Anda di halaman 1dari 11

1

PENGENDALIAN GULMA PADA PERKEBUNAN KOPI

DI SUSUN OLEH:

WULANDARI (2103310019)

AJIS SUPRIADI SILABAN (2103310015)

DOSEN PENGAMPU:

Ir. YULIANTINA AZKA, MP.

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS TRIDINANTI

PALEMBANG

2023
1

I . PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kopi merupakan tanaman perkebunan yang sudah lama dibudidayakan,

kopi menjadi komoditi andalan ekspor dan sumber pendapatan devisa negara.

Komoditi kopi sering kali mengalami fluktuasi harga sebagai akibat ketidak

seimbangan antara permintaan dan persediaan komoditi kopi di pasar dunia.

Konsumsi kopi dunia mencapai 70% berasal dari jenis kopi arabika dan 26%

berasal dari jenis kopi robusta. Awalnya, mereka mencoba memakan buah

kopi dan merasakan adanya tambahan energi. Berjalannya perkembangan

pengetahuan dan teknonogi, buah kopi dimanfaatkan menjadi minuman kopi

seperti saat ini (Rahardjo, 2012).

Kopi menjadi komoditi yang bisa memberikan kontribusi besar bagi

perekonomian di Indonesia. Kopi juga tanaman budidaya yang bernilai

ekonomi tinggi dan menjadi andalan bagi negara. Produktivitas perkebunan

kopi salah satunya dipengaruhi oleh tumbuhan gulma yang tumbuh bersama

dengan tanaman kopi. Gulma merupakan tumbuhan yang kehadirannya tidak

diinginkan, karena mengganggu dan merugikan. Kehadiran tumbuhan gulma

di perkebunan kopi juga akan dapat menurunkan hasil panen (Utami, 2020).

1
2

II. GULMA YANG ADA DI LAHAN PERKEBUNAN KOPI

DAN CARA PENGENDALIANNYA

2.1 Jenis -Jenis Gulma Yang Tumbuh Di Perkebunan Kopi

Gulma merupakan tumbuhan yang merugikan kepentingan manusia

baik dari segi ekonomi, ekologis, kesehatan maupun estetika. Kehadiran

gulma selama proses budidaya dapat berkompetisi dengan tanaman dalam

memperebutkan sarana tumbuh, seperti hara, air, cahaya, maupun ruang

tumbuh, gulma juga dapat merugikan petani atau perusahaan dengan

menurunkan kualitas produk pertanian dan mengganggu proses produksi.

(Pujisiswanto 2012).

Menurut Triharso (1994) beberapa jenis gulma yang sering tumbuh di

perkebunan kopi diantaranya:

Gambar 1.Alang-alang (Imperata cylindrica) gambar. 2 Grinting (Cynodon


. dactylon)

2
3

Gambar 3.Ottochloa nodusa dari golongan rumput-rumputan

Gambar 4.Mikania micrantha golongan berdaun lebar.

Gambar 5.Cyperus rotundus golongan teki . Gambar 6.Benalu, tanaman herba.


4

2.2 Pengendalian Gulma di Perkebunan Kopi

Pengendalian gulma bisa dilakukan secara rutin pada saat akan

dilakukan pemupukan tanaman kopi, yang dilakukan 2 atau 3 kali sampai

panen. Gulma yang sudah dicabut beserta perakarannya bisa di kumpulkan di

satu tempat dan direbahkan hingga kering dan akarnya mati, sementara

bagian daunnya bisa dijadikan pupuk hijau atau kompos, bagian perakaran

gulma bisa dijadikan pupuk bila telah kering dan mati (Triharso 1994).

Menurut Priana (2018), pengendalian gulma pada tanaman kopi sebagai

berikut:

1. Pengendalian secara mekanis.

Pengendalian dengan tenaga manusia yang dibantu dengan alat-alat

pertanian seperti sabit, garpu, parang dan sebagainya. Biasanya dilakukan

pada daerah yang cukup tenaga manusianya atau pada lahan yang relatif

datar. Contohnya:

a. Mencabut (Hand weeding)

Pengendalian gulma dengan cara mencabut atau menyiang dengan

tangan merupakan salah satu cara pengendalian gulma yang terbaik,

karena gangguan/kerusakan terhadap tanaman kopi akibat

penyiangan paling minim.

b. Pembabatan

Pembabatan sangat cocok dilakukan pada perkebunan kopi,

sebaiknya dilakukan sebelum gulma membentuk biji.


5

c. Menginjak-injak

Pengendalian ini dilakukan di daerah perkebunan kopi yang teknik

bercocok tanamnya belum berkembang. Biasanya cara ini dilakukan

pada saat persiapan penanaman kopi dan gulma dibenamkan dengan

menggunakan kaki.

d. Pengolahan Tanah

Pengolahan tanah merupakan salah satu cara yang terbaik karena

disamping mengendalikan gulma juga sekaligus memperbaiki sifat-

sifat kimia, biologi dan fisika tanah.

e. Pemakaian Mulsa

Pemakaian mulsa pada prinsipnya adalah mengurangi jumlah atau

intensitas cahaya yang sampai pada gulma atau biji-bijian sehingga

dapat menekan atau menghambat pertumbuhannya bahkan dapat

mematikannya.

2. Pengendalian Gulma secara Biologi (hayati)

Resikonya pengendalian ini lebih sulit dari pada pengendalian gulmanya,

syarat yang diperlukan dengan pengendalian gulma secara biologi ialah:

a) Aktivitas dan penyebaran hewan tersebut dapat diatur/dikuasai.

b) Harus monofag, tidak ada tuan rumah alternatif.

c) Areanya cukup luas.

d) Secara konvensional sukar dikendalikan.

e) Harus aman.
6

Apabila cara ini terpenuhi, maka pengendalian biologi merupakan suatu

cara yang paling efisien. Pertumbuhan gulma secara efektif dan sekaligus

mengurangi terjadinya erosi serta menghemat penggunaan tenaga.

3. Pengendalian gulma secara kimiawi

Pengendalian gulma dengan cara kimia dilakukan dengan menggunakan

herbisida yang memiliki kandungan zat aktif glifosat, sulfosat, amonium

glufosinat dan parakuat yang tidak memberi efek negatif bagi tanaman

kopi. Pengendalian gulma secara kimia ini biasa dilakukan sebanyak 1

sampai 5 kali dalam satu tahun tergantung perkembangan gulma di lahan

kopi.

Penggunaan herbisida dapat didasarkan pada pertimbangan-

pertimbangan praktis, sebagai berikut:

a. Tipe gulma yang akan dikendalikan.

Kebanyakan herbisida lebih efektif terhadap tanaman kopi, terutama

bila digunakan pada konsentrasi tertentu yang menyebabkan

terjadinya pengendalian selektif 24D dan dalpon ada juga herbisida

non selektif yang dapat mematikan gulma rumputan maupun daun

lebar seperti glifosat dan perakuat.

b. Waktu pemberian herbisida

 Pratanam (preplanting)

Preplanting herbisida treatment ialah pemakaian herbisida

sebelum penanaman, biasanya setelah selesai pengolahan tanah.


7

Tujuannya adalah untuk membunuh kecambah gulma yang baru

tumbuh baik yang berasal dari biji-bijian, maupun yang berasal

dari organ-organ perbanyakan lainnya.

 Pratumbuh (pre-emergence)

Pemakaian herbisida secara pre-emergence ini dilakukan

sesudah penyebaran benih dalam bentuk biji dan belum

berkecambah.

 Pasca tumbuh (post emergence)

Pemakaian herbisida ini setelah tanaman kopi tumbuh. Waktu

pemberian boleh pada saat tanaman tumbuh, saat tanaman masih

muda atau dewasa.

c. Cara pemberiannya

 broadcast treatment dan blanket spray/perlakuan merata.

 bandtreatment/perlakuan jalur.

 directed spray/penyemprotan terarah

 spottreatment perlakuan setempat.

Keuntungan pengendalian gulma secara kimiawi:

 menghemat tenaga kerja.

 pelaksanaannya cepat dan hasilnya cepat terlihat.

 biaya lebih murah.

 dapat memilih formulasi yang sesuai dengan tujuan penggunaan.

 dapat memilih herbisida yang selektif.


8

Kerugian pengendalian gulma secara kimiawi:

 terjadinya pencemaran lingkungan.

 dibutuhkan pengetahuan dan keahlian/keterampilan pemakai.

 bila terjadi kekeliruan tindakan, resiko yang ditanggung cukup besar.

 penggunaan herbisida di Indonesia masih terbatas.

2.3 Kerugian Akibat Gulma Pada Tanaman Kopi

Menurut Triharso (1994), kerugian akibat gulma pada perkebunan kopi

adalah sebagai berikut:

1. Beberapa jenis gulma bisa menjadi inang bagi hama dan penyakit kopi,

sehingga hal ini bisa membawa pada dampak kerugian yang serius.

2. Gulma bisa mengandung zat beracun seperti fenol yang tentunya akan

membawa dampak tidak baik bagi tanaman kopi.

3. Banyaknya gulma di perkebunan bisa menjadi pesaing bagi tanaman kopi

dalam menyerap unsur-unsur hara di tanah atau menyerap hasil

pemupukan sehingga hasil panen kopi bisa menurun. Tanaman kopi

sebagian besar memiliki perakaran yang dangkal sehingga kemungkinan

kalah bersaing oleh gulma sangat besar, akibat yang nyata adalah

penurunan hasil produksi kopi.

4. Pertumbuhan gulma di perkebunan kopi bila dibiarkan akan mempersulit

pemeliharaan perkebunan dan berdampak pada pertambahan biaya

pemeliharaan. Gulma yang makin banyak di perkebunan akan


9

membutuhkan tambahan tenaga kerja untuk mengendalikan gulma, hal

ini akan menambah biaya produksi.

III KESIMPULAN

1. Gulma merupakan tumbuhan yang kehadirannya tidak diinginkan, karena

mengganggu dan merugikan.

2. Jenis -jenis gulma yang tumbuh di pekebunan kopi

 Alang-alang (Imperata cylindrica)

 Grinting (Cynodon dactylon)

 Ottochloa nodosa dari golongan rumput-rumputan

 Cyperus rotundus dari golongan teki

 Mikania micrantha dari golongan berdaun lebar.

 Benalu, tanaman herba

3. Pengandalian gulma di perkebunan kopi dengan cara:

 Pengendalian secara mekanis.

 Pengendalian gulma secara Biologi (hayati).

 Pengendalian gulma secara kimiawi.


10

DAFTAR PUSTAKA
9

Priana, Heri. 2018. Pengendalian Gulma Pada Tanaman Kopi. Di akses di


https://id.scribd.com/document/370084845/Pengendalian-Gulma-Tanaman-
Kopi.,tanggal 1 oktober 2023.

Pujisiswanto, H. 2012. Kajian daya racun cuka (Asam asetat) terhadap


pertumbuhan gulma pada persiapan lahan. Jurnal Agrin. Universitas
Lampung.

Raharjo, P. 2012. Kopi. Panduan budidaya dan pengolahan kopi arabika dan
robusta. Penebar Swadaya. Jakarta.

Triharso. 1994. Kerugian akibat gulma di perkebunan kopi dan cara mengatasinya.
Di akses di https://www.crlcoffe.com/sub/kerugian-akibat-gulma-di-
perkebunan-kopi-dan-cara-mengatasinya/., tanggal 1 oktober 2023.

Utami. 2020. Keanekaragaman dan Dominansi Jenis Tumbuhan Gulma Pada


Perkebunan Kopi di Hutan Wisata Nglimut Kendal Jawa Tengah. Di akses di
https://ejournal.undip.ac.id/index.php/ilmulingkungan/article/view/31710,.
tanggal 1 oktober 2023

Anda mungkin juga menyukai