Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

FISIOLOGI HEWAN
FISIOLOGI SISTEM EKSKRESI

Oleh
Kelompok XI

1. Yunus Haninuna 1906050069


2. Jalia Pesharani R. Wasak Lodang 1906050059
3. Simri Baksuni 1706050014
4. Vivin Paremajangga 1706050068

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1. Deskripsi
Tubuh melakukan begitu banyak proses metabolisme seperti pencernaan, respirasi
dan sebagainya. Proses-proses seperti itu pada akhirnya akan menghasilkan limbah yang tidak
dikeluarkan jika tidak dikeluarkan akan menyebabkan penyakit. Limbah yang dihasilkan
beraneka ragam bentuknya, mulai dari gas, cair, sampai padat.Untuk itu, kita memerlukan
organ pengeluaranyang berbeda- beda pula. Proses pembebasan sisa-sisa metabolisme dari
tubuh disebut ekskresi. Kelebihan air, garam-garam dan material-material organik (termasuk
sisa-sisa metabolisme) diekskresikan keluar tetapi substan yang esensial untuk fungsi-
fungsi tubuh disimpan. Material-material yang dikeluarkan ini biasanya terdapat dalam
bentuk terlarut dan ekskresinya melalui suatu proses filterisasi selektif. Manusia dan hewan
memiliki sistem ekskresi yang berbeda. Adapun yang melatar belakangi penulisan makalah ini
adalah mengetahui kerja sistem ekskresi pada berbagai mahkluk hidup.

2. Urutan Bahasan

1. Fisiologi Sistem Ekskresi


2. Fungsi Sistem Ekskresi
3. Proses Ekskresi Pada Invertebrata
4. Proses Ekskresi Pada Vertebrata
5. Proses Pembentukkan Urine
6. Proses Ekskresi Nitrogen
BAB II

PEMBAHASAN

1. Fisiologi Sistem Ekskresi


Ekskresi merupakan proses pengeluaran zat sisa metabolisme tubuh seperti CO2,
H2O, NH3, zat warna empedu dan asam urat. Zat hasil metabolisme yang tidak diperlukan
oleh tubuh akan dikeluarkan melalui alat ekskresi. Alat ekskresi yang dimiliki oleh mahluk
hidup berbeda-beda.Semakin tinggi tingkatan mahluk hidup maka semakin kompleks alat
ekskresinya. Beberapa istilah yang erat kaitannya dengan ekskresi yaitu defekasi yang
merupakan proses pengeluaran sisa pencernaan makanan yang disebut feses. Zat yang
dikeluarkan belum pernah mengalami metabolisme di dalam jaringan. Zat yang dikeluarkan
meliputi zat yang tidak diserap usus sel epitel, usus yang rusak dan mikroba usus. Selain
defekasi ada juga eliminasi yang merupakan proses pengeluaran zat dari rongga tubuh,
baik dari rongga yang kecil (saluran air mata) maupun dari rongga yang besar (usus).
2. Fungsi Sistem Ekskresi
Fungsi sistem ekskresi yaitu mencampakkan limbah (sisa metabolime) berbahaya atau yang
tidak dibutuhkan lagi oleh tubuh. Jika tidak segera dikeluarkan maka akan membahayakan
kondisi tubuh. Organ yang berperan dalam ekskresi sistem yaitu kulit, ginjal, paru-paru dan hati.
Kita sebagai manusia harus melihat organ-organ yang berperan dalam sistem ekskresi agar kita
menjaga kesehatan tubuh kita. Jika manusia tidak dapat menjaga kesehatan tubuh atau sistem
organ maka akan muncul gangguan fungsi sistem pada manusia . Fungsi sistem ekskresi akan
dijabarkan menurut ekskresi organ .

 Kulit

Kulit merupakan lapisan pelindung terluar tubuh yang melindungi tubuh dari benda-benda
asing. Kulit isalah satu organ ekskresi yang mengeluarkan keringat sebagai sisa hasil
metabolisme. Kulit terdiri dari tiga lapisan yaitu:

Kulit ari.
Lapisan terluar kulit yang sangat tipis. Lapisan epidermis terdiri dari lapisan malpighi
dan lapisan tanduk. Lapisan malpighi yaitu lapisan yang berada di bawa lapisan tanduk yang
tersusun dari sel-sel hidup. Di lapisan malpighi terdapat pigmen penentu warna kulit. Selain itu
juga berfungsi melindungi sel dari sinar matahari. Lapisan tanduk yaitu sel-sel mati yang rentan
terkelupas, tidak mengandung serabut saraf dan pembuluh darah.

Dermis.
Lapisan dermis terdiri dari beberapa jaringan. Masing-masing jaringan memiliki fungsi.
Pembuluh kapiler berfungsi menyampaikan nutrisi ke sel kulit dan akar rambut. Kelenjar
keringat tentunya untuk menghasilkan keringat. Kelenjar minyak untuk menghasilkan
minyakagar kulit dan rambut tidak kering. Pembuluh darah berfungsi untuk mengederkan darah
ke seluruh jaringan atau sel. Ujung saraf berfungsi sebagai orang yang menerima atau menerima
rangsangan berupa, sentuhan, nyeri, peraba. Kantong rambut sebagai tempat akar, pelembab
minyak rambut dan batang.

Jaringan Ikat Bawah Kulit.


Lapisan ini berfungsi sebagai sumber energi, pembantuan suhu dan melindungi tubuh
dari benturan. Lapisan ini terletak di bawah lapisan dermin. Di antara jaringan ikat bawah kulit
dan dermis dasar oleh sel lemak.

 Ginjal
Ginjal mengelurkan urine sebagai sisa hasil metabolisme tubuh. Ginjal manusia berukuran
sekitar 10 cm dan terletak di rongga perut sebelah kiri dan kanan ruas-ruas tulang pinggang.
Selain berfungsi sebagai alat sistem ekskresi ginjal memiliki fungsi lain.

Fungsi Ginjal:
1. Menyaring sisa metabolisme dalam darah.
2. Mempertahankan keseimbangan cairan tubuh.
3. Mengeskresikan gula darah yang melebihi kadar normal.
4. Menjaga keseimbangan kadar asam basa dan garam dalam tubuh.
Ginjal memiliki beberapa bagian yaitu kulit ginjal, sumsum ginjal dan rongga ginjal. Kulit
ginjal berfungsi untuk menyaring darah. Sumsum ginjal berfungsi sebagai tempat berkumpulnya
pembuluh halus yang mengalirkan urin ke saluran yang lebih besar. Ronggan ginjal berfungsi
sebagai penampungan urin sebelum dikeluarkan melalui ureter. Mengikuti sistem ekskresi ginjal
secara sederhana.

Proses Pembentukan Urin.


Filtrasi yaitu penyaringan sel darah. Hasil berupa urin yang mengandung gula, air dan asam
amino. Tetapi tidak mengandung darah dan protein.
Reabsorbsi yaitu penyerapan kembali zat- zat yang masih diperlukan tubuh. Hasil berupa urin
sekunder.
Augmentasi yaitu siswa yang isinya dan hasilnya berupa urin sebenarnya.

 Paru-Paru
Paru-paru berada di dalam rongga dada yang dilindungi oleh tulang rusuk. Paru-paru
memiliki fungsi sebagai organ pernapasan dan organ ekskresi. Lalu apa fungsi paru-oaru sebagai
ekskresi organ bagaimana ekskresi yang terjadi di paru-paru ? Dalam sistem ekskresi paru-paru
mengeluarkan karbondi dan uap air yang merupakan sisa dari proses pernapasan. Kedua zat
tersebut dikeluarkan karena sudah tidak dibutuhkan oleh tubuh.

 Hati
Hati berperan sebagai organ ekskresi yang mengeluarkan empedu. Empedu harus segera
dikeluarkan karena mengandung zat sisa dari sel darah merah yang rusak. Empedu merupakan
hasil perombakan sel darah merah. Selain sebagai organ ekskresi, hati juga memiliki fungsi lain.
Fungsi hati:
1. Menyimpan gula dalam bentuk glikogen atau gula otot.
2. Menghasilkan urea dari perombakan protein.
3. Mensintesis vitamin A yang berasal dari provitamin A.
4. Menghasilkan heparin, fungsinya sebagai anti pembekuan darah.
5. Detoksifikasi atau penawar racun.
3. Proses Ekskresi Pada Invertebrata.
Pada hewan invertebrate belum terdapat sistem ekskresi. Akan tetapi, sisa-sisa
metabolisme harus dikeluarkan dari dalam tubuh organisme. Untuk itu, hewan invertebrata
memiliki alat dan cara ekskresi tersendiri.
a. Sistem Ekskresi Protozoa
Pengeluaran sisa metabolisme protozoa dilakukan melalui membran secara sel difusi.
Protozoa mempunyai organel ekskresi berupa vakuola berdenyut yang bekerja secara
periodik untuk mengatur kadar air dalam sel. Sewaktu mengeluarkan air, sisa-sisa
metabolisme ikut dikeluarkan.

b. Sistem Ekskresi Coelentrata dan Porifera


Pada coelentrata dan porifera, pengeluaran sisa metabolisme berlangsung secara difusi, dari
sel tubuh ke epidermis, lalu epidermis ke lingkungan yang hidupnya yang berair.

Gambar coelenterate yaitu :


c. Sistem Ekskresi Cacing Pipih

Pengeluaran sisa metabolisme pada cacing pipih dan cacing pita dilakukan dengan selenosit
yang disebut juga protonefridium atau sel api. Disebut sel api karena gerakannya seperti api.
Sel api menyerap sisa metabolisme dari sel-sel sekitarnya, lalu mengalirkan sisa
metabolisme dengan gerakan silia ke duktus ekskretorius

d. Sistem Ekskresi Annelida

Untuk mempelajari sistem ekskresi pada annelida, kita ambil contoh cacing tanah.Alat ekskresi
cacing tanah adalah sepasang metanifridium berentuk tabung yang terdapat disetiap
segmen tubuhnya.Ujung yang terdapat dalam segmen, terbuka dan berbentuk corong
bersilia, disebut nefrostom. Ujung lain lainnya yang bermuara ke luar tubuh disebut
nefridiofor. Pada nefrostom terdapat gulungan tubulus (tabung) dan bagian yang
menggelembung. Nefridiofor dilewati materi-materi yang dikeluarkan oleh bagian yang
menggelembung dari nefrostom tersebut.Gulungan tubulus nefrostom diselubungi pembuluh-
pembuluh darah yang membentuk jaringan.

Materi-materi keluar dari cairan tubuh anterior menuju nefridium lewat nefrostom
yang terbuka.Akan tetapi, beberapa materi penting (air dan makanan) diikat langsung oleh
sel-sel pada gulungan tubulus dan menembus pembuluh darah di sekitar tubulus yang
kemudian disirkulasikan lagi.Saat cairan bergerak di sepanjang tubulus.Garam-garam yang
keluar dari tubulus ini diabsorpsi oleh darah dalam kapiler pembuluh darah yang
menyelubungi tubulus. Urin yang dikeluarkan oleh cacing tanah berbentuk cair dan
mencapai 60% dari berat tubuh.

e. Sistem ekskresi pada insecta


Insecta mempunyai alat yang disebut pembuluh malpighi. Pembuluh malpighi melekat pada
ujung anterior usus belakang. Zat-zat sisa metabolisme diserat dari cairan jaringan
oleh pembuluh malpighi bagian ujung distal. Dari bagian ini, cairan masuk ke bagian
proksimal pembuluh malpighi dan membentuk kristal asam urat yang kemudian masuk ke usus
belakang yang akhirnya keluar bersama feses. Sebagian zat sisa-sisa yang mengandung
nitrogen dimanfaatkan untuk membentuk kitin pada eksokeleton (rangka luar), dan dapat
ikut dieksresikan sewaktu molting atau pengelupasan kulit.
f. Osmoregulasi pada lumba-lumba
Osmoregulasi adalah proses mengatur konsentrasi cairan dan menyeimbangkan pemasukan
serta pengeluaran cairan tubuh oleh sel atau organisme hidup. Proses osmoregulasi
diperlukan karena adanya perbedaan konsentrasi cairan tubuh dengan lingkungan di
sekitarnya.Misalnya pada lumba-lumba osmoregulasinya pada pemasukan garam yang
terlalu banyak yang masuk bersama makanan diatasi dengan organ ginjal yang sangat
efisien yang kepekatannya 3 sampai 4 kali dari cairan plasmanya.
4. Proses Ekskresi Pada Vertebrata

Alat ekskresi yang utama pada vertebrata adalah ginjal (ren).Struktur ginjal yang
paling primitif pada vertebrata disebut akrinefros atau holonefros.Pada prinsipnya terdapat
tipe ginjal pada vertebrata, yaitu pronefros, mesonefros, dan metanefros.Pronefros adalah
ginjal yang berkembang pada fase embrio vertebrata selain mamalia, embrio berudu dan
larva amphibia, pronefros, digantikan oleh mesonefros. Mesonefros merupakan ginjal
pada bagian embrio sebagian vertebrata, ikan dewasa, mesonefros akan berubah menjadi
metanefros selama masa perkembangan embrio.
Ada tiga tipe ginjal pada vertebrata yaitu :
a. Pronefros
Ginjal pronefros adalah yang paling primitive dan hanya fungsional pada jenis ikan
tingkat rendah, misalnya pada Cyclostoma. Meski terdapat pada perkembangan embrional
sebagian besar ikan, tetapi saat dewasa tidak fungsional, fungsinya akan digantikan oleh
mesonephros. Perkecualian pada ikan‘hagfish’(Myxine) dan lamprey.
b. Mesonefros
Ginjal bertipe mesonefros, berfungsi seperti opistonefros pada embrio emniota.
Keduanya mirip, perbedaan prinsip adalah kaitannya dengan sistem peredaran darah, tingkat
kompleksitas, dan pada efisiensinya.
c. Metanerfos
Ginjal ini terbentuk dari degenerasi dari pronerfos dan mesonerfos Ginjal yang
pertama kali dibentuk adalah ginjal pronefros yang terletak didaerah kepala.Selanjutnya
dibentuk ginjal mesonefros yang diikuti dengan berdegenerasinya pronefros.Kemudian pada
daerah sebelah posterior mesonefros dibentuk ginjal metanefros.Ketiga jenis ginjal
tersebut merupakan organ-organ yang berpasangan Ginjal dibentuk dari mesoderem
intermediat dimulai dengan tampaknya pronefros yang terdiri atas beberapa pasang tubulus
pronefros yang teletak ada bagian cephal dari mesoderem intermediat.Tubulus-tubulus tersebut
dibentuk dengan urutan cephalocaudal. Pronefros pertama tampak sebagai deretan yang
terdiri atas segmen-segmenn yang disebut nefrotom, yaitu massa sel-sel mesoderem
intermediat. Nefrotom kemudian terpisah membentuk suatu rongga yang disebut
nefrocoel yang bersinambungan dengancoelom, yaitu rongga yang memisahkan lapisan
parietal dari mesoderem lateral.
Adapun beberapa hewan vertebrata yaitu :
a. Sistem ekskresi pada ikan
Alat ekskresi pada ikan berupa sepasang ginjal mesonefros yang terikat disisi dorsal
rongga tubuh. Bentuk ginjal mesonefros sempit memanjang, berwarna coklat, dan pada ujung
anteriornya berhubungan dengan sistem reproduksi. Tubulus ginjal mengalami modifikasi
menjadi duktus eferen yang menghubungkan testis dengan duktus mesonefridikus.Selanjutnya,
duktus mesonefridikus menjadi duktus deferens yang berfungsi untuk mengangkut
sperma dan urin yang bermuara di kloaka.

Mekanisme ekskresi pada hewan yang masih hidup di air tawar berbeda
dengan mekanisme ekskresi pada ikan yang hidup di air laut. Cairan tubuh ikan air
tawar bersifat hiperosmotik dibandingkan dengan air tawar, sehingga air cenderung
masuk ke tubuh ikan.Di saat yang bersamaan, ion tubuh cenderung keluar ke air. Untuk
itu mengatasi masalah kelebihan air dan kekurangan ion, ikan air tawar biasanya tidak
banyak minum. Tubuhya diselimuti lendir untuk mencegah masuknya air secara secara
berlebihan.Ikan aktif menyerap ion anorganik melalui insang dan banyak
mengeluarkan air melalui urin yang encer.
Ikan yang hidup di air laut mengekskresikan sampah nitrogen yang kurang
beracun, yaitu trimetilamin oksida (TMO). Zat ini memberi bau khas air laut. Selain itu,
ikan air laut mengekskresikan ion-ion lewat insang dan mengeluarkan urin dengan
volume yang kecil.Ginjal ikan air laut tidak memiliki glomerulus.Akibatnya tidak
terjadi ultrafiltrasi di ginjal, dan urin terbentuk oleh sekresi garam-garam dan TMO
yang berkaitan dengan osmosis air.
b. Sistem Ekskresi Amphibia
Amphibia memiliki alat ekskresi berupa ginjal mesonefros.Pada katak jantan,
saluran ginjal bersatu dengan saluran kelamin. Sebaliknya, pada katak betina saluran
ginjal dan kelamin terpisah.Ginjal amphibia berhubungan dengan ureter di vesika
urinaria.

Saat amphibia mengalami metamorfosis, hasil ekskresi amphibia juga berubah. Larva
amphibian mengekskresikan amonia, sedangkan berudu dan hewan dewasa mengekskresikan
urea.
c. Sistem Ekskresi Reptilia

Alat ekskresi pada reptilia adalah sepasang ginjal metanefros.Metanefros


berfungsi setelah pronefros dan mesonefros yang merupakan alat ekskresi pada stadium
embrional menghilang.Ginjal dihubungkan oleh ureter ke vasika urinaria (kandung
kemih).Vesika urinaria bermuara langsung ke kloaka.

Pada jenis kura-kura tertentu terdapat sepasang vesika urinaria tambahan yang juga
bermuara langsung ke kloaka.Vesika urinaria tambahan berfungsi sebagai organ
respirasi.Pada kura-kura betina, organ respirasi tersebut juga berfungsi membasahi tanah
yang dipersiapkan untuk membuat sarang sehingga tanah menjadi lunak dan mudah digali.
Hasil ekskresi reptilia adalah asam urat.Reptilia hanya menggunakan sedikit air
untuk membilas sampah nitrogen dari darah karena sebagian besar sisa metabolisme
diekskresikan sebagai asam urat yang tidak beracun.Asam urat yang dikeluarkan oleh reptilia
berbentuk pasta (bubur) berwarna putih.Sisa air direabsorpsi olah bagian tabung ginjal.
Buaya dan penyu air tawar mengekskresikan asam urat dan amonia. Pada penyu laut
terjadi ekskresi garam dari sepasang kelenjar garam di kepala yang bermuara di sudut mata,
sehinga penyu laut tampak seperti mengeluarkan air mata.Buaya tidak mempunyai vesika
urinaria sehingga asam urat keluar bersama feses.
d. Sistem ekskresi aves

Alat ekskresi burung berupa sepasang ginjal metanefros. Burung tidak memiliki
vesika urinaria (kandung kemih) sehingga hasil ekskresi dari ginjal disalurkan langsung
ke kloaka melalui ureter. Tabung ginjal burung sangat banyak sehingga metabolisme
burung aktif.Tiap 1 ml jaringan korteks ginjal burung mengandung 100 – 500 tabung
ginjal. Tabung ginjal ini membentuk lengkung Henle kecil.
Air dalam tubuh diperoleh melalui reabsorpsi di tubulus.Di dalam kloaka juga
terjadi reabsorpsi air yang menambah jumlah air dalam tubuh.Sampah nitrogen dibuang
sebagai asam urat yang dikeluarkan lewat kloaka. Asam urat berbentuk kristal putih
yang bercampur feses. Pada burung laut, misalnya camar, selain mengekskresikan asam
urat juga mengekskresikan garam.Hal ini disebabkan karena burung laut meminum air
garam dan makan ikan laut yang mengandung garam.Burung laut memiliki kelenkjar
pengekskresi garam diatas mata.Larutan garam mengalir ke rongga hidung kemudia
keluar lewat nares luar dan akhirnya garam menetes dari ujung paruh.
5. Proses pembentukan urine
Ada beberapa proses pada pembentukan urine yaitu :

1. Filtrasi (penyaringan)

Firltrasi terjadi di kapsul Bowman dan glomerulus.Dinding terluar kapsul Bowman


tersusun dari satu lapis sel epitelium pipih.Antara dinding luar dan dalam terdapat ruang
kapsul yang berhubungan dengan lumen tubulus kontortus proksimal.Dinding dalam
kapsul Bowman tersusun dari sel-sel khusus yang disebut podosit.
Proses filtrasinya adalah ketika darah masuk ke glomerulus, tekanan darah
menjadi tinggi sehingga mendorong air dan komponen- komponen yang tidak dapat larut
melewati pori-pori endotelium kapiler, glomerulus, kemudian menuju membran dasar, dan
melewati lempeng filtrasi, lalu masuk ke dalam ruang kapsil Bowman.
Hasil filtrasi dari glomerulus dan kapsul Bowman disebut filtrat glomerulus atau urin
primer. Komposisi urin primer dapat dilihat pada tabel berikut:

Molekul Kadar per Gram


Air 900
Protein 0
Glukosa 1
Asam Amino 0.5
Urea 0.3
Ion Anorganik 7.2
Tabel 1 Komposisi Utama Urin Primer

2. Reabsorpsi (Penyerapan kembali)

Reabsorpsi terjadi di tubulus kontortus proksimal, lengkung Henle,


3
dan
sebagian tubulus kontortus distal.Reabsorpsi dilakukan oleh sel-sel iltrateg di seluruh
tubulus ginjal.Banyaknya zat di reabsorpsi tergantung kebutuhan tubuh saat itu. Zat-zat
+ + 2+
yang diabsorpsi antara lain adalah air, glukosa, asam amino, ion-ion Na , K , Ca ,
- -
Cl , HC) , dan sebagian urea. Glukosa dan asam amino diabsorpsi secara transport aktif di

+ -
tubulus proksimal. Reabsorpsi Na , HCO3 , dan H2O terjadi ditubulus kontortus distal.

Tahapan terjadinya reabsorpsi adalah sebagai berikut: urin primer, masuk dari
glomerulus ke tubulus kontortus proksimal. Urin primer ini bersifat hipotonis iltrateg dengan
-
plasma darah.Kemudian terjadi reabsorpsi air dan ion Cl secara pasif.Bersamaan dengan
itu, iltrate menuju lengkung henle.Filtrat ini telah berkurang volumenya dan bersifat isotonis
dibandingkan cairan pada jaringan sekitar tubulus kontortus proksimal.Pada lengkung Henle
-
terjadi sekresi aktif ion Cl ke jaringan di sekitarnya.Reabsorpsi dilanjutkan ditubulus
+
kontortus distal.Pada tubulus ini terjadi reabsorpsi ion Na dan air dibawah kontrol ADH

+ +
(hormone antidiuretik). Disamping reabsorpsi tubulus ini juga terjadi seksresi H ,NH4 ,
urea, kreatinin, dan obat-obatan yang ada pada urin.

3. Augmentasi

Urine sekunder dari tubulus kontortus distal akan turun menuju tubulus pengumpul.
+ -
Pada tubulus pengumpul ini masih terjadi penyerapan ion Na , Cl dan urea sehingga
terbentuklah urin sesungguhnya. Dari tubulus pengumpul, urin dibawa ke pelvis
realis.Dari pelvis renalis mengalir melalui ureter menuju vesika urinaria (kantong kemih)
yang merupakan tempat penyimpanan sementara urin.
Hal-hal yang mempengaruhi produksi urine.

Setiap hari ±1500 liter darah melewati ginjal untuk disaring dan membentuk 15—170
liter urin primer.Akan tetapi hanya 1 – 1.5 liter urin yang kita keluarkan.Banyak
sedikitnya urine seseorang yang dikeluarkan tiap harinya dipengaruhi oleh hal-hal berikut:
1. Zat-zat diuretik
+
Zat-zat diuretik, misalnya kopi, teh dan alkohol akan menghambat reabsorpsi ion Na .
Sebagai akibatnya, konsentrasi ADH berkurang sehingga rebasorpsi air terhambat dan
volume urin meningkat. Itulah sebabnya jika mengkonsumsi teh atau kopi, maka kita akan
sering buang air kecil. Pengeluaran urin secara berlebihan disebut diuresis.
2. Suhu
Jika suhu internal dan eksternal naik diatas normal, maka kecepatan respirasi
meningkat.Ini menyebabkan pembuluh kutaneus melebar sehingga cairan tubuh berdifusi
dari kapiler ke permukaan kulit.Saat volume air menurun, ADH dieksreksikan sehingga
reabsorpsi air meningkat.Disamping itu, peningkatan suhu merangsang pembuluh
abdominal mengerut sehingga aliran darah di glomerulus dan filtrasi menurun.Meningkatnya
reabsorpsi dan berkurangnya aliran darah di glomerulus mengurangi volume urin. Itulah
sebabnya jika cuaca panas, kita jarang buang air kecil.
3. Volume larutan
Volume larutan dalam darah berpengaruh terhadap produksi urin.Jika kita minum air
seharian, maka konsentrasi air di daerah menjadi rendah. Hal ini merangsang hipofisis
mengeluarkan ADH.Hormon ini meningkatkan reabsorpsi air di ginjal sehingga volume urin
turun.
4. Emosi
Emosi tertentu dapat merangsang peningkatan atau penurunan volume urin.

6. Proses Ekskresi Nitrogen


BAB III
RANGKUMAN

 Ekskresi merupakan proses pengeluaran zat sisa metabolisme tubuh seperti CO2,
H2O, NH3, zat warna empedu dan asam urat. Zat hasil metabolisme yang tidak
diperlukan oleh tubuh akan dikeluarkan melalui alat ekskresi. Alat ekskresi yang
dimiliki oleh mahluk hidup berbeda-beda.Semakin tinggi tingkatan mahluk hidup maka
semakin kompleks alat ekskresinya.

 Fungsi sistem ekskresi yaitu mencampakkan limbah (sisa metabolime) berbahaya atau
yang tidak dibutuhkan lagi oleh tubuh. Jika tidak segera dikeluarkan maka akan
membahayakan kondisi tubuh. Organ yang berperan dalam ekskresi sistem yaitu kulit,
ginjal, paru-paru dan hati. Kita sebagai manusia harus melihat organ-organ yang berperan
dalam sistem ekskresi agar kita menjaga kesehatan tubuh kita.

 Proses Ekskresi Pada Invertebrata.


Pada hewan invertebrate belum terdapat sistem ekskresi. Akan tetapi, sisa-sisa
metabolisme harus dikeluarkan dari dalam tubuh organisme. Untuk itu setiap hewan
Invertebrata mempunyai cara dan alat eksresinya sendiri.

 Proses Ekskresi Pada Vertebrata


Alat ekskresi yang utama pada vertebrata adalah ginjal (ren).Struktur ginjal yang paling
primitif pada vertebrata disebut akrinefros atau holonefros.Pada prinsipnya terdapat
tipe ginjal pada vertebrata, yaitu pronefros, mesonefros, dan metanefros.Pronefros
adalah ginjal yang berkembang pada fase embrio vertebrata selain mamalia, embrio
berudu dan larva amphibia, pronefros, digantikan oleh mesonefros. Mesonefros
merupakan ginjal pada bagian embrio sebagian vertebrata, ikan dewasa, mesonefros
akan berubah menjadi metanefros selama masa perkembangan embrio.
DAFTAR PUSTAKA

Pratiwi, D.A, Sri Maryati, Srikini, dkk. 2006. Biologi Jilid II. Erlangga :Jakarta. Suntoro,
Susilo H., Djalal Tanjung Harminani, 1993. Anatomi dan Fisiologi Hewan. Universitas
Terbuka, Depdikbud : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai