Anda di halaman 1dari 14

Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian ISSN 2476-8995 (Print)

Volume 8 Nomor 2 Agustus 2022: 235-248 ISSN 2614-7858 (Online)

Pengaruh Pemberian Ekstrak Anggur Laut (Caulerpa racemosa) dalam Menghambat


Infeksi Bakteri Aeromonas hydrophila pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

The Effect Of The Addition Of Sea Grapes ExtracT (Caulerpa racemosa) on Preventing
Bacterial Infection Aeromonas hydrophila in Tilapia (Oreochromis niloticus)

Nur Inda Sari, Program Studi Pendidikan Teknologi Pertanian, Fakultas Teknik,
Universitas Negeri Makassar. Email: nurindasari1022@gmail.com
Patang, Program Studi Pendidikan Teknologi Pertanian, Fakultas Teknik,
Universitas Negeri Makassar. Email: drpatangunm@gmail.com
Indrayani, Program Studi Pendidikan Teknologi Pertanian Fakultas Teknik,
Universitas Negeri Makassar. Email: indrayani@unm.ac.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak anggur laut
(Caulerpa racemosa) dalam menghambat infeksi bakteri Aeromonas hydrophila pada ikan nila
(Oreochromis niloticus) dan mengetahui konsentrasi penggunaan anggur laut (C. racemosa)
yang efektif untuk menghambat infeksi bakteri A. hydrophila pada ikan nila (O. niloticus).
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen menggunakan rancangan acak lengkap dengan
4 perlakuan yang berbeda yakni konsentrasi ekstrak anggur laut 15 mg/L, 20 mg/L, 25 mg/L
dan kontrol (tanpa ekstrak anggur laut). Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah
perubahan tingkah laku ikan, morfologi ikan, anatomi ikan, kelangsungan hidup, parameter
kualitas air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak anggur laut (C. racemosa)
dapat menghambat infeksi bakteri A. hydrophila pada ikan nila dimana tingkat daya hambat
ekstrak terbaik pada perlakuan C pemberian ekstrak anggur laut (C. racemosa) 25 mg/l dimana
keadaan ikan membaik pada hari 1 pasca perendaman baik dari segi tingkah laku ikan,
morfologi ikan (sisik dan mata) dan anatomi ikan (Insang dan hati). Tingkat daya hambat
terendah pada perlakuan kontrol dimana keadaan ikan semakin memburuk setiap hari, baik dari
segi tingkah laku, morfologi ikan (sisik dan mata), anatomi ikan (Insang dan hati).
Kelangsungan hidup tertinggi pada perlakuan C (73%). Kualitas air pemeliharaan berada dalam
kondisi optimal dengan kisaran suhu 26˚C- 27˚C, Oksigen 5-6 ppm dan pH 7,4-7,8.

Kata Kunci: Nila, Bakteri Aeromonas hydrophila, Anggur laut

Abstract
This study aims to determine the effect of the addition of sea grape extract (Caulerpa
racemosa) on preventing Aeromonas hydrophila bacterial infection in tilapia (Oreochromis
niloticus) and to determine the effective concentration of the sea grape extract (Caulerpa
racemosa) in inhibiting Aeromonas hydrophila bacterial infection in tilapia (Oreochromis
niloticus.) This study was an experimental study using a completely randomized design (CRD)
with 4 different extract concentrations namely 15 mg/L, 20 mg/L, 25 mg/L and control without
extract.The variables observed in this study werefish behavior, fish morphology, fish anatomy,
survival rate and water quality parameters (temperature, DO, pH). The results showed that the
administration of sea grape extract (Caulerpa racemosa) could inhibit Aeromonas hydrophila
bacterial infection in tilapia. The best concentration of sea grape extract in inhibiting the
bacterial infection was in treatment C with 25 mg/L in which the fish condition improved on

Tersedia online OJS pada : https://ojs.unm.ac.id/ptp 235


DOI : https://doi.org/10.26858/jptp.v8i2.23201
Sari, et al. Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian 8(2) 2022: 235-248

day 1 after immersion whereas the lowest level of inhibition was in the control treatment with
the condition of fish was getting worse every day.The highest survival rate was in treatment C
(73%). Water quality parameters were still within the optimal range for the fish with the
temperature range of 26-27oC, dissolved oxygen range 5-6 ppm and pH range 7.4-7.8

Keywords: Tilapia, Aeromonas hydrophila bacteria, Sea grapes

Pendahuluan antibiotik, namun penggunaan antibiotik


juga bahan kimia secara terus-menerus akan
Ikan nila (Oreochromis niloticus)
mengakibatkan terjadinya resistensi bakteri
adalah salah satu komoditas perikanan yang
terhadap antibiotik, selain itu penggunaan
digemari masyarakat dalam memenuhi
antibiotik dapat merusak lingkungan
kebutuhan protein hewani, sebab
perairan serta meracuni ikan sehingga
mempunyai daging yang tebal dan lezat.
penggunaannya menjadi kurang efektif
Ikan nila juga ikan yang potensial untuk
(Irawan et al., 2003).
dibudidayakan karena mampu beradaptasi
Penanganan penyakit akibat infeksi
pada kondisi lingkungan dengan salinitas
bakteri A. hydrophila yang cukup efisien
luas (Mulyani et al., 2014).
dan ramah lingkungan adalah dengan
Penyakit merupakan salah satu
menggunakan bahan alami yang ada
masalah yang serius yang dihadapi para
disekitar lingkungan. Salah satu yang dapat
pembudidaya, karena berpotensi
digunakan dalam mengatasi infeksi bakteri
menimbulkan kerugian yang sangat besar
pada ikan ialah anggur laut (Caulerpa
karena dapat menyebabkan kematian pada
racemosa).
ikan. Selain itu serangan penyakit dapat
Caulerpa racemosa ini digunakan
mengakibatkan penurunan kualitas ikan
tidak hanya untuk konsumsi menjadi kuliner
sehingga secara ekonomis mengakibatkan
di daerah tropik Asia Pasifik namun alga ini
turunya pendapatan (Mariyono & Agus
juga digunakan menjadi bahan substansi
2005).
yang memberikan pengaruh anestetik serta
Munculnya penyakit pada ikan tidak
menjadi campuran untuk obat anti fungi.
lain dari hasil interaksi antara tiga
Rumput laut merupakan tanaman yang kaya
komponen dalam ekosistem perairan yaitu
akan kandungan antioksidan sehingga
inang (ikan) yang lemah, keberadaan
mampu menangkal radikal bebas sebab
organisme patogen, serta kualitas
memiliki kandungan asam folat, vitamin,
lingkungan yang buruk (Samsundari, 2006).
serta asam askorbat (Chew et al., 2008).
Penyakit pada ikan disebabkan antara lain
Hartanto (2001) melaporkan bahwa
oleh parasit, bakteri, ataupun jamur
pengujian aktivitas mikroba dengan
(Syawal, 2008 ).
pemberian ekstrak C. racemosa dapat
Aeromonas hydrophila merupakan
mengganggu pertumbuhan dua jenis bakteri
salah satu bakteri patogen yang bisa
yaitu A. hydrophila dan Edwardsiella tarda.
mengakibatkan timbulnya penyakit pada
Penelitian yang sudah dilakukan
ikan (Giyarti, 2000). Bakteri ini menyerang
sebelumnya belum melakukan pengujian
aneka macam spesies ikan air tawar, salah
pemberian ekstrak anggur laut C. racemosa
satunya ialah ikan nila (O. niloticus).
pada ikan yang terinfeksi bakteri A.
Infeksi bakteri A. hydrophila dapat
hydrophila sehingga dilakukan penelitian
ditanggulangi dengan penggunaan
lebih lanjut dengan tujuan untuk mengetahui

236
Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian 8(2) 2022: 235-248 Sari, et al.

pengaruh pemberian ekstrak anggur laut (C. Prosedur Penelitian


racemosa) dalam menghambat infeksi Prosedur dalam penelitian ini terdiri
bakteri A. hydrophila pada ikan nila dan dari 4 tahapan, yaitu.
mengetahui konsentrasi penggunaan anggur 1. Pembuatan ekstrak anggur laut
laut (C. racemosa) yang efektif untuk Pembuatan ekstrak dilakukan
menghambat infeksi bakteri A. hydrophila dengan cara maserasi. Sampel anggur laut
pada ikan nila (O. niloticus). C. racemosa sebanyak 1 kg dipotong-
Metode Penelitian potong ± 1 cm, lalu dibersihkan kotoranya
memakai air bersih lalu dikeringkan 27 jam
Penelitian ini menggunakan
dengan paparan matahari (Mimin et al.,
rancangan percobaan rancangan acak
2019). Anggur laut yang telah kering
lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan yaitu
kemudian dihaluskan dengan blender,
penggunaan ekstrak anggur laut konsentrasi
kemudian diayak menggunakan ayakan
15 mg/L, 20 mg/L, 25 mg/L dan kontrol
berukuran 40 mesh, selanjutnya di ekstraksi
(tanpa ekstrak anggur laut) dengan 3
dengan proses maserasi pada pelarut
ulangan.
metanol, dengan perbandingan 1:1 selama
Waktu dan tempat 24 jam. Proses maserasi sampel,
Penelitian ini dilaksanakan pada menggunakan suhu ruang dan diaduk 6 jam
bulan Maret sampai April 2021 di UPTD sekali selama 5 menit (Irena et al.,2017).
Balai Benih Ikan (BBI) Air Tawar Filtrat dipisahkan dengan kertas saring,
Bantimurung yang dinaungi Dinas kemudian disimpan pada erlenmeyer.
Perikanan dan Kelautan Kabupaten Maros Ekstrak kemudian dievaporasi sehingga
yang terletak di Kelurahan Bonto Sunggu, diperoleh ekstrak anggur laut.
Desa Minasa Baji, Kecamatan
2. Persiapan Wadah perendaman
Bantimurung, Kabupaten Maros, Provinsi
Persiapan wadah perendaman
Sulawesi Selatan.
dilakukan menggunakan akuarium
Alat dan Bahan berukuran 36×22 ×40 cm dan volume 31 m3
Alat yang digunakan dalam yang dibersihkan terlebih dahulu dari
penelitian ini yaitu pisau (cutter), pengaduk, kotoran yang menempel kemudian di bilas
blender, saringan, gelas beaker, erlenmeyer, dengan air bersih kemudian dikeringkan
gelas ukur, timbangan Fleco (F-119), dengan cara didiamkan dengan posisi
ayakan 40 mesh, spuit, baskom, toples kaca akuarium terbalik.
volume 5 liter, kertas saring, aquarium Setelah akuarium kering,
ukuran 36×22×40 cm dan volume 31m3 selanjutnya akuarium diisi dengan air bersih
,aerator, pH Hanna (0-14) DO Lutron (DO- dan diberikan ekstrak anggur laut C.
5509), thermometer, kamera HP vivo (Y12), racemosa sebanyak 15 mg/L, 20 mg/L, 25
spidol dan buku tulis. Bahan-bahan mg/L pada setiap akuarium.
penelitian Anggur laut (C. racemosa). Ikan 3. Penginfeksian Ikan
Nila yang digunakan sebanyak 60 ekor Isolat A. hydrophila yang digunakan
dengan ukuran 8-10 cm, bakteri A. berasal dari stok Balai Benih Ikan Air Tawar
hydrophila, Metanol. Bantimurung (BBI) Maros Sulawesi
Selatan. Ikan diinfeksikan dengan cara

237
Sari, et al. Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian 8(2) 2022: 235-248

disuntik bakteri A. hydrophila secara Tabel 1 Skala Pengamatan Ikan


intramuscular pada bagian bawah ikan Pengamatan Skala
berdekatan dengan sirip ikan. Bakteri A. Tingkah 1= berenang terbalik
Laku 2= berenang lambat
hydrophila diberikan sebanyak 0,1 mL 3= berenang lambat dan
dengan kepadatan bakteri 108 CFU/mL. muncul ke permukaan
Penyuntikan bakteri dipilih dengan 4= berenang normal dan
kepadatan 108 karena dalam waktu 24 jam muncul ke permukaan
5= berenang normal
sudah menunjukan terjadinya infeksi parah Morfologi 0= sisik lepas dan mata
dan kematian (Zaman et al., 2014). (mata dan merah menonjol keluar
4. Perendaman sisik) 1= perut membuncit dan
Setelah ikan menunjukan gejala mata merah
2= sisik rusak dan mata
klinis seperti perubahan tingkah laku, ikan merah
nila berenang abnormal, ikan berdiam diri di 3= warna tubuh menjadi
dasar akuarium, berenang mendekati aerasi gelap
dan nafsu makan menurun, maka dilakukan 4= luka pada permukaan
tubuh
penyembuhan ikan yang telah di infeksi 5= tidak luka
bakteri A. Hydrophila dengan cara direndam Anatomi 0= insang hitam pekat dan
pada ekstrak anggur laut C. racemosa (insang dan hati radang
selama 4 jam. Setelah dilakukan hati) 1= insang pucat dan hati
pucat
perendaman ikan, kemudian dipindahkan ke 2= insang merah pekat dan
akuarium pemeliharaan dan dilakukan hati berwarna krem
pengamatan selama 14 hari (Latifah et al., 3= insang merah pekat dan
2018) hati berwarna krem
4= insang merah dan hati
berwarna krem
5. Pengamatan 5= insang merah (segar) dan
Pengamatan yang dilakukan selama hati berwarna krem
14 hari meliputi tingkah laku seperti cara
Analisis Data
berenang pada ikan, respon ikan setelah
diberikan ekstrak, morfologi luar tubuh Data perubahan tingkah laku ikan,
(mata dan sisik) serta anatomi ikan (insang morfologi ikan, anatomi ikan dianalisis
dan hati). Pengamatan yang dilakukan dengan analisis sidik ragam ANOVA.
dengan cara membedah ikan dan melihat Apabila terdapat perbedaan nyata
secara visual perubahan warna ikan akibat dilanjutkan dengan uji duncan,
infeksi bakteri. Pembedahan dilakukan Hasil dan Pembahasan
setiap hari pengamatan yaitu H1, H7, H10
Pengaruh Ekstrak Anggur Laut (C.
dan H14, dengan pengamatan dilakukan
racemosa) terhadap Tingkah laku Ikan
pada 1 ekor ikan pada setiap perlakuan.
Akibat Infeksi Bakteri A. hydrophobia.
Selain itu, dilakukan juga pengamatan
kelangsungan hidup dan kualitas air pada Pengamatan dilakukan secara visual
akuarium. Pengamatan skala ikan akibat dengan melihat secara langsung perubahan
infeksi bakteri A. hydrophila dapat dilihat tingkah laku ikan dengan menggunakan
pada Tabel 1 dan skala tingkah laku ikan skala 0-5. Berdasarkan proses pengamatan
mengacu pada penelitian (Abdulshamad, kurang lebih 14 hari pada perubahan tingkah
2021). laku ikan dengan pemberian ekstrak anggur

238
Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian 8(2) 2022: 235-248 Sari, et al.

laut (C. racemosa), ditemukan perbedaan ekstrak tumbuhan akan memberikan respon
perubahan tingkah laku setiap perlakuan sensitif tidak seperti biasanya, seringkali
akibat infeksi bakteri A. hydrophobia. muncul ke bagian atas selanjutnya berdiam
Perlakuan C memperlihatkan perubahan di dasar akuarium. Sedangkan, ikan yang
tingkat yang paling baik, dengan rata-rata tidak diberi perlakuan (kontrol) menunjukan
3,33-4,5 skala tingkah laku. Sedangkan gejala klinis yang sama akan tetapi terdapat
perlakuan kontrol memperlihatkan pembengkakan di bagian perut bekas
perubahan yang sangat kurang dengan nilai suntikkan, yang menyebabkan perut ikan
rata-rata 1,33-2,66 skala tingkah laku. membuncit dan merah.
Berdasarkan analisis sidik ragam anova, Pada hari ke 1, ikan di dalam
perlakuan dengan pemberian konsentrasi akuarium, baik yang diberi perlakuan
anggur laut memberikan pengaruh pada maupun tanpa perlakuan, lebih banyak
tingkah laku ikan dengan nilai sig berdiam diri dasar akuarium serta mendekati
0.040<0,5, yang artinya semua perlakuan aerasi. Pada hari ke 3, ikan pada perlakuan
berbeda. Hasil uji duncan menunjukka A, B, dan C sudah mulai aktif berenang,
bahwa perlakuan dengan konsentrasi anggur sedangkan pada perlakuan kontrol, ikan
laut A (15 mg/l) memiliki perbedaan akan bergerak dengan lambat.
tetapi tidak nyata dengan perlakuan B (20 Pada hari ke 7 dan 10, ikan pada
mg/l) dan C (25 mg/l). Namun pada perlakuan C sudah mulai bergerak normal
perlakuan B (20 mg/l) dan C (25 mg/l) tidak dan lincah, yang artinya ikan pada perlakuan
terdapat perbedaan yang nyata antara C sembuh. Sedangkan pada perlakuan
keduanya. Ketiga perlakuan tersebut kontrol, perubahan tingkah laku semakin
berbeda nyata dengan perlakuan K (tanpa hari semakin menurun, yang disebabkan
ekstrak anggur laut). Hasil pengamatan karena perlakuan kontrol, tidak diberikan
tingkah laku ikan dapat dilihat pada Gambar ekstrak anggur laut, dimana anggur laut itu
1. sendiri mempunyai kandungan senyawa
5 flavonoid yang memiliki fungsi sebagai
Skala Tingkah Laku

4 antibakteri (Sabir, 2005). Selain itu, anggur


3 K=kontrol laut juga mengandung senyawa flavonoid
2 A=15 mg/l yang berfungsi untuk memperlambat
1 B=20 mg/l pertumbuhan bakteri dengan cara
0
C=25 mg/l mengganggu bakteri tersebut menggunakan
H1 H3 H7 H10H14
Waktu (Hari )
komponen hidroksil yang terdapat pada
struktur senyawa flavonoid pada anggur
Gambar 1. Nilai Rata-Rata Tingkah Laku Ikan laut, dimana komponen hidroksil ini dapat
Hasil pengamatan menandakan ikan menyebabkan terjadinya perubahan
nila yang terinfeksi pada perlakuan A, B, komponen organik pada anggur laut, yang
dan C menunjukan gejala klinis yaitu pada akhirnya dapat mengakibatkan adanya
berenang di dasar kolam, mendekati aerasi toksisitas bakteri (Sabir, 2005).
dan berdiam diri di dasar kolam.
Sebagaimana yang dijelaskan Febriani
(2008) yang mengatakan bahwa ikan yang
diberi perlakuan perendaman dengan

239
Sari, et al. Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian 8(2) 2022: 235-248

Pengaruh Ekstrak Anggur Laut (C. Perlakuan Kondisi Sisik Kondisi Mata
racemosa) terhadap Morfologi (Sisik dan C=Ekstrak
anggur laut
Mata) Ikan Akibat Infeksi Bakteri A. 25 mg/l
hydrophila.
Pengamatan morfologi ikan Gambar 2. Kondisi Morfologi Ikan Terinfeksi
dilakukan untuk mengetahui perubahan Setelah Perendaman
morfologi ikan yang terinfeksi bakteri A.
5
hydrophila setelah perendaman ekstrak

Skala Morfologi
4
anggur laut (C. racemosa). Pengamatan K= Kontrol
3
dilakukan secara visual dengan melihat 2 A= 15 mg/L
secara langsung perubahan morfologi ikan 1 B=20 mg/L
dengan menggunakan skala 0-5. 0
C=25 mg/L
Berdasarkan hasil analisis sidik ragam H1 H3 H7 H10 H14

anova, terdapat perbedaan yang nyata antara Waktu(Hari)

perubahan morfologi ikan dengan


Gambar 3. Nilai Rata-Rata Morfologi Ikan
pemberian ekstrak anggur laut dengan nilai
sig 0.009<0,5, yang artinya semua Hasil pengamatan menunjukan
perlakuan mempunyai rata-rata berbeda. bahwa perubahan morfologi ikan yang
Hasil uji duncan menunjukkan bahwa paling lambat adalah pada perlakuan kontrol
perlakuan dengan konsentrasi anggur laut C (tanpa ekstrak anggur laut), dengan rata-rata
(25 mg/l) memiliki tingkat perubahan 2 - 2,33 skala morfologi. Perlakuan dengan
morfologi yang paling tinggi yang tidak perubahan morfologi yang relatif cepat
berbeda nyata dengan perlakuan A (15 mg/l) adalah perlakuan C dengan konsentrasi
dan B (20 mg/l). Namun pada ketiga anggur laut 25 mg/l dan rata-rata 5 skala
perlakuan tersebut berbeda nyata dengan morfologi. Perubahan mulai terlihat pada
perlakuan K (tanpa ekstrak anggur laut). hari ke 3, dimana sisik sudah tidak
Perubahan kondisi morfologi ikan dapat mengalami bercak merah, sedangkan pada
dilihat pada Gambar 2 dan 3. mata ikan, sudah mulai normal dan tidak
merah lagi. Hasil pengamatan menunjukan
Perlakuan Kondisi Sisik Kondisi Mata bahwa morfologi ikan dengan pemberian
Kontrol ekstrak anggur laut (C. racemosa) pada
(Tanpa
ekstrak) masing–masing perlakuan mengalami
perubahan setiap hari. Ikan nila dengan
perendaman ekstrak anggur laut (C.
A= Ekstrak
anggur laut racemosa) memperlihatkan kondisi ikan
15 mg/l yang semakin membaik pada perlakuan C
dibandingkan perlakuan B dan A. Pada hari
ke 7 pada perlakuan C, warna mata tidak lagi
B =Ekstrak
anggur laut
merah dan sisik sudah mulai lunak dan tidak
20 mg/l lagi keras jika disentuh. Sedangkan pada
perlakuan kontrol, kondisi ikan semakin hari
semakin menurun, dimana warna mata dan
sisik ikan semakin merah dan tubuh menjadi

240
Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian 8(2) 2022: 235-248 Sari, et al.

gelap. Adapun tanda-tanda klinis ikan yang laut (C. racemosa) dan tanpa perlakuan
diinfeksi bakteri A. hydrophila, yaitu luka- ekstrak anggur laut. Hasil pengamatan
luka di bagian permukaan tubuh, keluarnya menunjukan bahwa perubahan anatomi ikan
darah di insang dan hati serta limpa, warna yang paling lambat adalah pada perlakuan
tubuh ikan berubah gelap, perut kontrol (tanpa ekstrak anggur laut) dengan
mengembang, berenang menurun dan sering rata-rata 1-0,5 skala anatomi dengan ciri –
muncul ke permukaan, sisik lepas, sirip ciri ikan hati meradang dan insang terlihat
rusak, mata rusak dan menonjol (Cahyono, pucat. Sedangkan perlakuan dengan
2011). perubahan anatomi ikan yang relatif cepat
Tertutupnya luka di ikan adalah perlakuan C dengan konsentrasi
dikarenakan adanya kandungan flavonoid anggur laut 25 mg/l dengan rata- rata skala
serta saponin pada anggur laut (C. perubahan anatomi 3-4,66 skala anatomi
racemosa) yang berperan sebagai obat anti ikan, yang memperlihatkan ikan dengan
inflamasi serta saponin menjadi antiseptik di kondisi hati berwarna krem dan insang
luka agar luka menjadi tidak semakin parah berwarna merah segar. Ikan dengan
(Sabir, 2005). Kandungan saponin pada pemberian ekstrak anggur laut (C.
anggur laut diduga berperan sebagai racemosa) pada masing -masing perlakuan
antibakteri sebagaimana yang dikemukakan memperlihatkan kondisi yang semakin baik
oleh Ridowati & Asnani (2016) bahwa setiap hari. Berdasarkan analisis sidik ragam
senyawa flavonoid, fenol, tanin, steroid dan anova, menunjukkan bahwa perlakuan
saponin, dapat berfungsi sebagai dengan pemberian konsentrasi anggur laut
antibakteri. Senyawa alkaloid adalah memberikan pengaruh pada anatomi ikan
senyawa aktif pada C. racemosa kering. pada setiap perlakuan dengan nilai sig
Alkaloid memiliki kemampuan 0.037<0,5 artinya semua perlakuan
sebagai antibakteri. Mekanisme yang diduga mempunyai rata-rata berbeda dan hasil uji
ialah dengan cara menghambat struktur duncan menunjukkan perlakuan konsentrasi
peptidoglikan pada bakteri, yang membuat anggur laut A (15 mg/l) memperlihatkan
lapisan dinding sel tidak berbentuk perbedaan akan tetapi tidak nyata dengan
sempurna serta mengakibatkan terjadinya perlakuan B (20 mg/l) dan C (25 mg/l).
kematian sel (Haryati, et al., 2015). Hal ini Namun pada perlakuan B (20 mg/l) dan C
sesuai dengan pendapat Madduluri (2013) (25 mg/l) tidak terdapat perbedaan yang
yang mengatakan bahwa prosedur kerja nyata antara keduanya. Pada ketiga
saponin menjadi antibakteri adalah dengan perlakuan tersebut berbeda nyata dengan
mengakibatkan kebocoran protein serta perlakuan K (tanpa ekstrak anggur laut).
enzim di dalam sel bakteri. Hasil pengamatan anatomi ikan dapat dilihat
pada Gambar 4 dan 5.
Pengaruh Ekstrak Anggur Laut (C.
racemosa) Anatomi (Insang dan Hati)
Perlakuan Kondisi Kondisi
Ikan Akibat Infeksi Bakteri A.
Insang Hati
hydrophila Kontrol
(tanpa
Pengamatan selama 14 hari terhadap
ekstrak
parameter natomi ikan menunjukkan bahwa anggur laut)
terjadi perubahan anatomi ikan pada setiap
perlakuan dengan pemberian ekstrak anggur

241
Sari, et al. Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian 8(2) 2022: 235-248

Perlakuan Kondisi Kondisi hydrophila yaitu hemolisin toksin.


Insang Hati Sebagaimana dengan yang dikemukakan
A= Ekstrak
Huys et al. (2002), toksin hemolisin
anggur laut
15 mg/l berfungsi memecah- memecah sel darah
merah yang mengakibatkan sel keluar pada
B= Ekstrak pembuluh darah dan menyebabkan bintik
anggur laut merah di bagian permukaan tubuh. Sejalan
20 mg/l dengan pendapat Hariana (2017) yang
menyatakan bahwa sifat antibakteri
senyawa tanin merupakan senyawa yang
C= Ekstrak paling tinggi dalam menghambat bakteri
anggur laut sehingga tanin dapat digunakan sebagai obat
25 mg/ l antiradang.
Kelangsungan hidup
Gambar 4. Kondisi Anatomi Ikan Terinfeksi Hasil pengamatan terhadap
Setelah Perendaman parameter kelangsungan hidup (survival
rate) selama 14 hari menunjukan bahwa
5
terdapat perubahan tingkat kelangsungan
Skala Anatomi

4
K=Kontrol hidup ikan dengan perlakuan pemberian
3
2 A=15 mg/l
ekstrak anggur laut (C. racemosa)
1 dibandingkan dengan perlakuan kontrol
B=20 mg/l
0 (tanpa ekstrak anggur laut). Berdasarkan
H1 H3 H7 H10H14 C=25 mg/l
hasil analisis sidik ragam anova, terdapat
Waktu (Hari)
perbedaan yang nyata antara perubahan
kelangsungan hidup ikan dengan pemberian
Gambar 5. Nilai Rata-Rata Anatomi Ikan ekstrak anggur laut dengan nilai sig
Pada hari ke 1, ikan pada perlakuan 0.047<0.5, yang artinya semua perlakuan
kontrol menunjukan gejala klinis yaitu mempunyai rata-rata yang berbeda. Hasil uji
insang pucat dan perut membuncit dan jika duncan menunjukkan bahwa perlakuan
dibelah, berisi cairan hitam. Kemudian di dengan konsentrasi anggur laut C (25 mg/l)
hari ke 3, 7, 10 dan 14, perubahan tidak memiliki tingkat kelangsungan hidup
terlalu nyata dimana hati radang dan tertinggi dan berbeda dengan perlakuan A
berwarna krem dan insang berwarna hitam (15 mg/l) dan B (20 mg/l). Namun pada
pekat. Kondisi ikan semakin menurun setiap ketiga perlakuan tersebut berbeda nyata
hari. Sedangkan pada perlakuan dengan dengan perlakuan K (tanpa ekstrak anggur
pemberian ekstrak anggur laut pada laut).
perlakuan A , B, dan C, kondisi insang ikan Pada Gambar 6, dapat diketahui
berwarna merah dan jika dibelah, hati bahwa tingkat kelangsungan hidup ikan
berwarna krem (segar) serta selain itu tertinggi adalah pada perlakuan C.
kondisi ikan semakin membaik setiap hari. Pemberian ekstrak anggur laut sebanyak 25
Menurut Cipriano (2001), tanda- mg/L dengan nilai kelangsungan hidup pada
tanda klinis di luka serta pendarahan hari ke 14 yaitu 73,33%, kemudian diikuti
ditimbulkan oleh toksisitas pada A. oleh perlakuan B dengan nilai kelangsungan

242
Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian 8(2) 2022: 235-248 Sari, et al.

hidup pada hari ke 14 yaitu 53,33%, dan sehingga kandungan di dalam ekstrak yang
perlakuan A dengan nilai kelangsungan mengandung senyawa antibakteri dan bisa
hidup pada hari ke 14 yaitu 46,66%. menaikkan sistem imun tidak didapatkan
Sedangkan Tingkat kelangsungan hidup oleh perlakuan kontrol. Sejalan dengan
terendah adalah perlakuan kontrol tanpa pendapat Ghufran & Kordi (2004) yang
pemberian ekstrak anggur laut dimana nilai mengatakan stres pada ikan dapat
kelangsungan hidup pada hari ke 14 yaitu mengakibatkan tingginya tingkat sensitif
0%. Hasil pengamatan kelangsungan hidup ikan pada penyakit akibatnya berpengaruh
dapat dilihat pada Gambar 6. pada kelangsungan hidup ikan.
100 Konsentrasi Anggur Laut yang Efektif
Kelangsungan Hidup

80 dalam Menghambat Infeksi Bakteri A.


60 K= Kontrol
Rata-Rata

hydrophila pada Ikan Nila (O. niloticus).


40 A=15 mg/l
%

20 Bahan utama yang digunakan


B=20 mg/l
0 didalam penelitian ini yaitu anggur laut (C.
H1 H3 H7 H10 H14 C=25 mg/l
racemosa) segar berwarna hijau lalu
Waktu (Hari)
dikeringkan kemudian dihaluskan dan
dimaserasi dengan pelarut metanol.
Gambar 6. Nilai Rata-Rata kelangsungan Hidup
Konsentrasi ekstrak anggur laut (C.
Ikan racemosa) yang digunakan pada penelitian
ini yaitu 0 mg/l (Kontrol), 15 mg/l, 20 mg/l,
Tingginya taraf kelangsungan hidup
25 mg/l. Hasil penelitian ini diketahui
ikan pada perlakukan C dikarenakan adanya
bahwa konsentrasi yang efektif yang dapatt
bahan aktif yang terdapat di dalam anggur
menghambat infeksi bakteri A. hydrophila
laut yang berfungsi sebagai zat antibakteri,
pada ikan adalah konsentrasi 25 mg/l
yang bekerja menstimulasi ikan dan
dimana ikan pada perlakuan tersebut
meningkatkan antibodi ikan secara
menunjukan perubahan yang cukup cepat
signifikan, yang menyebabkan daya tahan
dibandingkan dengan ikan pada perlakuan
tubuh ikan di saat terinfeksi bakteri berada
lain, ditandai dengan perubahan kondisi
di kondisi baik sehingga mampu
ikan pada hari 1, ikan berada dalam kondisi
mempertahankan kelangsungan hidupnya
mulai membaik, insang kembali segar, mata
(Rikawati, 2018). Menurut Chew et al.
tidak ditemukan bercak merah dan tingkah
(2008) anggur laut C. racemosa dapat
laku renang sudah mulai normal.
menghambat radikal bebas karena
Kandungan saponin pada anggur laut diduga
mempunyai kandungan asam folat, tiamin,
berperan sebagai antibakteri sebagaimana
dan asam askorbat, dimana tiamin memiliki
yang dikemukakan oleh (Ridowati &
fungsi untuk memetabolisme karbohidrat
Asnani, 2016) bahwa kandungan senyawa
sehingga menghasilkan respon imun
flavonoid, fenol, tanin, steroid dan saponin,
protektif yang dapat ketahanan terhadap
dapat berfungsi sebagai antibakteri.
infeksi.
Rendahnya taraf kelangsungan Parameter Kualitas Air
hidup di perlakuan kontrol disebabkan Suhu
karena ikan tidak melalui proses
perendaman dengan ekstrak anggur laut Hasil penelitian pada Gambar 7
menunjukan bahwa suhu rata-rata perlakuan

243
Sari, et al. Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian 8(2) 2022: 235-248

berkisar 26,3˚C - 27,1˚C. Hal ini pembesaran. Ketersediaan DO pada proses


menunjukan bahwa kualitas suhu di budidaya akuakultur menjadi salah satu
akuarium baik serta kisaranya berada di faktor keberhasilan budidaya.
kondisi yang layak untuk hidup ikan nila. 6 5,6 5,8 5,6 5,86

Rata-Rata DO (Ppm)
Perbedaan kualitas suhu adalah hal yang 5
4
sangat penting pada kehidupan ikan nila. 3
Pada suhu yang normal, ikan akan hidup 2
1
baik yaitu suhu 25˚C-30˚C. Di luar suhu
0
tersebut, ikan nila dapat mati. K A B C
30 27 Perlakuan
27,1 26,3 26,8
Rata-rata Niali Suhu (C˚)

25
20 Gambar 8. Parameter Oksigen Terlarut
15 Oksigen terlarut adalah parameter
10
yang sangat berpengaruh pada pemeliharaan
5
ikan meski tidak semua ikan bisa hidup di
0
K A B C lingkungan dengan kadar DO 3 ppm, tetapi
Perlakuan beberapa ikan dapat bertahan pada kondisi
DO baik, yaitu 3-5 ppm. Hasil pengukuran
Gambar 7. Parameter Suhu Air oksigen pada penelitian ini berkisar 5,6-5,8.
Suhu adalah parameter paling Kandungan oksigen terlarut selama
penting pada proses kimia dan biologi. Hal penelitian dalam kondisi baik. Hal ini
ini sejalan dengan BSN (2009) yang sejalan dengan pendapat Supriyanto (2007)
mengemukakan bahwa suhu pemeliharaan yang mengatakan bahwa derajat oksigen
ikan nila pada bak air tenang kurang lebih 25 terlarut DO baik adalah di atas 5 ppm.
– 32˚C. Timbulnya penyakit pada penelitian pH
bukan dipengaruhi oleh parameter air, akan
Hasil penelitian pada Gambar 9
tetapi akibat infeksi bakteri A. hydrophila.
menunjukan bahwa pH rata-rata perlakuan
Oksigen Terlarut (DO) berkisar 7,42-7,82. Hasil tersebut
Hasil penelitian pada Gambar 8 memperlihatkan bahwa kualitas pH di
menunjukan bahwa DO rata-rata perlakuan aquarium bagus dan kisaran berada di
berkisar 5,6-5,86 ppm. Kondisi DO di kondisi baik untuk hidup ikan nila. pH yang
akuarium baik serta kisarannya berada di bagus pada kehidupan ikan nila berkisar 6-
kondisi yang baik untuk kehidupan ikan 8,5.
nila. Perbedaan DO ialah suatu hal yang 8 7,82 7,42 7,49 7,5
Rata-Rata Nilai pH

sangat penting pada hidup ikan nila. Derajat 6


oksigen terlarut DO yang baik yaitu lebih 4
dari 5 ppm.
2
Menurut Wahab et al. (2019),
oksigen terlarut (dissolved oxygen) 0
K A B C
merupakan salah satu parameter kualitas air
Perlakuan
yang berpengaruh pada kegiatan akuakultur,
baik pada tahap pembenihan, maupun
Gambar 9. Parameter pH

244
Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian 8(2) 2022: 235-248 Sari, et al.

Hasil pengukuran pada awal hingga Daftar Pustaka


akhir penelitian berkisar 7,4-7,8. Angka pH Abdulshamad. (2021). Pengaruh Ekstrak
ini baik untuk pertumbuhan ikan nila. Daun kelor (Moringa oliefera)
Sebagaimana dikemukakan Kordi dan sebagai Pengendali Infestasi
Tancung (2009), ikan nila dapat hidup baik Eplistylis sp. pada Ikan Nila
pada kondisi pH kisaran 6,5 – 9,0. (Oreohromis niloticus). (Skripsi),
Sebagaimana dengan pendapat Wulan Pendidikan Teknologi Pertanian,
Fakultas Teknik, Univeristas Negeri
(2012) yang mengatakan bahwa nilai pH yan
Makassar.
dapat ditoleransi oleh ikan nila adalah 6-9.
Pertumbuhan dan perkembangan ikan yang Badan Standarisasi Nasional. BSN. (2009).
optimal berada di kisaran pH 7-8. Kondisi SNI Air & Air Limbah Bagian 72:
Cara Uji Kebutuhan Oksigen
air yang terlalu asam atau yang terlalu basah
Biokimia (Biochemical Oxygen
dapat membahayakan kelangsungan hidup Demand/BOD). SNI, 6989, Jakarta
ikan dikarenakan bisa mengakibatkan
gangguan metabolisme serta respirasi Cahyono, B. (2011). Budidaya Ikan di
Perairan Umum. Yogyakarta :
(Herianto, 2019). Angka kualitas air
Kanisius
parameter suhu, DO, serta pH di semua
perlakuan memperlihatkan nilai kualitas air Chew, Y., Y. (2008). Antioxidant Activity
untuk budidaya ikan nila berada pada angka of three Edible Seaweeds from Two
Areas in South East Asia. Journal
baik, berarti munculnya penyakit selama
Food Science and Technology, 41,
penelitian bukan disebabkan oleh parameter 1067-1072.
kualitas air, namun karena adanya infeksi
bakteri A. hydrophila. Menurut Dontriska et Cipriano, R.C. (2001). Aeromonas
hydrophila and Motil Aeromonas
al. (2014), apabila kualitas air baik berarti
Septicemia of Fish. United States
fungsi fisiologis di tubuh ikan berjalan Departement of the Interior Fish and
dengan baik. Tempat pemeliharan ikan Wild Life Service Division of
harus dijaga dengan baik sehingga tidak Fisheries Research, Washington DC,
menjadi penyebab stress di ikan yang 25 pp.
mengakibatkan ikan gampang diserang Dontriska, A.D. S., Yulisman. (2014).
penyakit. Efektivitas Tepung Jintan Hitam
(Nigella sativa) untuk Mencegah
Kesimpulan
Infeksi Aeromonas hydrophila pada
Pemberian ekstrak anggur laut (C. Ikan Patin. J. Akua. Rawa Ind.,
racemosa) berpengaruh dalam menghambat 2(2):188-201
infeksi bakteri A. hydrophila pada ikan nila, Febriani. (2008). Penggunaan khamir laut
dimana perlakuan terbaik pada perlakuan C sebagai biokatalisator dalam
25 mg/l. Keadaan ikan semakin membaik pembuatan silase ikan peperek
pada hari ke 3, baik dari segi tingkah laku, (Leiognathus splendens) dan silase
morfologi, anatomi, maupun kelangsungan keong mas (Pomaceae sp.).
Prosiding Bidang Pengolahan
hidup ikan.
Produk dan Bioteknologi Kelautan.
Seminar Nasional Perikanan dan
Kelautan dan Konferensi Nasional.
Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Universitas Brawijaya,

245
Sari, et al. Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian 8(2) 2022: 235-248

Malang, 8 November 2008 Lele Dumbo (Clarias gariepinus)


Akibat Infeksi Aeromonas
Giyarti, D. (2000). Efektivitas Ekstrak Daun hydrophila. Journal Enviro, 3 (1),
Jambu Biji (Psidium guajava L.) 28-35.
Sambiloto (Andrographis
Paniculata (Burm. f.) Nees) dan Irena, L. S. (2017). Pengaruh Jenis Pelarut
Sirih Pada Metode Maserasi Terhadap
Karakteristik Ekstrak Sargassum
Ghufran, M & K. Kordi. (2004). Polycystum I. Jurnal Rekayasa Dan
Penanggulan hama dan penyakit Manajemen Agroindustri ISSN:
ikan cetakan peama. Jakarta : PT 2503-488X, Vol. 5. No. 3, (93-
Rineka cipta 101)93
Hartanto, N., & D. G,G. (2001). Rekayasa Kordi, M. G. H. & Tancung. (2009).
Teknologi Pertumbuhan Rumput Pengelolaan Kualitas Air. Jakarta.
Laut( Eucheuma cottoni) dengan RinekaCipta
Perbedaan Jumlah Thallus Setiap
Rumput Laut .Makalah Hasil Latifah, A. M,T, S. & Alfabetian, H, C, D.
Penelitian. Lembaga Budidaya Laut (2018). Penggunaan Ekstrak Kulit
. Batam Buah Manggis (Garcinia
Mangostana) Sebagai Antibakteri
Haryati, N. A. (2015). Uji Toksisitas dan untuk Mengobati Infeksi Aeromonas
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Hydrophila PADA Ikan Nila
Merah Tanaman Pucuk Merah (Oreochromis Niloticus). Jurnal
(Syzygium Myrtifolium Walp.) sains Akukultur Tropis ISSN: 2621-
terhadap Bakteri Staphylococcus 0525. 2:36-43
Aureus dan Escherichia Coli.
Mariyono, & S. Agus. (2005). Teknik
Hariana, A. (2017). Tumbuhan 0bat dan Pencegahan dan Pengobatan
khasiatnya, cetakan ketiga. Jakarta. Penyakit Bercak Merah pada Ikan
Penebar Swadaya. Air Tawar yang Disebabkan oleh
Herianto, Amirah, M., & Patang. (2019). Bakteri (Aeromonas hydrophila).
Pengaruh Penambahan Tepung Buletin Teknik Pertanian.
Daun Singkong (Manihot ultilisma) Madduluri S, Rao KB, & Sitaram B. (2013).
pada Pendederan Ikan Lele Dumbo In Vitro Evaluation Of Antibacterial
(Clarias gariepinus) untuk Activity Of Five Indigenous Plants
Meningkatkan Pertumbuhan dan Extract Against Five Bacterial
Sintasan. Jurnal pendidikan Pathogens Of Human. International
teknologi pertanian,Vol (5):S169- Journal of Pharmacy and
182. Pharmaceutical Science 5(4). 679-
Huys, G., P. Kampfer., M.J. Albert., I khun., 84.
R. Denys & J. Swings. (2002). A. Mimin, K., I. (2019). Pengaruh Metode
hydrophila Subsp Isolated from Pengeringan yang Berbeda terhadap
Children with Diaerrhoea in Komposisi Kimia, Vitamin C dan
Bangladesh. International Journal Aktivitas Antioksidan Anggur Laut
of Systematics and Evolutionary (Caulerpa racemosa). J. Fish
Microbiology, 52: 705 – 712. Protech, Vol. 2 No 1, 2621-1475.
Irawan, G. D. (2003). Pengaruh Ekstrak Mulyani, Y, S., Y., & Mirna, F. (2014).
Daun Mimba (Azadirachta Indica A. Pertumbuhan dan Efesiensi Pakan
Juss) terhadap Penurunan Mortalitas Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

246
Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian 8(2) 2022: 235-248 Sari, et al.

yang Dipuasakan secara Periodik. Wahab, M.I.A., Patang & Nurmila. (2019).
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, Modifikasi Aerasi terhadap
2(1):1-12 ISSN:2303-2960. Peningkatan Oksigen Terlarut yang
Mempengaruhi Tingkat
Rikawati. (2018). Pengaruh Pemberian Pertumbuhan dan Sintasan pada Ikan
Larutan Temulawak (Curcuma Nila (Oreochromis Niloticus).
Xanthorriza Rosb) terhadap Jurnal pendidikan teknologi
Kelangsungan Hidup Ikan Biawak pertanian. Vol.2(2):65-72.
Yang di Infeksi Bakteri Aeromonas
hydrophila . (skripsi) . Zaman, T. U. (2014). Isolation of Bacterial
Fish Pathogen Aeromonas
Ridowati & Asnani. (2016). Potensi Anggur hydrophila and Therapeutic Effect of
Laut Kelompok Caulerpa racemosa Medicinal Plants on Its Invasion. . J.
sebagai Kandidat Sumber Pangan of Fisheries.
Fungsional Indonesia. J. Oseana,
15(4):50-62.
Sabir. (2005). Aktivitas Antibakteri
Flavonoid Propolis Trigona Sp.
Terhadap Bakteri Streptococcus
mutans (in vitro). Journal Dent
38(2), 135-141.
Samsundari S. (2006). Pengujian ekstrak
temulawak dan kunyit terhadap
resistensi bakteri Aeromonas
hydrophila yang menyerang ikan
mas (Ciprinus carpio). Gamma 2(1):
71-83.
Syawal, H. (2008). Pemberian Ekstrak Kayu
Siwak (Salvadora Persica L.) untuk
Meningkatkan Kekebalan Ikan Mas
(Cyprinus carpio L.) yang
Dipelihara dalam Keramba.
Biodiversitas 9 (1), 44-47.
Supriyanto, C., S., & K. Zainul. (2007).
Analisis Cemaran Logam Berat Pb,
Cu dan Cd pada Ikan Air Tawar
dengan Metode Spektrometri Nyala
Serapan Atom. Prosiding Seminar
Nasional Pusat Teknologi Nuklir
Yogyakart.
Wulan, D. (2012). Kualitas air pada
pemeliharaan ikan nila Orechromis
sp. intensif di kolam Departemen.
Skripsi Fakultas Perikanan dan ilmu
kelautan, Institut Pertanian
Bogor:23hlm.

247
Sari, et al. Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian 8(2) 2022: 235-248

Halaman ini sengaja dikosongkan

248

Anda mungkin juga menyukai