Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN AIR

Konsumsi Oksigen pada Ikan Mas

Disusun oleh : Kelompok 2 FPIK B Aghnia Nur Islami Arvilia Humsari 230110120087 230110120097

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran 2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Akhir Praktikum dengan judul Konsumsi Oksigen pada Ikan Mas ini tepat pada waktunya. Kami menyadari sepenuhnya bahwa laporan akhir praktikum ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari seluruh pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan laporan di masa mendatang. Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan dalam penyusunan laporan ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin. Demikian laporan ini kami buat semoga bermanfaat bagi kami dan khususnya untuk para pembaca.

Jatinangor, Oktober 2013

Penyusun,

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 1.1 1.2 1.3 Latar Belakang Tujuan Manfaat

i ii

1 2 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 Klasifikasi Ikan Mas Morfologi Ikan Mas Anatomi Ikan Mas Habitat Ikan Mas Titrasi Oksigen Terlarut Oksigen Terlarut pada Ikan 3 2 2 4 5 6 7

BAB III METODE KERJA 3.1 3.2 3.3 Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Prosedur Praktikum 8 8 9

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 4.2 Hasil Pengamatan Pembahasan 11 12

BAB V PENUTUP 5.1 5.2 Daftar Pustaka Lampiran Kesimpulan Saran 15 15 16 17

ii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perikanan merupakan suatu bidang ilmu yang terus berubah dan berkembang. Sebagai ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berhubungan dengan penangkapan, pemiaraan, dan pembudidayaan ikan, ilmu perikanan sangat membantu pencapaian sasaran pembangunan nasional, yakni masyarakat maritim yang mandiri. Karenanya ilmu perikanan harus dikaji dan dikembangkan terutama oleh dosen dan mahasiswa perikanan sebagai ujung tombak pengembangan dan penerapan teknologi perikanan (Fujaya, 2004). Fisiologi dapat di definisikan sebagai ilmu yang mempelajari fungsi, mekanisme dan cara kerja dari organ, jaringan dan sel-sel organisme. Fisiologi mencoba menerangkan faktorfaktor fisika dan kimia yang mempengaruhi seluruh proses kehidupan. Fisiologi ikan mencakup penginderaan, komunikasi antara sel/organ, osmoregulasi peredaran darah, pernafasan, pencernaan, pertumbuhan dan reproduksi ( Fujaya, 2004). Oksigen sebagai bahan pernafasan dibutuhkan oleh sel untuk berbagai reaksi metabolisme. Oleh sebab itu, kelangsungan hidup ikan sangat di tentukan oleh kemampuannya memperoleh oksigen yang cukup dari lingkungannya. Berkurangnya oksigen terlarut dalam perairan, tentu saja akan mempengaruhi fisiologi respirasi ikan, dan hanya ikan yang memiliki system respirasi yang sesuai dapat bertahan hidup (Fujaya,2004). Poikilotermik merupakan salah satu dari kompensasi fisiologis dimana organisme dapat berhasil hidup dalam lingkungan yang berubah-rubah, pengertiannya yaitu keadaan dimana suhu tubuh berfluktasi sesuai dengan suhulingkungan, kondisi ini ditemukan pada beberapa hewan invertebrate danvertebrata tingkat rendah. Ikan merupakan hewan yang bersifat poikilotermik, suhu tubuhnya mengikuti suhu lingkungan. Bagi hewan akuatik, suhu media air merupakan faktor pembatas , oleh karena itu perubahan suhu media air akan mempengaruhi kandungan oksigen terlarut, yang akan berakibat pada laju pernafasan dan laju metabolisme hewan akuatik tersebut. Kebutuhan oksigen ikan sangat dipengaruhi umur, aktivitas, serta kondisi perairan. Semakin tua suatu organisme, laju metabolismenya semakin rendah. Selain itu, umur mempengaruhi ukuran ikan, sedangkan ukuran ikan yang berbeda membutuhkan oksigen 1

yang berbeda pula. Semakin besar ukuran ikan, jumlah konsumsi oksigen per mg berat badan semakin rendah. Selain perbedaan ukuran, perbedaan aktivitas juga menyebabkan perbedaan kebutuhan oksigen. Namun demikian, pemenuhan kebutuhan ini sangat ditentukan oleh kondisi perairan terutama kelarutan oksigen ( Fujaya,2004 ). Ikan membutuhkan oksigen untuk proses penguraian makanan dalam tubuhnya dan ke semua komponen proses metabolisme membutuhkan oksigen. Proses masuknya oksigen dengan cara difusi kedalam tubuh ikan melewati organ insang dan keluarnya CO2 ke lingkungan perairan bebas diluar tubuh ikan di sebut dengan pernapasan. Oleh karena itu kebutuhan oksigen dalam air harus tetap terjaga karena kekurangan oksigen akan mengakibatkan biota yang kita pelihara bersaing satu sama lain untuk memenuhi kebutuhan oksigennya yang mengakibatkan stres sampai dengan kematian total (Firdau, 2011). Ikan mas merupakan salah satu jenis ikan yang sensitif terhadap kandungan oksigen terlarut dalam media air tempat hidupnya. 1.2 Tujuan Praktikum Tujuan dari praktikum ini adalah menghitung konsumsi oksigen ikan mas yang

sensitif terhadap kadar oksigen terlarut di media hidupnya. 1.3 Manfaat Praktikum Mengetahui seberapa sensitif ikan mas terhadap kadar oksigen terlarut dan menghitung jumlah konsumsi oksigen terlarut pada ikan mas.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Ikan Mas Kingdom Phylum Class Ordo Family Species 2.2 : Animalia : Cordata : Actinoptryangii : Cyprinidae : Cyprinus : Cyprinus carpio

Morfologi Ikan Mas Morfologi Ikan mas memiliki bentuk tubuh berbentuk gelendong pipih(memanjang

dan memipih agak tegak) ,kepala terbentang mulai dari ujung moncong sampai dengan akhiroprculum (tutup insang), pada mulut terdapat di ujung muka moncong yang terdapat mempunyai rahang yang bergigi baik dan dapat disembulkan. Sebelah dorsal moncong terdapat sepasang fovea nasalis (lubang hidung sebelah luar) yang sebelah dalamnya terdapat sacci olfactorius, matanya terlatak disebelah lateral tanpa kelopak mata, dan di sebelah mata terdapat sisir insang. Pada anus dan aperture uregenitas terdapat dimuka pina analis. Hampir seluruh tubuh ikan mas ditutupi oleh sisik. Hanya sebagian kecil saja yang tidak tertutupi sisik. Sisik ikan mas berukuran relatif besar dan digolongkan dalam sisik tipe sikloid. Selain itu, tubuh ikan mas dilengkapi sirip. 2.3 Anatomi Ikan Mas Pada ikan mas terdapat jantung (cor) yang berfungsi sebagai pemompa darah keseluruh tubuh, hati (Hepar), gelembung renang (Swim bladder), ginjal (Ren), lambung (ventriculum) sebagai tempatpenyimpanan makanan dan usus (Intestinum). Ikan mas bernapas dengan insang yang terdapat pada sisi kiri dan kanan kepala. Masing- masing mempunyai empat buah insang yang ditutup oleh tutup insang (operkulum). 3

Proses pernapasan pada ikan adalah dengan cara membuka dan menutup mulut secara bergantian dengan membuka dan menutup tutup insang. Pada waktu mulut membuka, air masuk ke dalam rongga mulut sedangkan tutup insang menutup. Oksigen yang terlarut dalam airmasuk berdifusi ke dalam pembuluh kapiler darah yang terdapatdalam insang. Dan pada waktu menutup, tutup insang membuka dan air dari rongga mulut keluar melalui insang. Bersamaan dengan keluarnya air melalui insang, karbondioksida dikeluarkan. Pertukaran oksigen dan karbondioksida terjadi pada lembaran insang. Sistem peredaran darah terdiri atas jantung, arteri, kapiler-kapiler, konus, ventrikel, arterium, sinus venosus dan darah. Sistem peredaran darah pada ikan mas ada dua yaitu, sistem peredaran darah tertutup dan peredaran darah tunggal. Sistem peredaran darah tunggal, darah melalui jantung hanya satu kali. Jantung ikan terdiri dari dua ruangan, yaitu satu atrium (serambi) dan satu ventrikel (bilik). Di antara atrium dan ventrikel terdapat klep yang mengalirkan darah dari atrium ke ventrikel. Sistem pencernaan ikan mas terdiri dari mulut, kerongkongan, lambung, usus dan anus, kelenjar pencernaan terdiri dari hati dan pancreas, di dalam rongga mulut ikan terdapat gigi-gigi dan lidah. Ikan mas tidak memiliki kelenjar ludah, tetapi memiliki kelenjar lendir, yang berguna untuk membantu pencernaan makan. Pada system reproduksi seks terpisah, pada ikan jantan terdapat sepasang testis yang membesar pada masa perkawinan. Melalui fase diferens sperma yang dikelurkan lewat papila urogenitalis. Pada hewan betina sel telur akan keluar dari ovary melalui oviduct yang selanjutnya keluar melalui papila urogenitalis. Pembuahan umunya terjadi diluar. 2.4 Habitat Ikan Mas Ikan mas menyukai tempat hidup (habitat) di perairan tawar yang airnya tidak terlalu dalam dan alirannya tidak terlalu deras, seperti di pinggiran sungai atau danau. Ikan mas dapat hidup baik di daerah dengan ketinggian 150-600 meter di atas permukaan air laut (dpl) dan pada suhu 25-30 C. Meskipun tergolong ikan air tawar, ikan mas kadang-kadang ditemukan di perairan payau atau muara sungai yang bersalinitas (kadar garam) 25-30%.

2.5

Titrasi Titrasi merupakan metode analisa kimia secara kuantitatif yang biasa digunakan

dalam laboratorium untuk menentukan konsentrasi dari reaktan. Karena pengukuran volum memainkan peranan penting dalam titrasi, maka teknik ini juga dikenali dengan analisa volumetrik. Analisis titrimetri merupakan satu dari bagian utama dari kimia analitik dan perhitungannya berdasarkan hubungan stoikhiometri dari reaksi-reaksi kimia. Titrasi adalah proses penentuan banyaknya suatu larutan dengan konsentrasi yang diketahui dan diperlukan untuk bereaksi secara lengkap dengan sejumlah contoh tertentu yang akan di analisis. Prosedur analitis yang melibatkan titrasi dengan larutan-larutan yang konsentrasinya diketahui disebut analisis volumetri. Dalam analisis larutan asam dan basa, titrasi melibatkan pengukuran yang seksama, volume-volume suatu asam dan suatu basa yang tepat saling menetralkan (Keenan, 1998). Pada proses titrasi ini digunakan suatu indikator yaitu suatu zat yang ditambahkan sampai seluruh reaksi selesai yang dinyatakan dengan perubahan warna. Perubahan warna menandakan telah tercapainya titik akhir titrasi (Brady, 1999). Larutan basa yang akan diteteskan (titran) dimasukkan ke dalam buret (pipa panjang berskala) dan jumlah yang terpakai dapat diketahui dari tinggi sebelum dan

sesudah titrasi. Larutan asam yang dititrasi dimasukkan ke dalam gelas kimia (erlenmeyer) dengan mengukur volumenya terlebih dahulu dengan memakai pipet gondok. Untuk mengamati titik ekivalen, dipakai indikator yang warnanya disekitar titik ekivalen. Dalam titrasi yang diamati adalah titik akhir bukan titik ekivalen (syukri, 1999). Asidimetri adalah pengukuran konsentrasi asam dengan menggunakan larutan baku basa, sedangkan alkalimeteri adalah pengukuran konsentrasi basa dengan menggunakan larutan baku asam. Oleh sebab itu, keduanya disebut juga sebagai titrasi asam-basa. Titrasi adalah proses mengukur volume larutan yang terdapat dalam buret yang ditambahkan ke dalam larutan lain yang diketahui volumenya sampai terjadi reaksi sempurna. Atau dengan perkataan lain untuk mengukur volume titran yang diperlukan untuk mencapai titik ekivalen. Titik ekivalen adalah saat yang menunjukkan bahwa ekivalen perekasi-pereaksi sama. Di dalam prakteknya titik ekivalen sukar diamati, karena hanya meruapakan titik akhir teoritis atau titik akhir stoikometri. Hal ini diatasi dengan pemberian indikator asam-basa yang membantu sehingga titik akhir titrasi dapat diketahui. Titik akhir titrasi meruapakan keadaan 5

di mana penambahan satu tetes zat penitrasi (titran) akan menyebabkan perubahan warna indikator (Anonim a, 2010). Titrasi asidi-alkalimetri menyangkut reaksi dengan asam kuat-basa kuat, asam kuatbasa lemah, asam lemah-basa kuat, asam kuat-garam dari asam lemah, basa kuat-garam dari basa lemah. Titrasi ini menggunakan indikator pH atau indikator asam-basa sebagai penanda karena memiliki sifat dapat berubah warna apabila pH lingkungannya berubah. Warna asam ialah sebutan warna indikator ketika dalam keadaan asam dan warna basa ketika dalam keadaan basa (Harjadi 1986). 2.6 Oksigen Terlarut Oksigen terlarut merupakan jumlah kandungan oksigen yang terkandung dalam suatu perairan. Oksigen tersebut dapat berupa hasil dari fotosintesis tumbuhan akuatik. Oksigen ini sangat diperlukan oleh organisme yang hidup di dalam air (Hutabarat dan Evans, 1984). Oksigen terlarut merupakan kebutuhan yang vital bagi kelangsungan hidup organisme suatu perairan. Oksigen terlarut diambil oleh organisme perairan melalui respirasi untuk pertumbuhan, reproduksi, dan kesuburan. Menurunnya kadar oksigen terlarut dapat mengurangi efesien pengambilan oksigen oleh biota laut, sehingga dapat menurunkan kemampuan untuk hidup normal dalam lingkungan hidupnya. Umumnya oksigen dijumpai di lapisan permukaan karena oksigen dari udara di dekatnya dapat secara langsung larut (berdifusi ke dalam air laut). Phytoplankton juga membantu meningkatkan kadar oksigen terlarut pada siang hari. Penambahan ini disebabkan oleh terlepasnya gas oksigen sebagai hasil fotosintesis (Hutabarat dan Evans, 1984). Oksigen terlarut diambil oleh organisme perairan melalui respirasi untuk pertumbuhan, reproduksi, dan kesuburan. Menurunnya kadar oksigen terlarut dapat

mengurangi efesiensi pengambilan oksigen oleh biota laut, sehingga dapat menurunkan kemampuan untuk hidup normal dalam lingkungan hidupnya (Hutabarat dan Evans, 1984). Kelarutan oksigen dalam air dapat dipengaruhi oleh suhu, tekanan parsial gas-gas yang ada di udara maupun yang ada di air, salinitas serta persenyawaan unsur-unsur mudah teroksidasi di dalam air. Kelarutan tersebut akan menurun apabila suhu dan salinitas meningkat, oksigen terlarut dalam suatu perairan juga akan menurun akibat pembusukan-

pembusukan dan respirasi dari hewan dan tumbuhan yang kemudian diikuti dengan meningkatnya CO2 bebas serta menurunnya pH (Nybakken, 1992). Menurut Ismail 1994 bahwa kandungan oksigen terlarut 2 mgr/L adalah kandungan minimal yang cukup untuk mendukung kehidupan organisme perairan secara normal. Agar kehidupan dapat layak dan kegiatan perikanan berhasil maka kandungan oksigen terlarut harus tidak boleh kurang daripada 4 ppm sedangkan perairan mengandung 5 mgr/L oksigen pada suhu 20 30 oC masih dipandang sebagi air yang cukup baik utuk kehidupan ikan. Sedangkan standar DO yang berlaku yaitu 2 - 4 mgr/L. Idealnya, kandungan oksigen terlarut tidak boleh kurang dari 1,7 ppm selama waktu 8 jam dengan sedikitnya pada tingkat kejenuhan sebesar 70% (Huet, 1970). KLH menetapkan bahwa kandungan oksigen terlarut adalah 5 ppm untuk kepentingan wisata bahari dan biota laut (Anonimous, 2004). Oksigen memegang peranan penting sebagai indikator kualitas perairan, karena oksigen terlarut berperan dalam proses oksidasi dan reduksi bahan organik dan anorganik. Selain itu, oksigen juga menentukan khan biologis yang dilakukan oleh organisme aerobik atau anaerobik. Berdasarkan kandungan (oksigen terlarut), maka pengelompokan kualitas perairan air laut dapat dibagi menjadi empat macam yaitu tidak tercemar (> 6,5 mgr/l ), tercemar ringan (4,5 6,5 mgr/l), tercemar sedang (2,0 4,4 mgr/l) dan tercemar berat (< 2,0 mgr/l) (Odum, 1971). 2.7 Oksigen Terlarut pada Ikan Oksigen yang terlarut atau tersedia bagi hewan air jauh lebih sedikit daripada hewan darat yang hidup dalam lingkungan dengan 21% oksigen (Ville, et. al, 1988). Ikan dapat hidup di dalam air dan mengkonsumsi oksigen karena ikan mempunyai insang. Insang memberikan permukaan luas yang dibasahi oleh air. Oksigen yang terlarut di dalam air akan berdifusi ke dalam sel-sel insang ke jaringan ke sebelah dalam dari badan (Kimball, 1988). Yuwono (2001) menyatakan bahwa konsumsi oksigen pada ikan berbanding terbalik dengan berat tubuh ikan dan volume ikan, sedangkan Jolyet dan Regnart dalam Zonneveld (1991), yang menemukan bahwa konsumsi oksigen seiring dengan peningkatan berat tubuh.

Menurut Prosser dan Brown, (1961), standar nilai konsumsi oksigen untuk hewan poikiloterm dari ikan air tawar adalah 0,349 mg/g/jam pada suhu 15oC. Kecepatan konsumsi oksigen hewan poikiloterm akan naik dua kali lipat setiap kenaikan suhu sebesar 10oC. Kebutuhan konsumsi oksigen ikan mempunyai spesifitas yaitu kebutuhan lingkungan bagi spesies tertentu dan kebutuhan konsumtif yang bergantung pada kebutuhan dan keadaan metabolisme ikan. Perbedaan kebutuhan oksigen dalam suatu lingkungan bagi ikan dari spesies tertentu disebabkan oleh adanya perbedaan struktural molekul darah yang mempengaruhi hubungan antara tekanan parsial oksigen dalam air dan derajat kejenuhan dalam sel darah. Ketersediaan oksigen bagi ikan menentukan aktifitas ikan (Barner, 1963). Faktor yang mempengaruhi konsumsi oksigen pada ikan menurut Zonneveld (1991), antara lain: 1. Aktivitas , ikan dengan aktivitas tinggi misalnya ikan yang aktif berenang akan mengkonsumsi oksigen jauh lebih banyak dari pada ikan yang tidak aktif. 2. Ukuran, ikan dengan ukuran lebih kecil, kecepatan metabolismenya lebih tinggi daripada ikan yang berukuran besar sehingga oksigen yang dikonsumsi lebih banyak. 3. Umur, ikan yang berumur masih muda akan mengkonsumsi oksigen lebih banyak dari pada ikan yang lebih tua. 4. Temperatur, ikan yang berada pada temperatur tinggi laju metabolismenya juga tinggi sehingga konsumsi oksigen lebih banyak. Menurut Fathuddin et al (2003), jumlah oksigen terlarut dalam air apabila hanya 1,5 mg/L maka kadar oksigennya berkurang. Konsumsi oksigen pada juvenil ikan bandengan dipengaruhi oleh jumlah kadar Zn pada air. Juvenil ikan bandeng yang terkontaminasi logam Zn sebanyak 0.01 ppm mengkonsumsi oksigen lebih tinggi dari pada ikan yang tidak terkontaminasi. Menurut Hickling (1986), oksigen terlarut apabila dalam jumlah banyak ikanikan memang jarang sekali mati tetapi pada keadaan tertentu hal yang demikian dapat mengakibatkan ikan mati juga, sebab dalam pembuluh darah terjadi emboli gas yang mengakibatkan tertutupnya pembuluh-pembuluh rambu tdlam daun-daun insang.

BAB III METODELOGI PRAKTIKUM

3.1

Waktu dan Tempat : 10 Oktober 2013 : 08.00 s/d 9.40 : Laboratorium Fisiologi Hewan Air FPIK UNPAD

Tanggal Waktu Tempat

3.2

Alat dan Bahan 3.2.1. Alat 1. Wadah plastik, untuk tempat percobaan 2. DO meter atau seperangkat alat titrasi dengan metode Winkler 3. Jam tangan, untuk penunjuk waktu 4. Timbangan, untuk mengukur bobot ikan 5. Cling wrap, bahan pelapis/penutup terbuat dari plastik

3.2.2. Bahan 1. Ikan mas 2. Reagen untuk titrasi oksigen terlarut dengan metode Winkler

3.3.

Cara Kerja 1. Menyiapkan wadah plastik yang telah diisi air penuh 9

2. Mengukur oksigen terlarutnya dengan menggunakan DO meter atau titrasi metode Winkler, kemudian dicatat hasilnya. 3. Menimbang ikan, lalu dicatat bobotnya 4. Memasukkan ikan dengan hati-hati tanpa ada air yang memercik 5. Menutup wadah percobaan dengan cling wrap, agar tidak ada kontak dengan udara luar 6. Wadah percobaan dibiarkan selama 30 menit 7. Setelah selesai, penutup plastik dibuka kemudian ikan dipindahkan secara hati-hati, jangan sampai terjadi percikan air, lalu mengukur oksigen terlarut pada media air wadah percobaan tersebut dengan menggunakan DO meter atau titrasi metode Winkler, dicatat hasilnya. 8. DO awal - DO akhir adalah konsumsi oksigen ikan tersebut

10

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan A. Hasil Pengamatan Kelompok 1-7 di Laboratorium FHA

Kelompok 1 2 3 4 5 6 7

Bobot Ikan (g) 96 85 109 82 58 113 79

DOawal (mg/l)

DOakhir (mg/l) 2.0 1.8

Konsumsi O2 (mg/l) 0.1 0.117 0.114 0.134 0.172 0.104 0.139

6.8

0.6 1.3 1.8 0.9 1.3

B. Hasil Pengamatan Kelompok 8-14 di Laboratorium Akuakultur Kelompok Bobot Ikan 8 9 10 11 12 13 14 68 95.6 76 73 83 73 84 7.3 DOawal (mg/l) DOakhir (mg/l) 4.0 2.0 3.4 2.8 1.5 2.3 2.7 Konsumsi O2 (mg/l) 0.09 0.11 0.1 0.123 0.14 0.137 0.109

11

C. Hasil Pengamatan Kelompok 15-23 di Laboratorium MSP Kelompok 15 16 17 18 19 20 21 22 23 Bobot Ikan (g) 62.48 82.95 55.47 109.65 74.47 70.05 62.07 84.98 86.07 4 DOawal (mg/l) DOakhir (mg/l) 2.1 2.5 1.13 1.45 2.8 2.06 1.6 2.16 1.8 Konsumsi O2 (mg/l) 0.06 0.36 0.04 0.01 0.07 0.05 0.05 0.05 0.04

4.2. Pembahasan Pada praktikum kali ini kita melakukan perhitungan jumlah konsumsi oksigen pada ikan mas dengan menggunakan alat bantu yaitu DO meter dan titrasi dengan metode Winkler. Penghitungan DO awal dilakukan sebelum ikan dimasukkan ke dalam media uji. Sedangkan penghitungan DO akhir dilakukan setelah ikan didiamkan selama 30 menit di dalam media uji yang ditutupi oleh plastic wrap. Setelah melakukan pengamatan, kelompok kami mendapat hasil bahwa konsumsi oksigen pada sampel ikan mas kami adalah 0.117 mg/L. Hasil ini didapat dari perhitungan menggunakan rumus berikut : Konsumsi Oksigen = Konsumsi oksigen =

6.81.8 85

x 2 = 0.117 mg/L

Telah disebutkan sebelumnya bahwa ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi konsumsi oksigen pada ikan, salah satunya adalah bobot tubuh ikan. Sampel ikan mas kelompok kami memiliki bobot tubuh 85 gram sedangkan kelompok lain memiliki bobot tubuh yang berbeda sehingga menghasilkan konsumsi oksigen yang berbeda pula. Untuk membuktikan hal tersebut kita lakukan perbandingan dengan kelompok yang masih satu laboratorium dengan DO awal sama yaitu 6.8 mg/L.

12

Kita ambil contoh kelompok 6 yang bobot ikan mas nya lebih berat yaitu 113 gram, ikan mas tersebut mengkonsumsi oksigen sebanyak 0.104 mg/L. Hal ini berarti bahwa ikan dengan bobot yang lebih berat akan mengonsumsi oksigen lebih sedikit dibandingkan ikan yang lebih ringan karena kecepatan metabolismenya lebih rendah. Begitupun sebaliknya, dibandingkan dengan ikan yang ukurannya lebih kecil, ikan yang berukuran besar mengonsumsi oksigen lebih banyak karena kecepatan metabolismenya lebih tinggi. Sebagai contohnya adalah ikan mas kelompok 5 dengan bobot ikan sebesar 58 dapat mengonsumsi oksigen sebanyak 0.172 mg/L. Hal yang sama terdapat pada laboratorium akuakultur yang memiliki DO awal 7.3 mg/L. Ikan mas yang paling berat bobotnya yaitu 95.6 gram milik kelompok 9 mengonsumsi oksigen sebanyak 0.11 mg/L. Sedangkan ikan mas yang bobotnya ringan yaitu 73 gram milik kelompok 13 dapat mengonsumsi oksigen sebanyak 0.137 mg/L. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin ringan bobot ikan, atau semakin kecil ukuran ikan, maka semakin banyak konsumsi oksigennya. Sebaliknya, semakin berat bobot ikan atau semakin besar ukurannya, maka semakin sedikit konsumsi oksigennya. Ini dikarenakan ikan kecil lebih banyak membutuhkan oksigen lebih banyak untuk digunakan dalam pembentukan sel-sel yang ada dalam tubuhnya dan juga untuk pertumbuhan, sedangkan ikan besar hanya membutuhkan oksigen untuk mempertahankan hidup. Tetapi jika dilihat lebih seksama, terjadi perbedaan pada kelompok 8 di laboratorium akuakultur dengan ikan mas yang berbobot 68 gram. Ikan mas tersebut mengonsumsi oksigen sebanyak 0.09 mg/L. Hal ini berbanding terbalik dengan yang seharusnya, jumlah konsumsi oksigen ikan kecil lebih sedikit dari pada jumlah oksigen yang digunakan oleh ikan besar. Ini dikarenakan karena perbandingan bentuk tubuh antara ikan besar dan ikan kecil tidak terlalu berbeda. Kebutuhan oksigen untuk tiap jenis biota air berbeda-beda, tergantung dari jenisnya dan kemampuan untuk beradaptasi dengan naik turunnya kandungan oksigen. Sedangkan hasil pengamatan pada laboratorium MSP terjadi perbedaan-perbedaan dibandingkan dengan laboratorium FHA dan Akuakultur. Ikan yang lebih berat mengonsumsi oksigen lebih banyak, yaitu ikan mas kelompok 18 dengan berat ikan 109.65 gram yang mengonsumsi oksigen sebanyak 2.55 mg/L. Sedangkan ikan yang beratnya lebih kecil yaitu ikan kelompok 19 dengan berat ikan 74.47 gram mengonsumsi ikan sebanyak 1.2g/L. Hal ini mungkin disebabkan karena perbedaan ukuran tidak terlalu jauh dan konsumsi oksigen setiap ikan berbeda dan mungkin juga karena ada factor lingkungan yang mempengaruhi misalnya temperatur.

13

Selain dari faktor ukuran atau berat tubuh ikan, sebenarnya ada beberapa faktor lainnya yang mempengaruhi konsumsi oksigen bagi ikan, yaitu aktivitas, umur, dan temperatur. Aktivitas ikan yang lebih aktif dalam berenang misalnya, membutuhkan oksigen yang lebih banyak daripada ikan yang tidak aktif. Kemudian ikan yang berumur lebih muda akan lebih banyak pula mengonsumsi oksigen dibandingkan ikan yang lebih tua. Terakhir adalah ikan yang hidup pada temperatur yang tinggi, yang laju metabolismenya tentu lebih tinggi menyebabkan ikan tersebut harus mengonsumsi oksigen yang lebih banyak dibandingkan ikan yang hidup pada temperature rendah.

14

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari hasil praktikum konsumsi oksigen pada ikan mas ini, dapat disimpulkan bahwa konsumsi oksigen dipengaruhi oleh berat dan ukuran ikan, aktivitas ikan, umur ikan, dan temperatur. Konsumsi oksigen ini berpengaruh terhadap laju metabolism ikan. Semakin banyak oksigen yang dikonsumsi, berarti laju metabolismenya tinggi. Ikan yang memiliki bobot ikan lebih besar dengan ukuran yang lebih besar akan mengonsumsi oksigen lebih sedikit dibandingkan dengan ikan yang memiliki bobot dan ukuran lebih kecil yang mengonsumsi oksigen lebih banyak. Ikan yang memiliki aktivitas tinggi, berumur lebih muda dan tinggal di tempat yang bertemperatur tinggi akan mengonsumsi oksigen yang lebih banyak pula dibandingkan dengan ikan yang beraktivitas rendah, berumur tua, dan tinggal di tempat yang bertemperatur rendah.

5.2

Saran Praktikum dilakukan dengan lebih hati-hati terutama dalam penggunaan alat agar

tidak terjadi kesalahan-kesalahan. Praktikan harus lebih teliti dalam menghitung dan menganalisa data.

15

DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Ikan_mas diakses 10 oktober 2013 pukul 19:37 http://dzali.noiaenterprise.com/pengertian-titrasi/ diakses 10 oktober 2013 pukul 19:57 Odum,E.P., 1971, Fundamental Of Ecology, Third Edition. Sounder Company.Toronto. Nybakken, J, W. 1992. Biologi Laut ;Suatu Pendekatan Ekologis. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Hutabarat dan Evans, 1984, Pengantar Oceanografi, Universitas Indonesia, Jakarta.

16

LAMPIRAN 1. Alat dan Bahan Titrasi

Asam Sulfat

O2 Reagent

Thiosulfat

Gelas Ukur

Botol Winkler

MnSO4

Buret

Pipet

Erlenmey er

17

2. DO meter

18

3. Timbangan

4. Wadah Plastik

5.

Cling Wrap

19

Anda mungkin juga menyukai