasi
buatkan prosedur untuk morbiditas janin bayi baru kahir dan
pemantauan glukosa dan anomaly congential dihubungkan dengan
penatalaksanaan diabetes kenaikan kadar glukosa darah.
di rumah.
Pantauan adanya tanda- Sekitar 12% - 13% dari diabetes akan
tanda edema, proteinuria, berkembang menjadi gangguan hipertensi
peningkatan tekanan karena perubahan kardiovasluler berkenaan
darah. dengan diabetes.
8. Tinjau ulang prosedur dan Aktifitas dan pergerakan janin merupakan
rasional untuk Non-Stress pertanda baik dari kesehatan janin.
Test setiap minggu.
9. Diskusikan rasional atau Contraction stress test dapat memberikan
prosedur untuk informasi tentang perfusi oksigen dan nutrisi
melaksanakan oxytocin pada janin. Hasil positif menandakan
challenge Test atau insufiensi plasenta.
contaction stress Test
setiap minggu mulai
minggu ke-30 sampai 32.
10. Tinjau ulang prosedur dan Maturasi paru janin adalah kriteria yang
rasional untuk tindakan digunakan untuk menentukan kelangsungan
amniosentesis. hidup.
11. Kolaborasi. Kaji Hb Insiden bayi malformasi secara kongenital
setiap 2-4 minggu sesuai meningkat pada wanita dengan kadar HbA1c
indikasi. tinggi pada awak kehamilan atau sebelum
konsepsi.
12. Kaji kadar albumin Tes serum albumin glikosat menunjukan
glikosat pada getasi glikeia lebih dari beberapa hari.
minggu ke-24 sampai
minggu ke-28khususnya
pada ibu dengan resiko
tinggi.
13. Dapatkan kadar serum Insiden kerusakan tuba neural lebih besar
alfa fetoprotein pada pada ibu diabetic daripada non diabetic bila
gestasi minggu ke-14 control sebelum kehamilan sudah buruk.
sampai minggu ke 16.
14. Siapkan untuk Ultra sonografi bermanfaat dalam
ultrasonografi pada memastikan tanggal gestasi dan membantu
gestasi minggu ke dalam evaluasi retardasi pertumbuhan intra
8,12,18,28,36, sampai uterin.
minggu ke-38.
15. Lakukan non-stress Test Mengetahui kesehatan janin dankedekatan
dan oxytocin challenge perfusi plasenta.
test atau contruction stress
test dengan tepat.
16. Dapatkan sekuensial Penurunan kadar estriol dapat menunjukan
serum atau specimen penurunan fungsi plasenta, menimbulkan
urine 24 jam terhadap retardasi pertumbuhan intra uterin dan lahir
17

No Intervensi Rasional
.
kadar estriol setelah mati.
gestasi minggu ke-30.
17. Bantu untuk bersalin per Membantu menjamin hasil positif untuk neo
vaginam atau seksio. natus. Insiden lahir mati meningkat secara
bermakna pada gestasi lebih dari minggu ke-
36. Makrosomia sering menyebabkan
distosia dengan sefalopelvis disproporsi.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Diabetes mellitus Gestasional (DMG) adlah kelainan metabolic
karbohidrat akibat devesiensi insulin, dari factor yang memberatkan mungkin ada
sebelumnya.Manifestasi klinis terdiri dari poliuri (banyak kencing), polidipsi
(banyak minum, polipagi (banyak makan).Pengaruh diabetes melitus gestasional
terhadap kehamilan memiliki komplikasi seperti Abortus dan partus pregmaturur,
hidronion, pre-eklamasi, kesalahan letak jantung, insufisiensi plasenta.Tujuan dari
penatalaksanaan terapi diet pada klien dengan DM adalah untuk mengatur glukosa
darah dan mencegah terjadinya komplikasi akut dan kronik.Pengelolaan ibu hamil
dengan diabetes mellitus bertujuan untuk mengendalikan kadar gula dalam darah
sehingga tercapai keadaan euglukosa.

18
DAFTAR PUSTAKA

WHO. (2004). Diabetes Melitus. WHO New: fact Sheets. Diankes dari:
http://www.who.int/mediancentre/factsheets/fsl138/en/pada tanggal 1 april
2014.
Depkes RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013. Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Oroh, Loho, Mongan. (2015). Kaitan Makrosomia dengan Diabetes Mellitus
Gestasional. Jurnal e-Clinic (eCl), 721-725.
Bobak, Lowdermilk, Jensen. (2004). Buku ajar keperawatan maternitas/ Maternity
Nursing, edisi 4. Jakarta: EGC
Putrono, W. (2016). Asuhan Keperawatan Antenatal. Intranatal, dan bayi baru
lahir, Fisiologi dan Patofisiologi. Yogyakarta: Andi

Anda mungkin juga menyukai