Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Demam tifoid adalah infeksi sistemik yang disebabkan oleh enterik

bakteri gram negatif Salmonella typhi. Makanan dan penyakit yang

ditularkan melalui air ini sangat berkolerasi dengan kebersihan yang buruk

serta daerah yang kelebihan penduduk dan sanitasi yang buruk. Demam

tifoid terus menjadi masalah kesehatan masyarakat global yang serius dan

merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di negara

berkembang.(1)

Penyakit menular ini masih merupakan masalah kesehatan

masyarakat dengan jumlah kasus sebanyak 22 juta per tahun di dunia dan

menyebabkan 216.000– 600.000 kematian. Di Indonesia, tifoid harus

mendapat perhatian serius dari berbagai pihak, karena penyakit ini bersifat

endemis dan mengancam kesehatan masyarakat.(2)

Situasi penyakit tifoid (demam typhoid) di Provinsi Sulawesi

Selatan pada tahun 2014 suspeck penyakit typhus tercatat sebanyak 23.271

yaitu laki-laki sebanyak 11.723 dan perempuan sebanyak 11.548 sedangkan

penderita demam typoid sebanyak 16.743 penderita yaitu laki-laki sebanyak

7.925 dan perempuan sebanyak 8.818 penderita dengan insiden rate (2,07)

dan (CFR=0,00%).(3)

1
WHO (2014) menguraikan besarnya resistensi obat antibakteri,

antijamur, antiviral, dan antiparasit pada skala global, obat dan vaksin

sekarang sangat dibutuhkan dalam saluran penemuan obat anti infeksi.

Salah satu alternatif yaitu dengan memanfaatkan tanaman herbal

salah satunya sawo dimana buah muda, kulit batang, dan daun sawo secara

tradisional digunakan masyarakat sebagai obat karena senyawa tanin yang

terkandung dapat menghambat dan membunuh sejumlah bakteri.(4)

Menurut penelitian sebelumnya diketahui pada daun dan batang

sawo manila mengandung senyawa fitokimia alkaloid, flavonoid, saponin,

tanin, terponoid dan glikosida yang telah diketahui mempunyai aktifitas

antibakteri. (5)

Manilkara zapota merupakan tumbuhan kaya aktivitas biologis, salah

satunya sebagai antimikroba. Ekstrak akar, bunga, daun dan kulit batang M.

zapota telah teruji memiliki aktivitas sebagai antibakteri. Tumbuhan M. zapota

dilaporkan sangat efektif sebagai antibakteri untuk berbagai spesies bakteri

gram positif dan negatif.(6)

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui

efektivitas dari ekstrak kulit sawo manila (Manilkara zapota) terhadap

pertumbuhan salmonella typhi pada medium agar difus.

1.2 Rumusan masalah

Bagaimana efektivitas ekstrak daun sawo manila (Manilkara zapota)

terhadap pertumbuhan Salmonella typi pada medium agar difus?

2
1.3 Tujuan penelitian

1.3.1 Tujuan Umum :

Mengetahui efektivitas ekstrak daun sawo manila (Manilkara

zapota) terhadap pertumbuhan salmonella typi pada medium agar.

1.3.2 Tujuan Khusus :

1. Mengetahui sensitivitas ekstrak daun sawo manila (Manilkara

zapota) terhadap pertumbuhan Salmonella typhi.

2. Mengetahui konsentrasi ekstrak daun sawo manila (Manilkara

zapota) terhadap pertumbuhan Salmonella typhi.

1.4 Manfatat penelitian

1.4.1 Bagi peneliti

1. Menambah pengetahuan tentang efektivitas ekstrak daun sawo

manila (Manilkara zapota) terhadap pertumbuhan Salmonella

typhi pada medium agar.

2. Mengembangkan wawasan, minat dan kemampuan dalam bidang

penelitian.

1.4.2 Bagi Ilmu Pengetahuan

Dapat menjadi sumber informasi dan bahan bacaan bagi peneliti

berikutnya.

1.4.3 Bagi Masyarakat

Memberikan informasi dan pengetahuan mengeni manfaat daun

sawo manila.

3
1.5.1 Hasil yang diharapkan

Diharapkan dalam penelitian ini ekstrak dari daun sawo manila

Manilkara zapota L. dapat menghambat pertumbuhan Salmonella typhi

dan dapat diolah sebagai bahan herbal yang dapat membantu masyarakat

dalam menangani demam tifoid.

4
Daftar Pustaka

1. Kanj SS, Kanafani ZA, Shehab M, Sidani N, Baban T, Baltajian K, et al.

Epidemiology, clinical manifestations, and molecular typing of salmonella

typhi isolated from patients with typhoid fever in Lebanon. J Epidemiol Glob

Health. 2015;5(2):159–65.

2. Elisabeth Purba I, Wandra T, Nugrahini N, Nawawi S, Kandun N. Program

Pengendalian Demam Tifoid di Indonesia: Tantangan dan Peluang. Media

Penelit dan Pengemb Kesehat [Internet]. 2016;26(2):99–108.

3. Syahrir, Agusyanti, Nurmiyati, Ernawati P, Gasang. profil kesehatan

sulawesi selatan. dinas kesehatan sulawesi selatan; 2014. 32 p.

4. Natasha, Mufti. Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Sawo terhadap Bakteri

Escherichia coli Secara Vitr. Jurnal Kesehatan Andalas. 2015;1–5.

5. Wiyono as. Pengembangan dan Uji Antibakteri Ekstrak Daun Sawo Manila

( Manilkara zapota )Sebagai Lotio Terhadap Staphyllococcus aures The

Development and Antibacteria Test of Leaf ( Manilkara zapota ) As a Lotio

to Staphyllococcus aures. 2015;87–92.

6. Abu-Osman M, Abdul-Aziz M, Rowshanul-Habib M, Rezaul-Karim M.

2011. Antimicrobial investigation on Manilkara zapota (L) P royen. IJDDR.

3(1):185-190.

7. Wiryawan, K. G., Suharti, S., & Bintang, M. (2010). Kajian antibakteri

temulawak, jahe dan bawang putih terhadap Salmonella typhimurium serta

5
pengaruh bawang putih terhadap performans dan respon imun ayam

pedaging. Media Peternakan,28(2).

8. Jawetz E. 2010. Medical Mikrobiology 245h ed. USA: Mc Graw Hill.

9. Zulkarnaen I.2001. Antibiotik Dosis Tunggal Pada Demam Tifoid.

Simposium Current Diagnosis and Treatment.

10. Setiabudy, R., dan Kunardi, L., 1995, Farmakologi Terapi: Golongan

Tetrasiklin dan Kloramfenikol, Bagian Farmakologi Fakultas

KedokteranUniversitas Indonesia, Jakarta

11. Wattimena, 1991, Farmakodinamik dan Terapi antibiotik, Gajah Mada

UniversityPress, Yogyakarta.

12. Longo, Dan L, Fauci, Anthony, S. 2010. Gastoenterologi & Hepatologi: Mc

Graw Hill.

13. Kuijpers, L. M. F., Phe, T., Veng, C. H., Lim, K., Ieng, S., Kham, C., …

Peetermans, W. E. (2017). The clinical and microbiological characteristics

of enteric fever in Cambodia, 2008-2015. PLoS Neglected Tropical

Diseases, 11(9), e0005964.

14. Jawetz E. 2010. Medical Mikrobiology 24th ed. USA: Mc Graw hill. 223-

36P

15. Todar,Kenneth.Salmonella

http://textbookofbacteriology.net/salmonella_2.html

6
16. jawetz, Melnick, Adelberg.2013 Mikrobiologi Kedokteran Edisi 25.

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

17. Crump, J. A., Sjölund-Karlsson, M., Gordon, M. A., & Parry, C. M. (2015).

Epidemiology, Clinical Presentation, Laboratory Diagnosis, Antimicrobial

Resistance, and Antimicrobial Management of Invasive Salmonella

Infections. Clinical Microbiology Reviews, 28(4), 901–937.

18. Nastasha, Mufti, 2017. Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Sawo Terhadap
Bakteri Escherichia coli Secara In Vitro. diss. Universitas Andalas.

19. Juwita, J. 2013. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Buah Muda, Daun dan Kulit
Batang Sawo Manila (Manilkara zapota (L.) Van Royen) Terhadap Vibrio
cholerae dan Clostridium perfringens. Skripsi. Yogyakarta : Universitas
Atma Jaya Yogyakarta.
20. https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/chloramphenicol#sectio di
akses Minggu 05 Oktober 2018
21. http://loomes-ag.unbar.web.id/id3/2962-2853/Sawo_103104_loomes-ag-
unbar.ht

7
8
9

Anda mungkin juga menyukai