Skenario 2
Kelompok F :
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya kami
dapat menyelesaikan laporan yang berjudul “Struktur Molekuler Protein”. Dalam penulisan
laporan ini, kami mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami ingin
mengucapkan terima kasih kepada :
1. drg. Amandia Dewi Permana Shita, M. Biomed selaku dosen tutor kelas F
2. Semua anggota pada kelas tutorial F yang telah berpartisipasi dalam pembuatan
laporan ini
Kami sadar bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, hal itu dikarenakan
keterbatasan kemampuan dan pengetahuan kami. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca. Semoga laporan ini dapat berguna
bagi kita.
Akhir kata, kami mohon maaf apabila dalam pembuatan laporan ini terdapat banyak
kesalahan.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar……………………………………………………………………….…..i
Daftar Isi….……………………………………………………………………………...ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Permasalahan..………………………………………………..…1
1.2 Skenario…………………………………………………………………………..2
1.3 Identifikasi Istilah Sulit…………………………………………………………..2
1.4 Klarifikasi Istilah Sulit…………………………………………………………...2
1.5 Permasalahan yang Muncul……………………………………………………...4
BAB II PEMBAHASAN PERMASALAHAN………………………………………….5
BAB III TUJUAN PEMBELAJARAN DAN MAPPING
3.1 Penentuan Tujuan Pembelajaran………………………………………………….7
3.2 Mapping…………………………………………………………………………..7
BAB IV PEMBAHASAN TUJUAN PEMBELAJARAN……………………………….8
BAB V KESIMPULAN………………………………………………………………….29
Daftar Pustaka…………………………………………………………………………….30
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Skenario
Protein merupakan makro molekul utama penyusun struktur tubuh manusia. Terdapat
ribuan jenis protein dalam tubuh manusia, salah satunya adalah antibodi (imunogloblin)
yang berperan pada respons imun. Protein adalah polimer asam-asam amino yang
dihubungkan satu dengan yang lain oleh ikatan peptida. Jenis, jumlah dan urutan asam amino
yang menyusun protein disebut sebagai struktur primer protein, hal ini yang membedakan
protein satu dengan protein lainnya. Struktur primer dapat terorganisasi membentuk struktur
sekunder, tersier dan kuarterner. Tugas mahasiswa pada tutorial ini adalah:
2
▪ makronutrien yang dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah yang besar yang
berfungsi sebagai pembangun tubuh.
▪ zat makanan berupa asam amino yang berfungsi sebgai pembangun dan pengatur
tubuh.
▪ jaringan panjang yang terdiri dari beberapa molekul asam amino yang terikat.
2) Makromolekul
▪ molekul yang sangat besar.
▪ polimer yang tersusun atas beberapa monomer.
3) Antibodi
▪ zat kimia yang berada di dalam tubuh dan merupakan system kekebalan tubuh.
▪ zat dalam darah untuk menghancurkan bakteri/virus atau menghancurkan racun
yang dihasilkan oleh bakteri.
4) Imun
▪ daya tahan tubuh.
▪ pertahanan pada organisme untuk melindungi tubuh dari pengaruh biologis luar
dengan membunuh pathogen.
▪ suatu kondisi kebal terhadap penyakit.
5) Polimer
▪ senyawa molekul berbentuk rantai.
▪ rantai berulang dari atom yang Panjang terbentuk dari pengikat yang berupa
molekul identic yang disebut monomer.
6) Asam amino
▪ senyawa penyusun protein
▪ senyawa organik terdiri dari nitrogen, karbon, hydrogen, oksigen, dan unsur
lainnya.
7) Ikatan peptida
▪ pertautan antara gugus amin dan gugus karboksil.
8) Struktur primer protein
▪ ikatan peptida dari asam amino pembentuk protein.
9) Immunoglobulin
▪ bagian dari protein/jenis protein yang memiliki fungsi spesifik pertahanan tubuh
dari pathogen.
3
▪ sekelompok glikoprotein yang terdapat dalam cairan tubuh pada hamper semua
mammalia.
▪ system pertahanan tubuh yang bersifat spesifik terhadap penyakit.
10) Kuartener
▪ struktur yang melibatkan beberapa peptida untuk membentuk protein.
▪ agregasi dari polipeptida yang membentuk protein.
▪ atom c yang mengikat 4 atom c lainnya.
▪ memiliki 4 tingkatan.
11) Tersier
▪ gabungan dari aneka ragam struktur sekunder.
▪ atom c yang mengikat 3 atom c lainnya.
▪ memiliki 3 tingkatan.
12) Sekunder
▪ tingkatan kedua.
▪ atom c yang mengikat 2 atom c lainnya.
4
BAB II
PEMBAHASAN PERMASALAHAN
5
Terdapat 20 jenis asam amino penyusun protein. alanin, arginin, asparagine,asam
aspartat, sistein,glutamin, asamglutamat, glisin, histidin,isoleusin,leusin,lisin,methionin,
proline,serin,threonin,triptofan, tyrosin, fenil alanin, valin
6) Apa saja jenis asam amino penyusun protein.
▪ Jawaban :
1. Asam amino non esensial :alanin,arginin,asparagin,asam
aspartat,sistein,tirosin,serin,glisin,prolin,glutamin,asam glutamat.
2. Asam amino esensial :
Histidin,Isoleupan,Treonin,Fensin,Valin,Triptoilalanin,Leusin,Lisin,Metionin
7) Bagaimana struktur dari asam amino.
▪ Jawaban :
Satu atom C yang mengikat empat gugus: gugus amina, gugus karboksil, atom
hydrogen, dan satu gugus sisa (residu).
6
BAB III
TUJUAN PEMBELAJARAN DAN MAPPING
3.2 Mapping
PROTEIN
STRUKTUR
PRIMER
PROTEIN
IKATAN
PEPTIDA
ASAM
AMINO
C; H; O; N; S;
P
7
BAB IV
PEMBAHASAN TUJUAN PEMBELAJARAN
Asam amino memiliki dua gugus fungsi yaitu – NH2 dan – COOH.
Pada keadaan zwitter ion, biasanya gugus tersebut dalam keadaan – NH4+ dan – COO-. Kecuali
prolin, 20 jenis asam amino pembentuk protein memiliki gugus karboksil bebas dan gugus
amino bebas tidak tersubstitusi yang terikat pada atom karbon α sehingga dinamakan dengan
α-asam amino. Berdasarkan strukturnya, 20 jenis asam amino pembentuk protein, 19
diantaranya merupakan amina primer dan 1 amina sekunder (prolin). Selain itu, 19 asam amino
memiliki C kiral dan 1 akiral (glisin).
Berdasarkan jumlah asam amino penyusunnya, rantai asam amino dibagi menjadi:
1. Peptida. Terdiri dari asam amino yang jumlahnya kurang dari 50.
a) Dipeptida. Terdiri dari 2 asam amino.
b) Tripeptida. Terdiri dari 3 asam amino.
c) Polipeptida. Terdiri lebih dari 10 asam amino.
8
2. Protein. Terdiri dari asam amino yang jumlahnya lebih dari 50. Biasanya protein terdiri
dari 100 – 10000 asam amino.
Untuk membentuk peptida dan protein, asam amino akan membentuk ikatan peptida dengan
molekul asam amino lainnya. Peptida terbentuk karena adanya ikatan antara amida pada gugus
amino dengan gugus hidroksil pada molekul lainnya melalui proses kondensasi. Di lain pihak,
pemecahan ikatan peptida dinamakan dengan hidrolisis. Pembentukan ikatan peptida dapat
dilihat dibawah ini
Pada pembentukan protein ada asam amino yang berfungsi sebagai N-terminus dan
C-terminus. Asam amino yang masih memiliki gugus amino dalam rangkaian protein
4) dipeptida
9
5) protein
10
Rantai Samping Asam Amino
11
12
Stereoisomer
Selain glisin, α-karbon pada asam amino merupakan C kiral. Oleh sebab itu, struktur
tetrahedral asam amino memiliki dua bentuk yang merupakan bayangan cermin yang
dinamakan dengan enantiomer. Semua molekul yang memiliki C kiral merupakan optikal aktif
yang bisa memutar bidang cahaya terpolarisasi sehingga membentuk sistem D dan L.
Desain L dan D digunakan untuk menjelaskan levorotatory (memutar cahaya ke kiri) dan
dextrorotatory (memutar cahaya ke kanan). Asam amino penyusun molekul protein adalah
yang memiliki stereoisomer L. D-asam amino dapat ditemukan pada penyusun peptida rantai
13
pendek yang menyusun dinding sel bakteri dan peptida yang berfungsi sebagai antibiotik.
Titik Isoelektrik
Asam amino jika dilarutkan dalam air dapat membentuk ion dengan dua kutub polar
(dipolar) yang sering dinamakan dengan zwitterion. Dalam bahasa Jerman, zwitterions
memiliki arti ion hibrit. Zwitterion dapat berfungsi sebagai asam (donor proton) dan juga basa
(akseptor proton). Oleh karena sifatnya yang dipolar dan dapat berfungsi sebagai asam dan
basa, asam amino sering disebut sebagai amfoter atau amfolit (amfoter elektrolit). Ion amonium
( -NH3+) berfungsi sebagai asam dan ion karboksilat ( - COO-) berfungsi sebagai basa.
14
Titrasi asam basa dapat digunakan untuk menentukan titik isoelektrik asam amino. Titik
isoelektrik (pI) adalah pH dimana asam amino bersifat netral atau bermuatan 0 (bentuk
zwitterion).
15
Berdasarkan kemampuan tubuh mensintesis, asam amino dibagi menjadi asam amino essensial,
nonesensial dan kondisional.
a) Asam amino esensial adalah asam amino yang tidak dapat disintesis oleh
tubuh sehingga harus diperoleh dari makanan yang dikonsumsi.
b) Asam amino nonesensial adalah asam amino yang dapat disintesis oleh tubuh.
c) Asam amino esensial kondisional adalah asam amino yang tidak dapat
disintesis oleh tubuh karena pada keadaan sakit atau kurangnya prekursor.
Contohnya adalah bayi yang lahir prematur enzim yang digunakan untuk
mensintesis arginin belum berkembang dengan baik.
Struktur primer atau primary structure suatu protein adalah sekuens unik asam-asam
aminonya. Struktur primer protein terdiri atas satu rantai protein dengan susunan asam amino
yang tidak membentuk ikatan. Misalnya, pada transtiretin, yakni sejenis proteinglobular dalam
darah, yang mentranspor vitamin A dan salah satu hormon tiroid ke seluruh tubuh. Masing-
masing dari keempat rantai polipeptida identik yang menyusun transtilretin, terdiri atas 127
asam amino. Masing-masing dari ke-127 posisi sepanjang rantai ditempati oleh satu asam
amino spesifik dari 20 macam yang ada, diindikasikan oleh singkatan tiga huruf. Struktur
primer bagaikan urutan huruf dalam suatu kata yang sangat panjang. Jika dilihat, akan ada 20127
cara yang berbeda untuk membuat suatu rantai polipeptida sepanjanjang 127 asam amino. Akan
16
tetapi, struktur primer tepat pada suatu protein tidak ditentukan oleh pertautan asam-asam
amino secara acak, tetapi oleh informasi genetik yang diwariskan. Struktur primer protein
menentukan struktur protein sekunder dan tersier karena sifat kimiawi dari bagian belakang
dan samping rantai (gugus R) dari asam amino di sepanjang polipeptida.
Struktur sekunder adalah rangkaian asam amino yang membentuk struktur membelit,
melingkar, dan melipat. Bentuk struktur ini dikelompokkan menjadi struktur alpha-helix (H),
beetha-sheet (B), dan coil (C). Adapun struktur tersier merupakan gabungan dari berbagai
struktur sekunder yang terjadi setelah proses pelipatan (folding). Prediksi struktur sekunder
protein menjadi riset yang menarik untuk dilakukan di bidang bioinformatika. Penelitian terkait
yang dengan prediksi struktur protein banyak dilakukan karena berkaitan dengan fungsi dan
peranan protein itu sendiri. Selain itu, pendekatan prediksi struktur protein berbasis komputasi
ini merupakan pendekatan heuristic sehingga meskipun tidak akan mendapatkan struktur baru
seperti layaknya menggunakan NMR atau kristalografi sinar-X namun diyakini membutuhkan
waktu yang relatif lebih cepat. Struktur sekunder protein merupakan label dari setiap asam
amino yang membentuknya. Sebagai ilustrasi, Gambar 5 menunjukkan ilustrasi prediksi
struktur protein sekunder. Dalam konteks klasifikasi, struktur sekunder H, B dan C merupakan
kelas target sementara asam amino akan memberikan informasi sebagai penciri untuk
memprediksi struktur sekunder tersebut.
17
3. Struktur Tersier Protein
Struktur ini merupakan campuran dari struktur sekunder yang menyusun satu rantai
polipeptida. Lapisan tumpeng tindih di atas pola sekunder adalah struktur tersier, yang terdiri
atas pemutarbalikan tak beraturan dari ikatan antar rantai-rantai samping (gugus R) berbagai
asam amino. Ikatan yang membentuk struktur tersier adalah ikatan hidrogen, interaksi
hidrofobik, jembatan disulfida dan ikatan ionik.
Salah satu ikatan yang ada dalam sturktur tersier protein adalah interaksi hidrofobik. Ketika
polipeptida melipat membentuk konformasi fungsionalnya, asam amino dengan rantai samping
hidrofobik (nonpolar) umumnya mengumpul membentuk kumpulan pada bagian inti protein
itu, menjauhi kontak dengan air. Itulah yang disebut sebagai interaksi hidrofobik. Dimulai oelh
perilaku air yang menjauhi substansi nonpolar ketika molekul-molekul air membentuk ikatan
hydrogen satu sama lain dan dengan bagian hidrofilik protein tersebut. Begitu rantai samping
asam amino nonpolar mendekat satu sama lain, gaya tarik van der Waals menguatkan Kembali
interaksi hidrofobik itu. Sementara itu, ikatan hydrogen antara rantai-rantai samping polar dan
ikatan ionik anatara rantai-rantai samping bermuatan positif dan rantai samping bermuatan
negative juga membantu menstabilkan struktur tersier. Semuanya ini merupakan interaksi
lemah, akan tetapi efek kumulatifnya membuat protein mempunyai bentuk spesifik.
Selain itu, struktur tersier juga diperkuat oleh jembatan disulfuda. Jembatan disulfia
merupakan ikatan kovalen kuat, terbentuk ketika dua monomer sistein, asam amino dengan
gugus sulfhidril (−−−SH) pada rantai sampingnya, saling mendekat satu sama lain melalui
pelipatan protein tersebut. Sulfur salah satu sistein itu berikatan dengan sulfur sistein kedua,
dan jembatan disulfida (−−S−−S−−) mematri bagian-bagian protein menjadi terikat bersama.
18
4. Struktur Tersier Protein
Struktur kuartener adalah struktur protein keseluruhan yang dihasilkan dari agregasi subunit
polipeptida. Misalnya, protein transthyretin globular terdiri dari empat polipeptida. Contoh lainnya,
adalah kolagen yang merupakan protein berserat yang memiliki tiga polipeptida hliks identik terjalin
menjadi tripel yang lebih besar memberikan kekuatan besar peada serat panjang. Sehingga, serat
kolagen berfungsi sebagai penopang jaringan ikat di kulit, tulang, tendon, ligamen, dan bagian tubuh
lainnya. Hemoglobin, oksigen-protein pengikat sel darah merah, merupakan contoh lain dari protein
globular dengan struktur kuaterner. Hemoglobin terdiri dari empat subunit polipeptida, dua polipeptida
jenis (alfa) dan dua polipeptida lain dari jenis (beta). Alfa dan subunit Beta terdiri dari struktur heliks
sekunder.
Ada 3 (tiga) fungsi penting yang harus dimiliki sistem imun yang sehat :
19
Transfer Factor tubuh ) sehingga bisa dengan cepat menolak serangan ulang di masa
depan.
Sistem imun yang sehat adalah sistem imun yang seimbangyang bisa meningkatkan
kemampuan tubuh dalam melawan penyakit. Sistem imun menyediakan kekebalan terhadap
suatu penyakit yang disebut imunitas. Respon imun adalah suatu cara yang dilakukan tubuh
untuk memberi respon terhadap masuknya patogen atau antigen tertentu ke dalam tubuh.
Sistem imun juga merupakan suatu sistem sirkulasi yang terpisah dari pembuluh darah yang
kesemuanya bekerja sama untuk menghilangkan infeksi dari tubuh. Organ sistem imun
terletak di seluruh tubuh, dan disebut organ limfoid
Yang termasuk innate immunity adalah : Makrofag, sel darah merah dan sel
assesories, selain itu juga bahan biokimia dan fisik barier seperti kulit yang
mensekresi lisosim dan dapat merusak bakteri seperti S.aureus. Sel lainnya adalah
natural killer, leukosit, sel ini cocok untuk mengenali perubahan permukaan pada
sel yang terinfeksi, seperti mengikat dan membunuh sel yang dipengaruhi oleh
interferon. Interferon adalah termasuk antibodi spesifik yang diproduksi oleh sel
target atau sel terinfeksi.
20
Faktor lain yang termasuk innate immunity adalah protein serum yang merupakan
protein fase akut. Protein ini mempunyai efek sebagai perlindungan melalui interaksi
komplek dengan komplemen, yang selanjutnya diikuti lisisnya agen penyakit.
21
Mekanisme kerja antibodi dalam tubuh :
1. Molekul antibodi yang menempel pada permukaan limfosit akan berikatan dengan
molekul yang ada pada permukaan sel bakteri yang masuk ke dalam tubuh dan
merangsang pembentukan limfosit sehingga dihasilkan antibodi yang sama dalam
jumlah besar.
2. Antibodi dalam jumlah besar akan mengikat bakteri dan diikuti dengan mekanisme
pertahanan sekunder oleh makrofag fagositosis dan komplemen.
Molekul antibodi terdiri atas 2 pasang struktur rangkaian yang masing-masing rangkaian
terdiri dari 2 rantai protein, yaitu rantai berat dan rantai ringan. Rantai berat (H) dan rantai
ringan (L) dihubungkan dengan ikatan disulfida, begitu pula antara struktur rangkaian yang
satu dengan yang lainnya.
Tiap rantai dibagi menjadi 2 area (domain), yaitu VL dan CL atau VH dan CH.
22
• VH dan VL mempunyai rangkaian asam amino yang sangat bervariasi sedangkan CH
dan CL mempunyai susunan asam amino yang relatif konstan.
• Perbedaan VH dan VL dari tiap antibodi menyebabkan antibodi mempunyai
spesifisitas yang berbeda untuk tiap jenis bakteri, sedangkan CH dan CL yang konstan
untuk tiap antibodi berfungsi sebagai mediator untuk fungsi sekunder sistim
imunologi.
• Tiap rantai terdiri dari 2 domain, domain bagian atas mempunyai terminal gugus amin
primer sedangkan domain bagian bawah merupakan terminal gugus karboksilat.
23
Molekul antibodi dapat difragmentasi sesuai dengan kebutuhan menggunakan enzim
papain dan pepsin.
24
1. IgG
2. IgA
25
3. Bersifat bakterisida dengan kondisinya sebagai lysozim yang ada dalam
cairan sekretori yang mengandung IgA
4. Bersifat antiviral dan glutinin yang efektif
3. IgE
Imunoglobulin E (IgE) memiliki peranan yang sangat penting dalam reaksi
alergi dn berhubungan dengan reaksi alergi hipersensivitas tipe 1 yaitu reaksi
antar antigen spesifik dan antibodi spesifik (IgE) yang terikat pada sel mast.
Antigen merangsang sel B untuk membentuk sel T Helper (Th). IgE diikat
oleh sel mast atau basofil melalui reseptor Fce. Apabila tubuh terpajan ulang
dengan antigen yang sama, maka antigen tersebut akan diikat oleh lgE yang
sudah ada pada permukaan sel mast atau basofil. Akibat ikatan
Antigen-IgE, sel mast atau basofil mengalami degranulasi dan melepas
mediator antara lain histamin yang menimbulkan gejala reaksi hipersensivitas
tipe 1. (Bratawidjaya,2006)
4. IgD
Immunoglobulin D (IgD) adalah imunoglobulin unik dengan konsentrasi
dalam serum jauh lebih rendah dari IgG, IgA, dan IgM tetapi jauh lebih tinggi
dari pada
26
IgE. Fungsi utama IgD belum diketahui tetapi merupakan imunoglobulin
permukaan sel limfosit B bersama IgM dan diduga berperan dalam
diferensiasi sel ini.
5. IgM.
Imunoglobulin M (IgM), salah satu jenis Imunoglobulin, merupakan antibodi
dalam respons imun primer terhadap kebanyakan antigen. IgM merupakan Ig
yang paling efisien dalam aktivasi komplemen (jalur klasik). Kebanyakan sel
B mengandung IgM pada permukaannya sebagai reseptor antigen. IgM
dibentuk paling dahulu pada respons imun primer dibanding dengan IgG,
karena itu kadar IgM yang tinggi dalam darahumbilikus merupakan petunjuk
adanya infeksi dini.
27
Gambar : bentuk imunoglobulin
Sistem Imun ini disebut Spesifik karena : dilakukan hanya oleh sel darah
putih Limfosit, membentuk kekebalan tubuh, dipicu oleh antigen (senyawa asing)
sehingga terjadi pembentukan antibodi dan setiap antibodi spesifik untuk antigen
tertentu. Limfosit berperan dalam imunitas yang diperantarai sel dan antibodi.
28
BAB V
KESIMPULAN
Protein adalah molekul makro yang mempunyai berat molekul antara limaribu
hingga beberapa juta. Protein terdiri atas rantai-rantai panjang asam aminoyang terikat
satu sama lain dalam ikatan peptida. Penggolongan protein berdasarkan bentuknya
yaitu protein globulardan protein serabut (fibrous). Dan struktur protein terdiri dari
protein primer, proteinsekunder, protein tersier, dan protein kuartener. Fungsi protein
antara lain ; sebagai biokatalisator (enzim), sebagai protein transport, sebagai pengatur
pergerakan, sebagai penunjang mekanis, pertahanan tubuh dalam bentuk antibodi,
sebagai media perambatan impulssaraf, sebagai pengendalian pertumbuhan. Dan
pencernaan protein, yaitu dari mulut, lambung, dan usus halus. Metabolisme protein
terdiri dari absorpsi dan transportasi protein, katabolisme protein, dan anabolisme
protein.
29
DAFTAR ISI
Campbell, et al. 2010. Biologi. Edisi ke Delapan Jilid 1. Diterjemahkan oleh: Damaring
Tyas Wulandari. Jakarta: Erlangga ____________. 2016. Biology. 11th edition.
California: Pearson Benjamin Cumming
Jurnal Edukasi dan Penelitian Informatika (JEPIN) Vol. 1, No. 2, (2015) oleh Toto
Haryanto dan Budiman Surya Ardi.
30