IKAN KERAPU
Oleh :
Nanda Maulidia
A. PENDAHULUAN
b. Manajemen Budidaya
Pola budidaya yang dilaksanakan di KJA biasanya pola budidaya intensif, dengan
kepadatan ikau yang sangat tinggi tanpa mempertimbangan daya dukung lingkungan. Pada
kepadatan yang tinggr yang tidak sesuai dengan daya dukung lalun maka akan terjadi
ketidakseimbangan, yang tentu saja akan banyak menimbulkan tekanan bagi ikarr akibahya
ikan akan mudatr terinfeksi oleh penyakit. Jumlah atau kepadatan jaring yang terdapat pada
suatu hamparan juga sangat menentukan kebutuhan budidaya. Jumlah unit KJA yang terlalu
padat yang tidak proporsional dengan luasan lahaq tentu saja akan mempercepat turunnya
kualitas air. Dalam keadaan demikian maka tentu saja akan mempercepatperkem bangan
penyakit ikan.
Sistem pemberian pakan dengan harapan akan ikut mempercepat pertumbuhan,
merupakan salah satu tindakan yang merugikan. Karena masing-masing komoditas ikan
punya kaidah pemberian pakan ikan tersendiri, apabila tidak sesuai maka banyak pakan yang
akan tidak termakan dan akan jatuh kedasar perairan, selanjutnya ikut memepercepat
turunnya kualitas air..
Pembuangan ikan mati yang sekarang dipraktekkan oleh pembudidaya biasanya
secara langslng keperairan umlrm. Tindakan demikian tentu saja akan mempercepat
penyebaran penyakit
Perubahan musim sangat mempengaruhi penyebaran penyakit. Pola perubahan musim
dari musim hujan, ke musim kemarau atau sebaliknya akan berperan munculnya penyakit
ikan. Pada musim hujan seperti sekarang suhu relatif lebih dingin disebabkan intensitas
cahaya yang kecil.Berdasarkan beberapa penelitian bahwa pada air yang suhunya dingin
sangat rentan ikan terinfeksi penyakit. Biasanya pada saat musim hujan ikan nila di kawasan
KJA One-one, jumlah pakan yang dimakan ikan relatif lebih rendah dibandingkan dengan
musim kemarau. Pada suhu yang relatif tinggi (panas) akan berakibat pada percepatan laju
metabolisme, apabila hal itu berangsung lama, akan menyebabkan ikan kelelahan.Suhu akan
memepengaruhi oksigen terlalarut dan pH air, jika suhu tinggi maka akan menyebabkan
oksigen terlarut rendah dan mempengaruhi pH air yang cenderung asam. Fluktuasi suhu akan
menyebabkan ikan akan lebih rentan terkena penyakit.
Perlu kami sampaikan juga, bahwa beberapa kasus infeksi penyakit ikan disebabkan oleh
beberapa jasad penyebab penyakit, yaitu parasit, jamur, bakteri dan virus.
C. KERAGAMAN PENYAKIT
Masalah penyakit telah lama dirasakan pada usaha budidaya ikan di KJA, walau pada
awalnya masalah penyakit tidak begitu dapat perhatian dari pembudidaya. Makin lama karena
temyata penyakit dapat menimbulkan kerugian yang tidak sedikit maka penyakit hal yang
mau tidak mau harus diakui batrwa masalah penyakit mendapat perhatian serius untuk
ditangani.
Beberapa penelitian tentang keberadaan penyakit pada usaha budidaya ikan di KJA
telatr banyakj dilaksanakan (Supriayadi dan Komarudin, 2003; Supriyadi et al, 2A08 8.
Selain itu juga data tentang keberadaan penyakit telah diperoleh dari laporanlaporan kasus
terjadinya wabah penyakit pada usaha tersebut. Monitoring penyakit iakan juga selalu
mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan penebaran penyakit dan dinamika infeksi
penyakit pada usalra budidaya di KJA.
Selama ini kasus terjadinya infeksi penyakit ikan potensi yang telah dilaporkan
diakibatkan oleh beberapa jasad penyakit, yaitu antara lain parasit, jamur, bakteri dan virus.
l. Jasad Parasitik
Parasit yang ditemukan pada ikan yang ada di KJA pasca red tide yaitu Pseudo
rhabdosynochus sp., Trichodina sp., dan Haliotrema. Sedangkan pravelensi parasit tertinggi
pada minggu ke empat dan minggu k enam dan terjadi dominasi parasit yaitu
Pseudorhabdosynochus sp.
Penyakit yang ditemukan adalah parasit kutu air atau Isopoda dan lintah laut. Isopoda
ditemukan pada sirip dorsal dari ikan kerapu hibrida cantang. Penanganan untuk ikan
terinfeksi parasit ini dapat dilakukan dengan cara perendaman menggunakan air tawar selama
10-15 menit. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (2017) juga mengatakan bahwa
penanganan ikan terinfeksi parasit air laut yaitu dengan perendaman air tawar atau dengan
salinitas 5 ppt selama 10-15 menit atau H2O2 150 ppm selama 30 menit Lintah laut yang
ditemukan merupakan genus dari Zeylanicobdella yang banyak menyerang pada bagian
permukaan tubuh ikan kerapu hibrida cantang.
1. Infeksi Jamur
Infeksi jarnur pada usaha budidaya ikan di KJA telah banyak dilaporkan.
Namun penyakit ini biasanya terjadi pada ikar-ikan yag baru saja ditansportasi dan
tidak mendapatkan proses aklimatisasi yag cukup pada tempat tujuan. Ikan yang sering
terinfeksi terbatas pada jenis-jenis siklid yaitu nila (Oreachromis niloticus) dan ikan
gumme (Opsphronemus gouramy). Kerugian yang ditimbulkannya tidak begrtu tinggr
yaitu berkisar antar 5-10%. Kerugian yang ditimbulkannya sangal tergantung pada
kualitas lingkungan dan cara penanganan ikan selanjutnya.
2. Infeksi Bakteri
Infeksi bakteri yag pahng banyak diresahkan oleh pembudidayaikan di KJA
tahun 2003 adalah infeksi bakteri Aeromonss lrydrophila. Penyakit infeksi bakteri
tersebut sering terjadi baik pada komoditas ikan mas, nila maupun ikan gurame
bio.unsoed.ac.id (Opsphronemus gourany). Penyakit infeksi bakteri lain yang telah
dilaporkan terutama oleh pembudidaya ikan gurame di KJA yaitu infeksi
mycobacteriosis yaitu akibat infeksi baketi Mycobacterium firtuitum. Kerugian yang
ditimbulkan oleh infeksi mycobacteriosis adalatt berkisar 3A'60 %
D. PENANGANAN PENYAKIT
Penanganan penyakit pada ikan di keramba Kuala Cangkoi biasanya melalui
perendaman dalam air tawar. Perendaman dalam air tawar dilakukan selama 5-10 menit 19
kemudian disemprot dengan air laut. Perlakuan terhadap lintah ini bisa dilakukan dengan
perendaman dalam formalin 200-250 ppm selama 1 jam. Pemakaian formalin dengan
konsentrasi tinggi dapat mengganggu pernafasan ikan, oleh karena itu diperlukan aerasi yang
kuat dalam perlakuan tersebut. Namun, penggunaan air tawar dipandang lebih aman karena
perlakuan dilakukan hampir 5-7 hari sekali. Perendaman pun dilakukan hanya sebentar
(kurang dari setengah jam) diikuti dengan pengurutan tubuh ikan dengan tangan untuk
membantu melepaskan lintah (Mahardika dkk., 2018).
(2) Aspek higienis, berupa pembersihan sampah yang tenggelaam dan yang terapung di
perairan, jaring harus dibersihkan secara berkala dan ikan yang mati harus segera dibuang
jauh dari kawasan KJA.
(3) Aspek pengaturan kawasan, berupa pengaturan lokasi areal budidaya yang proporsional
dan pengaturan zonasi budidaya.Berdasarkan beberapa informasi diatas sudah selayaknya
para pembudidaya ikan melakukan menajemen kesehatan ikan di kawasan KJA di One-one.
Jika ikan budidaya tiba-tiba mati, yang dirugikan adalah pembudidaya itu sendiri.Oleh sebab
itu, diharapkan pembudidaya ikan di KJA One-one dapat melakukan budidaya ikan yang
baik, sehingga harapannya pembudidaya ikan tidak rugi dan masyarakat yang memanfaatkan
ikan hasil produksi KJA tidak beresiko, akibat residu zat kimia yang digunakan dalam
penanggulangan penyakit ikan.
b. Pertimbangan lingkungan
Cara penanggulangan terutama pengobatan yang diterapkan hendaknya tidak
mengganggu keseimbangan lingkingan apalagi samapi merusak lingkungan. Obat pada
dasarnya adalah racun selain dapat membunuh organisme penyebab penyakit juga dapat
membunuh organisme maupun mikroorganisme akuatik yang bermanfaat bagi manusia dan
lingkungan. Jadi obat yang digunakan harus tidak menimbulkan kematian pada bakteri
pengurai yang bermanfaat, pada zoo dan fitoplankton, pada ikan dan tidak menimbulkan
resiko bagi konsumer (pemakan ikan). Obat yang digunakan juga tidak menimbulkan
resistensi bagi mikroorganisme.
c. Pertimbangan ekonomis
Cara penanggulangan yang akan kita laksanakan harus dipenimbangkan agar
menguntuingkan secara ekonomis. Langkah pencegahan biasanya lebih menguntiungkan
apabila dibandingkan dengan langkah pengobatan. Pengobatan tidak murah mengingat harga
obat yang matral dan selain itu pada pengobatan memerluksn tenaga dan waktu. Pada
pengobatan juga harus memperhitungkan kirakira berapa jumlah ikan yang bisa
diselamatkan, sehingga tidak merugikan apabila dibandingkan dengan biaya yang harus
dikeluarkan.
d. Pertimbangan keamanan
Selain aman bagi lingkungan juga metoda penanggulangan penyakit harus aman bagi
operator. Cara pencegahan biasanya lebih aman apabila dibanding dengan pengobatan. Cara
pengobatan harus dilaksanakan dengan ekstra hati-hati mengingat beberapa obat akan sangat
membahayakan bagi operator. Penggunaan antibiotik misalnya kalau tidak hati-hati akan
berbahaya berupa masuknya antibiotika ke dalam tubuh operator selain keracunan dapat juga
berakibat pembentukan pada kekebalan. Malachite green Oxalate apabila pemakaiannya tidak
hati-hati maka akan dapat menimbulkan kangker bagi operator mengingat sifat dari bahan ini
adalah "carsinogen" yang dapat memacu terjadinya kangker.
DAFTAR PUSTAKA