ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji potensi antibakteri ekstrak daun jambu biji terhadap bakteri
Aeromonas hydrophila penyebab penyakit Motil Aeromonas septicemia (MAS) pada benih ikan
gurami, melalui uji invitro dan uji LC50 48 jam. Metode Penelitian yang digunakan adalah
eksperimental laboratoris dengan sembilan perlakuan dan dua ulangan untuk uji in vitro, sedangkan
untuk uji LC50 48 jam sebanyak lima perlakuan dan dua ulangan. Perlakuan untuk Uji invitro adalah
kertas cakram direndam dalam larutan ekstrak daun jambu biji pada konsentrasi 250 ppm, 500 ppm,
750 ppm, 1500 ppm, 2500 ppm, 3250 ppm, dan kontrol (0 ppm), kemudian diletakkan pada media
agar yang telah ditumbuhi Aeromonas hydrophila, kemudian diinkubasi pada suhu 37oC selama 48
jam. Perlakuan untk uji LC50 48 jam, yaitu benih ikan nila berukuran 4-6 cm direndam dalam larutan
ekstrak daun jambu biji pada konsentrasi 750 ppm, 600 ppm, 500 ppm, 250 ppm dan 0 ppm selama
48 jam. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Hasil uji in vitro memperlihatkan bahwa
ekstrak daun jambu biji pada konsentrasi 250 ppm-3250 ppm berpotensi sebagai antibakteri terhadap
bakteri Aeromonas hydrophila dengan diameter zona hambat berkisar antara 6,5-11,5 mm. Ekstrak
daun jambu biji dikategorikan antibakteri berspektrum luas. Hasil uji LC50 48 jam memperlihatkan
mortalitas benih ikan gurame sebanyak 50% terjadi pada benih ikan gurami yang direndam dalam
larutan ekstrak daun jambu biji pada konsentrasi 600 ppm. Berdasarkan analisis EPA Probit ekstrak
daun jambu biji dibawah 600,580 ppm aman digunakan untuk pengobatan benih ikan gurami yang
terserang bakteri Aeromonas hydrophila.
Kata Kunci : Aeromonas hydrophila, benih ikan gurami, dan ekstrak daun jambu biji.
ABSTRACT
This study aimed to assess the antibacterial potential of guava leaf extract against disease-causing
bacteria Aeromonas hydrophila or Motil Aeromonas Septicemia MAS in seed of Tilapia, through in
vitro tests and test 48-hour LC50. The research method used was an experimental laboratory with
nine treatments and two replications for in vitro tests, while the 48-hour LC50 for the test as many as
five treatments and two replications. Treatment for in vitro test was a paper disc soaked in a solution
of guava leaf extract at a concentration of 250 ppm, 500 ppm, 750 ppm, 1500 ppm, 2500 ppm, 3250
ppm, and the control (0 ppm), then placed on an agar medium that had been overgrown with
Aeromonas hydrophila, and then incubated at 37 ° C for 48 hours. Treatment of 48-hour LC50 test
remedy, namely seed 4-6 cm sized tilapia marinated in guava leaf extract solution at a concentration
of 750 ppm, 600 ppm, 500 ppm, 250 ppm and 0 ppm for 48 hours. Data were analyzed descriptively.
Invitro test results showed that guava leaf extract at a concentration of 250 ppm-3250 ppm as an
antibacterial potential of Aeromonas hydrophila with inhibition zone diameters ranging from 6.5 to
19
Rosidah dan Wila Mahita Afizia
11.5 mm. Guava leaf extract categorized broad spectrum antibacterial. The test results showed 48-
hour LC50 of Tilapia seed mortality by 50% for tilapia seed is soaked in a solution of guava leaf
extract at a concentration of 600 ppm. Based on EPA Probit analysis of guava leaf extract is safe
under 600.580 ppm is used for Tilapia seed treatment of the infected Tilapia Aeromonas hydrophila.
Key words : Aeromonas hydrophila, guava leaf extract, and Tilapia seed.
20
Jurnal Akuatika Vol. III No. 1/ Maret 2012 (19-27)
ISSN 0853-2523
alternatif yang dapat digunakan untuk aureus dan bakteri lainnya. Maka dari itu perlu
menanggulangi penyakit MAS adalah bagian dilakukan penelitian mengenai potensi ekstrak
daun dari tumbuhan jambu biji (Psidium daun jambu biji sebagai antibakteri untuk
guajava L.). bakteri Aeromonas hydrophila sebagai
Hasil skrining fitokimia, daun jambu biji penyebab penyakit MAS pada ikan gurami
mengandung metabolit sekunder, terdiri dari (Osphronemus gouramy Lacepede) dan ikan
tanin, polifenolat, flavonoid, monoterpenoid, air tawar lainnya.
siskulterpen, alkaloid, kuinon dan saponin Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
(Kurniawati, 2006). Komponen utama dari mengkaji potensi antibakteri ekstrak daun
daun jambu biji adalah tanin yang besarnya jambu biji terhadap bakteri Aeromonas
mencapai 9-12% (Depkes, 1989). Menurut hydrophila penyebab penyakit MAS pada ikan
Masduki (1996) dalam Ajizah (2004) tanin gurame, melalui uji invitro dan uji LC50 48
bersifat antibakteri dengan cara jam.
mempresipitasi protein. Efek antimikroba
II. DATA DAN PENDEKATAN
tanin melalui reaksi dengan membran sel,
2.1. Metode Penelitian
inaktivasi enzim, destruksi atau inaktivasi
Penelitian ini menggunakan metode
fungsi materi genetik. Alkaloid, flavonoid
eksperimental laboratoris untuk uji in vitro dan
dapat menghambat pertumbuhan bakteri
LC50 48 jam. Jumlah perlakuan pada uji in
Staphylococcus aureus (Ahmad, 1986 dalam
vitro sebanyak sembilan perlakuan, setiap
ajizah, 2004). Saponin termasuk golongan
perlakuan diulang sebanyak dua kali. Jumlah
senyawa triterpenoid dapat digunakan sebagai
perlakuan untuk uji LC50 48 jam sebanyak
zat antimikroba (Musalam, 2001).
lima perlakuan, setiap perlakuan diulang
Menurut Brock and Mardigan (1994)
sebanyak dua kali.
keefektifan senyawa antibakteri tergantung
2.2. Bahan Penelitian
dari jenis bakteri dan karakteristik bakteri.
Bahan yang digunakan dalam
Bakteri Aeromonas hydrophila termasuk gram
penelitian ini adalah daun jambu biji yang
negatif, oksidasi positif dan mampu
berasal dari perkebunan Maroko Lembang
memfermentasi beberapa jenis gula, seperti
sebanyak 1 kg, dikeringanginkan selama 3-5
glucosa, fruktosa, maltosa dan trehalosa.
hari. Benih ikan gurame berukuran 4-6 cm
Sejauh ini belum diketahui potensi atau
sebanyak 100 ekor. Bakteri Aeromonas
efektifitas ekstrak daun jambu biji sebagai
hydrophila strain 26, kepadatan bakteri yang
antibakteri terhadap bakteri Aeromonas
digunakan 108cfu. Media yang digunakan
hydrophila yang mempunyai karakteristik
untuk mengkultur bakteri adalah Tryptic soy
yang berbeda dengan bakteri Staphylococcus
21
Rosidah dan Wila Mahita Afizia
agar, akuades, salin 0,85% sebagai cairan d. Pembuatan media TSA agar sebagai
fisiologis bakteri. media pertumbuhan bakteri Aeromonas
2.3. Pelaksanaan Penelitian hydrophila.
- Pembuatan ekstrak daun jambu biji : e. Pembuatan larutan bakteri dengan
daun jambu biji yang telah kering, kepadatan 108cfu/ml.
dihaluskan dengan menggunakan f. Pemasukan bakteri kedalam cawan
blender, kemudian dimasukkan kedalam petri yang telah berisi media TSA agar
maserator yang sudah berisi ethanol 95% secara aseptis dan merata.
untuk dimaserasi selama 2x24 jam. Hasil g. Menempelkan kertas saring yang telah
maserasi kemudian disaring dengan direndam dalam larutan ekstrak daun
menggunakan kertas saring whatman no. jambu biji dengan berbagai konsentrasi
42. Hasil saringan (filtrat) kemudian di permukaan media agar dalam cawan
dievaporasi dengan vacum rotavapour petri.
pada suhu ± 40oC dengan kecepatan 120 h. Cawan petri tersebut kemudian
rpm. Ekstrak yang dihasilkan sebanyak diinkubasi pada suhu 37oC selama 48
330 gram, siap digunakan. jam.
- Uji in vitro : bertujuan untuk mengetahui i. Melakukan pengamatan, dengan
potensi ekstrak daun jambu biji terhadap melihat keberadaan zona bening yang
bakteri Aeromonas hydrophila dengan terbentuk disekitar kertas cakram,
melihat zona bening (zona hambat) yang sebagai zona hambat terhadap
terbentuk, yang merupakan zona hambat pertumbuhan bakteri Aeromonas
pertumbuhan bakteri. Langkah yang hydrophila.
dilakukan dalam uji invitro adalah : - Uji LC50 48 jam : bertujuan untuk
a. Sterilisasi alat dan bahan mengetahui konsentrasi daun jambu biji
b. Pembuatan konsentrasi larutan ekstrak yang mengakibatkan mortalitas 50% pada
daun jambu biji sesuai dengan ikan benih gurame. Uji LC50 dilakukan
perlakuan yaitu : 250 ppm, 500 ppm, dengan cara merendam benih gurame
750 ppm, 1500 ppm, 2500 ppm, 3250 dalam larutan ekstrak daun jambu biji
ppm, dan kontrol selama 48 jam, kemudian diamati dan
c. Perendaman kertas saring dalam dihitung mortalitasnya. Kegunaan dari uji
larutan ekstrak daun jambu biji. ini adalah untuk mendapatkan konsentrasi
ekstrak daun jambu biji yang aman, jika
digunakan untuk pengobatan benih ikan
22
Jurnal Akuatika Vol. III No. 1/ Maret 2012 (19-27)
ISSN 0853-2523
23
Rosidah dan Wila Mahita Afizia
Pada Tabel 1 terlihat, kertas cakram bahan aktif sebagai antibakteri semakin besar
yang tidak mengandung larutan ekstrak daun pula.
jambu biji (kontrol) pertumbuhan bakteri Tanin merupakan komponen utama
Aeromonas hydrophila tidak terhambat, dalam daun jambu biji, karena jumlah
terbukti dari diameter zona bening 0 mm, kandungan tanin lebih banyak dibandingkan
sedangkan rata-rata diameter zona hambat dengan kandungan senyawa lainnya (Depkes,
bakteri dengan menggunakan ekstrak daun 1989). Berdasarkan hasil penelitian yang
jambu biji berkisar antara 6,5 – 11,5. Diameter dilakukan oleh Widiaty (2008) melalui uji
zona hambat terkecil diperoleh pada skrining fitokimia ekstrak daun jambu biji
konsentrasi ekstrak daun jambu biji 250 ppm mengandung tanin 13,51%. Menurut Ajizah
dan yang terbesar 3250 ppm. Hal ini (2004) tanin mempunyai daya antibakteri
memperlihatkan bahwa semakin besar dengan cara mempresipitasi protein. Efek
konsentrasi yang digunakan, semakin besar antimikroba tanin antara lain melalui reaksi
diameter zona hambat yang diperoleh, artinya dengan membran sel, inaktivasi enzim dan
aktivitas antibakteri ekstrak daun jambu biji destruksi atau inaktivasi fungsi materi genetik.
semakin meningkat dengan meningkatnya Selain tanin senyawa yang bersifat antibakteri
konsentrasi ekstrak tersebut. Sebagaimana pada ekstrak daun jambu biji adalah flavonoid
pendapat Nursal (1998) bahwa dengan dan saponin.
konsentrasi ekstrak yang semakin tinggi maka Menurut Subramani et al (2002)
kemampuan antibakterinya juga semakin flavonoid berfungsi sebagai antibakteri dengan
besar. cara mengganggu fungsi dari mikroorganisme,
Menurut pendapat Bell (1984), jika termasuk bakteri. Menurut Musalam (2001)
diameter zona hambat yang terbentuk lebih saponin termasuk senyawa triterpenoid dapat
besar atau sama dengan 6 mm, maka ekstrak sebagai antimikroba. Berdasarkan sifat
dikategorikan memiliki aktivitas antibakteri racunnya bagi hewan berdarah dingin dapat
dan bila diameter zona hambat yang terbentuk menghemolisis sel darah merah.
lebih kecil dari 6 mm atau tidak terbentuk Berdasarkan efektif kerjanya, senyawa
maka ekstrak tersebut dikategorikan tidak antibakteri dibagi dua, yaitu senyawa
memiliki aktivitas antibakteri. Maka dapat antibakteri berspektrum luas dan berspektrum
disimpulkan bahwa ekstrak daun jambu biji sempit. Senyawa antibakteri berspektrum luas
pada konsentrasi 250 ppm – 3250 ppm efektif terhadap bakteri yang bersifat gram
memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri positif dan gram negatif, sedangkan senyawa
Aeromonas hydrophila. Semakin besar antibakteri berspektrum sempit hanya efektif
konsentrasi ekstrak daun jambu biji, maka untuk bakteri yang bersifat gram positif atau
24
Jurnal Akuatika Vol. III No. 1/ Maret 2012 (19-27)
ISSN 0853-2523
gram negatif saja (Jamaludin, 2005). Dari hasil 3.2 Konsentrasi letal (LC5048 jam) Ekstrak
Daun Jambu Biji Terhadap Benih Ikan
penelitian yang diperoleh, senyawa antibakteri
Gurami.
pada ekstrak daun jambu biji berspektrum Berdasarkan uji LC50 48 jam ekstrak
luas, karena selain mampu menghambat daun jambu biji terhadap benih ikan gurami,
pertumbuhan bakteri gram negatif, yaitu memperlihatkan mortalitas 50% dari jumlah
Aeromonas hydrophila, juga mampu benih yang direndam dalam larutan ektrak
menghambat pertumbuhan bakteri gram daun jambu biji terjadi pada konsentrasi 600
positif, yaitu bakteri Staphylococcus aureus ppm (Tabel 2). Hasil analisis EPA probit
(Ahmad, 1986 dalam Ajizah, 2004). menunjukkan konsentrasi ekstrak daun jambu
biji 600,580 ppm menyebabkan kematian
benih ikan gurami sebanyak 50% dalam waktu
48 jam.
Tabel 2. Mortalitas benih gurami Hasil Uji LC50 48 Jam
Mortalitas Benih Gurami (ekor) pada Jam ke-
Konsentrasi Ekstrak Jumlah (ekor)
Daun Jambu Biji 24 jam 48 jam
750 ppm 1 10 10 10
2 10 10 10
600 ppm 1 3 1 4
2 3 2 5
500 ppm 1 1 0 1
2 0 0 0
250 ppm 1 0 0 0
2 0 0 0
0 ppm 1 0 0 0
2 0 0 0
Pada Tabel 2 terlihat semakin tinggi dalam konsentrasi tinggi adalah saponin.
konsentrasi, kematian benih semakin tinggi. Sebagaimana pendapat Anonim (2009), dalam
Hal ini terjadi karena ekstrak daun biji jumlah besar saponin bersifat toksik (racun)
mengandung senyawa aktif sebagai dan mengancam kehidupan untuk spesies
antimikroba, namun dalam konsentrasi yang hewan tertentu. Saponin pada konsentrasi yang
tinggi dapat meracuni benih gurami. Senyawa tinggi terasa pahit, sehingga mengurangi
antimikroba yang bersifat racun bagi ikan jika palabilitas terhadap pakan. Pada hewan,
25
Rosidah dan Wila Mahita Afizia
saponin dapat menghambat aktifitas otot polos Bell S. M. 1984. Antibiotic Sensitifity Testing
by The CDS Method, New South Wales.
(Departement of Animal Science, 2009).
Clinical Microbiology Update
Menurut Oey (1989) saponin dapat Programme. Ed. N. Heriwig. The Prince
Wales Hospital.
membentuk senyawa busa, dapat
menghemolisis sel darah merah, merupakan Brock, T.D., and Mardigan M.T. 1994.
Biology of Microorganism. Fifth
racun kuat untuk ikan dan amfibi. Edition. New York. Prentice-Hall
Berdasarkan hasil uji LC50 konsentrasi International.
ekstrak daun jambu biji dibawah 600,580 ppm Cipriano, R.C. 2001.Aeromonas hydrophila
and Motile Aeromonand Septicemias of
aman digunakan untuk pengobatan benih ikan
Fish. Disease Leaflet 68. Washingron
gurami yang terserang bakteri Aeromonas DC. 20 hlm.
hydrophila. Departemen Kesehatan.1989. Vademakum
Bahan Obat Alami. Dirjen POM.
26
Jurnal Akuatika Vol. III No. 1/ Maret 2012 (19-27)
ISSN 0853-2523
27