The Effect Of The Addition Of Sea Grapes ExtracT (Caulerpa racemosa) on Preventing
Bacterial Infection Aeromonas hydrophila in Tilapia (Oreochromis niloticus)
Nur Inda Sari, Program Studi Pendidikan Teknologi Pertanian, Fakultas Teknik,
Universitas Negeri Makassar. Email: nurindasari1022@gmail.com
Patang, Program Studi Pendidikan Teknologi Pertanian, Fakultas Teknik,
Universitas Negeri Makassar. Email: drpatangunm@gmail.com
Indrayani, Program Studi Pendidikan Teknologi Pertanian Fakultas Teknik,
Universitas Negeri Makassar. Email: indrayani@unm.ac.id
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak anggur laut
(Caulerpa racemosa) dalam menghambat infeksi bakteri Aeromonas hydrophila pada ikan nila
(Oreochromis niloticus) dan mengetahui konsentrasi penggunaan anggur laut (C. racemosa)
yang efektif untuk menghambat infeksi bakteri A. hydrophila pada ikan nila (O. niloticus).
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen menggunakan rancangan acak lengkap dengan
4 perlakuan yang berbeda yakni konsentrasi ekstrak anggur laut 15 mg/L, 20 mg/L, 25 mg/L
dan kontrol (tanpa ekstrak anggur laut). Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah
perubahan tingkah laku ikan, morfologi ikan, anatomi ikan, kelangsungan hidup, parameter
kualitas air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak anggur laut (C. racemosa)
dapat menghambat infeksi bakteri A. hydrophila pada ikan nila dimana tingkat daya hambat
ekstrak terbaik pada perlakuan C pemberian ekstrak anggur laut (C. racemosa) 25 mg/l dimana
keadaan ikan membaik pada hari 1 pasca perendaman baik dari segi tingkah laku ikan,
morfologi ikan (sisik dan mata) dan anatomi ikan (Insang dan hati). Tingkat daya hambat
terendah pada perlakuan kontrol dimana keadaan ikan semakin memburuk setiap hari, baik dari
segi tingkah laku, morfologi ikan (sisik dan mata), anatomi ikan (Insang dan hati).
Kelangsungan hidup tertinggi pada perlakuan C (73%). Kualitas air pemeliharaan berada dalam
kondisi optimal dengan kisaran suhu 26˚C- 27˚C, Oksigen 5-6 ppm dan pH 7,4-7,8.
Abstract
This study aims to determine the effect of the addition of sea grape extract (Caulerpa
racemosa) on preventing Aeromonas hydrophila bacterial infection in tilapia (Oreochromis
niloticus) and to determine the effective concentration of the sea grape extract (Caulerpa
racemosa) in inhibiting Aeromonas hydrophila bacterial infection in tilapia (Oreochromis
niloticus.) This study was an experimental study using a completely randomized design (CRD)
with 4 different extract concentrations namely 15 mg/L, 20 mg/L, 25 mg/L and control without
extract.The variables observed in this study werefish behavior, fish morphology, fish anatomy,
survival rate and water quality parameters (temperature, DO, pH). The results showed that the
administration of sea grape extract (Caulerpa racemosa) could inhibit Aeromonas hydrophila
bacterial infection in tilapia. The best concentration of sea grape extract in inhibiting the
bacterial infection was in treatment C with 25 mg/L in which the fish condition improved on
day 1 after immersion whereas the lowest level of inhibition was in the control treatment with
the condition of fish was getting worse every day.The highest survival rate was in treatment C
(73%). Water quality parameters were still within the optimal range for the fish with the
temperature range of 26-27oC, dissolved oxygen range 5-6 ppm and pH range 7.4-7.8
236
Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian 8(2) 2022: 235-248 Sari, et al.
237
Sari, et al. Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian 8(2) 2022: 235-248
238
Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian 8(2) 2022: 235-248 Sari, et al.
laut (C. racemosa), ditemukan perbedaan ekstrak tumbuhan akan memberikan respon
perubahan tingkah laku setiap perlakuan sensitif tidak seperti biasanya, seringkali
akibat infeksi bakteri A. hydrophobia. muncul ke bagian atas selanjutnya berdiam
Perlakuan C memperlihatkan perubahan di dasar akuarium. Sedangkan, ikan yang
tingkat yang paling baik, dengan rata-rata tidak diberi perlakuan (kontrol) menunjukan
3,33-4,5 skala tingkah laku. Sedangkan gejala klinis yang sama akan tetapi terdapat
perlakuan kontrol memperlihatkan pembengkakan di bagian perut bekas
perubahan yang sangat kurang dengan nilai suntikkan, yang menyebabkan perut ikan
rata-rata 1,33-2,66 skala tingkah laku. membuncit dan merah.
Berdasarkan analisis sidik ragam anova, Pada hari ke 1, ikan di dalam
perlakuan dengan pemberian konsentrasi akuarium, baik yang diberi perlakuan
anggur laut memberikan pengaruh pada maupun tanpa perlakuan, lebih banyak
tingkah laku ikan dengan nilai sig berdiam diri dasar akuarium serta mendekati
0.040<0,5, yang artinya semua perlakuan aerasi. Pada hari ke 3, ikan pada perlakuan
berbeda. Hasil uji duncan menunjukka A, B, dan C sudah mulai aktif berenang,
bahwa perlakuan dengan konsentrasi anggur sedangkan pada perlakuan kontrol, ikan
laut A (15 mg/l) memiliki perbedaan akan bergerak dengan lambat.
tetapi tidak nyata dengan perlakuan B (20 Pada hari ke 7 dan 10, ikan pada
mg/l) dan C (25 mg/l). Namun pada perlakuan C sudah mulai bergerak normal
perlakuan B (20 mg/l) dan C (25 mg/l) tidak dan lincah, yang artinya ikan pada perlakuan
terdapat perbedaan yang nyata antara C sembuh. Sedangkan pada perlakuan
keduanya. Ketiga perlakuan tersebut kontrol, perubahan tingkah laku semakin
berbeda nyata dengan perlakuan K (tanpa hari semakin menurun, yang disebabkan
ekstrak anggur laut). Hasil pengamatan karena perlakuan kontrol, tidak diberikan
tingkah laku ikan dapat dilihat pada Gambar ekstrak anggur laut, dimana anggur laut itu
1. sendiri mempunyai kandungan senyawa
5 flavonoid yang memiliki fungsi sebagai
Skala Tingkah Laku
239
Sari, et al. Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian 8(2) 2022: 235-248
Pengaruh Ekstrak Anggur Laut (C. Perlakuan Kondisi Sisik Kondisi Mata
racemosa) terhadap Morfologi (Sisik dan C=Ekstrak
anggur laut
Mata) Ikan Akibat Infeksi Bakteri A. 25 mg/l
hydrophila.
Pengamatan morfologi ikan Gambar 2. Kondisi Morfologi Ikan Terinfeksi
dilakukan untuk mengetahui perubahan Setelah Perendaman
morfologi ikan yang terinfeksi bakteri A.
5
hydrophila setelah perendaman ekstrak
Skala Morfologi
4
anggur laut (C. racemosa). Pengamatan K= Kontrol
3
dilakukan secara visual dengan melihat 2 A= 15 mg/L
secara langsung perubahan morfologi ikan 1 B=20 mg/L
dengan menggunakan skala 0-5. 0
C=25 mg/L
Berdasarkan hasil analisis sidik ragam H1 H3 H7 H10 H14
240
Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian 8(2) 2022: 235-248 Sari, et al.
gelap. Adapun tanda-tanda klinis ikan yang laut (C. racemosa) dan tanpa perlakuan
diinfeksi bakteri A. hydrophila, yaitu luka- ekstrak anggur laut. Hasil pengamatan
luka di bagian permukaan tubuh, keluarnya menunjukan bahwa perubahan anatomi ikan
darah di insang dan hati serta limpa, warna yang paling lambat adalah pada perlakuan
tubuh ikan berubah gelap, perut kontrol (tanpa ekstrak anggur laut) dengan
mengembang, berenang menurun dan sering rata-rata 1-0,5 skala anatomi dengan ciri –
muncul ke permukaan, sisik lepas, sirip ciri ikan hati meradang dan insang terlihat
rusak, mata rusak dan menonjol (Cahyono, pucat. Sedangkan perlakuan dengan
2011). perubahan anatomi ikan yang relatif cepat
Tertutupnya luka di ikan adalah perlakuan C dengan konsentrasi
dikarenakan adanya kandungan flavonoid anggur laut 25 mg/l dengan rata- rata skala
serta saponin pada anggur laut (C. perubahan anatomi 3-4,66 skala anatomi
racemosa) yang berperan sebagai obat anti ikan, yang memperlihatkan ikan dengan
inflamasi serta saponin menjadi antiseptik di kondisi hati berwarna krem dan insang
luka agar luka menjadi tidak semakin parah berwarna merah segar. Ikan dengan
(Sabir, 2005). Kandungan saponin pada pemberian ekstrak anggur laut (C.
anggur laut diduga berperan sebagai racemosa) pada masing -masing perlakuan
antibakteri sebagaimana yang dikemukakan memperlihatkan kondisi yang semakin baik
oleh Ridowati & Asnani (2016) bahwa setiap hari. Berdasarkan analisis sidik ragam
senyawa flavonoid, fenol, tanin, steroid dan anova, menunjukkan bahwa perlakuan
saponin, dapat berfungsi sebagai dengan pemberian konsentrasi anggur laut
antibakteri. Senyawa alkaloid adalah memberikan pengaruh pada anatomi ikan
senyawa aktif pada C. racemosa kering. pada setiap perlakuan dengan nilai sig
Alkaloid memiliki kemampuan 0.037<0,5 artinya semua perlakuan
sebagai antibakteri. Mekanisme yang diduga mempunyai rata-rata berbeda dan hasil uji
ialah dengan cara menghambat struktur duncan menunjukkan perlakuan konsentrasi
peptidoglikan pada bakteri, yang membuat anggur laut A (15 mg/l) memperlihatkan
lapisan dinding sel tidak berbentuk perbedaan akan tetapi tidak nyata dengan
sempurna serta mengakibatkan terjadinya perlakuan B (20 mg/l) dan C (25 mg/l).
kematian sel (Haryati, et al., 2015). Hal ini Namun pada perlakuan B (20 mg/l) dan C
sesuai dengan pendapat Madduluri (2013) (25 mg/l) tidak terdapat perbedaan yang
yang mengatakan bahwa prosedur kerja nyata antara keduanya. Pada ketiga
saponin menjadi antibakteri adalah dengan perlakuan tersebut berbeda nyata dengan
mengakibatkan kebocoran protein serta perlakuan K (tanpa ekstrak anggur laut).
enzim di dalam sel bakteri. Hasil pengamatan anatomi ikan dapat dilihat
pada Gambar 4 dan 5.
Pengaruh Ekstrak Anggur Laut (C.
racemosa) Anatomi (Insang dan Hati)
Perlakuan Kondisi Kondisi
Ikan Akibat Infeksi Bakteri A.
Insang Hati
hydrophila Kontrol
(tanpa
Pengamatan selama 14 hari terhadap
ekstrak
parameter natomi ikan menunjukkan bahwa anggur laut)
terjadi perubahan anatomi ikan pada setiap
perlakuan dengan pemberian ekstrak anggur
241
Sari, et al. Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian 8(2) 2022: 235-248
4
K=Kontrol hidup ikan dengan perlakuan pemberian
3
2 A=15 mg/l
ekstrak anggur laut (C. racemosa)
1 dibandingkan dengan perlakuan kontrol
B=20 mg/l
0 (tanpa ekstrak anggur laut). Berdasarkan
H1 H3 H7 H10H14 C=25 mg/l
hasil analisis sidik ragam anova, terdapat
Waktu (Hari)
perbedaan yang nyata antara perubahan
kelangsungan hidup ikan dengan pemberian
Gambar 5. Nilai Rata-Rata Anatomi Ikan ekstrak anggur laut dengan nilai sig
Pada hari ke 1, ikan pada perlakuan 0.047<0.5, yang artinya semua perlakuan
kontrol menunjukan gejala klinis yaitu mempunyai rata-rata yang berbeda. Hasil uji
insang pucat dan perut membuncit dan jika duncan menunjukkan bahwa perlakuan
dibelah, berisi cairan hitam. Kemudian di dengan konsentrasi anggur laut C (25 mg/l)
hari ke 3, 7, 10 dan 14, perubahan tidak memiliki tingkat kelangsungan hidup
terlalu nyata dimana hati radang dan tertinggi dan berbeda dengan perlakuan A
berwarna krem dan insang berwarna hitam (15 mg/l) dan B (20 mg/l). Namun pada
pekat. Kondisi ikan semakin menurun setiap ketiga perlakuan tersebut berbeda nyata
hari. Sedangkan pada perlakuan dengan dengan perlakuan K (tanpa ekstrak anggur
pemberian ekstrak anggur laut pada laut).
perlakuan A , B, dan C, kondisi insang ikan Pada Gambar 6, dapat diketahui
berwarna merah dan jika dibelah, hati bahwa tingkat kelangsungan hidup ikan
berwarna krem (segar) serta selain itu tertinggi adalah pada perlakuan C.
kondisi ikan semakin membaik setiap hari. Pemberian ekstrak anggur laut sebanyak 25
Menurut Cipriano (2001), tanda- mg/L dengan nilai kelangsungan hidup pada
tanda klinis di luka serta pendarahan hari ke 14 yaitu 73,33%, kemudian diikuti
ditimbulkan oleh toksisitas pada A. oleh perlakuan B dengan nilai kelangsungan
242
Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian 8(2) 2022: 235-248 Sari, et al.
hidup pada hari ke 14 yaitu 53,33%, dan sehingga kandungan di dalam ekstrak yang
perlakuan A dengan nilai kelangsungan mengandung senyawa antibakteri dan bisa
hidup pada hari ke 14 yaitu 46,66%. menaikkan sistem imun tidak didapatkan
Sedangkan Tingkat kelangsungan hidup oleh perlakuan kontrol. Sejalan dengan
terendah adalah perlakuan kontrol tanpa pendapat Ghufran & Kordi (2004) yang
pemberian ekstrak anggur laut dimana nilai mengatakan stres pada ikan dapat
kelangsungan hidup pada hari ke 14 yaitu mengakibatkan tingginya tingkat sensitif
0%. Hasil pengamatan kelangsungan hidup ikan pada penyakit akibatnya berpengaruh
dapat dilihat pada Gambar 6. pada kelangsungan hidup ikan.
100 Konsentrasi Anggur Laut yang Efektif
Kelangsungan Hidup
243
Sari, et al. Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian 8(2) 2022: 235-248
Rata-Rata DO (Ppm)
Perbedaan kualitas suhu adalah hal yang 5
4
sangat penting pada kehidupan ikan nila. 3
Pada suhu yang normal, ikan akan hidup 2
1
baik yaitu suhu 25˚C-30˚C. Di luar suhu
0
tersebut, ikan nila dapat mati. K A B C
30 27 Perlakuan
27,1 26,3 26,8
Rata-rata Niali Suhu (C˚)
25
20 Gambar 8. Parameter Oksigen Terlarut
15 Oksigen terlarut adalah parameter
10
yang sangat berpengaruh pada pemeliharaan
5
ikan meski tidak semua ikan bisa hidup di
0
K A B C lingkungan dengan kadar DO 3 ppm, tetapi
Perlakuan beberapa ikan dapat bertahan pada kondisi
DO baik, yaitu 3-5 ppm. Hasil pengukuran
Gambar 7. Parameter Suhu Air oksigen pada penelitian ini berkisar 5,6-5,8.
Suhu adalah parameter paling Kandungan oksigen terlarut selama
penting pada proses kimia dan biologi. Hal penelitian dalam kondisi baik. Hal ini
ini sejalan dengan BSN (2009) yang sejalan dengan pendapat Supriyanto (2007)
mengemukakan bahwa suhu pemeliharaan yang mengatakan bahwa derajat oksigen
ikan nila pada bak air tenang kurang lebih 25 terlarut DO baik adalah di atas 5 ppm.
– 32˚C. Timbulnya penyakit pada penelitian pH
bukan dipengaruhi oleh parameter air, akan
Hasil penelitian pada Gambar 9
tetapi akibat infeksi bakteri A. hydrophila.
menunjukan bahwa pH rata-rata perlakuan
Oksigen Terlarut (DO) berkisar 7,42-7,82. Hasil tersebut
Hasil penelitian pada Gambar 8 memperlihatkan bahwa kualitas pH di
menunjukan bahwa DO rata-rata perlakuan aquarium bagus dan kisaran berada di
berkisar 5,6-5,86 ppm. Kondisi DO di kondisi baik untuk hidup ikan nila. pH yang
akuarium baik serta kisarannya berada di bagus pada kehidupan ikan nila berkisar 6-
kondisi yang baik untuk kehidupan ikan 8,5.
nila. Perbedaan DO ialah suatu hal yang 8 7,82 7,42 7,49 7,5
Rata-Rata Nilai pH
244
Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian 8(2) 2022: 235-248 Sari, et al.
245
Sari, et al. Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian 8(2) 2022: 235-248
246
Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian 8(2) 2022: 235-248 Sari, et al.
yang Dipuasakan secara Periodik. Wahab, M.I.A., Patang & Nurmila. (2019).
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, Modifikasi Aerasi terhadap
2(1):1-12 ISSN:2303-2960. Peningkatan Oksigen Terlarut yang
Mempengaruhi Tingkat
Rikawati. (2018). Pengaruh Pemberian Pertumbuhan dan Sintasan pada Ikan
Larutan Temulawak (Curcuma Nila (Oreochromis Niloticus).
Xanthorriza Rosb) terhadap Jurnal pendidikan teknologi
Kelangsungan Hidup Ikan Biawak pertanian. Vol.2(2):65-72.
Yang di Infeksi Bakteri Aeromonas
hydrophila . (skripsi) . Zaman, T. U. (2014). Isolation of Bacterial
Fish Pathogen Aeromonas
Ridowati & Asnani. (2016). Potensi Anggur hydrophila and Therapeutic Effect of
Laut Kelompok Caulerpa racemosa Medicinal Plants on Its Invasion. . J.
sebagai Kandidat Sumber Pangan of Fisheries.
Fungsional Indonesia. J. Oseana,
15(4):50-62.
Sabir. (2005). Aktivitas Antibakteri
Flavonoid Propolis Trigona Sp.
Terhadap Bakteri Streptococcus
mutans (in vitro). Journal Dent
38(2), 135-141.
Samsundari S. (2006). Pengujian ekstrak
temulawak dan kunyit terhadap
resistensi bakteri Aeromonas
hydrophila yang menyerang ikan
mas (Ciprinus carpio). Gamma 2(1):
71-83.
Syawal, H. (2008). Pemberian Ekstrak Kayu
Siwak (Salvadora Persica L.) untuk
Meningkatkan Kekebalan Ikan Mas
(Cyprinus carpio L.) yang
Dipelihara dalam Keramba.
Biodiversitas 9 (1), 44-47.
Supriyanto, C., S., & K. Zainul. (2007).
Analisis Cemaran Logam Berat Pb,
Cu dan Cd pada Ikan Air Tawar
dengan Metode Spektrometri Nyala
Serapan Atom. Prosiding Seminar
Nasional Pusat Teknologi Nuklir
Yogyakart.
Wulan, D. (2012). Kualitas air pada
pemeliharaan ikan nila Orechromis
sp. intensif di kolam Departemen.
Skripsi Fakultas Perikanan dan ilmu
kelautan, Institut Pertanian
Bogor:23hlm.
247
Sari, et al. Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian 8(2) 2022: 235-248
248