I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Blewah (Cucumis melo L var. Cantalupensis) adalah salah satu buah yang berasal dari
family labu-labuan yang cukup digemari di kalangan masyarakat Indonesia, selain karena
rasanya yang manis tekstur daging buahnya juga relatif lembut. Blewah umumnya berbentuk
bulat lonjong kulitnya berwarna jingga terang dan terdapat bercak kehijauan. Buah ini banyak
digunakan sebagai minuman penyegar di Asia Tenggara (Wikipedia). Blewah termasuk
family Cucurbitaceae, genus Cucumis, spesies Cucumis melo L var. Cantalupensis. Dari
klasifikasi diatas diketahui bahwa blewah memiliki kekerabatan yang sangat dekat dengan
melon.
Kandungan gizi blewah dalam 100 g diketahui cukup tinggi kalsium (9 mg),
karbohidrat (8,16 g), Mg (12 g), P (15 g), K (267 g), Na (16 g), vitamin C (36,7), folat (21
mg), beta karoten (2,029 mg) serta vitamin K (2,5 mg). Dengan mengonsumsi 100 g blewah
setelah dapat mencukupi setengah dari kebutuhan vitamin C dalam sehari. Secara umum
kandungan gizi dalam buah blewah bermanfaat untuk meningkatkan daya tahan tubuh,
menguatkan fungsi ginjal dan limpa serta menurunkan tekanan darah (George Foundation,
2006)
Menurut data BPS (2015a) terlihat bahwa produksi blewah pada setiap tahun
mengalami peningkatan, hal ini dilihat dari produksi blewah dari tahun 2010 sampai tahun
2015 berturut turut yaitu 30.668 ton/tahun, 62.928 ton/tahun, 57.921 ton/tahun, 26.493
ton/tahun, 39.152 ton/tahun. Produksi blewah sangat rendah bila dibandingkan dengan
tanaman hortikultura lainya misalkan melon berturut turut dari tahun 2010-2014 yaitu: 85.161
ton/tahun, 103.800 ton/tahun, 125.207 ton/ tahun, 150.347 ton/tahun BPS (2015b).
Kolkisin merupakan reagen yang menyebabkan poliploid dimana organisme
mempunyai lebih dari tiga set kromosom didalamnya. Pada penelitian yang dilakukan
Achmad et al. (2013) dimana terdapat perbedaan pertumbuhan dan produktivitas tanaman
cabai akibat berbagai konsentrasi kolkisin. Perbedaan konsentrasi mempengaruhi berat basah
tanaman, jumlah buah, berat basah buah pada konsentrasi 15 ppm. Konsentrasi ini efektif
untuk menginduksi poliploid pada masa produktivitas tanaman cabai.
Penelitian Mardianti (2014) menunjukkan bahwa perendaman biji melon dengan
mutagenic mengakibatan luas daun yang lebih luas, kepadatan stomata lebih tinggi, bobot
buah yang lebih tinggi, diameter buah namun tidak berpengaruh terhadap kandungan gula
pada buah.
Kembang sungsang merupakan tanaman yang digunakan sebagai obat tradisional
karena adanya senyawa kimia yang dikandungnya. Karakterisasi yang dilakukan terhadap
daun kebang sungsang menunjukkan Penetapan karakterisastik spesifik ekstrak etanol 70%
Kadar alkaloid yang dihitung sebagai kadar kolkisin sebesar 0,44% (Isnawati dan Arifin,
2006).
Kandungan senyawa kolkisin pada biji kembang sungsang lebih tinggi dibandingkan
pada umbinya hal ini dibuktikan dengan penelitian Rangga (2015). Kandungan kolkisin pada
biji kembang sungsang (Gloriosa superba L) yaitu sekitar 1,32 % atau 2-5 kali lebih banyak
jika dibandingkan dengan kandungan pada umbinya.penggunaan ekstrak etanolik dari biji
kembang sungsang sebagai substitusi kembang sungsang kurang efektif karena ketersediaan
bijinya yang sangat sedikit jika dibandingkan dengan umbi kembang sungsang.
Yuniasih (2011) menyatakan bahwa pemberian kolkisin pada konsentrasi 0.001%
dengan lama perendaman 6 jam dapat menginduksi kecambah melon tetraploid. Pada
penelitian tersebut juga dinyatakan bahwa kolkisin berpengaruh terhadap pembentukan
kromosom tetraploid pada tanaman melon pada konsentrasi 0.001-1% dengan IAA
perendaman 6-72 jam.
Penelitian yang dilakukan oleh Syukur (2002) yang dilakukan terhadap padi terlihat
bahwa adanya pembengkakan pada tunas yang menandakan adanya penggandaan kromosom.
Jumlah kromosom yang berlipat ganda menyebabkan isi sel yang semakin banyak sehingga
ukuran sel lebih besar daripada normalnya.
I.4 Hipotesis
Perendaman benih melon dengan kolkisin memberikan pengaruh terhadap
pertumbuhan, hasil dan kualitas buah melon sehingga perlu dilihat pengaruh EKS sebagai
pengganti kolkisin dalam untuk meningkatkan pertumbuhan, hasil dan kualitas blewah dengan
lama perendaman dan konsentrasi yang berbeda.
Faktor II
K0 : Benih direndam tanpa EKS
K1 : 4,175g/L EKS (setara dengan 0.25%)
K2 : 8,350g/L EKS (setara dengan 0.50%)
K3 :12,525g/L EKS (setara dengan 0.75%)
2.4. Tahapan Penelitian
1. Ekstraksi umbi kembang sungsang
Umbi kembang sungsang dipotong-potong setebal 2.0 mm lalu dikeringkan didalam
0
oven dengan temperature 75 C sampai kadar air konstan selanjutnya dihaluskan dengan
rotarymill dengan ukuran saringan 3/16 inch. Setelah halus, serbuk umbi kembang sungsang
diekstrak dengan cara memasukkan100g serbuk halus umbi kembang sungsang kedalam gelas
Erlenmeyer ukuran 100 mL dan kemudian ditambahkan campuran 70 mL etanol 70% dan 30
0
mL air. Campuran ini dipanaskan dengan hotplate dengan suhu 35 C selama 70 menit sampai
air dan etanolnya menguap hingga terbentuk endapan berupa padatan berwarna kecoklatan
Mardianti, 2014).
2. Pembuatan larutan kembang sungsang
Dalam 1.0g ekstrak etanolik kembang sungsang terkandung 0.6% kolkisin murni.
Untuk membuat konsentrasi 0.25% ini, 4,175 g ekstrak etanolik umbi kembang sungsang
dicampur dengan 1000 ml aquades dan diaduk dengan spatula hingga merata.
3. Persiapan media tanam
Media tanam yang digunakan dalam penelitian ini berupa campuran tanah, pupuk
kandang dan sekam dengan perbandingan 2:1:1. Tanah yang digunakan adalah tanah
topsoil yang diambil di sekitar Laboratorium Agronomi dengan ditambah kapur dolomit
sebanyak 5ton/ha (0,25 kg/polibag). Sebelum dicampur dengan dolomit, tanah mineral
terlebih dahulu disterilkan dengan menggunakan soil sterilizer selama 30 menit. Media yang
sudah dicampur dimasukkan kedalam polibag yang berukuran 40 cm x 50 cm sebanyak 10 kg.
Selanjutnya dilakukan pengaturan polibag di lahan dengan jarak antar polibag 30 cm.
4. Perendaman benih,
Benih blewah yang digunakan adalah benih blewah varietas Baladewa. Benih blewah
dipilih dengan ukuran dan berat yang seragam dan direndam di dalam cawan petri yang berisi
larutan mutagen sesuai dengan perlakuannya.
5. Pengamatan pembelahan kromosom
Pengamatan pembelahan kromosom dilakukan setelah dilakukan perendaman terhadap
benih blewah sesuai dengan konsentrasi maupun lama perendaman sesuai dengan perlakuan
yang ditentukan. Benih yang sudah direndam disimpan didalam koran yang dilembabkan
untuk memacu perkecambahan. Akar yang sudah muncul nantinya akan diamati dibawah
mikroskop untuk melihat ada tidaknya penggandaan kromosom pada akar tanaman.
6. Penanaman
Benih yang sudah direndam sesuai dengan perlakuan ditanam didalam polybag.
Dalam setiap polybag ditanam satu benih blewah dengan kedalaman 2 cm. Dalam setiap
lubang tanam diberi carbufuron sebanyak lima butir untuk menghindari serangan hama.
7. Pemeliharaan tanaman
Pemeliharaan yang dilakukan meliputi beberapa kegiatan, yaitu :
a) Penyiraman
Penyiraman akan dilakukan setiap hari pada sore atau pagi hari. Penyiraman dilakukan
untuk menjaga kelembaban tanah terutama pada fase pertumbuhan tanaman yakni 1-7 HST
b) Penyiangan
Penyiangan dilakukan dengan mencabut rumput yang tumbuh pada polybag agar
tidak ada pebagian unsur hara antara tanaman dan gulma.
c) Pemupukan
Pemupukan dilakukan sesuai dosis yang dianjurkan yaitu 300 kg Urea, 200 kg SP36
dan 200 kg KCl. Ketika tanaman memasuki fase generative diberikan pupuk tambahan 100
kg NPK 16:16:16.Urea yang diberikan setara dengan 7,1 g/ polibag, SP36 sebanyak 4,7 g
-1 -1 -1
polibag , KCL sebanyak 4,7g polibag , dan NPK mutiara 2,4 g polibag . Pemberian urea
dilakukan satu kali pada umur 14 hari setelah tanam (HST) dengan cara ditugal, SP36 satu
kali pada awal tanam dengan cara disebar, NPK 16:16:16 setiap satu minggu sekali dengan
cara dilarutkan dalam air, dan KCl dua kali setelah memasuki fase generatif pada minggu
kelima.
d) Pengikatan
Pengikatan tanaman blewah dilakukan dengan menggunakan benang agar tanaman
tersebut tidak roboh dan agar dapat merambat. Pengikatan mulai dilakukan ketika tanaman
berumur 25 HST saat tanaman blewah mulai merambat atau tanaman sudah memiliki sulur.
e) Pengendalian hama dan penyakit
Pengendalian hama dan penyakit tanaman dilakukan apabila sudah terdapat indikasi
gejala serangan pada tanaman. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan menggunakan
insektisida dan fungisida.
f) Pemanenan
Pemanenan buah blewah dilakukan pada buah blewah yang telah memiliki ciri-ciri
seperti warna kulit buah menguning, pangkal tangkai buah mudah lepas dan buah terasa
lembek. Pemanenan dilakukan dengan memotong tangkai buah menggunakan gunting.
30 CM
30 CM
K0L3U2 K0L3U2 K1L2U3 K1L2U3 K1L2U1 K1L2U1
0.006 X = 1
X = 1/0.006