PENDAHULUAN
B. Syarat Hidup
Lele dumbo dilengkapi dengan organ arborescent atau insang tambahan yang dikenal
dengan sebutan labyrinth. Itu sebabnya ikan ini dapat hidup didalam lumpur, di air yang
tidak mengalir, dan di air yang mengandung sedikit oksigen. Bahkan, lele mampu hidup
tanpa iar dalam beberapa jam asalkan udara disekitarnya cukup lembab.
Suhu perairan yang ideal untuk lele dumbo berkisar 20 – 30 C, atau tepatnya 27 C dengan
tingkat keasaman tanah (pH) 6,5 – 8. Umumnya, lele dumbo dapat hidup diperairan yang
mengandung karbondioksida ( CO ) 15 ppm ( milligram per liter ), NH , sebesar 0,05 ppm, NO
, sebesar 250 ppm, dan oksigen minimum 3 ppm.
C. Kebiasaan Hidup
Di habitatnya, lele dumbo akan memijah pada awal musim penghujan. Rangsangan
untuk memijah dimulai apabila kedalaman air di suatu perairan meningkat. Selanjutnya,
gerombolan lele dumbo janta dan betina yang telah matang kelamin akan memijah. Awalnya,
si betina meletakkan telur – telurnya di pinggiran perairan. Pada saat bersamaan, si jantan
juga akan menyemprotkan spermanya pada telur – telur tersebut.
Telur – telur yang telah dibenahi nantinya akan menempel pada bebatuan atau tanaman air
yang ada di perairan pinggiran. Beberapa hari kemudian telur – telur tersebut akan menetas
dengan sendirinya. Biasanya tidak banyak telur yang berhasil menetas. Hal tersebut
dikarenakan sebagian benih yang baru menetas mati akibat tidak tahan dengan kondisi
lingkungan. Sebagian lagi dimangsa oleh predator – predator yang hidup di perairan
tersebut.
2. Bambu
Selain digunakan untuk dinding, bambu juga bias digunakan sebagai tiang atau reng
untuk memasang atap jika diperlukan. Umumnya, hampir semua jenis bambu bias
digunakan utuk keperluan ini. Namun, yang paling baik dan sangat disarankan
adalah jenis bambu betung yang memiliki struktur tebal.
3. Seng Bekas atau Asbes
Alternatif lain untuk bahan dinding kolam dapat menggunakan seng bekas atau
asbes. Seng atau asbes sebagai dinding dipasang secar vertikal. Caranya, seng atau
asbes dipotong sesuai ketinggian kolam terpal yang dibutuhkan, misalnya 60 cm.
Pemasangan harus dilakukan hati – hati agar tidak ada tonjolan atau bagian tajam
yang bias membocorkan terpal.
d. Paralon
Paralon sebagai bahan pendukung mutlak diperlukan. Paralon berfungsi untuk
menjaga ketinggian air dan memudahkan saat pengeringan air kolam. Ukuran
paralon yang digunakan sangat tergantung dari ukuran kolam. Untuk ukuran kolam
4 x 6 m, dapat menggunakan paralon yang berdiameter 4 inci. Sementara itu, jika
kolam terpal yang dibangun berukura lebih kecil, paralon yang digunakan pun lebih
kecil, yakni berdiameter 2 atau 3 inci. Paralon sebaiknya dilengkapi dengan
sambungan bengkoknya ( Knee ).
e. Pagar Kolam
Bahan yang bisa digunakan membudidaya untuk pagar kolam adalah waring. Waring
berfungsi sebagai protection ( memberikan perlindungan ) agar kolam terpal tidak
terganggu hama atau binatang peliharaan seperti ayam atau kucing. Waring juga
bias dimanfaat sebagai penghalang masuknya sinar matahari berlebih kedalam
kolam.
Seperti kita ketahui, kondisi kolam yang terlalu panas dapat menaikkan suhu air dan
menumbukkan lumut. Selain waring, jarring dari polyethylene (PE ) bekas atau
plastik UV juga bisa digunakan untuk pagar kolam. Plastik juga bisa digunakan
sebagai atp untuk menahan air hujan yang deras.
Ada beberapa faktor, yang harus dipertimbangkan dalam menempatkan kolam atau
bak plastik. Misalnya, jarak antara satu bak dengan bak lain harus diberi ruang.
Tujuannya untuk memudahkan aktivitas kita ketika memberi makan, mengontrol,
atau melakukan penyiphonan. Selain itu, bak juga harus di tata rapi dan sejajar pada
satu arah agar pemasangan instalasi aerator, instalasi air, dan instalasi listrik mudah
dilakukan.
b. Pemberian Pakan
Pakan yang diberikan berupa pelet dengan kandungan protein berkisar antara 26-
28 %. Pemberian pakan ini dilakukan secara berkala dengan dosis 3-5 % dari bobot total
ikan dan frekuensi pemberiannya sebanyak tiga kali sehari (pagi, siang dan sore).
Pemberian pakan buatan (pelet) diberikan sejak benih berumur 2 minggu yaitu pakan
berupa bentuk serbuk halus. Penghalusan butiran lebih praktis dengan menggunakan alat
blender atau dengan cara digerus/ ditumbuk. Kemudian setelah itu berangsur-angsur
gunakan pelet diameter 1milimeter barulah kemudian beralih ke pelet ukuran 2 milimeter
(sesuai dengan umur ikan lele). Hal ini dimaksudkan agar pelet dapat dicerna lebih baik dan
lebih merata oleh seluruh ikan sehingga meminimalisir terjadinya variasi ukuran ikan lele
selama pertumbuhannya.
Kebutuhan pakan lele setiap ekor per hari adalah seberat 3 % dari berat badannya. Berat
badan lele pada usia 65 hari adalah 120 - 125 g. Dengan demikian, dalam satu kilogram akan
berisi 7 - 8 ekor lele.
Dengan tingakat Konversi pakan 0,85 : 1, maka pakan yang dibutuhkan selama masa
pemeliharaan satu periode tanam (65 hari) dan tingkat mortalitas sebesar 10 % adalah
344,25 kg.
Sebagai alternatif untuk mencukupi kebutuhan pakan lele, sebaiknya diberikan pakan
substitusi seperti dedak halus, limbah dapur, rayap, keong mas (siput murbei) bahkan
bangkai ayam.
Jika di lingkungan sekitar terdapat sawah yang dipenuhi oleh keong mas maka hama
tanaman padi tersebut dapat dimanfaatkan untuk pakan substitusi, sedangkan pakan
substitusi seperti limbah dapur dapat diperoleh dari warung-warung nasi atau restoran.
Untuk mengumpulkan limbah tersebut, sebaiknya disediakan tempat (ember) limbah yang
dapat diambil setiap waktu. Demikian pula, jika di lingkungan sekitar terdapat peternakan
ayam. Ayam-ayam yang mati dapat digunakan untuk pakan lele. Pakan substitusi ini mulai
diberikan pada saat lele berusia satu bulan. Bangkai ayam yang digunakan untuk pakan
harus masih segar (belum berbau busuk). Kemudian, bangkai tersebut dibakar hingga bulu-
bulunya habis. Selanjutnya, badan ayam diikat dengan tali dan dimasukkan ke dalam kolam
setelah daging ayam dingin. Ujung atas tali diikatkan pada tiang dinding kolam atau pada
bambu/kayu yang dipalangkan di bagian atas lebar kolam. Hal ini bertujuan agar tulang-
tulang ayam mudah diambil dan tidak bertebaran di sekeliling dasar kolam.
Pakan dari keong mas diberikan dengan cara mencacahnya terlebih dahulu. Setelah dicacah,
keong mas dimasukkan ke dalam ember dan direndam beberapa saat dengan air mendidih.
Setelah itu, air di dalam ember dibiarkan hingga menjadi dingin kemudian dimasukkan ke
dalam kolam sesuai dengan kebutuhan.
Gambar 4. Pemberian Pakan Ikan Lele
c. Pemeliharaan
Pemeliharaan lele di kolam terpal pada umumnya tidak berbeda dengan perawatan di kolam
lainnya. Beberapa perawatan lele yang perlu diperhatikan dalam kolam terpal adalah
sebagai berikut.
1. Penambahan air dalam kolam Terpal
Bila air dalam kolam terpal berkurang karena proses penguapan maka tambahkan
air hingga tinggi air kembali pada posisi normal. Penambahan air dilakukan hanya
pada waktu-waktu tertentu, misalnya satu minggu sekali. Panambahan air dilakukan
apabila ketinggian air dalam bak terpal berkurang/kurang dari ketinggian yang
diharapkan (dalam setiap penambahan, air perlu ditambah setinggi 10 - 15 cm
sehingga kualitas air tetap terjaga). Jika air didalam kolam berkurang perlu
ditambahkan hingga ketinggian normal kembali
2. Tanaman pelindung dalam kolam
Tanaman pelindung di dalam kolam berfungsi untuk melindungi lele dari terik sinar
matahari dan juga sebagai makanan tambahan bagi lele. Selain itu, tanaman juga
dapat mengisap kotoran di dalam air.
Jenis tanaman pelindung/tanaman air yang biasa digunakan yaitu kapu-kapu dan
enceng gondok. Dalam satu kolam cukup dipilih salah satu tanaman tersebut. Jumlah
tanaman di dalam kolam dibatasi hingga sepertiga bagian dari luas permukaan air
kolam. Pertumbuhan akar eceng gondok pun harus dibatasi dan harus dikurangi
secara berkala. Untuk membatasi pertumbuhannya yaitu dengan memberi pembatas
berupa bambu yang diapungkan dan diberi tali serta bandul batu pada kedua
ujungnya. Cara ini dilakukan selain tanaman tampak rapi juga agar sinar matahari
dapat masuk ke dalam kolam. Cahaya matahari dibutuhkan dalam proses
pertumbuhan lele. Tanaman air di dalam kolam berfungsi untuk melindungi lele dari
terik sinar matahari dan makanan tambahan
d. Panen
Lele dipanen pada umur 65 hari, waktu panen diusahakan pada pagi atau sore hari
yaitu pada waktu cuaca tidak panas dan suhu stabil (tidak begitu tinggi). Berat rata-rata pada
umur tersebut sekitar 100 gram/ekor.
Pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi hari supaya lele tidak terlalu kepanasan. Kolam
dikeringkan sebagian saja dan ikan ditangkap dengan menggunakan seser halus, tangan,
lambit, tangguh atau jaring. Setelah dipanen, biarlah dulu lele tersebut di dalam
tong/bak/hapa selama 1- 2 jam (untuk pengangkutan jarak dekat) dan diberok selama
semalam (untuk pengangkutan jarak jauh) dengan tujuan agar feses atau kotoran ikan keluar
sehingga dapat lele tidak stress dan dapat mutu dan kualitas dapat dipertahankan.
e. Pengangkutan dan Pemasaran
Setelah dipanen, sebaiknya lele langsung dipasarkan dalam keadaan hidup (segar). Adapun
cara pengangkutan yang dapat digunakan adalah dengan system terbuka dan tertutup. Kalo
menggunakan sistem terbuka sebaiknya menggunakan alat berupa tong/drum/bak. Untuk
menguragi kematian selama perjalanan akibat perubahan suhu yang signifikan maka pada
wadah tong/bak ditambahkan bongkahan es yang dibungkus plastik. Cara pengangkutan ini
dapat dilakukan apabila jarak angkut cukup dekat atau waktu pengangkutan tidak lebih dari
4 jam.
Kalau menggunakan sistim tertutup, maka harus disediakan oksigen dalam jumlah yang
cukup. Caranya siapkan kantong plastik, berikan air ¼ bagian dari kantong, isikan lele
sebanyak 2-3 kg/kantong, berikan oksigen 2/3 bagian dari kantong. Pengangkutan sistim ini
dilakukan apabila jarak angkut lebih dari 5 jam.
3.1 Kesimpulan
Dari hasil karya tulis ini dapat disimpulkan, bahwa pembudidayaan lele dumbo
dikolam terpal banyak mendapatkan keuntungan yaitu :
Anonim. 1994. Budi Daya Ikan Lele Dumbo di Kolam Terpal. Bandung: PT AgroMedia Pustaka
Amri. 2002. Intensifikasi Budi Daya Lele Dumbo. Jakarta: Balai Pustaka
Daelami. 2001. Agar Ikan Sehat. Jakarta: Kawan Pustaka
Khairuman. 1992. Pedoman Teknik Pembenihan Ikan Lele. Jakarta: Kawan Pustaka
Rahmatun. 1998. Budi Daya Ikan Lele. Jakarta: Balai Pustaka
Sihombing, Toguan. 1997. Informasi Teknis Budi Daya Ikan Lele. Jakarta: PT AgroMedia
Pustaka
Sudenda. 2000. Teknik Budi Daya Ikan Lele. Subang: PT AgroMedia Pustaka
Suprayitno. 1991. Kultur Makanan Alami. Jakarta: PT AgroMedia Pustaka
Website
www.google.com