Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA NY. J DENGAN GANGGUAN FRAKTUR RADIUS DISTAL


DIRUANG CEMPAKA 2 RSUD KARTINI KARANG ANYAR

DISUSUN OLEH :
AYUK CINTIA
22.1.035

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


POLITEKNIK INSAN HUSADA SURAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2023/2024
LAPORAN PENDAHULUAN
FRAKTUR RADIUS DISTAL

A.Definisi Fraktur Radiusdistal


Fraktur radius distal adalah salah satu dari macam fraktur yang biasa terjadi pada pergelangan
tangan.Umumnya sering terjadi karena jatuh dalam keadaan tangan menumpu dan biasa itu
terjadi pada anak-anak dan lebih lanjut usia. Bila seseorang jatuh dengan tangan yang
menjulur, tangan akan tiba-tiba menjadi kaku, dan kemudian menyebabkan tangan memutar
dan menekan lengan bawah. Jenis luka yang terjadi akibatnya keadaan ini tergantung usia
penderita. Pada anak-anak dan lebih lanjut usia, alias N menyebabkan fraktur tulang radius.
Jari-jari fraktur distal merupakan 15% dari seluruh kejadian fraktur pada dewasa.
Abraham Colles adalah orang yang pertama kali menggambarkan fraktur radius distal pada
tahun 18 14 D sebuah sekarang dikenal dengan nama Fraktur Colles. Ini adalah fraktur yang
Paling sering ditemukan pada manula, kejadiannya kamuang tinggi berhubungan dengan
sebuah permulaan osteoporosis pasa mati haid. Karena itu pasien biasanya wanita yang
memiliki sejarah jatuh pada tangan yang terentang. Biasanya penderita jatuh terpeleset
sedang tangan menjadi rusaha menaHanbadandalam posisi terbuka dan pronasi. Gaya akan
melanjutkan ke daerah metafisis radius distal yang akan menepuhkah radius 1/3 distal dimana
garis patah berjarak dari 2cm permukaan persendiaan pergelangan tangan.
fraktur pada Fragmen Blagi distal radius dapat terjadi dislokasi ke arah punggung maupun
volar,radial dan supinasi.Gerakan kearah radial sering menyebabkan fraktur avulsi dari
prosesusstyloideus tulang hasta,sedangkan dislokasi bagian distal kepunggung dan Gerakan
kearah radial menyebabkan subluk sasi kirim radioulnardistal.Komplikasi yang sering terjadi
adalah kekakuan dan deformitas (perubaHan bentuk), jika pasien mendapat penanganannya
terlambat. (Egol KA, Koval KJ, 2015) II.

B.ETIOLOGI
Menurut Apley dan Salomon (2000), tulang bersifat relative rapuh namun cukup mempunyai
kekuatan gaya pegas untuk menahan tekanan. Fraktur dapat disebabkan oleh
-Cedera dan benturan seperti pukulan langsung, gaya meremuk, gerakanpuntir mendadak,
kontraksi otot ekstrim.
-Letih karena otot tidak dapat mengabsorbsi energi seperti berjalan kakiterlalu jauh.
-Kelemahan tulang akibat penyakit kanker atau osteoporosis pada fraktur patologis.
Menurut Mansjoer (2000), ada empat jenis fraktur antebrachii yang khas beserta
penyebabnya yaitu :
1.Fraktur Colles
Deformitas pada fraktur ini berbentuk seperti sendok makan (dinner forkdeformity). Pasien
terjatuh dalam keadaan tangan terbuka dan pronasi,tubuh beserta lengan berputar ke ke dalam
(endorotasi). Tangan terbuka yang terfiksasi di tanah berputar keluar (eksorotasi/supinasi).
2.Fraktur Smith
Fraktur Smith merupakan fraktur dislokasi ke arah anterior (volar), karena itu sering disebut
reverse Colles fracture. Fraktur ini biasa terjadi pada orang muda. Pasien jatuh dengan tangan
menahan badan sedang posisi tangan dalam keadaan volar fleksi pada pergelangan tangan
dan pronasi.Garis patahan biasanya transversal,kadang-kadang intra articular.
3.Fraktur Galeazzi
Fraktur Galeazzi merupakan fraktur radius distal disertai dislokasi sendi radius ulna distal.
Saat pasien jatuh dengan tangan terbuka yangmenahan badan, terjadi pula rotasi lengan
bawah dalam posisi pronasiwaktu menahan berat badan yang memberi gaya supinasi.
4.Fraktur Montegia
Fraktur Montegia merupakan fraktur sepertiga proksimal ulna disertai dislokasi sendi radius
proksimal.terjadi karena trauma langsung.

C.KLASIFIKASI
Menurut Hardiyani (2000), fraktur dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1.Berdasarkan tempat (Fraktur humerus, tibia, clavicula, dan cruris dst)
2.Berdasarkan luas dan garis fraktur terdiri dari :
a.Fraktur komplit (garis patah melalui seluruh penampang tulang ataumelalui kedua
korteks tulang).
b.Fraktur tidak komplit (bila garis patah tidak melalui seluruh garispenampang tulang).
3.Berdasarkan bentuk dan jumlah garis patah :
a.Fraktur kominit (garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan)
b.Fraktur segmental (garis patah lebih dari satu tapi tidakberhubungan)
c.Fraktur Multipel ( garis patah lebih dari satu tapi pada tulang yangberlainan tempatnya,
misalnya fraktur humerus, fraktur femur dansebagainya).
4.Berdasarkan posisi fragmen :
a.Undisplaced (tidak bergeser) / garis patah komplit tetapi keduafragmen tidak bergeser.
b.Displaced (bergeser) / terjadi pergeseran fragmen fraktur
5.Berdasarkan hubungan fraktur dengan dunia luar :
a.Tertutup
b.Terbuka (adanya perlukaan dikulit).
6.Berdasar bentuk garis fraktur dan hubungan dengan mekanisme trauma :
a.Garis patah melintang
b.Oblik/miring
c.Spiral melingkari tulang
d.Kompresi
e. Avulasi/trauma tarikan atau insersinya.misal pada patella.
7.Berdasarkan kedudukan tulangnya:
a.Tidak adanya dislokasi
b.Adanya dislokasi
At axim :membentuk sudut
At lotus:fragmen tulang berjauhan
At lougitudinal: berjauhan memanjang
At lotus cum contractionsnum:berjauhan dan memendek

D.PATOFISIOLOGI
Jenis fraktur :
1.Fraktur komplit adalah patah pada seluruh garis tengah tulang danbiasanya mengalami
pergeseran
2.Fraktur inkomplit, patah hanya terjadi pada sebagian dari garis tengahtulang
3.Fraktur tertutup (fraktur simple), tidak menyebabkan robekan kulit.
4.Fraktur terbuka (fraktur komplikata/kompleks), merupakan fraktur dengan luka pada kulit
atau membrana mukosa sampai ke patahan tulang.Fraktur terbuka digradasi menjadi : Grade I
dengan luka bersih kurang dari 1 cm panjangnya dan sakit jelas, Grade II luka lebih luas
tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif dan Grade III, yang sangat terkontaminasi dan
mengalami kerusakan jaringan lunak ekstensi,merupakan yang paling berat.
Penyembuhan/perbaikan fraktur :
Bila sebuah tulang patah, maka jaringan lunak sekitarnya juga rusak,periosteum terpisah dari
tulang dan terjadi perdarahan yang cukup berat.Bekuan darah terbentuk pada daerah tersebut.
Bekuan akan membentuk jaringan granulasi, dimana sel-sel pembentuk tulang premitif
(osteogenik)berdeferensiasi menjadi kondroblas dan osteoblas. Kondroblas akan mensekresi
fosfat yang akan merangsang deposisi kalsium. Terbentuk lapisan tebal (kalus disekitar lokasi
fraktur. Lapisan ini terus menebal dan meluas, bertemu dengan lapian kalus dari fragmen
yang satunya dan menyatu. Fusi dari kedua fragmen terus berlanjut dengan terbentuknya
trabekula oleh osteoblas, yang melekat pada tulang dan meluas menyebrangi lokasi fraktur.
Persatuan (union) tulang provisional ini akan metaplastic untuk menjadi lebih kuat dan lebih
terorganisasi.Kalus tulang akan mengalami re-modelling dimana osteoblast akan membentuk
tulang baru sementara osteoklas akan menyingkirkan bagian yang rusak sehingga akhirnya
akan terbentuk tulang yang menyerupai keadaan tulang aslinya.
E.PATHWAYS
F.MANIFESTASI KLINIS
Menurut Brunner dan Suddarth (2005) manifestasi fraktur adalah nyeri, deformitas, hilangnya
fungsi, pemendekan ekstermitas, krepitus, pembengkakan local dan terjadi perubahan warna.
a. Nyeri terjadi terus menerus dan bertambah berat sampai fragmen tulang diimobilisasi.
b. Setelah terjadi fraktur, ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal
otot bergantung pada integritas tulang tempat melekatnya otot.
c. Pada kasus fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang karena kontraksi otot yang melekat
di atas ada di bawah tempat fraktur.
d. Pada saat pemeriksaan ekstemitas menggunakan tangan, teraba adanya drik tulang yang
dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan yang lain.
e. Pada kulit terjadi perubahan warna dan pembengkakan akibat trauma dan perdarahan pada
fraktur.

G.PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laboratorium
Pada fraktur test laboratorium yang perlu diketahui : Hb, hematokrit sering rendah akibat
perdarahan, laju endap darah (LED) meningkat bila kerusakan jaringan lunak sangat luas.
Pada masa penyembuhan Ca dan P meengikat di dalam darah.
b. Radiologi
X-Ray dapat dilihat gambaran fraktur, deformitas dan metalikment. Venogram/anterogram
menggambarkan arus vascularisasi. CT scan untuk mendeteksi struktur fraktur yang
kompleks.

H.PENATALAKSAAN
a. Terapi Non Operatif Fraktur Radius Distal Reduksi tertutup dan imobilisasi dengan gips
menjadi pilihan utama pada 75% - 80% kasus fraktur distal radius (Koval dan Zuckerman.
2002). Terapi ini bergantung penuh pada ligamentotaxis untuk menjaga reduksi pada fraktur
fragmen (Liporace et al., 2009). Terdapat dua jenis imobilisasi yang digunakan yaitu volar
splint dan sugar tong splint. Pada Gambar 2.7 terlihat contoh terapi non operatif
menggunakan volar splint. Reduksi tertutup dan imobilisasi dengan gips menjadi pilihan
utama pada 75% - 80% kasus fraktur distal radius (Koval dan Zuckerman, 2002). Terapi ini
bergantung penuh pada ligamentotaxis untuk menjaga reduksi pada fraktur fragmen
(Liporace et al., 2009). Terdapat dua jenis imobilisasi yang digunakan yaitu volar splint dan
sugar tong splint.
b. Terapi Operatif Fraktur Radius Distal Beberapa pilihan terapi operatif pada fraktur radius
distal diantaranya Intrafocal Pinning (K-wire), Nonbridging External Fixation, Bridging
External Fixation, Arthroscopic Asisted External Fixation, Open Reduction Internal Fixation,
dan Fragment -Specific Fixation (Liporace et al., 2009).
I.KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN FRAKTUR RADIUS
DISTAL
1.PENGKAJIAN
1. Pengkajian
a. Identitas pasien Meliputi tanggal pengkajian, ruangan, nama (inisial), No MR, umur,
pekerjaan, agama, jenis kelamin, alamat, tanggal masuk RS, alasan masuk RS, cara masuk
RS, penanggung jawab.
b. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan dahulu
Tanyakan juga penyakit yang pernah dialami pasien sebelumnya, riwayat penyakit pasien
yang pernah dirawat dirumah sakit serta pengobatan yang pernah didapatkan dan hasilnya.
Dan ada tidaknya riwayat DM pada masa lalu yang akan mempengaruhi proses perawatan
post operasi.
2) Riwayat kesehatan sekarang Tanyakan pada pasien dan atau keluarga tentang keluhan
pasien saat ini, biasanya pasien mengalami nyeri pada daerah fraktur, kondisi fisik yang
lemah, tidak bisa melakukan banyak aktifitas, mual, muntah, dan nafsu makan menurun.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Tanyakan pada pasien dan atau keluarga mengenai penyakit yang berhubungan dengan yang
diderita pasien saat ini dan penyakit herediter/keturunan lainnya (anggota keluarga dengan
Riwayat penyakit yang sama).
c. Data pola kebiasaan sahari-hari
1) Nutrisi
a) Makanan
Catat pola kebiasaan makan saat sehat dan sakit. Catat diit yang diberikan rumah sakit pada
pasien dan jumlahnya. Tanyakan konsumsi diit atau makanan sehari-hari lainnya pada waktu
sakit dan bandingkan pada waktu sehat, catat porsi makan yang dihabiskan, keluhan saat
makan serta kemandirian dalam pelaksanannya.
b) Minuman. Tanyakan jumlah cairan yang diminum dan ragamnya, bandingkan jumlahnya
pada saat sakit dengan sehat. Catat keluhan yang dirasakan pasien dan kemandirian dalam
melaksanakannya.
2) Eliminasi
a) Miksi
Tanyakan frekuensi buang air kecil dan perkiraan jumlahnya, bandingkan pada keadaan sakit
dengan sehat serta catat karakteristik urine (warna, konsistensi dan bau serta temuanlain)
serta keluhan yang dirasakan selama BAK dan kemandirian dalam melaksanakannya serta
alat bantu yang dipakai.
b) Defekasi
Tanyakan frekuensi buang air besar, bandingkan pada keadaan sakit dengan sehat serta catat
karakteristik feses (warna, konsistensi dan bau serta temuan lainnya) serta keluhan yang
dirasakan selama BAB dan kemandirian dalam melaksanakannya.
d. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum pasien
a) Tingkat kesadaran
b) Berat badan
c) Tinggi badan
2) Kepala
Amati bentuk kepala, adanya hematom/oedema, perlukaan (rinci keadaan luka, luas luka,
adanya jahitan, kondisi luka).
a) Rambut Amati keadaan kulit kepala dan rambut
sertakebersihannya dan temuan lain saat melakukan inspeksi.
b) Wajah: Amati adanya oedema/hematom, perlukaan disekitarwajah (rinci keadaan luka, luas
luka, adanya jahitan, kondisi luka) dan temuan lain saat melakukan inspeksi.
c) Mata Amati kesimetrisan kedua mata, reflek cahaya, diameterpupil, kondisi bola mata
(sklera, kornea, atau lensa, dll) keadaan kelopak mata dan konjungtiva serta temuan lainya.
d) Hidung Amati keadaan hidung. adanya perlukaan, keadaanseptum, adanya sekret pada
lubang hidung, darah atau obstruksi), adanya pernafasan cuping hidung dan temuan lain saat
melakukan inspeksi (rinci keadaan luka. luas luka, adanya jahitan, kondisi luka).
e) Bibir Amati adanya oedema, permukaan (rinci keadaanluka, luas luka, adanya jahitan,
kondisi luka), warna bibir dan kondisi mukosa bibir serta temuan lain saat melakukan
inspeksi.
f) Gigi Amati kelengkapan gigi, kondisi gigi dan kebersihanserta temuan lain saat melakukan
inspeksi.
g) Lidah Amati letak lidah, warna, kondisi dan kebersihanlidah serta temuan lain saat
melakukan inspeksi.
3) Leher Amati adanya pembesaran kelenjar thyroid, kelenjar getah bening dileher serta
deviasi trakea, adanya luka operasi, pemasangan drain serta temuan lain saat melakukan
inspeksi. Lakukan auskultasi pada kelenjar thyroid jika ditemukan pembesaran. Ukur
jugularis vena pressure (JVP), tuliskan lengkap dengan satuannya.
4) Dada/thorak
a) Inspeksi Pengamatan terhadap lokasi pembengkakan,warna kulit pucat, laserasi,
kemerahan mungkin timbul pada area terjadinya fraktur adanya spasme otot dan keadaan
kulit. b) Palpasi Pemeriksaan dengan cara perabaan, yaitu penolakanotot oleh sentuhan kita
adalah nyeri tekan, lepas dan sampai batas mana daerah yang sakit biasanya terdapat nyeri
tekan pada area fraktur dan didaerah luka insisi.
c) Perkusi Perkusi biasanya jarang dilakukan pada kasus fraktur.
d) Auskultasi: Periksaan dengan cara mendengarkan Gerakan udara melalui struktur
merongga atau cairan yang mengakibatkan struktur sulit bergerak. Pada pasian fraktur
pemeriksaan ini pada area yang sakit jarang dilakukan.
5) Jantung
a) Inspeksi: Amati ictus cordis.
b) Palpasi Raba lokasi dirasakan ictus cordis dan kekuatanangkanya.
c) Perkusi Tentukan batas-batas jantung.
d) Auskultasi Dengarkan irama denyutan jantung,keteraturandan adanya bunyi tambahan.
6) Perut/abdomen.
a) Inspeksi : Amati adanya pembesaran rongga abdomen,keadaan kulit, luka bekas operasi
pemasangan drain dan temuan lain saat melakukan inspeksi.
b) Auskultasi Dengarkan bunyi bising usus dan catat frekuensinya dalam 1 menit.
c) Palpasi Raba ketegangan kulit perut, adanya kemungkinanpembesaran hepar, adanya
massa atau cairan
d) Perkusi: Dengarkan bunyi yang dihasikan dari ketukan dirongga abdomen bandingkan
dengan bunyi normal.
7) Genitourinaria Amati keadaan genetalia, kebersihan dan pemasangan kateter serta temuan
lain saat melakukan inspeksi.
8) Ekstremitas Amati adanya bentuk, adanya luka (rinci keadaan luka), oedema,dan pengisian
kapiler, suhu bagian akral serta temuan lain saat pemeriksaan.
9) Sistem integument Amati warna kulit, rasakan suhu kulit, keadaan turgor kulit, adanya
luka serta temuan lain saat pemeriksaan.
10) Sistem neurologi (diperiksa lebih rinci jika pasien mengalami penyakit yang berhubungan
dengan sistem neurologis)
a) Glascow Come score
b) Tingkat kesadaran
c) Refleks fisiologis
d) Reflek patologis
e) e) Nervus cranial I-XII
J.INTERVENSI KEPERAWATAN
Intervensi atau perencanaan yaitu suatu kegiatan dalam asuhan keperawatan yang meliputi,
berfokus pada pusat tujuan pasien, menetapkan hasil yang ingin diperoleh dan memilih
intervensi untuk mencapai tujuan tersebut (Potter,& Perry,2010).Berdasarkan Nursing
interventions classification (NIC), (Bulechek, 2013)dan Berdasarkan Nursing Outcome
Clasification (NOC),(Sue Moorhead,Marion johnson,Meridiean L, Elizabeth Swanson,2013)
diproleh intervensi sebagai berikut:
NO DIAGNOSA LUARAN INTERVENSI
KEPERAWTA
N
1 2 3 4
1. Nyeri akut b.d Setelah  Manajemen nyeri
agen pencedara dilakukan  Observasi:
fisik intervensi  Identifikasi
(D.0078) selama ….x24 lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,ku
jam,maka alitas,intensitas nyeri
Ditandai dengan tingkat nyeri  Identifikasi skala nyeri
tanda dan gejala: menurun,dengan  Identifikasi respons nyeri non verbal
S: kriteria hasil:  Identifikasi factor yang memperberat
 Pasien  keluhan dan memperingan nyeri
mengeluh nyeri  Identifikasi pengetahuan dan
nyeri menurun keyakinan tentang nyeri
 Pasien  meringis  Identifikasi pengaruh budaya terhadap
nyeri saat menurun respon nyeri
mau  sikap  Identifikasi pengaruh nyeri pada
menggera protektif kualitas hidup
kkan menurun
 Monitor keberhasilan terapi
tanganny  Gelisah kompemlenter yang sudah diberikan
a menurun
 Monitor efek samping penggunaan
 kesulitan analgetic
O: menurun
 Gerakan  frekuens  Terapeutik:
terbatas i  Berikan teknik nonfarmakologis untuk
 Fisik membai mengurangi rasa nyeri
lemah k (mis.TENS,hypnosis,akupresur,terapi
music,biofeedback,terapi
pijat,aromaterapi,teknik
imajinasi,terbimbing,kompres
hangat/dingin,terapi bermain
 Kontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri (mis.suhu
ruangan,pencahayaan,kebisingan)
 Fasilitas istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jeni dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategimeredakan
nyeri
Edukasi
 Jelaskan penyebab ,periode dan
pemicu nyeri
 Jelakan strategi meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
 Anjurkan menggunakan analgetic
secara tepat
 Ajarkan Teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgetic,jika
perlu

2. Risiko infeksi Setelah Manajemen Imunisasi/Vaksinasi


b.d efek dilakukan Observasi:
prosedur intervensi  Identifikasi Riwayat Kesehatan dan
invasive selama ….24x Riwayat alergi
(D.0142) jam,maka  Identifikasi kontra indikasi pemberian
DAFTAR PUSTAKA
Dhakal, S., dan Caro. DIL 2012. Study of the incidene of distal radius fracture.
Journal of Chitwan Medical College, 1(2): 49-52.
Donegan, Shannon. 2017. Effectiveness of Non-Operative Treatment vs. Operative Treatment
of Unstable Distal Radius Fractures in the Elderly School of Physician Assistant Studies. 634.
Singapore: Elsevier Inc. Terjemahan oleh Elseria, R. N. 2012. Kamus Kedokteran Dorland.
Edisi 31. Jakarta: EGC.
Noor, Zairin. 2016. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal, Edisi 2. Jakarta:
Salemba Medika. Rasjad, C. 2015. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Edisi 4. Jakarta: Yarsif
Watampone.
Snell R.S., 2012. Clinical anatomy by regions. 9th ed. Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins. Solomon, et al. 2010. Apley's System of Orthopaedics and Fractures,
Ninth edition. United Kingdom: University of Bristol.

Syarif, M. W. H. 2012. Gambaran penderita fraktur radius distal di RSUP Haji

Anda mungkin juga menyukai