Anda di halaman 1dari 7

JURNAL RUAYA VOL. 2.

TH 2014
FPIK UNMUH-PNK ISSN 2338 - 1833

POTENSI ANTIBAKTERI MAHKOTA DEWA UNTUK PENCEGAHAN


INFEKSI BAKTERI Aeromonas hidrophyla PADA IKAN LELE DUMBO
(Clarias sp).

Zapirudin1, Hendry Yanto2 dan Sunarto2

1. Alumni Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Muhammadiyah Pontianak


2. Staff pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Muhammadiyah

Abstrak
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk dapat menemukan konsentrasi larutan mahkota
dewa yang sesuai untuk pencegahan infeksi bakteri Aeromonas hidrophyla pada ikan
lele dumbo. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan empat
perlakuan dan tiga kali ulangan dengan konsentrasi mahkota dewa 0 , 6 , 12 dan 18
gram/l. Variabel yang diamati yaitu daya hambat bakteri melalui uji in vitro.
Pemeriksaan parameter hematologis, tingkat kelangsungan hidup ikan dan kualitas
air. Hasil uji daya hambat bakteri dari hasil transformasi data menunjukkan
konsentrasi mahkota dewa dosis 18 gram/l dengan nilai 3.52± 0.4 dan 12 gram/l
dengan nilai 3.19± 0.2. Kadar haemaglobin tertinggi pada darah ikan yaitu
konsentrasi 18 gram/l yaitu 2.52± 0.12 dan 12 gram/l 2.66± 0.14. Pengamatan kadar
hematokrit tertinggi pada darah ikan yaitu konsentrasi mahkota dewa 18 gram/l yaitu
5.66 ± 0.16. Hasil pengamatan gambaran sel darah merah jumlah tertinggi yang
didapat selama pengamatan konsentrasi 18 gram/l dengan nilai transformasi
7.08±0.17 dan 12 gram/l 6.38±0.42. Pengamatan jumlah sel darah putih pada ikan
lele jumlah tertinggi yang diperoleh konsentrasi 18 gram/l yaitu 31.82 x 103 sel/mm3
dengan nilai transformasi 6.12± 0.32 . Konsentrasi terbaik mahkota dewa 18 gram/l
untuk mencegah infeksi bakteri Aeromonah hidrophyla pada ikan lele dumbo
Kata Kunci : Anti bakteri, Mahkota Dewa, Lele Dumbo

Abstract

The aim of this research was to find the concentration of Scheff solution for the
prevention of bacterial Aeromonas hidrophyla infections in African catfish. This
research used completely randomized design with four teatments and three
replication the concentration of scheff 0 , 6 , 12 , and 18 gL-1. The doserved variables
were inhibition of bacteria in vitro. haematological parameters, survival rate and
water quality.the bresult shaved that the consentration of scheff 18 gl-1 was the best
for the bacterial inhibition zone and the highest level of haemaglobin, but it was not
significantly with the 12 gl-1 then the consentration with of scheff 18 gr-1 was also
the best hematokrit (5.66 ± 0.16 %) aritrocite (25,20 x 106 sel/mm3), leukosit 43,25 x
10 mm). the consentration of scheff 18 gl-1 wast the best for prevention
bacterialdeases to african catfish.
Keywords: Anti-bacterial, Schiff, African catfish

1
JURNAL RUAYA VOL. 2. TH 2014
FPIK UNMUH-PNK ISSN 2338 - 1833

PENDAHULUAN patin karena mahkota dewa


Ikan lele dumbo telah banyak mengandung senyawa kimia seperti
dipelihara dan dikembangkan oleh lignan dan flavonoid (lesmanawati.,
masyarakat terutama di Kalimantan 2006).
Barat. Dalam pembudidayaan ikan ini Tujuan dari penelitian ini yaitu
tentunya tidak lepas dari berbagai untuk dapat menemukan konsentrasi
masalah, salah satunya terserang larutan mahkota dewa yang sesuai
penyakit terutama bakteri. pada saat untuk pencegahan infeksi bakteri
ini ikan lele dumbo yang terkenal Aeromonas hidrophyla pada ikan lele
dengan sifat yang tahan terhadap dumbo. Sedangkan tujuan lain
perubahan dan tahan diberbagai penelitian ini adalah untuk
lingkungan menjadi mudah stres dan mempelajari efektifitas pencampuran
mati khususnya pada saat ukuran larutan buah mahkota dewa pada
larva. pakan buatan terhadap potensi
Aeromonas hidrophyla adalah antibodi untuk pencegahan infeksi
salah satu bakteri yang sering Aeromonas hidropila pada ikan lele
menyerang ikan lele. Penyakit ini dumbo. Manfaat dalam penelitian ini
sangat ganas yang mengakibatkan yaitu sebagai informasi ilmiah tenteng
ikan mengalami borok yang apabila penggunaan buah mahkota dewa
tidak segera di obati akan sebagai antibodi dan pencegahan
menimbulkan kematian pada ikan, penyakit bakteri Aeromonas hidrophila
selain itu penyakit ini juga bisa pada ikan lele dumbo.
menular pada ikan lainnya. Ghufron
dan Kordi (2004) menyebutkan bahwa METODE PENELITIAN
terjadi serangan bakteri Aeromonas Penelitian ini dilaksanakan di
yang menyebabkan kematian puluhan Laboratorium Budidaya Perairan
ton ikan pada tahun 1980 di Jawa Fakultas Perikanan Universitas
Barat dan sekitarnya. Pengendalian Muhammadiyah Pontianak mulai
bakteri ini sulit karena memiliki tanggal 10 Juli 2012 sampai10
banyak strain dan selalu ada di air Agustus 2012 . Penelitian ini adalah
serta dapat menjadi resisten terhadap penelitian eksperimental dengan
obat-obatan (Kamiso dan Triyanto menggunakan Rancangan Acak
1993). Lengkap dengan empat perlakuan,
Mahkota dewa adalah tanaman setiap perlakuan dilakukan tiga kali
yang berasal dari Papua dengan ulangan. Variabel yang diamati adalah
nama latin Phaleria macrocarpa daya hambat mahkota dewa terhadap
pemanfaatan pohon ini adalah bakteri Aeromonas hidrophila melelui
sebagai obat tradisional yang dapat uji in vitro. Pemeriksaan parameter
menyembuhkan berbagai jenis hematologis meliputi : kadar
penyakit. Dari hasil uji yang dilakukan hemoglobin, nilai hematokrit, jumlah
Lisdawati dalam Harmanto (2005) eritrosit dan leukosit, jumlah ikan yang
menyatakan bahwa ekstrak tanaman terserang penyakit bakteri Aeromonas
mahkota dewa memiliki kemampuan hidrophila setelah pemberian mahkota
menghambat pertumbuhan sel dewa, tingkat kelangsungan hidup
leukimian. Mahkota dewa dapat ikan lele dan kualitas air selama masa
dijadikan sebagai anti bakteri untuk penelitian.
pencegahan infaksi bakteri Bahan uji yang diguanakan
Aeromonas hidrophila karna adalah buah mahkota dewa yang
mengandung senyawa kimia berupa sudah matang. Untuk mendapatkan
lignan dan flavonoid. Mahkota dewa konsentrasi yang dibutuhkan, mahkota
telah digunakan untuk pencegahan dewa yang telah diiris tipis dan telah
penyakit yang disebabkan oleh bakteri kering kemudian dibelener, selanjutnya
Aeromonas hodrophyla pada ikan 1,8 gram direbus dalam 200 ml
2
JURNAL RUAYA VOL. 2. TH 2014
FPIK UNMUH-PNK ISSN 2338 - 1833

akuades, sampai sisa air rebusan Data hasil pengamatan


setengah dari volume awal ( 100 ml). gambaran darah yang didapat selama
Dari hasil rebusan ini didapat penelitian sebelum dianalisa diuji
konsentrasi mahkota dewa sebesar kenormalannya dengan uji normalitas
18 g/l. Selanjutnya dilakukan Liliefors. Setelah data diuji
pengenceran menggunakan akuades kenormalannya kehomogenannya
steril dengan perbandingan bahan dengan uji Homogenitas ragam
dengan akuades sebesar 1:2 untuk Barlet. Data dinyatakan tidak normal
mendapatkan bahan dengan atau tidak homogen, sebelum
konsentrasi 6 g/l, 2:1 untuk dianalisis keragamannya dilakukan
konsentrasi 12 g/l. transformasi data terlebih.Apabila
Pengamatan daya hambat data tersebut sudah homogen atau
mahkota dewa terhadap bakteri normal data dapat dianalisis
setelah hasil isolasi bakteri keragamannya dengan analisis ragam
Aeromonas hidrophyla berumur 24 (Anava) untuk mempengaruhi ada
jam diencerkan hingga memiliki tidaknya perbedaan pengaruh antar
konsentrasi 105cfu/ml, kemudian hasil perlakuan. Jika hasil analisa sidik
enceran disebarkan ke media TSA. ragam berbeda nyata atau berbeda
Kertas cakram dengan diameter 6 mm sangat nyata dimana F hit > F tab 5%,
derendal dalam cairan mahkota dewa perhitungan dilanjutkan dengan uji
kemudian dikeringkan. Kemudian lanjut yaitu Uji Beda Nyata Terkecil
kertas cakram ditempatkan diatas (BNT).
media TSA yang telah disebar bakteri
selanjutnya diinkubasi pada suhu
ruang (27-31oC) selama 24-48 jam. HASIL DAN PEMBAHASAN
Setelah dilakukan pengamatan reaksi Daya Hambat Baktei
ikan terhadap mahkota dewa, ikan uji Hasil uji in vitro mahkota dewa
diinfeksikan dengan bakteri terhadap bakteri Aeromonah
Aeromonas hydrophyla dengan cara hidrophila menunjukan bahwa bahan
disuntikkan. Konsentrasi bakteri antibakteri yang digunakan mampu
Aeromonas hidrophyla yang menghambat pertumbuhan bakteri
disuntikkan ditentukan berdasarkan Aeromonas hidrophyla.
hasil uji daya aktif bakteri yaitu 105
cfu/ml.
Tabel 1. Diameter zona hambat (mm) terpanjang yang dihasilkan dalam uji in vitro
mahkota dewa terhadap bakteri Aeromonas.
Perlakuan Rata-rata (mm) Transformasi Data
A (fisiologis) 0 0.71± 0.0a
B (6 gram/l) 8 2.91± 0.2b
C (12 gram/l) 9,6 3.19± 0.2bc
D (18 gram/l) 12 3.52± 0.4c
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf
5% pada Uji BNT.
Tabel diatas menunjukkan dosis ini tergolong kuat dengan luas
perlakuan D dengan konsentrasi daya hambat 12 mm. Kemudian diikuti
mahkota dewa 18 gram/l memiliki perlakuan C dengan konsentrasi
hasil terbaik terhadap daya hambat mahkota dewa 12 gram/l dengan hasil
bakteri yaitu 3.52± 0.4. hal ini 3.19± 0.2 menunjukkan hasil yang
menunjukkan mahkota dewa dengan tergolong sedang dengan daya
3
JURNAL RUAYA VOL. 2. TH 2014
FPIK UNMUH-PNK ISSN 2338 - 1833

hambat 9,6 mm, kemudian perlakuan gram/l yaitu 9.73 Hb/100 ml dan
B dengan hasil 2.91± 0.2 tergolong perlakuan D dengan konsentrasi 18
dalam kategori sedang dengan luas gram/l yaitu 10.47 Hb/100 ml.
daya hambat 8 mm. Sedangkan kemudian pada pengamatan kedua
perlakuan A yang hanya diberikan kondisi Haemaglobin mengalami
larutan fisioligis dengan hasil 0.71± penurunan yang drastis, hal ini terjadi
0.0 menandakan tidak memiliki daya karena ikan uji telah diinfeksikan
hambat. dengan bakteri, Pengamatan ke tiga,
kondisi haemoglobin ikan mulai
Kondisi Hematologis mengalami peningkatan seperti pada
Kadar hemoglobin yang perlakuan B dan perlakuan C,
rendah dapat dijadikan sebagai kemudian pada pengamatan ke
petunjuk mengenai rendahnya empat pada perlakuan perlakuan D
kandungan protein pakan, defisiensi dengan konsentrasi 18gram/l
pakan atau mendapat infeksi, menujukan kadar HB yang paling
sedangkan kadar HB tinggi besar yaitu 8.30 Hb/100 ml. Kadar
menunjukkan ikan dalam keadaan haemaglobin ini belum sesuai dengan
stress. Keadaan HB ikan yang belum standar yang dikemukakan oleh
diinfeksikan dengan bakteri Angka (1985) menyatakan bahwa
Aeromonas hidrophila pada perlakuan kadar HB ikan lele normal berkisar
A sebagai kontrol yaitu 7.80 Hb/100 antara 10,3-13,5 Hb/100 ml dan ikan
ml, perlakuan B dengan konsentrasi 6 yang sehat memiliki kadar
gram/l yaitu 8.18 Hb/100 ml, haemaglobin yang lebih tinggi
perlakuan C dengan konsentrasi 12 dibandingkan ikan yang sakit.

Tabel 2. Hasil rata-rata gambaran darah dan tingkat kelangsungan ikan lele dumbo
selama penelitian setelah di transformasikan.
Perlakuan Parameter Pengamatan
Haemaglobin Hematokrit Eritrosit Leukosit SR
A 2.12± 0.16a 5.01 ± 0.10a 4.53±0.50a 4.34± 0.08a 6.29± 0.80a
B 2.29± 0.11ab 5.32 ± 0.07b 5.24±0.63a 4.88± 0.15b 6.72± 1.49a
C 2.52± 0.12bc 5.39 ± 0.15b 6.38±0.42b 5.38± 0.44b 7.73± 0.65ab
D 2.66± 0.14c 5.66 ± 0.16c 7.08±0.17b 6.12± 0.32c 8.93± 0.56b
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf
5% pada Uji BNT.
Nilai hematokrit atau “volume diberikan tidak dicampur dengan
sel packed” adalah suatu istilah yang mahkota dewa sedangkan kadar
artinya persentase berdasarkan hematokrit ikan yang diberi perlakuan
volume dari darah yang terdiri dari sel dengan mahkota dewa menunjukan
darah merah. Ikan lele dumbo sehat kadar yang tinggi, pada perlakuan B
memiliki nilai hematokrit sebesar 30,8- (6 gram/l) kadar hematokrit 41.73%,
45,5% (Bastiawan et al., 2001). Dari perlakuan C (12 gram/l) 40,94% dan
hasil pengamatan 1 pada gambar pada perlakuan D (18 gram/l) yaitu
diatas menunjukkan perlakuan A 41,96%. Pengamatan kadar
(kontrol) menunjukkan kadar hematokrit ke 2 menunjukkan
hematokrit paling rendah yaitu penurunan, hal ini karena ikan sudah
34.18% meskipun belum di infeksikan di infeksikan dengan bakteri
dengan bakteri hal ini terjadi karena Aeromonas, kemudian pada
pada perlakuan A pakan yang pengamatan ke 3 kadar hematokrit
4
JURNAL RUAYA VOL. 2. TH 2014
FPIK UNMUH-PNK ISSN 2338 - 1833

pada perlakuan. kemudian pada perlakuan C (12 gram/l) 12,91 x 106


pengamatan terakhir yaitu sel/mm3 dan jumlah tertinggi sel darah
pengamatan ke 4, pada perlakuan D merah yaitu pada perlakuan D (18
(18 gram/l) mengalami peningkatan gram/l) yaitu dengan rata-rata 25,20 x
mencapai batas normal yaitu 32.57%. 106 sel/mm3. Jumlah ini lebih besar
kemudian diikuti perlakuan C (12 dari perlakuan lainnya terutama pada
gram/l) meskipun tidak mencapai pengamatan ke 1 yang belum
batas normal, namun kadar diinfeksi dengan bakteri Aeromonas.
hematokrit mengalami peningkata dari Jumlah ini tidak sesuai dengan yang
pengamatan sebelumnya yaitu dikemukakan oleh Bastiawan et al.
26.74%, dan perlakuan B juga (2001) yang menyatakan jumlah sel
mengalami peningkatan yaitu 22.67%. darah merah dalam ikan yaitu
sedangkan perlakuan A mengalami sebesan 3,18 x 106 sel/mm3.
penurunan dari hasil pengamatan ke Leukosit atau sel darah putih
3 yaitu 23.73% kemudian menurun adalah salah satu bagian darah yang
menjadi 23.00%. dalam kondisi kadar menghasilkan antibodi. Leukosit
hematokrit ikan lele dumbo yang merupakan jenis sel yang aktif
diujikan, hanya perlakuan D (18 didalam sistim pertahanan tubuh.
gram/l) mencapai batas kadar ikan Leukosit dalam darah jumlahnya lebih
normal, Ikan lele dumbo sehat sedikit daripada eritrosit dengan rasio
memiliki nilai hematokrit sebesar 30,8- 1: 700 (Frandson., 1992). Jumlah
45,5% (Bastiawan et al., 2001). Tapi leukosit ikan lele dumbo sehat
pada perlakuan lainnya dapat berkisar antara (20-150) x 103 sel/mm3
diindikasikan ikan mengalami atau berkisar 20.000-150.000 butir,
defisiensi eritrosit dikarenakan bakteri serta merupakan unit yang aktif dari
yang disuntikkan pada ikan sangat sistim pertahanan (imun) tubuh. Hasil
ganas. Eritrosit ikan bervariasi pengamatan jumlah sel darah putih
tergantung pada faktor nutrisi dan ikan menunjukkan bahwa pada
umur ikan. Rendahnya jumlah sel perlakuan A jumlah sel darah putih
darah merah menandakan ikan dalam yaitu 33.73 x 103 sel/mm3 perlakuan B
keadaan sakit. 42.23 x 103 sel/mm3 perlakuan C (12
Pengamatan jumlah sel darah gram/l) 40.57 x 103 sel/mm3 dan pada
merah ikan pada perlakuan A jumlah perlakuan D (18 gram/l) 46,25 x 103
sel darah merah yaitu10.90 x 106 sel/mm3 pada pengamatan ini ikan
sel/mm3perlakuan B 6 gram/l) yaitu belum di infeksikan dengan bakteri
15.20 x 106 sel/mm3, perlakuan C (12 Aeromonas. Pada pengamatan ke 2
gram/l) yaitu 16.45 x 106 sel/mm3 dan jumlah sel darah putih menurun
perlalkuan D (18 gram/l) yaitu 16.93 x dikarenakan ikan telah di infeksikan
106 sel/mm3. pada pengamatan ke 2 dengan bakteri, hanya pada
jumlah sel darah merah menunjukkan perlakuan D (18 gram/l) tidak
penurunan, hal ini dikarenakan ikan memberikan penurunan yang
telah di infeksikan dengan bakeri, signifikan yaitu sekitar 28,97 x 103
kemudian pada pengamatan ke 3 sel/mm3 kemudian pada pengamatan
kondisi sel darah merah terus ke 3 jumlah sel darah putih pada
mnunnjukan penurunah kecuali pada setiap perlakuan mengalami
perlakuan D (18 gram/l) yang peningkatan dan jumlah tertinggi
mengalami peningkatan yaitu 19,03 x masih pada perlakuan D (18 gram/l)
106 sel/mm3. Pada pengamatan yaitu 31.82 x 103 sel/mm3, kemudiaan
terahir yaitu pengamatan ke 4 kondisi diikuti perlakuan C (12 gram/l) 20.40 x
sel darah merah mengalami 103 sel/mm3. Pengamatan ke 4 jumlah
peningkatan pada perlakuan A sel darah putih ikan lele dumbo terus
(control) yaitu 14, 72 x 106 sel/mm3 meningkat, pada perlakuan A yaitu
perlakuan B yaitu 21,18 x 106 sel/mm3 13. 27x 103 sel/mm3, namun jumlah ini
5
JURNAL RUAYA VOL. 2. TH 2014
FPIK UNMUH-PNK ISSN 2338 - 1833

belum sampai pada batas normal Hasil pengamatan


yang ditentukan. pada perlakuan B menunjukkan bahwa tingkat
juga demikian yaitu 19.42x 103 kelangsungan hidup ikan lele dumbo
sel/mm3. Namun pada perlakuan C tertinggi sampai akhir penelitian
(12 gram/l) jumlah sel darah putih adalah pada perlakuan D (18 gram/l)
sanagt tinggi yaitu 35.55x 103 sel/mm3 yaitu sebesar 80 %, kemudian diikuti
yang memasuki jumlah normal dan dengan perlakuan C (12 gram/l) dan B
pada perlakuan D (18 gram/l) (6 gram/l). sementara tingkat
menunjukkan jumlah yang tertinggi kelangsungan hidup perlakuan A atau
yaitu dengan rata-rata 43,25 x kontrol hanya mencapai 40%.
103sel/mm3. Dalam pengamatan ke 4 Effendie (1997) mengemukakan
ini kesehatan ikan karena bahwa kelangsungan hidup ikan,
penginfeksian bakteri Aeromonas terutama pada masa larva sangat
sudah pulih terutama pada perlakuan ditentukan oleh tersedianya makanan.
C dan D karna jumlah sel pada Makanan yang akan digunakan akan
pengamatan tersebut sesuai dengan mempengaruhi kelangsungan hidup
yang telah ditetapkan. Hewan yang dan pertumbuhannya.
terinfeksi akan mempunyai jumlah Air adalah media hidup ikan,
leukosit yang lebih banyak, karena kualitas air adalah variable yang
leukosit perfungsi sebagai pelindung sangat penting dalam memeliharan
tubuh dari infeksi. Penurunan jumlah ikan, karena akan mempengaruhi laju
leukosit dapat terjadi karna infeksi pertumbuhan dan kelangsungan
usus, keracunan bakteri septicemia, hidup ikan. Kualitas yang buruk dapat
kehamilan dan partus. Menurut menghambat pertumbuhan ikan
Soetrisno (1987) mengemukakan bahkan menimbulkan kematian.
bahwa jumlah leukosit dipengaruhi Kondisi kualitas air selama
oleh kondisi tubuh yang setres, pengamatan pada setiap perlakuan
kurang atau disebabkan faktor cendrung setabil dan tidak mengalami
lainnya. Tingkat kelangsungan hidup perubahan. Kondisi ini tidak
dinyatakan sebagai presentasi jumlah memberikan npengaruh terhadap ikan
ikan yang hidup pada akhir penelitian yang dipelihara.
dibagi jumlah ikan pada awal
penelitian (Effendi., 1997).

Tabel 3. Hasil pengamatan kualitas air ikan lele dumbo selama penelitian.
Parameter
Perlakuan
pH Suhu oC DO (ppm)
A 7 26.5 6.2
B 7.1 27 7
C 7.1 26.9 7.5
D 7.2 26.7 7.2

KESIMPULAN DAN SARAN jumpah sel darah merah dan darah


Dosis terbaik daya hambat putih. Sedangkan kadar haemaglobin
yang dihasilkan mahkota dewa dan hematokrit perlakuan terbaik yaitu
melalui uji In Vitro yaitu 18 gram/l. 12 gram/l. Tingkat kelangsungan
Konsentrasi terbaik pada uji hidup terbaik didapat pada perlakuan
hematologis ikan 18 gram/l pada 18 gram/l. Konsentrasi mahkota dewa
6
JURNAL RUAYA VOL. 2. TH 2014
FPIK UNMUH-PNK ISSN 2338 - 1833

dosis 18 gram/l untuk mendapatkan Bastiawan, D; A. Wahid; M. Alifudin,


antibodi pada ikan lele dumbo. dan. I. Agustiawan. 2001.
Gambaran Darah Lele Dumbo
UCAPAN TERIMAKASIH (Clarias sp.) yang DiInfeksi
Pada kesempatan ini saya Cendawan Aphomyces sp
mengucapkan terima kasih kepada pada pH yang Berbeda. Jurnal
kedua orang tua yang telah Penelitian Indonesia 7(3): 44-
mendoakan penulis, Bapak Ir. Hendry 47.
Yanto, M.Si. dan Bapak Sunarto,
S.Pi., M.Si. selaku dosen pembimbing Frondson, R. D. 1992. Anatomi dan
yang telah banyak memberikan Fisiologi Ternak. UGM Press.
bimbingan, pengarahan,dan masukan Yogyakarta
sehingga laporan penelitian ini dapat Soetrisno. 1987. Diktat Fisiologi
diselesaikan. Serta semua pihak yang Ternak. Fakultas Peternakan
telah banyak membantu terselesainya Unsoed. Purwokerto.
laporan penelitian ini.
Effendie.. M.I., 1979. Biologi
DAFTAR PUSTAKA Perikanan. Diktat Pengantar
Kamiso dan Triyanto, 1990. Diktat Perkuliahan. Fakultas
Kuliah Penyakit Ikan. Pertanian IPB. Bogor 78 Hal.
Departemen Pertanian Badan
Pendidikan Latihan dan Lesmanawati W. 2006. Potensi
Penyuluhan Pertanian. Mahkota Dewa Phaleria
Pendidikan dan Latihan Ahli macrocarpa Sebagai
Usaha Perikanan. Jakarta. Antibakteri dan
Immunostimulan Pada Ikan
Ghufron, M dan Kordi, K. (2004). Patin Pangasianodon
Penanggulangan Hama dan hypophthalmus Yang Diinfeksi
Penyakit Ikan. Rineka Cipta. Dengan Aeromonas
204 hal. hydrophilla. [Skripsi]. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Harmanto, N., 2005. Menggempur Institut Pertanian Bogor.
Penyakit Hewan Kesayangan
Dengan Mahkota Dewa.
Penebar Swadaya. Jakarta.

Hasim. 2003. Menanam Rumput,


Memanen Antibiotik.
Hhtp:www.
Kehati.or.id/netview.php/q=166
&qlag=1&categ=Kliping%20
berita [29 Juli 2012].

Angka, Sri Letari. 2005. Kajian


Penyakit Motile Aeromonand
Septicemia (MAS) pada Ikan
Lele Dumbo (Clarias sp):
Patologi, Pencegahan dan
Pengobatan dengan
Fitofarmaka. Disertasi Sekolah
Pasca Sarjana Institut
Pertanian Bogor.

Anda mungkin juga menyukai