Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN KASUS

OPENED FRAKTUR OS. RADIUS DEXTRA 1/3 DISTAL

Dibuat oleh:
dr. Mega Permatasari

Pembimbing:
dr. Utariyah Budiastuti

PROGRAM DOKTER INTERNSIP


RSUD BATANG
2018
BORANG PORTOFOLIO

Nama Peserta : Mega Permatasari, dr.


Nama Wahana : RSUD Batang
Topik : Opened Fracture Os. Radius 1/3 Distal
Tanggal Kasus : 24 Mei 2018
Nama Pasien : Ny. R No RM : 392159
Tanggal Presentasi: Mei 2018 Nama Pendamping : Dr. Utariyah Budiastuti
Tempat Presentasi : Ruang Komite Medik RSUD Batang
Obyektif Presentasi :
√ Keilmuan Ketrampilan Penyegaran √ Tinjauan Pustaka
√ Diagnostik √ Manajemen √ Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa √ Lansia Bumil

Tujuan : diagnosis, manajemen, pemecahan masalah


Bahan Bahasan : √ Tinjauan Pustaka Riset √Kasus Audit
Cara Pembahasan : Diskusi √ Presentasi dan diskusi Email Pos
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

I. Definisi Fraktur

Fraktur radius distal adalah salah satu dari macam fraktur yang biasa

terjadi pada pergelangan tangan. Umumnya sering terjadi karena jatuh dalam

keadaan tangan menumpu dan biasanya terjadi pada anak-anak dan lanjut

usia. Bila seseorang jatuh dengan tangan yang menjulur, tangan akan tiba-

tiba menjadi kaku, dan kemudian menyebabkan tangan memutar dan

menekan lengan bawah. Jenis luka yang terjadi akibat keadaan ini tergantung

usia penderita. Pada anak-anak dan lanjut usia, akan menyebabkan fraktur

tulang radius. Fraktur radius distal merupakan 15 % dari seluruh kejadian

fraktur pada dewasa.

Abraham Colles adalah orang yang pertama kali mendeskripsikan fraktur

radius distal pada tahun 1814 dan sekarang dikenal dengan nama fraktur

Colles. Ini adalah fraktur yang paling sering ditemukan pada manula,

insidensinya yang tinggi berhubungan dengan permulaan osteoporosis pasca

menopause. Karena itu pasien biasanya wanita yang memiliki riwayat jatuh

pada tangan yang terentang. Biasanya penderita jatuh terpeleset sedang

tangan berusaha menahan badan dalam posisi terbuka dan pronasi. Gaya

akan diteruskan ke daerah metafisis radius distal yang akan menyebabkan

patah radius 1/3 distal di mana garis patah berjarak 2 cm dari permukaan

persendian pergelangan tangan. Fragmen bagian distal radius dapat terjadi

dislokasi ke arah dorsal maupun volar, radial dan supinasi. Gerakan ke arah

radial sering menyebabkan fraktur avulsi dari prosesus styloideus ulna,

sedangkan dislokasi bagian distal ke dorsal dan gerakan ke arah radial


menyebabkan subluksasi sendi radioulnar distal. Komplikasi yang sering

terjadi adalah kekakuan dan deformitas (perubahan bentuk), jika pasien

mendapat penanganan terlambat

II. Anatomi Antebrachii

a. Tulang ulna

Menurut Hartanto (2013) ulna adalah tulang stabilisator pada lengan

bawah, terletak medial dan merupakan tulang yang lebih panjang dari dua

tulang lengan bawah. Ulna adalah tulang medial antebrachium. Ujung

proksimal ulna besar dan disebut olecranon, struktur ini membentuk

tonjolan siku. Corpus ulna mengecil dari atas ke bawah.

Gambar 1. Anatomi os Ulna


(Putz & Pabst, 2007)
b. Tulang Radius

Radius terletak di lateral dan merupakan tulang yang lebih pendek

dari dari dua tulang di lengan bawah. Ujung proksimalnya meliputi

caput pendek, collum, dan tuberositas yang menghadap ke medial.

Corpus radii, berbeda dengan ulna, secara bertahap membesar saat ke

distal. Ujung distal radius berbentuk sisi empat ketika dipotong

melintang. Processus styloideus radii lebih besar daripada processus

styloideus ulnae dan memanjang jauh ke distal. Hubungan tersebut

memiliki kepentingan klinis ketika ulna dan/atau radius mengalami

fraktur (Hartanto, 2013).

Gambar 2 Anatomi os Radius


(Putz & Pabst, 2007)
III. Epidemiologi

Fraktur radius distal adalah salah satu fraktur yang paling umum dari

ekstremitas atas. Lebih dari 450.000 terjadi setiap tahun di Amerika Serikat.

Fraktur radius distal mewakili sekitar seperenam dari semua patah tulang yang

dirawat di bagian gawat darurat. Insiden fraktur radius distal pada usia tua selalu

berhubungan dengan osteopenia dan naik dalam insiden dengan bertambahnya

usia, hampir secara paralel dengan peningkatan kejadian patah tulang pinggul.

Fraktur radius distal yang terjadi pada usia muda, disebabkan oleh trauma. Baik

karena kecelakaan lalu lintas ataupun terjatuh dari ketinggian. Faktor resiko

fraktur radius distal pada orang tua termasuk penurunan tulang mineral, jenis

kelamin perempuan, ras kulit putih, riwayat keluarga, dan menopause dini.

IV. Etiologi Fraktur

Fraktur terjadi karena kelebihan beban mekanis pada suatu tulang, saat

tekanan yang diberikan pada tulang terlalu banyak dibandingkan yang mampu

ditanggungnya. Jumlah gaya pasti yang diperlukan untuk menimbulkan suatu

fraktur dapat bervariasi, sebagian bergantung pada karakteristik tulang itu

sendiri. Fraktur dapat terjadi karena gaya secara langsung, seperti saat sebuah

benda bergerak menghantam suatu area tubuh di atas tulang.

Menurut Nampira (2014) fraktur batang radius dan ulna biasanya terjadi

karena cedera langsung pada lengan bawah, kecelakaan lalu lintas, atau jatuh

dengan lengan teregang. Fraktur radius dan ulna biasanya merupakan akibat

cedera hebat. Cedera langsung biasanya menyebabkan fraktur transversa pada

tinggi yang sama, biasanya di sepertiga tengah tulang (Hartanto, 2013).


V. Patofisiologi Fraktur

Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas

untuk menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari

yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang

mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang (Rosyidi, 2013).

Terdapat beberapa faktor yang bisa menentukan lama penyembuhan

fraktur. Penyembuhan fraktur berkisaran antara tiga minggu sampai empat

bulan. Waktu penyembuhan pada anak secara kasar separuh waktu

penyembuhan daripada dewasa.

Ada beberapa tahapan dalam penyembuhan tulang yaitu: (1) Fase

inflamasi, (2) Fase 2: proliferasi sel, (3) Fase 3: pembentukan dan penulangan

kalus (osifikasi), (4) Fase 4: remodeling menjadi tulang dewasa.

1) Inflamasi

Respons tubuh pada saat mengalami fraktur sama dengan respons

apabila ada cedera di bagian tubuh lain. Terjadi perdarahan pada jaringan

yang cedera dan pembentukan hematoma pada lokasi fraktur. Ujung

fragmen tulang mengalami devitalisasi karena terputusnya pasokan darah.

Tempat cedera kemudian akan diinvasi oleh makrofag (sel darah putih

besar) yang akan membersihkan daerah tersebut dari zat asing. Pada saat

ini terjadi inflamasi, pembengkakan, dan nyeri. Tahap inflamasi

berlangsung beberapa hari dan hilang dengan berkurangnya

pembengkakan dan nyeri.

2) Proliferasi sel
Dalam sekitar lima hari, hematoma akan mengalami organisasi.

Terbentuk benang-benang fibrin pada darah dan membentuk jaringan

untuk revaskularisasi, serta invasi fibroblast dan osteoblast.

Fibroblast dan osteoblast (berkembang dari osteosit, sel endostel, dan

sel periosteum) akan menghasilkan kolagen dan proteoglikan sebagai

matriks kolagen pada patahan tulang. Terbentuk jaringan ikat fibrus dan

tulang rawan (osteoid). Dari periosteum tampak pertumbuhan melingkar.

Kalus tulang rawan tersebut dirangsang oleh gerakan mikro minimal pada

tempat patah tulang. Namun, gerakan yang berlebihan akan merusak

struktur kalus. Tulang yang sedang aktif tumbuh menunjukkan potensial

elektronegatif.

3) Pembentukan kalus

Pertumbuhan jaringan berlanjut dan lingkaran tulang rawan tumbuh

mencapai sisi lain sampai celah terhubungkan. Fragmen patahan tulang

digabungkan dengan jaringan fibrus, tulang rawan, dan serat tulang

imatur. Bentuk kalus dan volume yang dibutuhkan untuk menghubungkan

defek secara langsung berhubungan dengan jumlah kerusakan dan

pergeseran tulang. Perlu waktu tiga sampai empat minggu agar fragmen

tulang tergabung dalam tulang rawan atau jaringan fibrus. Secara klinis,

fragmen tulang tak bisa lagi digerakkan.

Pembentukan kalus mulai mengalami penulangan dalam dua

sampai tiga minggu patah tulang melalui proses penulangan endokondrial.

Mineral terus-menerus ditimbun sampai tulang benar-benar telah bersatu


dengan keras. Permukaan kalus tetap bersifat elektronegatif. Pada patah

tulang panjang orang dewasa normal, penulangan memerlukan waktu tiga

sampai empat bulan.

4) Remodeling

Tahap akhir perbaikan patah tulang meliputi pengambilan jaringan

mati dan reorganisasi tulang baru ke susunan struktural sebelumnya.

Remodeling memerlukan waktu berbulan-bulan sampai bertahun-tahun

bergantung pada beratnya modifikasi tulang yang dibutuhkan, fungsi

tulang, dan stres fungsional pada tulang (pada kasus yang melibatkan

tulang kompak dan kanselus). Tulang kanselus mengalami penyembuhan

dan remodeling lebih cepat dari pada tulang kortikal kompak, khusunya

pada titik kontak langsung. Ketika remodeling telah sempurna, muatan

permukaan pada tulang tidak lagi negatif. Proses penyembuhan tulang

dapat dipantau dengan pemeriksaan sinar X. Imobilisasi harus memadai

sampai tanda-tanda adanya kalus tampak pada gambaran sinar X.


V. KLASIFIKASI RADIUS DISTAL FRAKTUR

Klasifikasi radius distal fraktur berdasarkan keterlibatan intraartikular.

1. Mayo Clinic Classification

Gambar 3. Mayo Clinic Classification radius distal fraktur. Tipe 1 adalah fraktur
extraarticular (diluar sendi). Tipe 2, 3, 4 adalah fraktur intraarticular (pada sendi)
dibedakan berdasarkan displacement (pergeseran) dan kompleksitas fraktur.

2. Frykman Classification

Gambar 4. Klasifikasi radius distal fraktur oleh frykman (1967).


VI. Terapi Pengobatan

Semua pasien dengan radius distal fraktur umumnya selalu ditangani dengan
reposisi tertutup dan imobilisasi dengan gyps/cast, kecuali pasien dengan open
fraktur ataupun kondisi fragmen fraktur yang tidak memenuhi kriteria acceptable.

Jika fraktur stabil dan hasil reduksi baik, maka tidak diperlukan tindakan
operasi lanjutan. Jika fraktur dinilai tidak stabil, dinilai dari pergeseran
(displaced) dari fragmen setelah dilakukan tindakan reduksi tertutup, maka dapat
dipertimbangkan tindakan operatif.

Penanganan dari fraktur radius distal :

Gambar 5. Plating rekomendasi untuk fraktur medial column dari radius distal.
Pilihan Pengobatan tergantung dari pilihan dan pengalaman ahli bedah.

Bila di tinjau secara biomekanik saat terjadinya trauma, sisi volar dari
radius distal mengalami kompresi yang lebih besar bila di bandingkan dengan sisi
volar. Oleh karena itu, tahap awal untuk mendapatkan reduksi yang stabil yaitu
dengan cara mengoptimalisasi fiksasi pada volar cortex, pada kasus dengan
fraktur kominutif pada sisi dorsal maka hal yang penting untuk di perhatikan yaitu
reposisi secara akurat aposisi dari korteks volar nya.
TINDAKAN NON OPERASI
Semua fraktur harus dilakukan reduksi tertutup, jika diperlukan juga.
Reduksi fraktur membantu untuk mengurangi bengkak setelah fraktur,
memberikan penghilang rasa sakit, dan mengurangi kompresi pada saraf median.

Imobilisasi cast/gyps, diindikasikan untuk :

 Nondisplaced atau patah tulang radius dengan pergeseran minimal.


 Displaced fraktur dengan pola fraktur yang stabil diharapkan dapat sembuh dalam posisi
radiologi yg acceptable/dapat diterima.
 Dapat juga digunakan blok hematom dengan menggunakan analgetik, berupa lidocain,
ataupun juga berupa sedasi.

Teknik reduksi tertutup :

 Fragmen distal pada posisi hyperekstensi.



 Traksi dilakukan untuk mengurangi pergeseran pada bagian distal terhadap
proksimal fragmen, dengan melakukan penekanan pada distal radius.
 Kemudian dilakukan pemasangan gyps (cast), dengan pergelangan tangan dalam
posisi netral dan sedikit fleksi.
 Posisi ideal lengan, durasi imobilisasi, dan cast yang digunakan, apakah long arm
cast, ataupun short arm cast, masih kontroversial, tidak ada studi prospektif yang
telah menunjukkan keunggulan satu metode di atas yang lain.

 Fleksi pergelangan tangan yang ekstrim harus dihindari, karena meningkatkan tekanan
karpal kanal (dan kompresi saraf median) serta kekakuan jari tangan. Fraktur yang
membutuhkan pergelangan tangan fleksi ekstrim untuk mempertahankan reduksi
mungkin memerlukan fiksasi operatif.
 Gips harus dipakai selama kurang lebih 6 minggu atau sampai sudah terlihat
proses penyembuhan dari radiologi. Pemeriksaan radiologi juga Sering diperlukan
untuk mendeteksi hilangnya reduksi.
Gambar 6. Tehnik Reduksi tertutup pada fraktur radius distal.

TINDAKAN OPERASI

Indikasi :

 Cedera energi tinggi


 Kehilangan reduksi
 Artikular kominutif, step-off, atau gap
 Metaphyseal kominutif atau adanya bone loss (bagian fragmen tulang yang hilang)
 Kehilangan dinding penopang bagian volar disertai pergeseran (displaced)
 Terganggunya posisi DRUJ (Distal Radial Ulnar Joint).

ORIF (Fiksasi Interna dgn plate & Screw)

Fiksasi dengan plate adalah tindakan primer untuk fraktur yang tidak stabil dari
volar dan medial kolum dari distal radius. Distal radius plate dikategorikan
berdasarkan lokasi dan tipe dari plate. Lokasinya bisa dorsal medial, volar medial
dan radial styloid.

Prinsip dari penanganan radius distal adalah mengembalikan fungsi dari sendi
pergelangan tangan (wrist joint). Plate yang konvensional dapat digunakan buttress
ataupun neutralization plate, plate dengan locking screw juga kini sering digunakan,
umumnya untuk tulang yang sudah mengalami pengeroposan (osteoporosis).
Gambar 7. Contoh plating pada radius distal fraktur,dan penggunaan konvensional plate
3dan screw

PINNING PERKUTANEUS

 Pinning secara perkutan : ini terutama digunakan untuk fraktur ekstraartikular


atau dua bagian fraktur intraartikular.

 Ini dapat dicapai dengan menggunakan dua atau tiga buah Kirschner wire 
ditempatkan pada lokasi fraktur, umumnya dari styloid radial, diarahkan
proksimal dan dari sisi dorsoulnar dari fragmen radial distal diarahkan proksimal.

 Pinning perkutan umumnya digunakan untuk melengkapi short arm cast atau 
fiksasi eksternal. Pin dapat dicabut 3 sampai 4 minggu setelah operasi, dengan
tambahan gyps dipertahankan 2 sampai 3 minggu.

Gambar 8. Berbagai tehnik perkutaneus pinning pada fraktur radius


distal dengan menggunakan kirschner wire.
FIKSASI EKSTERNAL

 Penggunaannya telah berkembang dalam popularitas didasarkan pada studi yang


menghasilkan tingkat komplikasi yang relatif rendah.
 Spanning fiksasi eksternal
 Ligamentotaxis digunakan untuk mengembalikan panjang radial dan
kecenderungan radial, tapi jarang mengembalikan palmar tilt.
 Fiksasi eksternal saja mungkin tidak cukup stabil untuk mencegah beberapa
derajat kolaps dan hilangnya palmar tilt selama penyembuhan.
 Overdistraksi harus dihindari karena dapat menyebabkan jari kaku dan dapat
diakui oleh peningkatan jarak interkarpal pada fluoroskopi intraoperatif.
 Pin dapat di remove pada 3 sampai 4 minggu, meskipun sebagian besar
merekomendasikan 6 sampai 8 minggu fiksasi eksternal.

FIKSASI AJUVAN

1). Tambahan graft mungkin autograft, allograft, ataupun synthetic graft.


2). Ajuvan Kirschner kawat fiksasi dapat membantu untuk fragmen yang lebih kecil.

ARTHROSKOPI

Fraktur yang dapat mengambil manfaat paling banyak dari Arthroskopi ajuvan
adalah:
(1). Fraktur artikular kompleks tanpa metaphyseal kominusi, terutama fraktur dengan
fragmen impaksi central; dan
(2). Fraktur radius distal dengan cedera TFCC (Triangular Fibrocartilage Complex)

VII. KOMPLIKASI

a. Komplikasi Awal

1) Kerusakan Arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa di tandai dengan tidak adanya

nadi, CRT (capillary refil time) menurun, sianosis bagian distal,

hematoma yang lebar, dan dingin pada ekstremitas yang disebabkan

oleh tindakan emergensi splinting, perubahan posisi pada yang sakit,

tindakan reduksi, dan pembedahan.

2) Kompartment Sindrom

Kompartment sindrom merupakan komplikasi serius yang terjadi

karena terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam

jaringan parut. Ini disebabkan oleh oedema atau perdarahan yang

menekan otot, saraf, dan pembuluh darah. Selain itu karena tekanan

dari luar seperti gips dan pembebatan yang terlalu kuat. Tanda-tanda

sindrom kompartemen (5P) sebagai berikut: (1) Pain (nyeri lokal), (2)

Pallor (pucat bagian distal), (3) Pulsessness (tidak ada denyut nadi,

perubahan nadi, perfusi yang tidak baik dan CRT>3 detik pada bagian

distal kaki), (4) Paraestesia (tidak ada sensasi), (5) Paralysis

(kelumpuhan tungkai).

3) Fat Embolism Syndrom

Fat Embolism Syndrome (FES) adalah komplikasi serius yang

sering terjadi pada kasus fraktur tulang panjang. FES terjadi karena

sel-sel lemak yang dihasilkan bone marrow kuning masuk ke aliran

darah dan menyebabkan tingkat oksigen dalam darah rendah yang

ditandai dengan gangguan pernafasan, tachykardi, hipertensi,

tachypnea, demam.

4) Infeksi
Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada

trauma osthopedic infeksi dimulai pada kulit (superfisial) dan masuk

ke dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga

karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan sperti pin dan plat.

5) Avaskuler Nekrosis

Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang

rusak atau terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan

diawali dengan adanya Volkman Ischemia (Helmi, 2013).

b. Komplikasi Dalam Waktu Lama

1) Delayed Union

Delayed Union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi

(bergabung) sesuai dengan waktu yang di butuhkan tulang untuk

menyambung.

2) Nonunion

Nonunion merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi dan

memproduksi sambungan yang lengkap, kuat, dan stabil setelah 6-9

bulan.

3) Malunion

Malunion merupakan penyembuhan tulang di tandai dengan

perubahan bentuk (deformitas).


BAB II
LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS

Nama : Ny. R
Umur : 70 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Ds. Purbo, Kec. Bawang, Kab. Batang
No. CM : 392159
Tanggal Masuk : 22 Mei 2018

B. ANAMNESIS

- Keluhan Utama : Nyeri Tangan Kanan


- Riwayat Penyakit Sekarang:

Pasien datang dengan keluhan nyeri pada tangan kanan kurang lebih 30 menit
yang lalu setelah terjatuh dari kursi saat akan meletakkan kayu bakar di perapian. Pasien
tidak kehilangan kesadaran. Mual (-), muntah (-) nyeri kepala (-). Tangan kanan berdarah
dan tampak tulang tangan kanan mencuat keluar. Karena kesakitan kemudian pasien
memutuskan untuk berobat ke IGD RSUD Batang.
- Riwayat Penyakit Dahulu:
Riwayat hipertensi : disangkal
Riwayat diabetes mellitus : disangkal
Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat penyakit ginjal : disangkal
Riwayat asma : disangkal
Riwayat alergi : disangkal
- Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit jantung disangkal
Tidak ada anggota keluarga pasien yang mengalami keluhan yang sama seperti pasien

- Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien sudah tidak bekerja, biaya kehidupan sehari – hari ditanggung oleh keluarga
pasien. Biaya pengobatan menggunakan BPJS PBI kelas III.
Kesan ekonomi : menengah kebawah

C. PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan fisik di bangsal Dahlia, dilakukan tanggal 23 Mei 2018.


1. Keadaan umum : tampak sakit sedang

2. Kesadaran : composmentis, GCS E4 V5 M6

3. Tanda vital

Tekanan darah : 180/100


Nadi : 88 kali/menit
Laju napas : 24 kali/menit
Suhu : 36 oC

4. Status Generalis

a. Pemeriksaan kepala

a. Bentuk kepala : mesocephal (+)

b. Mata : conjungtiva anemis (-/-) sclera ikterik (-/-)

c. Telinga : discharge (-/-), deformitas (-)

d. Hidung : discharge (-/-), deformitas (-), nafas cuping hidung (-)

e. Mulut : sianosis (-)


b. Pemeriksaan Leher

Deviasi trakea (-), pembesaran limfonodi (-)


Palpasi : JVP tidak meningkat
c. Pemeriksaan thorax

bentuk normochest, simetris, artrofi musculus pectoralis (-/-), spider nevi (-),
Gynecomastia (-), retraksi interkostalis (-), retraksi supraklavikula (-),pernapasan
thorako abdominal, sela iga melebar (-), pembesaran kelenjar getah bening
aksilla (-)
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus Cordis teraba pada SIC V 2 jari medial LMCS, lebar satu spatium
intercosa
Perkusi : Batas kanan atas : SIC II linea parasternalis dextra
Batas kiri atas : SIC II linea parasternalis sinistra
Batas kanan bawah : SIC IV linea parasternalis dextra
Batas kiri bawah : SIC V 1 jari lateral linea midclavicularis sinistra,
ictus
Auskultasi : Bunyi jantung I-II regular, murmur (-), gallop (-)
Paru
Inspeksi : Hemithorak dextra = sinistra, ketinggalan gerak –
Palpasi : Pergerakan kanan = kiri
Vokal fremitus lobus superior kanan = kiri
Vokal fremitus lobus inferior kanan = kiri
Perkusi Kanan : Sonor, batas absolut paru hepar SIC V linea midclavicularis
dekstra
Kiri : Sonor, mulai redup pada batas paru jantung dan lobus inferior
pulmo dextra dan sinistra , batas paru lambung SIC VI linea axillaris
anterior sinistra
Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+), ronky (-/-), wheezing (-/-)
d. Pemeriksaan Abdomen

Inspeksi : datar, distensi (-), venektasi (-), sikatrik (-), striae (-), vena kolateral (-),
hernia umbikalis (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : timpani, Pekak alih (-), pekak sisi (-), undulasi (-), area troube
timpani
Palpasi : Supel (+), nyeri tekan (-), hepar tidak teraba, lien tidak teraba
e. Ekstremitas :

Akral dingin Oedema


- - - -
- - - -

Status Lokalis : Regio Wrist Joint Dextra

o Subyektif : nyeri tengan kanan jika digerakkan. Terdapat sebuah luka terbuka (luka robek) pada
pergelangan tangan. Kesemutan (-)
o Obyektif :
 Look

Swelling (+)
Deformitas (+)
 Feel

Nyeri tekan (+)


Deformitas (+)
Krepitasi (tidak dinilai)
 Move

ROM terbatas (+) baik saat gerak aktif maupun gerakan pasif.
Nyeri saat digerakkan (+)
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan 22/5/18 Satuan Nilai


Rujukan
CBC
Leukosit 9.14 103/uL 4.00 – 10.50
Eritrosit 3.87 106/uL 4.00 – 5.30
Hemoglobin 11.6 g/dL 11.9 – 15.5
Hematokrit 33.5 % 35.0 – 45.0
MCV 86.6 fL 80.0 – 95.0
MCH 30.0 pg 27.0 – 33.0
MCHC 34.6 g/dL 33.2 – 35.3
Trombosit 252 103/ul 150 – 450
RDW-SD 42 fL 37 – 54
RDW-CV 13.8 % 11 - 16

Diff Count
Neutrofil 66.8 % 42 – 74
Limfosit 21.8 % 17 – 45
Monosit 10.1 % 5.0 – 12.0
Eosinofil 1.2 % 1.0 – 7.0
Basofil 0.1 % 0–1
LimfositAbsolut 1.99 103/ul 0.90 – 5.20
LED
LED 1 jam 25.0 mm/jam < 25
45.0
LED 2 jam mm/2jam < 30
WaktuPerdarahan 2‘ 00” menit 1–6
3’ 00”
WaktuPembekuan menit 2–6
GDS 112.0 mg/dl < 140
Ureum 22.0 mg/dl 10.0 – 50.0
Creatinin 0.8 mg/dl 0.6 – 1.2
SGOT 15.0 mg/dl <40
SGPT 12.0 U/L <34
Albumin 3.0 U/L 3.5 – 5.2

2. Pemeriksaan EKG

3. X Foto Antebrachii Dextra

Pre Operasi :
Post Operasi :

4. Foto Klinis Pasien


E. DIAGNOSIS KERJA

Opened Fracture Os. Radius Dextra 1/3 Distal

F. PENATALAKSANAAN

Terapi Pre Operasi :

 Infus Asering : NaCl : RL = 1 : 1 : 3 = 20 tpm

 Inj Broadced 1 gram / 24 jam

 Inj Gentamicyn 1 Amp / 24 jam

 Inj Torasic 1 Amp / 12 jam

 Inj Ranitidin 1 Amp / 12 jam

Operasi pasang K-Wire : Kamis, 24 Mei 2018

Terapi Post Operasi :

 Infus RL : NaCl = 2 : 1 = 24 tpm

 Inj Broadced 1 gram / 24 jam

 Inj Gentamicin 1 gram / 24 jam

 Inj Torasic 1 amp / 12 jam

 Inj Ranitidine 1 amp / 12 jam

 Inj Metronidazol 500mg / 12 jam

 Rawat Luka

 Awasi tanda infeksi

 Posisi 30-45o duduk


DAFTAR PUSTAKA

Black, J dan Hawks, J. 2014. Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis untuk
Hasil yang Diharapkan. Dialihbahasakan oleh Nampira R. Jakarta: Salemba
Emban Patria.

Brotzman, B & Wilk, E. Kevin. 2006. Clinical Orthopaedics Rehabilitation 3rd.


Philadelphia: Mosby affiliate of Elsevier Science.

Greene, W. 2006. Netter’s Orthopaedics. China: Elsevier.

Helmi, Z. 2013. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika.

Hoppenfeld, S. 2011. Terapi dan Rehabilitasi Fraktur. Dialihbahasakan oleh Kuncara


H. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Jacqueline, M. 2007. Muscle Testing Techniques of Manual Examination. China:


Elsevier.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Profil Kesehatan Indonesia 2012.


Jakarta : Kemenkes RI.

Kisner dan Colby. 2007. Therapeutic Exercise Foundation and Technique.


Philadelphia: F. A. Davis Company.

Libriana, D dan Irfan, M. 2005. Perbedaan Pengaruh Pemberian Intervensi Cold Pack
Dan Active Assisted Exercise Dengan Infra Red Radiation Dan Active
Assisted Exercise Terhadap Pengurangan Oedem Pada Post Arthroscopy
Rekonstruksi Ligamen Cruciatum Anterior Setelah Minggu I. Jurnal
Fisioterapi Indonusa. Vol 5. Nomor 2: Oktober 2005.

Moore, K dan Dalley, A. 2013. Anatomi Berorientasi Klinis. Dialihbahasakan oleh


Hartanto H. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Muttaqin, A. Buku Saku Gangguan Muskuloskeletal Aplikasi Pada Praktik Klinik


Keperawatan. 2008. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Narayanan, S L. 2005. Textbook of Therapeutics Exercise. New Delhi: Jeypee


Brother.
Parjoto, S. 2006. Terapi Listrik Untuk Modulasi Nyeri. Semarang: Ikatan Fisioterapi
Indonesia Cabang Semarang.

Paulsen, F. 2010. Sobotta Atlas Anatomi Manusia. Dialihbahasakan oleh Hartanto H.


Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Prianthara, D, M, I., Winaya, N, M, I., Muliarta, M, I. 2015. Kombinasi Strain


Counterstrain Dan Infrared Sama Baik Dengan Kombinasi Contract Relax
Stretching Dan Infrared Terhadap Penurunan Nyeri Myofascial Pain
Syndrome Otot Upper Trapezius Pada Mahasiswa Fisioterapi Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana. Majalah Ilmiah Fisioterapi Indonesia.
Volume 1. Number 1: Januari 2015.
Putz, R dan Pabst R. 2007. Atlas Anatomi Manusia Sobotta. Edisi 22. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Reese, N. 2010. Joint Range Of Motion and Muscle Length Testing. Canada:
Elsevier.

Rosyidi, K. 2013. Muskuloskeletal. Jakarta: Trans Info Media.

Snell, R. 2012. Anatomi Klinis. Dialihbahasakan oleh Hartanto H. Jakarta: Penerbit


Buku Kedokteran EGC.

Tank, P. 2010. Atlas Anatomy. Dialihbahasakan oleh Hartanto H. Jakarta: Penerbit


Erlangga.
FOLLOW UP
S O P
23-5- Nyeri KU :baik
2018 tangan Kes : komposmentis Raber dengan dr. Broto,
(di kanan Tekanan darah : 156/75 Sp.PD =
dahlia) Nadi : 72 kali/menit Amlodipine 1 x 10 mg
Laju pernapasan : 24 kali Candesartan 1 x 16 mg
Suhu : 36o C Wida KN2 1fl / hari
Mata : ca (-/-) si (-/-) Cek EKG< RO Thorax
Thorax : Cek SGOT SGPT
Cor : BJ I-II intensitas
regular, bising (-), batas
jantung dbn
Pulmo :
 Inspeksi :
pengembangan dada
ka=ki,
 Palpasi : fremitus ka=ki
 Perkusi : sonor/sonor
 Auskultasi : SDV (+/+)
ronky -/-
Abdomen :
 Inspeksi : dinding perut
// dinding dada, distensi
(-)
 Auskultasi : Bising usus
(+) normal
 Perkusi : timpani,
 Palpasi : Supel (+),
nyeri tekan -
Ekstremitas :
Akral dingin -
Oedema ekstremitas bawah -

24-5- Nyeri KU :baik  Infus RL : NaCl = 2 : 1


2018 tangan Kes : komposmentis
= 24 tpm
(di kanan Tekanan darah : 143/77
 Inj Broadced 1 gram /
dahlia) Nadi : 88 kali/menit
Laju pernapasan : 24 kali 24 jam

Suhu : 36o C  Inj Gentamicin 1 gram /


Mata : ca (-/-) si (-/-) 24 jam
Thorax :
 Inj Torasic 1 amp / 12
Cor : BJ I-II intensitas
regular, bising (-), batas jam

jantung dbn  Inj Ranitidine 1 amp /


Pulmo : 12 jam
 Inspeksi :
 Inj Metronidazol 500mg
pengembangan dada
/ 12 jam
ka=ki,
 Palpasi : fremitus ka=ki  Rawat Luka

 Perkusi : sonor/sonor  Awasi tanda infeksi

 Auskultasi : SDV (+/+)  Posisi 30-45o duduk


ronky -/-

Abdomen :
 Inspeksi : dinding perut
// dinding dada, distensi
(-)
 Auskultasi : Bising usus
(+) normal
 Perkusi : timpani,
 Palpasi : Supel (+),
nyeri tekan -
Ekstremitas :
Akral dingin -
Oedema ekstremitas bawah -
25-5- Nyeri KU :baik  Infus RL : NaCl = 2 : 1
2018 tangan Kes : komposmentis
= 24 tpm
kanan Tekanan darah : 149/71
 Inj Broadced 1 gram /
Nadi : 78 kali/menit
Laju pernapasan : 24 kali 24 jam

Suhu : 36o C  Inj Gentamicin 1 gram /


Mata : ca (-/-) si (-/-) 24 jam
Thorax :
 Inj Torasic 1 amp / 12
Cor : BJ I-II intensitas
jam
regular, bising (-), batas
jantung dbn  Inj Ranitidine 1 amp /
Pulmo : 12 jam
 Inspeksi :
 Inj Metronidazol 500mg
pengembangan dada
/ 12 jam
ka=ki,
 Palpasi : fremitus ka=ki  Rawat Luka

 Perkusi : sonor/sonor  Awasi tanda infeksi

 Auskultasi : SDV (+/+)  Posisi 30-45o duduk


ronky -/-
Abdomen :
 Inspeksi : dinding perut
// dinding dada, distensi
(-)
 Auskultasi : Bising usus
(+) normal
 Perkusi : timpani,
 Palpasi : Supel (+),
nyeri tekan -

Ekstremitas :
Akral dingin -
Oedema ekstremitas bawah -
26-5- KU :baik Pasien PULANG
2018 Kes : komposmentis
Obat Pulang :
Tekanan darah : 140/85
Proneuron 2x1 p.o
Nadi : 60 kali/menit
Cefadroxil 2x1 p.o
Laju pernapasan : 24 kali Vitamin C 2x1 p.o
Suhu : 36o C
Mata : ca (-/-) si (-/-) Kontrol ke Poli
Orthopedi
Thorax :
Cor : BJ I-II intensitas
regular, bising (-), batas
jantung dbn

Pulmo :
 Inspeksi :
pengembangan dada
ka=ki,
 Palpasi : fremitus ka=ki
 Perkusi : sonor/sonor
 Auskultasi : SDV (+/+)
ronky -/-
Abdomen :
 Inspeksi : dinding perut
// dinding dada, distensi
(-)
 Auskultasi : Bising usus
(+) normal
 Perkusi : timpani,
 Palpasi : Supel (+),
nyeri tekan -

Ekstremitas :
Akral dingin -
Oedema ekstremitas bawah -

Anda mungkin juga menyukai