Anda di halaman 1dari 25

1

I.PENDAHULUAN

A.1 Latar belakang

Limnologi adalah ilmu yang mempelajari tentang air tawar dengan segala

aspeknya baik fisik, kimia, dan biologi. Limnologi dapat di artikan pula sebagai

cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang sifat dan struktur dari perairan

daratan yang meliputi mata air, sungai danau, kolam dan lingkungan seperti

parameter fisik, kimia sertainteraksinya dengan kehidupan dari berbagai jenis air

(Barus, 2002)

Air menutupi lebih dari 70% permukaan bumi. Sifat-sifat fisika dan kimia air

sangat penting dalam ekologi. Air merupakan media pengangkutan yang ideal

bagi molekul-molekul melalui tubuh organisme, karena air merupakan pelarut yang

kuat tanpa menjadi sangat aktif secara kimia. Tegangan permukaan air yang tinggi

menyebabkan pergerakan air melewati organisme, dan juga bertanggung jawab bagi

kenaikkan tinggi air tanah. Rapatan air yang tinggi tidak hanya mendukung bobot

tubuh secara sebagian maupun seutuhnya, namun juga memungkinkan hadirnya

organisme tersuspensi. Habitat-habitat perairan dibagi dalam tiga kategori utama,

yaitu sistem air tawar, estuarin dan lautan (Asmawi, 1986).

Walaupun habitat air tawar menempati sebagian kecil dari permukaan bumi

bila dibandingkan dengan habitat lainnya, namun mempunyai arti yang sangat

penting. Sebagai pelarut yang baik, air mengandung zat-zat kimia yang terlarut

di dalamnya. Penggunaan senyawa ini dalam aktivitas metabolik tumbuhan dan


2

hewan perairan menyebabkan perubuhan susunan kimiawi air, dengan demikian

pengetahuan Acuan praktikum limnology mengenai keadaan ini penting untuk

memahami hubungan yang rumit antara komponen-komponen biotik dan abiotik.

Badan air tawar dibagi menjadi dua kategori umum, yaitu air diam seperti kolam,

danau, situ, rawa, telaga dan waduk serta air mengalir (sungai). Air diam

digolongkan sebagai sistem lentik sedangkan air mengalir disebut sistem lotik . Studi

mengenai air tawar dikenal sebagai Limnologi. Penelitian-penelitian badan air tawar

mencakup kajian sifat-sifat fisika dan kimia air, tumbuhan serta hewan yang hidup di

dalamnya serta tata cara mereka berinteraksi (Bayard, 1983).


3

A.2 Tujuan dan Manfaat

A.2.1 Tujuan

1. Mahasiswa mengetahui beberapa tekhnik pengambilan sampel fisik, kimia,

dan biologi perairan di lapangan

2. Mahasiswa mengetahui metode pengukuran sampel fisik, kimia, dan biologi

perairan

A.2.2 Manfaat

Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa tentang beberapa tekhnik pengambilan

contoh fisik, kimia, dan biologinya serta hubungannya antara lingkungan dan

organisme perairan di habitat alaminya.


4

II.TINJAUAN PUSTAKA

B.1 Perairan Sungai

Perairan adalah tempat hidup bagi seluruh biota air dan merupakan tempat

yang sangat penting. Suatu perairan terdiri dari biotik dan abiotik yang akan saling

berinteraksi satu sama lain. Perairan terdiri dari laut, sungai, rawa, dan danau, dan

kesemua itu merupakan tempat yang cocok untuk kegiatan budidaya perairan.

B.2 Sifat fisika air tawar

B.2.1 Suhu

Lapisan-lapisan suhu yang berbeda terdapat dalam habitat perairan.

permukaan air cenderung menjadi lebih cepat panas dibanding air di bawahnya.

Diantara kedua lapisan ini terdapat wilayah peralihan yang tipis yang dinamakan

Termoklim. Air di atas termoklin dinamakan epilimnion, sedangkan yang lebih

dingin yaitu yang berada di bawahnya disebut Hipolimnion. (Hutabarat, 1985).

Organisme air memiliki derajat toleransi terhadap suhu dengan kisaran

tertentu yang sangat berperan bagi pertumbuhan, inkubasi telur, konversi pakan dan

resistensi terhadap penyakit. Organisme air akan mengalami stres bila terpapar pada

suhu diluar kisaran yang dapat ditoleransi. Pada dasarnya suhu rendah memungkinka

air mengandung oksigen lebih tinggi, tetapi suhu rendah menyebabkan stres

pernapasan pada ikan berupa menurunnya laju pernapasan dan denyut jantung

(Irianto 2005)
5

B.2.2 Kecerahan

Kecerahan adalah ukuran transparansi perairan atau sebagian cahaya yang

diteruskan. Kecerahan air tergantung pada warna dan kekeruhan yang diungkapkan

dengan satuan meter sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran dan

padatan tersuspensi. Selain itu kecerahan sangat dipengaruhi oleh kedalaman perairan

karena semakin dalam perairan maka daerah yang dalam tidak mampu lagi dijangkau

oleh cahaya ( Susanto, 1991).

Kekeruhan air berbeda dengan yang lain, karena langsung dapat dilihat oleh

panca indera. Jika keruhnya oleh plankton, hal itu sangat baik untuk nafsu makan

namun jika keruhnya karena lumpur yang terlalu tebal itu akan menggangu.

Kandungan lumpur yang terlalu pekat dalam air akan mengganggu penglihatan

organisme sehingga menjadi salah satu sebab kurangnya nafsu makan ( Susanto,

1991).

Kekeruhan air dapat dianggap sebagai indikator kemampuan air dalam

meloloskan cahaya yang jatuh kebadan air, apakah cahaya tersebut kemudian

disebarkan atau diserap oleh air. Semakin kecil tingkat kekeruhan suatu perairan,

semakin dalam cahaya dapat masuk kedalam badan air, dan demikian semakin besar

kesempatan bagi vegetasi akuatis untuk melakukan proses fotosintesis (Asdak, 2007).

B.2.3 Kedalaman

Kedalaman adalah lokasi sebuah titik yang diukur secara vertikal terhadap

ketinggian titik acuan. Kedalaman merupakan jarak dari permukaan sampai dasar.
6

Sungai harus memiliki kedalaman yang berbeda-beda untuk dapat berfungsi dengan

baik. Dasar yang dangkal di sekitar tepian dan bagian yang lebih dalam di daerah

tengah. (Asmawi, 1983).

B.2.4 Padatan terlaru total (TDS)

Padatan terlarut total atau Total Dissolved Solid (TDS) adalah bahan bahan

terlarut dalam air yang tidak tersaring dengan kertas saring Millipore dengan ukuran

pori pori 0,45µm. bahan bahan terlarut ini di analisa dengan caara menyaring air

sampel dengan kertas saring tersebut dengaan menggunakan “ vacuum pump”

kemudian air sampel tersaring diuapkan dalam oven (Anonim, 2003)

B.2.5 Kecepatan Arus

Kecepatan arus dari suatu badan air sangat berpengaruh terhadap kemampuan

badan air untuk mengasimilasi dan mengangkut bahan pencemar. Kecepatan arus

berperan dalam perkiraan pergerakan bahan pencemar sebagai contoh pengetahuan

akan kecepatan arus digunakan untuk memperkirakan kapan bahan pencemar

mencapai suatu lokasi tertentu apabila bagian hulu suatu badan air mengalami

pencemaran (Effendi, 2000).

Kecepatan arus sangat penting pengaruhnya terhadap komunitas perairan, baik

secara langsung maupun secara tidak langsung. Hal ini karena kecepatan arus

menentukan keadaan habitat alamiah dari perairan (Suprapti 1995)

B.3 Sifat kimia air tawar

B.3.1 pH
7

Ion-ion hidrogen (asam) dan ion-ion hidroksil (basa) keduanya dihasilkan dari

pengisian air. dengan demikian, setiap perubahan konsentrasi salah satu ion ini

akanmembawa perubahan dalam konsentrasi ion lainnya. Karenanya, suatu skala

bilangan yang disebut skala pH digunakan untuk mengukur keasaman atau kebasaan

air dan bilangan tersebut menyatakan konsentrasi ion hidrogen secara tidak langsung

(Barus 2002).

pH air biasanya dimanfaatkan untuk menentukan indeks pencemaran dengan

melihat tingkat keasaman atau kebasaan air yang dikaji, terutama oksidasi sulfur dan

nitrogen pada proses pengasaman dan oksidasi kalsium dan magnesium pada proses

pembasaan. Angka indeks yang umum digunakan mempunyai kisaran antara 0-14 dan

merupakan angka logaritmik negatif dari konsenterasi ion hidrogen didalam air

(Asdak, 2007).

B.3.2 Oksigen terlarut (DO)

Sumber utama oksigen terlarut berasal dari atmosfer dan proses fotosintesis

tumbuhan hijau. Oksigen dari udara diserap melalui difusi langsung atau agitasi

permukaan air oleh angin dan arus. Jumlah oksigen yang terkandung dalam air

tergantung pada struktur komunitas, suhu, konsentrasi garam terlarut, dan intensitas

cahaya matahari. Dalam air tanpa gangguan vegetasi yang tebal, aktivitas

fotosintesis tumbuhan menghasilkan pertambahan jumlah oksigen terlarut, yang


8

mencapai maximum pada sore hari dan mencapai titik minimum pada pagi hari (titik

kritis bagi organisme aguatik). Kenaikan dan penerunan konsentrasi oksigen

dalam sehari dinyatakan sebagai pulsa oksigen (Effendi, 2003).

B.4 Sifat biologi air tawar

B.4.1 Flora

Tumbuhan air atau hidrofolik ialah golongan yang mencakup semua

tumbuhan yang hidup di air Bersauh (berakar dalam lumpur dan dasar air) atau tidak.

Disamping tipe mikroskopik yang mengapung bebas dan berenang-renang yang

merupakan dasar utama pembentukan kategori tersendiri yang di sebut plankton.

Golongan hidrofolok cenderung melintas memotong golongan lainnya dan dengan itu

sering ditiadakan dari spectrum biologi (Polunin, 1994).

B.4.2 Tipe substrat

Sampel sedimen yang telah kering di timbang dengan timbangan digital

seberat 100 gr kemudian di masukan kedalam alat Automatic Gravel Seiver selama

10 menit. Setelah itu butiran sedimen yang telah tersaring pada tiap-tiap mata

saringan di ambil kembali dan di timbang beratnya untuk mengetahui presentase

ukuranya
9

III. METODE PRAKTIKUM

C.1 Waktu dan Tempat

Kegiatan praktek Limnologi dilaksanakan pada hari Minggu,12 Juni 2016,

dengan interval waktu 1 jam. Praktek ini di mulai pada pukul 07.00 WITA sampai

selesai, dan bertempat di sungai wanggu kendari Sulawesi tenggara

C.2 Alat dan Bahan

Tabel 1 alat dan bahan


ALAT DAN BAHAN
ALAT KEGUNAAN
Layangan arus Mngukur kecepatan arus
Patok berskala Mengukur kedalaman
Pipa paralon Mengambil sedimen
Sechi disk Mengukur kecerahan
Keras lakmus Mengukur pH
Alat tulis Menulis data
Botol aqua Menyimpan air sampel
Plastik sampel Tempat sampel
Stop watch Menghiting waktu

BAHAN
Mangrove ( Soniratia Sp)
Nhypa
10

C.3 Prosedur praktikum

Parameter Fisika

C.3.1 Suhu/Temperatur

Suhu di ukur secara langsung di perairan yang biasanya dengan menggunakan

thermometer Hg dengan satuan °C. Pengukuran suhu di kedalaman tertentuh dari

suatu kolom air menggunakan reversing thermometer,thermophone atau thermositor.

C.3.2 Kecerahan

Pengukuran kecerahan sebaiknya di lakukan saat cerah antara pukul 09.00-

sechi disc sampai hampir titik tampak, kemudian mencatat kedalamanya.

Menurunkan sedikit lagi hingga tidak nampak, kemudian angkat secara perlahan

sampai nampak dan di catat kedalamanya. Rata-rata kedalaman merupakan nilai

kecerahan yang dapar dinyatakan dalam cm atau persen.

C.3.3 Padatan Terlarut Total (TDS)

Penentuan TDS dilakukan secara gravimetrik yaitu

1. Menyiapkan filter millipore dengan porousity 0,45 µm dan di rendam di dalam

aquades selama 24 jam dan kemudian membiarkanya hingga kering.

2. Memanaskan mangku perselen bersih pad tanur 55°C atau oven 103-105°C

selama 30 menit.

3. Mendinginkanya dalam dessiktor dan timbang (D mg).

4. Memasang peralatan untuk penyaringan dengan vaccun pump.


11

5. Memasukan air sampel dengan pipet sebanyak 100 ml, mengaduk saring dengan

perlatan filtrasi yang telah di siapkan dan menuang air tersaring je dalam

mangkuk porselin.

6. Menguapkan air dalam mangkuk, dari kompor listrik atau hot plate sampai agak

kering kemudian kedalam oven kering 105°C selama 1 jam.

7. Mendinginkan mangkuk dalam dessikator, kemudian menimbangnya (R mg)

C.3.4 Kedalaman Perairan

Kedalaman perairan sungai dinyatakan dalam meter, merupakan kedalaman

danau pada titik yang terdalam. Pengukuran secara langsug dengan menggunakan

echosounder atau tongkat berskala atau tali berskala yang di beri pemberet.

Pengukuran secara tidak langsung dapat di baca dengan peta balthymetrik. Selain itu

pula di kenal juga beberapa kedalaman yang merupakan satu rangkaian pengkuran

kedalaman yaitu kedalaman relatif, kedalaman rata-rata dan kemiringan rata-rata yang

dapat di ukur dari peta bathymetrik.

Pengukuran parameter fisika air di lakukan dengan mengambil air

permukaan dengan masing-masing stasiun menggunakan alat sesuai dengan

parameter yang di ukur seperti salinitas, suhu, kecerahan, dan kecepatan arus.

Pengukuran parameter tersebut di lakukan secara langsung di lapangan pada setiap

stasiun penelitian.

Sampel sedimen yang telah kering di timbang dengan timbangan digital seberat 100

gr kemudian di masukan kedalam alat Automatic Gravel Seiver selama 10 menit.

Setelah itu butiran sedimen yang telah tersaring pada tiap-tiap mata saringan di ambil

kembali dan di timbang beratnya untuk mengetahui presentase ukuranya. Klasifikasi


12

ukuran butiran sedimen berdasarkan pembagian menurut Davis and Bannet,(1972)

Seperti tertera pada tabel 2.

Tabel 2. Klasifikasi ukuran butiran sedimen menurut Davis and Bennet (1971
dalam Gerlsnch)
Jenis butirsn sedimen Ukuran (µm)
Very coarse sand (pasir sangat kasar) 2000-1000
Coarse sand (pasir kasar) 1000-500
Medium sand (pasir sedang) 500-250
Find sand (pasir halus) 250-100
Very find sand (pasir sngat halus) 100-50
Silt (Lumpur) 50-20
Clay (Lempung) 20-2
Mud (Liat) <2

C.3.5 Kecepatan arus

melepaskan layangan arus di sungai bersamaan dengan menekan stopwacht

menunggu sampai tali layanggan arus yang panjangnya 3 meter menjadi tegang

Parameter Kimia

C.3.6 Alat Pengambilan Air Contoh

Pengambilan air dengan menggunakan alat ini hanya di gunakan untuk

parameter kimia. Parameter kimia yang terambil hampir semua dapat di analisa di

laboratorium namun harus memperhatikan teknik pengambilan di lapangan.

Pengambilan air di lapangan di lakukan dengan hati-hati sehingga kontak air dengan

udara dapat di hindari sehingga pengambilan di lakukan di bawa permukaan air

sehingga air tidak mengalami perubahan sifat.


13

Beberapa alat yang di gunakan dalam pengambilan air, contoh adalah kammerer

dan Van Dorn water sampler. Cara pengoperasian alat ini yaitu kemmer dalam posisi

terbuka kemudian di masukan secara tegak lurus kedalam perairan sampai kedalaman

yang di kehendaki, dan di luncurkan pemberat sehingga tutup karet di kedua ujung

tabung akan menutup tabung kammerer. Air contoh dalam tabung siap di angkat ke

permukaan. Pengeluaran air contoh di lakukan dengan membuka penjepit pada slang

pengeluaran di bagian bawah dan slang pengeluaran di bagian atas, demikian halnya

cara pengoperasian van dorn sampler. Beberapa alat lain yang di gunakan untuk

pengambilan sampel air ini adalah hale`s water sampler, irwin sampling devices,

bottle train sampler, weighted bottle sampler, column sampler, serta pada kondisi

terbatas di lapangan dapat menggunakan botol akua, walaupun alat ini tidak di

rekomendasikan karena beberapa hal yaitu : kedalaman air pada saat pengambilan

yang sangat terbatas hanya permukaan saja, salinitas botol yang tidak di perhatikan

sehingga dapat mempengaruhi/merubah kualitas air yang akan di amati.

Parameter biologi

Di lakukan dengan memperhatikan atau mengamati tumbuhan-tumbuhan yang

hidup dan tumbuh di sekitar periran, lalu kemudian di pastikan bahwa tumbuhan

tersebut tumbuhan perairan, kemudian di ambil sampel dan di amati.


14

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

D.1 Gambaran umum lokasi

Gambar 1. Sungai wanggu

Lokasi pengamatan praktikum Limnologi terdiri 2 tempat yaitu perairansungai

wanggu dan kolam fakultas perikanandan ilmukelautan. Lokasi pertama dilakukan di

perairan sungai wanggu, terletak di kecamatan kambu, kendari, Sulawesi. Likasi

pengamatan di lakukan di bagian jembatan wanggu lepo lepo. Sungai ini sangat

panjang tidak terlalu besar karena lebarnya kira kira 4,5 meter badan sungainya

dengan aliran sungai yang lambat nmun airnya sangat keruh.

D.2 Hasil
15

Hasil pengamatan penggukuran parameter fisik,kimia, dan biologi sungai kali

Wanggu dapat di lihat pada table 3

Table 3 parameter fisik,kimia, dan biologi


NO Parameter Satuan Hasil pengamatan
Parameter fisika
1 Suhu °C 28,2
2 Kecerahan Cm 15,85
3 Kedalaman cm 150
4 Kecepatan arus Cm - 17,45
- 20,37
- 20,77
Parameter kimia
1 DO Mg/L 5,2
2 TDS ppm 40
3 pH 6
Parameter biologi
1 Tumbuhan di sekitar - Mangrove (
perairan Soniratia Sp)
- Nhypa
1 Tipe substrat Lumpur, Liat
dan pasir

D.2 Pembahasan

D.2.1 Perbandingan dengan Hasil dengan Literatur


16

Hasil yang di dapatkan di Laboratorium pada sampel yang terdapat organisme

yaitu berkisar antara 16,2 – 40,2 mg/l. Sedangkan hasil yang di dapatkan pada sampel

yang tidak terdapat organisme yaitu berkisar antara 6 – 32,8 mg/l. Sedagkan hasil

yang kami dapat di lapangan yang bertempat di sunggai wanggu oksigen terlarutnya

5,2 mg/l jadi dapat di simpulkan bahwa di sekitar tempat praktek kami organisme

yang hidup di sana kurang karna, pada sampel yang terdapat organisme mempunyai

kadar oksigen yang lebih tinggi, karena terdapat aerator yang berfungsi sebagai

penyuplai oksigen dan juga di sebabkan oleh kesalahan pengambilan sampel pada

waktu praktikum. Namun semestinya pada sampel yang tidak terdapat organismelah

yang lebih tinggi kadar O2 terlarutnya, karena di sampel yang terdapat organisme

proses dekomposisi bahan organik dan oksidasi bahan anorganik, juga tanaman air

yang menggunakan oksigen terlarut untuk proses fotosintesis sehingga dapat

mengurangi kadar oksigen terlarut dalam air hingga mencapai nol.

Beberapa jenis ikan dapat bertahan hidup pada perairan dengan konsentrasi

oksigen 3-4 ppm akan tetapi nafsu makannya rendah atau tidak sama sekali, sehingga

pertumbuhannya menjadi terhambat. Ikan akan mati atau mengalami stres bila

konsentrasi oksigen mencapai nol. Namun konsentasi minimum yang masih dapat di

terima oleh sebagian besar spesies ikan untuk hidup dengan baik adalah 5 ppm (

Afrianto dan Liviawaty,1992).

D.2.2 Sumber – sumber Oksigen di Perairan


17

Di dalam perairan kadar O2 sangat tergantung pada faktor fisika, kimia, dan

aktifitas biokimia yang terjadi di dalam suatu perairan. Ada dua metode yang dapat

digunakan untuk menganalisa kandungan O2 dalam perairan, yaitu metode ilmiah

Winkler atau iodometric serta modifikasinya, dan metode elektrometrik dengan

menggunakan membran elektoda. Metode iodometrik merupakan suatu prosedur

titrimetrik berdasarkan pada properti oksidasi O2 terlarut. Sementara, prosedur

membran elektroda didasarkan pada laju difusi molekul O2 yang melintasi suatu

membran (Effendi, 2004).

D.2.3 Kadar Oksigen yang Baik dan Kurang Baik bagi Organisme

Kebutuhan oksigen untuk tiap jenis biota air berbeda-beda, tergantung dari

jenisnya dan kemampuan untuk mentolelir naik turunnya oksigen. Pada umumnya

semua biota yang dibudidayakan tidak mampu mentolelir perubahan oksigen yang

mendadak. Kadar oksigen terlarut pada perairan alami biasanya kurang dari 10

mg/liter. Oksigen terlarut dalam air 5-6 ppm di anggap paling ideal untuk tumbuh dan

berkembangbiak ikan, plankton, dan tanaman air ( Effendi, 2003).

D.2.4 Dampak Kekurangan dan Kelebihan O2 di Perairan

Apabila O2 dalam air berkurang maka akan mengganggu sistem pernapasan dan

memperlambat proses metabolisme pada tubuh ikan. Ikan membutuhkan O2

tergantung dari aktivitas, umur, dan jenisnya(Sitanggang dan Sarwono 2001),


18

Oksigen dalam air merupakan salah satu faktor yang harus ada diperairan,

sehingga ketersediaannya sangat di butuhkan oleh ikan yang digunakan dalam

aktivitas. Bila O2 kurang, aktivitas ikan akan terhambat dan pertumbuhan ikan akan

terhambat (Kordi, 2004).

D.2.5 Hubungan O2 dengan suhu, pH, kesadahan, CO2 dan alkanitas

Tanaman air dalam satu perairan hanya dapat tumbuh pada pH tertentu,

tanaman air akan melakukan fotosintesis yang akan menghasilkan oksigen. Kadar

oksigen yang terlarut diperairan sangat bervariasi tergantung pada suhu, salinitas, dan

turbulensi air. Kadar oksigen terlarut juga berfluktuasi secara harian dan musiman

tergantung pada percampuran dan pergerakan massa air, aktivitas fotosintesis,

respirasi, dan limbah yang masuk ke badan air. Semakin tinggin suhu, kelarutan

oksigen dan gas-gas lain semakin berkurang dengan meningkatnya salinitas. Pada

siang hari CO2 dapat berkurang karena digunakan untuk fotosintesis, sedangkan pada

malam hari CO2 berlimpah karrena mikroorganisme melakukan dekomposisi yang

menggunakan O2 dengan banyaknya CO2 dalam perairan dapat mempengaruhi nilai

alkanitas dan kesadahan (Effendi, 2003).

Suhu sangat berpengaruh terhadap kadar oksigen, apabila suhu pada perairan

meningkat maka oksigen dalam air akan berkurang karena dengan meningkatnya

suhu, maka organisme banyak membutuhkan oksigen dalam menyesuaikan

perubahan dalam air ( Lesmana, 2001).

D.2.6 Pada Saat kapan Oksigen Terlarut Tinggi atau Rendah di Perairan
19

Oksigen dalam air dapat bertambah apabila proses difusi yang di bantu oleh

angin dan ombak dari atmosfer sangat besar dan hasil dari fotosintesis tumbuhan laut

dan fitoplankton. Sedangkan oksigen dapat berkurang karena suhu yang meningkat

dan pada malam hari yang tidak terjadi fotosintesis. Kekurangan oksigen dalam

perairan dapat juga di pengaruhi dari padatnya penebaran ikan dan banyaknya

plankton yang membutuhkan oksigen (Effendi,2003).

Kadar oksigen terlarut di perairan berada pada kesetimbangan dengan kadar

oksigen di atmosfir, transfer oksigen dari udara ke perairan terjadi melalui proses

difusi dan penghilangan oksigen dari perairan ke udara akan terjadi jika kondisi jenuh

belum tercapai. Kekurangan dan kelebihan oksigen di perairan akan menjadikan

kelarutan oksigen dari udara ke dalam perairan tawar alami pada tekanan udara

normal ( Boyd, dalam Effendi,2003).

D.2.7 Penanggulangan Kelebihan atau Kekurangan O2 Terlarut di Perairan

Suatu perairan yang memiliki kelebihan ataupun kekurangan oksigen terlarut

maka berakibat fatal organisme yang ada di perairan. Kondisi tersebut tidak dapat

dibiarkan berlangsung terus setiap hari karena dapat menghambat pertumbuhan dan

bahkan mengakibatkan kematian masal. Cara menceganya yaitu dengan memasang

sistem aerasi untuk memasukan O2 dengan cepat serta pemupukan ( Kordi, 2004).
20

Apabila akuarium atau kolam budidaya mengalami kekurangan oksigen

terlarut yang di cirikan ikan berkumpul di permukaan air maka perlu di tambahkan

dengan melalui difusi oksigen, melalui proses fotosintesis yakni pada saat penyinaran

sinar matahari lebih lama dan penetrasi lebih dalam, serta melalui proses aearasi yaitu

memasukkan udara atau oksigen ke dalam air. (Jangkaru,1999).

D.2.8 Sifat fisika, kimia, dan biologi perairan

1. kecerahan

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecerahan salah satunya

dipengaruhi oleh sinar matahari yang masuk kedalam perairan. Selain itu kecerahan

juga dipengaruhi oleh apa yang dikandung di dalam perairan.

Kecerahan air tergantung pada warna dan kekeruhan yang diungkapkan

dengan satuan meter sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran dan

padatan tersuspensi. Selain itu kecerahan sangat dipengaruhi oleh kedalaman perairan

karena semakin dalam perairan maka daerah yang dalam tidak mampu lagi dijangkau

oleh cahaya

Seperti data yang di dapat dari hasil praktek lapang di sungai wanggu

mendapat data kecerahan 15,48 cm, mengenai kecerahan semakin tinggi matahari

terbit maka kecerahannya pun bertambah, akan tetapi ketika matahari mulai menurun

hingga terbenam kecerahan pun perlahan-lahan mulai berkurang.

1. Suhu
21

Hasil pengukuran suhu pada sungai wanggu menunjukkan bahwa ketika pagi

hari tepatnya pukul 07.00 Wita suhu pada sungai cukup dingin hingga mencapai

28,2°C. Saat matahari mulai terbenam suhu berangsur-angsur menurun, hingga

tengah malam tepatnya pukul 24.00 Wita suhu mencapai 280C. Suhu suatu perairan

sangat dipengaruhi oleh musim, lintang dan ketinggian dari permukaan laut. Waktu

dalam suatu hari dan sirkulasi udara , penutupan awan dan aliran serta kedalaman dari

perairan. Menurut pernyataan Boyd Suhu perairan yang optimal yaitu kisaran 25 – 32

ºC.

2. DO

Dari data hasil praktek di sungai wanggu mendapat data 5,2 mg/L dapat di

simpulkan bahwa pada malam hari terjadi stratifikasi suhu dan oksigen. Sedangkan

pada siang hari suhu dan kadar oksigen terlarut stabil. Kadar oksigen di sungai

wanggu ini tidak cocok untuk kegiatan budidaya perairan. Kebutuhan oksigen

mempunyai dua aspek, yaitu kebutuhan lingkungan bagi spesies tertentu dan

kebutuhan konsumtif yang tergantung pada keadaan metabolisme ikan (Kordi K

2004)

3. Flora

Data yang kami peroleh dari hasil praktek yang di lakukan mendapat beberapa flora

- Mangrove ( Soniratia Sp)


- Nhypa

4. Tipe substrat
22

Tipe substrat yang terdapat di perairan suangai wanggu dengan komposisi lumpur,

liat, dan pasir kasar


23

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Tehnik pengambilan sampel fisik dengan menggunakan layangan arus dengan

cara melepaskan layangan arus di perairan bersamaan dengan menekan

stopwatch, patok berskala dengan cara menancapkan patok ke dasar perairan

Tehnik pengambilan sampel kimia mencari karbondiksida bebas dengan

Memasukan 50 ml air sampel ke dalam labu botol dengan perlahan-lahan,

jangan sampai terdapat gelembung udara lalu air tersebut di bawa ke lab

Tehnik pengambilansampel biologi dengan cara mengambil tumbuhan di

sekitar perairan

2. Metode pengukuran fisik dengan menggunakan layangan arus mencatat waktu

yang di tempuh layangan arus hingga tali menjadi tegang. Patok berskala

dengan cara menghitung kedalaman pada saat patok di tancapkan di dasar

perairan

Metode pengukuran kimia dengam mencampurkan indicator PP

Metode pengukuran biologi dengan cara mengetahui nama latin

tumbuhantersebut
24

5.2 Saran

Saran yang diajukan Agar mendapat hasil yang maksimal dalam praktikum diharap

kerja sama yang baik dalam satu kelompok dan membagi tugasnya masing-masing

sehingga praktikum dapat berjalan dengan cepat dan lancar


25

DAFTAR PUSTAKA

Asmawi, G. 1983. MetodePenelitian Air. Usaha Nasional. Surabaya.

Barus T. A. 2002. Pengantar Limnologi. USU-Press. Medan

Efendi, H., 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Kanisius; Yogyakarta.

Effendi, I. 2004. Pengantar Akuakultur. Penebar Swadaya. Jakarta.

Fujaya, Y., 2004. Fisiologi ikan. Rineka Cipta; Jakarta.

Irianto, A., 2004. Patologi Ikan Teleostei. Gajah Mada University Press; Yogyakarta.

Rustam. 2010. Analisis Parameter Fisik, Kimia, Biologi, dan Daya Dukung
Lingkungan Perairan tawar Kabupaten Barru.

Sumawidjaja, K. 1975. limnologi. Proyek Peningkatan Mutu Perguruan Tinggi IPB.


Bogor.

Summawidjaya, K., 1978. Dasar-Dasar Limatologi. IPB; Bogor.

Soeyasa, 2001. Ekologi perairan departemen kelautan dan perikanan dirjen


pendidikan menengah atas, jakarta.

Susanto, S. 1992. Limnologi. Direktorat Jenderal Perikanan, Departemen Pertanian.


Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai