Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kebutuhan akan protein hewani semakin lama semakin berkembang, baik secara
jenis maupun jumlahnya. Ikan lele merupakan salah satu sumber protein hewani yang
digemari oleh masyarakat luas, sehingga diperlukan teknik pembudidayaan yang semakin
intensif, antara lain budidaya ikan tersebut dengan media kolam terpal. Dengan budidaya
dikolam terpal diperoleh berbagai keuntungan antara lain adalah :
a. Pengelolaan kolam yang lebih mudah, baik dalam pengendalian kualitas air, pakan
serta pengelolaaan dasar kolam, karena ukuran yang relative lebih kecil, sehingga
akan lebih mudah untuk mendapatkan kondisi kolam yang optimal dan lebih
menjanjikan dalam hal perolehan keuntungan.
b. Lebih fleksibel, dimana penggunaannya dapat di integrasikan dengan kegiatan lain,
seperti peternakan, pertanian maupun perkebunan dan juga dapat ditempatkan
disekitar rumah/pekarangan.
c. Efesiensi pengunaan air, mengingat untuk budidaya lele sistim terpal kita hanya perlu
mengisi air pada awal dan penambahan air dapat juga disesuaikan dengan kondisi,
misalnya air dalam kolam terpal berkurang. Dengan demikian sebagai pembudidaya
ikan lele tidak akan menjadi penyaing dalam pengambilan air irigasi.
d. Dapat dibuat dan ditempatkan pada kondisi lahan yang poros/sulit air irigasi
e. Air media budidaya tidak merembes keluar areal, sehingga akan mengirit penggunaan
air bahkan air bekas pemeliharaan sebelumnya hampir setengah bagian dapat juga
digunakan lagi untuk pemeliharaan selanjutnya.
f. Biaya pembuatannya lebih murah daripada membuat kolam beton/permanen atau
semi permanen.
g. Jangka waktu ekonomis kolam terpal dapat mencapai 3 (tiga) tahun atau 4 kali siklus
produksi.
h. Mudah cara merakit/membuat kolam sistem terpal.
i. Kualitas ikan yang lebih baik, karena dengan pengolahan air kolam yang baik akan
menghasilkan ikan yang bebas bau lumpur.
j. Air limbah hasil penyiponan dasar kolam dapat dijadikan pupuk, karena merupakan
hasil endapan sisa kotoran ikan dan sisa pakan yang tidak terserap oleh ikan.

1.2 Perumusan Masalah


Bagaimana cara membudidayakan ikan lele di kolam terpal ?
1.3 Ringkasan
Memelihara lele dumbo dikolam tanah atau kolam beton mungkis sudah banyak
dilakukan orang. Namun, Bagaimana jika memelihara lele dumbo dikolam terpal ? ya, kolam
terpal sebuah inovasi baru pembudidayaan ikan secara intensif ini juga di aplikasikan untuk
memelihara lele dumbo. Anda tidak perlu menggali atau menembok tanah untuk membuat
kolam, tetapi cukup dengan membuat kerangka dari kayu, lalu menutupnya dengan plastik
atau terpal, alhasil kolam sudah bisa digunakan.
Selain itu, lele yang berasal dari kolam terpal terbukti tidak berbau lumpur. Hal ini yang
menyebabkan lele dari kolam terpal lebih disukai pedagang maupun konsumen.
Bahan – bahan yang diperlukan dalam membuat kolam terpal adalah :
a. Plastik terpal
b. Kerangka kolam dari kayu atau bambu
c. Papan kayu
d. Paralon
e. Paku

1.4 Tujuan Penelitian


Untuk mengetahui proses budidaya ikan lele di kolam terpal dan untuk menambah
pengetahuan baru bagi para pelaku usaha perikanan .

1.5 Metode Penelitian


Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara pengumpulan
data dari berbagai referensi baik buku maupun browsing di internet.
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Karakteristik Lele Dumbo


A. Ciri Morfologi
Lele dumbo termasuk salah satu ikan yang memiliki kulit berlendir, tetepi tidak
berisik. Jika terkena sinar, warnanya berubah menjadi pucat, dan bila terkejut, warnanya
menjadi loreng seperti mozaik hitam – putih. Ukuran mulut lele dumbo sekitar seperempat
dari panjang total tubuhnya. Disekitar mulut terdapat empat pasang kumis yang berfungsi
sebagai alat peraba.
Dibagian tubuhnya dilengkapi dengan sirip tunggal dan sirip berpasangan. Sirip tunggal
berupa sirip punggung, sirip ekor, dan sirip dubur yang berfungsi sebagai alat Bantu
berenang. Sementara sirip yang berpasangan adalah sirip dada dan sirip perut. Sirip dada
juga dilengkapi dengan sirip yang keras dan runcing, biasa orang menyebutnya dengan patil.
Patil ini berguna sebagai senjata dan alat bantu bergerak.
Menurut beberapa informasi dan data yang dirangkum, lele dumbo berasal dari hasil
persilangan antara lele lokal yang berasal dari Afrika dengan lele lokal yang berasal dari
Taiwan. Lele dumbo pertama kali didatangkan ke Indonesia oleh perusahaan swasta sekitar
tahun 1986, selanjutnya berkembang hampir keseluruh Indonesia.
Klasifikasi Lele Dumbo
Ordo : Ostariophysi
Subordo : Silaroidae
Famili : Clariidae
Genus : Clarias
Spesies : Clarias Geriepenus

B. Syarat Hidup
Lele dumbo dilengkapi dengan organ arborescent atau insang tambahan yang dikenal
dengan sebutan labyrinth. Itu sebabnya ikan ini dapat hidup didalam lumpur, di air yang
tidak mengalir, dan di air yang mengandung sedikit oksigen. Bahkan, lele mampu hidup
tanpa iar dalam beberapa jam asalkan udara disekitarnya cukup lembab.
Suhu perairan yang ideal untuk lele dumbo berkisar 20 – 30 C, atau tepatnya 27 C dengan
tingkat keasaman tanah (pH) 6,5 – 8. Umumnya, lele dumbo dapat hidup diperairan yang
mengandung karbondioksida ( CO ) 15 ppm ( milligram per liter ), NH , sebesar 0,05 ppm, NO
, sebesar 250 ppm, dan oksigen minimum 3 ppm.
C. Kebiasaan Hidup
Di habitatnya, lele dumbo akan memijah pada awal musim penghujan. Rangsangan
untuk memijah dimulai apabila kedalaman air di suatu perairan meningkat. Selanjutnya,
gerombolan lele dumbo janta dan betina yang telah matang kelamin akan memijah. Awalnya,
si betina meletakkan telur – telurnya di pinggiran perairan. Pada saat bersamaan, si jantan
juga akan menyemprotkan spermanya pada telur – telur tersebut.
Telur – telur yang telah dibenahi nantinya akan menempel pada bebatuan atau tanaman air
yang ada di perairan pinggiran. Beberapa hari kemudian telur – telur tersebut akan menetas
dengan sendirinya. Biasanya tidak banyak telur yang berhasil menetas. Hal tersebut
dikarenakan sebagian benih yang baru menetas mati akibat tidak tahan dengan kondisi
lingkungan. Sebagian lagi dimangsa oleh predator – predator yang hidup di perairan
tersebut.

2.2 Mengenal Kolam Terpal


Kolam terpal adalah kolam yang keseluruhan bentuknya, dari bagian dasar hingga sisi
dindingnya, terbuat dari bahan terpal. Selain berbentuk seperti kolam tanah atau kolam
tembok, kolam terpal juga bisa berbentuk bak, tetapi dikosongkan dengan kerangka yang
terbuat dari kayu atau besi.

A. JENIS – JENIS KOLAM TERPAL


Berdasarkan penetapannya kolam terpal terdiri dari atas 3 jenis, yakni kolam terpal
diatas permukaan tanah, kolam terpal dibawah permukaan tanah, serta kolam atau bak
beton atau tanah yang berlapis terpal.
a. Kolam Terpal di atas Permukaan Tanah
Kolam terpal di permukaan tanah dibangun untuk dimanfaatkan perkarangan yang
ada agar lebih produktif. Kolam terpal jenis ini lebih cocok dibangun di lahan miskin
air, struktur tanah relatif datar, tetapi luasnya mencukupi.
b. Kolam Terpal dibawah Permukaan Tanah
Tujuan kolam terpal yang dibangun dibawah permukaan tanah adalah untuk
menghemat air agar tidak merembes didalam tanah, terutama jika tanah tersebut
termasuk jenis tanah yang porous. Selain itu, penggunaan kolam terpal jenis juga
dapat mencegah serangan hama, terutama hama ikan kecil.
c. Kolam atau bak Beton Berlapis Terpal
Fungsi terpal pada kolam ini adalah mencegah air agar tidak merembes ke
pinggiran, menghindari serangan dan gangguan hama benih, serta memberdayakan
produkivitas kolam.
Penggunaan terpal pada kolam beton hanya bersifat sementra. Misalnya, terpal
dipasang untuk memelihara benih berumur 25 hari hingga ukurannya kira-kira
tidak mungkin lagi dimangsa predator berupa kodok dan belut biasanya, setelah 45
hari digunakan, terpal sudah tidak digunakan dalam bak beton tersebut.

2.3 Bahan – Bahan Untuk Membuat Kolam Terpal


a. Plastik Terpal
Jenis terpal yang bisa digunakan untuk membuat kolam terpal adalah terpal untuk
tutup atap tenda, terpal untuk penutup barang diatas mobil, atau plastik yang sering
dipakai oleh petani untuk menjemur padi. Intinya, plastik atau terpal tersebut
memiliki ketebalan yang memadai dan mampu menahan tekanan air.
Ukuran plastik terpal bermacam – macam tergantung jenisnya. Ada yang berukuran
kecil 4x6 m, dan ada juga yang lebih besar, seperti ukuran 8x6 m. bahkan pada saat
ini telah tersedia plastik terpal yang telah berbentuk kolam, tinggal memasang pada
krangka kolam.
b. Kerangka Kolam dari Kayu atau Bambu
Bahan yang digunakan untuk membuat kerangka dan tiang bak adalah kayu, baik
kayu yang masih bulat maupun kayu yang telah diolah dan besi. Namun, harga besi
jauh lebis mahal dibandingkan dengan kayu.
Jenis kayu yang digunakan untuk kerangka kolam bias kayu apa saja, dari kayu yang
berkualitas bagus seperti kayu meranti dan borneo, sampai kayu berharga murah
seperti jeunjing ( albasia ) atau kayu press dari bulir gergaji. Bahkan, banyak
pembudidayaan yang menggunakan bambu. Kayu dan bambu yang akan digunakan
sebaiknya berbentuk lurus tidak berbengkok, sehingga lebih mudah digunakan.

GaGa Gambar 1. Kerangka Kolam Terpal

c. Dinding dan Dasar Kolam


1. Papan
Salah satu bahan dasar yang digunakan untuk dinding bak adalah papan. Dinding
papan ini diperlukan sebagai penahan terpal. Kebutuhan papan untuk kolam terpal
hingga pemasaran paling banyak empat tingkat. Jika lebar papan 20 cm, papan bias
digunakan diatas sebanyak 4 buah. Namun, jika modal dibatas atau papan susah
diperoleh, dapat diganti dengan bambu.

2. Bambu
Selain digunakan untuk dinding, bambu juga bias digunakan sebagai tiang atau reng
untuk memasang atap jika diperlukan. Umumnya, hampir semua jenis bambu bias
digunakan utuk keperluan ini. Namun, yang paling baik dan sangat disarankan
adalah jenis bambu betung yang memiliki struktur tebal.
3. Seng Bekas atau Asbes
Alternatif lain untuk bahan dinding kolam dapat menggunakan seng bekas atau
asbes. Seng atau asbes sebagai dinding dipasang secar vertikal. Caranya, seng atau
asbes dipotong sesuai ketinggian kolam terpal yang dibutuhkan, misalnya 60 cm.
Pemasangan harus dilakukan hati – hati agar tidak ada tonjolan atau bagian tajam
yang bias membocorkan terpal.
d. Paralon
Paralon sebagai bahan pendukung mutlak diperlukan. Paralon berfungsi untuk
menjaga ketinggian air dan memudahkan saat pengeringan air kolam. Ukuran
paralon yang digunakan sangat tergantung dari ukuran kolam. Untuk ukuran kolam
4 x 6 m, dapat menggunakan paralon yang berdiameter 4 inci. Sementara itu, jika
kolam terpal yang dibangun berukura lebih kecil, paralon yang digunakan pun lebih
kecil, yakni berdiameter 2 atau 3 inci. Paralon sebaiknya dilengkapi dengan
sambungan bengkoknya ( Knee ).
e. Pagar Kolam
Bahan yang bisa digunakan membudidaya untuk pagar kolam adalah waring. Waring
berfungsi sebagai protection ( memberikan perlindungan ) agar kolam terpal tidak
terganggu hama atau binatang peliharaan seperti ayam atau kucing. Waring juga
bias dimanfaat sebagai penghalang masuknya sinar matahari berlebih kedalam
kolam.
Seperti kita ketahui, kondisi kolam yang terlalu panas dapat menaikkan suhu air dan
menumbukkan lumut. Selain waring, jarring dari polyethylene (PE ) bekas atau
plastik UV juga bisa digunakan untuk pagar kolam. Plastik juga bisa digunakan
sebagai atp untuk menahan air hujan yang deras.
Ada beberapa faktor, yang harus dipertimbangkan dalam menempatkan kolam atau
bak plastik. Misalnya, jarak antara satu bak dengan bak lain harus diberi ruang.
Tujuannya untuk memudahkan aktivitas kita ketika memberi makan, mengontrol,
atau melakukan penyiphonan. Selain itu, bak juga harus di tata rapi dan sejajar pada
satu arah agar pemasangan instalasi aerator, instalasi air, dan instalasi listrik mudah
dilakukan.

Gambar 2. Bentuk Kolam Terpal

2.4 Cara Membuat Kolam Terpal


a. Persiapkan lahan yang akan digunakan. Setelah itu, bersihkan dari benda - benda
yang dianggap menganggu.
b. Jika ingin membuat kolam berukuran panjang 6 meter dan lebar 4 meter, gali tanah
sedalam 50 cm, lalu rapikan tanah galiannya hingga bisa di jadikan sebagai
pematang.
c. Buat tanggul penahan curahan air di tanah yang paling tinggi agar ketika hujan
deras lahan terbebas dari banjir.
d. Jika kolam telah terbentuk, atau dasar tanggul agar sama dengan dasar kolam.
Funsinya untuk memudahkan peneringan dan penangkapan lele.
e. Letakkan paralon yang dipasang horizontal untuk pembuangan air.
f. Buat kubangan penampug benih.
g. Siapkan terpal berukuran 8 x 6 m yang telah di press.
h. Pasang terpal hingga merapat ketepi. Sementara itu, di bagian sudut dapat dilipat
agar rapi.
i. Bagian diatas terpal bisa dijepit, dihimpit, atau ditimbun dengan tanah pematang
agar tidak terkulai.
j. Robek terpal di bagian paralon pembuangan air dengan cara mengguntingnya
berbentuk bintang agar paralon dapat di pasang knee.
k. Lakukan pengisian air hingga kedalaman 30 cm.
l. Pastikan tidak ada kebocoran pada terpal, sehingga volume genangan air tetap utuh.
Jika ada yang bocor, segera benahi dengan lakukan penambalan.
m. Kolam atau bak terpal siap digunakan dan ditebarkan benih.
2.5 Peralatan Pendukung Budi Daya
Beberapa peralatan yang dibutuhkan untuk menjaga ketersediaan air dan
memelihara kualitas air di dalam kolam sebagai berikut.
A. Peralatan Pendukung Kolam
a. Pompa
Pompa diperlukan apabila dilokasi budi daya tidak ada air dari irigasi yang bisa di
alirkan ke areal kolam terpal. Pompa yang di gunakan adalah pompa listrik. Jika
tidak ada, bisa juga menggunakan pompa isap dengan penggerak motor berbahan
bakar bensin atau solar. Fungsinya untuk menyedot air, maupun sungai, untuk di
alirkan kekolam terpal. Umumnya, banyak di jual di pasar dengan kapasitas 42
liter/menit.
Untuk kolam terpal yang jumlahnya sedikit ( sekitar 1 atau 2 kolam ) atau usaha
budidaya yang bukan bertujuan komersial, tetapi hanya untuk perluan konsumsi
keluarga, keberadaan pompa tidak begitu diperlukan, karna bisa memberatkan
biaya oprasional. Air kolam yang di gunakan cukup berasal dari air hujan, air sumur,
air sungai yang cara pengisiannya kedalam kolam dilakukan secara manual, yakni
manggunakan timba atau ember.
b. Selang atau Paralon
Selang dan paralon dibutuhkan sebagai media penyalur air apabila lokasi sumber air
berada jauh dari kolam. Slang dan paralon yang digunakan adalah jenis biasa yang
banyak di jual di toko bangunan dengan diameter minimum 1 inci, atau disesuaikan
dengan kebutuhan.
c. Aerator atau Blower
Peralatan ini hanya digunakan sewaktu – waktu, terutam untuk meningkatkan
kandungan oksigen terlarut di dalam air. Pada lele dumbo dewasa atau yang
termasuk kateologi pembesaran biasanya tidak terlalu membutuhkan suplai
oksigen, karena lele memiliki alat pernafasan tambahan terbentuk bunga karang (
labyrin ) yang mampu menyerap oksigen dari udara bebas. Sementara untuk benih
yang di pelihara dengan tingkat kepadatan tinggi, sangat memerlukan suplai
oksigen. Demikian juga dengan lele yang sedang menetaskan telor.
d. Ember pakan dan timbangan pakan.

2.6 Persiapan Penebaran Benih


A. Mempersiapkan Rencana dan Pencatatan Kegiatan
Dalam menjalankan usaha budi daya lele dumbo di kolam terpal, perencanaan
kegiatan merupakan awal pelaksanaan usaha yang harus dilakukan. Setidaknya, semua
persiapan budi daya, dari persiapan kolam hingga pangsa pasar ketika panen, telah disusun
dalam suatu catatan dan jadwal kegiatan.
Kesuksesan budi daya lele dumbo di kolam terpal bias dipengaruhi oleh pengalaman
yang dimiliki peternak. Bagi mereka yang sebelumnya sudah berpengalaman dalam
memelihara lele dumbo didalam kolam konvensional, tentunya tidak akan kesulitan dalam
melakukan budi daya di kolam terpal. Sebab, kolam terpal memiliki dimensi yang lebih kecil
dibandingkan dengan kolam biasa.
Berikut ini beberapa persiapan penting yang perlu dilakukan sebelum menjalan kan
usaha budi daya lele dumbo dikolam terpal.
a. Persiapan Kolam
Usaha kolam terpal yang diletakkan di lahan pekarangan,sebelum budi daya di mulai,
terlebih dahulu bersihkan area di sekitarnya. Pastikan juga di sekeliling kolam
terbebasdari pohon besar yabg menghambat sinar matahari.
Manfaat lain dari pemangkasan pohon-pohon di sekitar areal pembudidayaan adalah
untuk mengurangi jatuhnya daun-daun kering ke dalam kolam, serta mencegah
datangnya burung pemangsa ikan tang bias bertengger di pepohonan.
Selain itu, lingkungan pembudidayaan juga harus terbebas dari tumpukan sampah atau
rerumputan rimbun yang sering di jadikan tempat persembunyian hama. Pastikan juga
terpal terhindar dari benda-benda tajam yang bias menyebabkan terpal sobek.
b. Pengawasan Kolam
Sebelum benih di tebar, pastikan dulu apakah air kolam mengalami penyusutan atau
tidak. Jika air menyusut, sebaiknya di periksa penyebabnya. Jika ada terpal yang sobek,
segera tambal atau ganti dengan yang baru.
Selain itu, periksa di sekitar kolam apakah ada hama seperti kodok. Jika ada segera
tangkap, dan musnahkan. Pasalnya kodok yang masuk kekolam biasanya langsung
bertelur. Akibatnya benih kodok(kecebong) bias menjadi pesaing tempat maupun
makanan bagi benih lele.
c. Sumber Air
Bagi pembudidayaan lele yang di lakukan di lokasi yang tersediaan airnya terbatas, hal
yang perlu diperhatikan adalah cara mendapatkan sumber air di penggantian. Sumber
air bias diperoleh dengan cara mengalirkan air memalui saluran irigasi,menyedodnya
menggunakna pompa,atau cukup mengadalkan aira hujan yang sudah ditampung
sebelumnya.selain sumber ai, masalh lain yang perlu ddiperhatikan adalah air buangan
kolampasalnya,aira bunagan kolam yang berasal dari pemeliharanan lele kondisinya
tentu sanagt jelek,kotor,dan berbau tidak sedap.Karena itu,penggolahannya harus
dilakukan denagan baik.Misalnya,ketika membuang air,harus dipkirkan caranya agar
air tidak melewati pekarangan rumah tetangga,apalagi membasahi halamannya.Kalau
perlu,dibuat saluran khusus agar air pembuangn tidak meluber ketempat lain.idealnya,
air kolam diganti setiap lima belas hari sekali.
d. Suhu Air
Suhu merupakan salah satu prameter penting yang perlu diperatikan pada saat
penebaran. Pastikan suhu air dalam kolam 27 C. Jika suhu lebih diingin atau lebih panas,
segera lakukan penyesuaian. Suhu air lebih dingin umumnya disebabkan oleh lokasi
kolam yang tertutup perpohonan rimbun. Selain itu, kedalaman air juga berpengaruh
terhadap tinggi rendahnya suhu.
Untuk menghangatkan suhu air, beri plastik penutup dinding atau atap kolam. Kalau
perlu, pasang lampu bohlam berdaya 40 – 60 watt untuk menghangatkan air layaknya
hatchery. Sedangkan jika suhu pada siang hari terlalu panas, segera dilakukan
pendinginan. Caranya pasang peneduh dari pelepah daun kelapa diatas kolam. Hasilnya
pun signifikan, suhu air didalam di dalam kolam menjadi normal kembali. Alat yang bias
digunakan untuk mengukur suhu kolam adalah thermometer.

2.7 Pelaksanaan Budidaya di Kolam Terpal


Untuk mendapatkan lele yang berkualitas dan hasil yang memuaskan maka kondisi
kolam harus disesuaikan dengan habitat yang disukai lele. Oleh karena itu, kolam terpal yang
telah dibuat harus disesuaikan terlebih dahulu. Bibit lele yang baru dibeli juga harus
diadaptasikan dan diberi perlakuan sebelum dimasukkan ke dalam kolam.
a. Penebaran Benih
Untuk pengkajian budidaya lele dalam terpal, kita tidak menggunakan media Lumpur, dalam
hal ini kita langsung memasukan air dari sumber kedalam bak terpal, dengan urutan sebagai
berikut :
1. Kedalaman air yang digunakan 25 cm - 50 cm ( tinggi/selisih antara permukaan air
dan terpal minimal 20 cm). dengan adanya selisih jarak tersebut diharapkan lele
tidak meloncat keluar kolam. Setelah air penuh, kemudian diberikan garam dapur
25 gr/m3 air dan air perasan kunyit.
2. Bila perlu diberi pupuk kandang awal dilakukan 2 minggu sebelum tebar dengan
dosis pupuk kandang yang diberikan yaitu dengan dosis 500 - 700 gr/m2 atau
dapat pula ditambah urea 15 gram/m2, SP 36 20 gram/m2 dan ammonium nitrat
15 gram/m2.
3. Untuk tahap awal dan mempertahankan kualitas air, perlu diberikan probiotik 10
ml/m3 air dengan tujuan untuk mempercepat penguraian bahan organik dan juga
diberikan garam ikan sebanyak 2 kg/bak dengan tujuan sterilisasi dan membunuh
bibit penyakit yang ada dalam air.
4. Untuk pupuk kandang sebaiknya diberikan dengan cara digantung menggunakan
karung atau jaring yang bertujuan agar hanya sari-sari pupuk saja yang keluar,
sedangkan ampasnya tidak ikut keluar, dimana ampas pupuk dapat juga mengotori
kolam yang pada gilirannya nanti dapat menjadi media penyebaran penyakit.
5. Kolam terpal siap untuk digunakan setelah 3 - 5 hari proses pemupukan dan
persiapan lainnya, dimana pada saat itu plankton didalam air diharapkan sudah
tumbuh. Makanan alamiah yang berupa zooplankton, larva, cacing-cacing, dan
serangga air. Makanan berupa fitoplankton adalah Gomphonema spp (gol.
Diatome), Anabaena spp (gol. Cyanophyta), Navicula spp (gol. Diatome),
ankistrodesmus spp (gol. Chlorophyta).
6. Ikan lele juga menyukai makanan busuk yang berprotein.
7. Selanjutnya disiapkan bibit ukuran 7 - 8 cm dengan padat tebar maksimal 100
ekor/m2. Pemeliharaan dalam kolam terpal, sebaiknya tidak menggunakan bibit
yang berukuran kecil agar tidak terjadi banyak kematian. Pemakaian bibit
berukuran lebih besar akan lebih baik dan waktu pemeliharaan lebih cepat
(misalnya 2,5 bulan sudah mencapai ukuran layak dikonsumsi). Bibit yang baru
dibeli (baru tiba) jangan langsung dimasukkan ke dalam kolam. Bibit yang ada
dalam bungkusan kantong plastik tersebut harus dituangkan bersama airnya ke
dalam ember. Kemudian setiap satu jam ditambahkan air dari kolam ke dalam
ember tersebut. Penambahan air tersebut dilakukan hingga 3 kali. Tujuannya, agar
bibit lele dapat beradaptasi dengan suhu air dalam kolam.
8. Setelah itu, bibit yang telah diadaptasikan tersebut dimasukkan ke dalam kolam
terpal. Pemberian pakan berupa pelet yang telah dihaluskan dapat diberikan
setelah beberapa jam kemudian setelah ikan menyebar diseluruh bagian kolam.

Gambar 3. Tehnik Penebaran Benih

b. Pemberian Pakan
Pakan yang diberikan berupa pelet dengan kandungan protein berkisar antara 26-
28 %. Pemberian pakan ini dilakukan secara berkala dengan dosis 3-5 % dari bobot total
ikan dan frekuensi pemberiannya sebanyak tiga kali sehari (pagi, siang dan sore).
Pemberian pakan buatan (pelet) diberikan sejak benih berumur 2 minggu yaitu pakan
berupa bentuk serbuk halus. Penghalusan butiran lebih praktis dengan menggunakan alat
blender atau dengan cara digerus/ ditumbuk. Kemudian setelah itu berangsur-angsur
gunakan pelet diameter 1milimeter barulah kemudian beralih ke pelet ukuran 2 milimeter
(sesuai dengan umur ikan lele). Hal ini dimaksudkan agar pelet dapat dicerna lebih baik dan
lebih merata oleh seluruh ikan sehingga meminimalisir terjadinya variasi ukuran ikan lele
selama pertumbuhannya.
Kebutuhan pakan lele setiap ekor per hari adalah seberat 3 % dari berat badannya. Berat
badan lele pada usia 65 hari adalah 120 - 125 g. Dengan demikian, dalam satu kilogram akan
berisi 7 - 8 ekor lele.
Dengan tingakat Konversi pakan 0,85 : 1, maka pakan yang dibutuhkan selama masa
pemeliharaan satu periode tanam (65 hari) dan tingkat mortalitas sebesar 10 % adalah
344,25 kg.
Sebagai alternatif untuk mencukupi kebutuhan pakan lele, sebaiknya diberikan pakan
substitusi seperti dedak halus, limbah dapur, rayap, keong mas (siput murbei) bahkan
bangkai ayam.
Jika di lingkungan sekitar terdapat sawah yang dipenuhi oleh keong mas maka hama
tanaman padi tersebut dapat dimanfaatkan untuk pakan substitusi, sedangkan pakan
substitusi seperti limbah dapur dapat diperoleh dari warung-warung nasi atau restoran.
Untuk mengumpulkan limbah tersebut, sebaiknya disediakan tempat (ember) limbah yang
dapat diambil setiap waktu. Demikian pula, jika di lingkungan sekitar terdapat peternakan
ayam. Ayam-ayam yang mati dapat digunakan untuk pakan lele. Pakan substitusi ini mulai
diberikan pada saat lele berusia satu bulan. Bangkai ayam yang digunakan untuk pakan
harus masih segar (belum berbau busuk). Kemudian, bangkai tersebut dibakar hingga bulu-
bulunya habis. Selanjutnya, badan ayam diikat dengan tali dan dimasukkan ke dalam kolam
setelah daging ayam dingin. Ujung atas tali diikatkan pada tiang dinding kolam atau pada
bambu/kayu yang dipalangkan di bagian atas lebar kolam. Hal ini bertujuan agar tulang-
tulang ayam mudah diambil dan tidak bertebaran di sekeliling dasar kolam.
Pakan dari keong mas diberikan dengan cara mencacahnya terlebih dahulu. Setelah dicacah,
keong mas dimasukkan ke dalam ember dan direndam beberapa saat dengan air mendidih.
Setelah itu, air di dalam ember dibiarkan hingga menjadi dingin kemudian dimasukkan ke
dalam kolam sesuai dengan kebutuhan.
Gambar 4. Pemberian Pakan Ikan Lele

c. Pemeliharaan
Pemeliharaan lele di kolam terpal pada umumnya tidak berbeda dengan perawatan di kolam
lainnya. Beberapa perawatan lele yang perlu diperhatikan dalam kolam terpal adalah
sebagai berikut.
1. Penambahan air dalam kolam Terpal
Bila air dalam kolam terpal berkurang karena proses penguapan maka tambahkan
air hingga tinggi air kembali pada posisi normal. Penambahan air dilakukan hanya
pada waktu-waktu tertentu, misalnya satu minggu sekali. Panambahan air dilakukan
apabila ketinggian air dalam bak terpal berkurang/kurang dari ketinggian yang
diharapkan (dalam setiap penambahan, air perlu ditambah setinggi 10 - 15 cm
sehingga kualitas air tetap terjaga). Jika air didalam kolam berkurang perlu
ditambahkan hingga ketinggian normal kembali
2. Tanaman pelindung dalam kolam
Tanaman pelindung di dalam kolam berfungsi untuk melindungi lele dari terik sinar
matahari dan juga sebagai makanan tambahan bagi lele. Selain itu, tanaman juga
dapat mengisap kotoran di dalam air.
Jenis tanaman pelindung/tanaman air yang biasa digunakan yaitu kapu-kapu dan
enceng gondok. Dalam satu kolam cukup dipilih salah satu tanaman tersebut. Jumlah
tanaman di dalam kolam dibatasi hingga sepertiga bagian dari luas permukaan air
kolam. Pertumbuhan akar eceng gondok pun harus dibatasi dan harus dikurangi
secara berkala. Untuk membatasi pertumbuhannya yaitu dengan memberi pembatas
berupa bambu yang diapungkan dan diberi tali serta bandul batu pada kedua
ujungnya. Cara ini dilakukan selain tanaman tampak rapi juga agar sinar matahari
dapat masuk ke dalam kolam. Cahaya matahari dibutuhkan dalam proses
pertumbuhan lele. Tanaman air di dalam kolam berfungsi untuk melindungi lele dari
terik sinar matahari dan makanan tambahan
d. Panen
Lele dipanen pada umur 65 hari, waktu panen diusahakan pada pagi atau sore hari
yaitu pada waktu cuaca tidak panas dan suhu stabil (tidak begitu tinggi). Berat rata-rata pada
umur tersebut sekitar 100 gram/ekor.
Pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi hari supaya lele tidak terlalu kepanasan. Kolam
dikeringkan sebagian saja dan ikan ditangkap dengan menggunakan seser halus, tangan,
lambit, tangguh atau jaring. Setelah dipanen, biarlah dulu lele tersebut di dalam
tong/bak/hapa selama 1- 2 jam (untuk pengangkutan jarak dekat) dan diberok selama
semalam (untuk pengangkutan jarak jauh) dengan tujuan agar feses atau kotoran ikan keluar
sehingga dapat lele tidak stress dan dapat mutu dan kualitas dapat dipertahankan.
e. Pengangkutan dan Pemasaran
Setelah dipanen, sebaiknya lele langsung dipasarkan dalam keadaan hidup (segar). Adapun
cara pengangkutan yang dapat digunakan adalah dengan system terbuka dan tertutup. Kalo
menggunakan sistem terbuka sebaiknya menggunakan alat berupa tong/drum/bak. Untuk
menguragi kematian selama perjalanan akibat perubahan suhu yang signifikan maka pada
wadah tong/bak ditambahkan bongkahan es yang dibungkus plastik. Cara pengangkutan ini
dapat dilakukan apabila jarak angkut cukup dekat atau waktu pengangkutan tidak lebih dari
4 jam.
Kalau menggunakan sistim tertutup, maka harus disediakan oksigen dalam jumlah yang
cukup. Caranya siapkan kantong plastik, berikan air ¼ bagian dari kantong, isikan lele
sebanyak 2-3 kg/kantong, berikan oksigen 2/3 bagian dari kantong. Pengangkutan sistim ini
dilakukan apabila jarak angkut lebih dari 5 jam.

Gambar 5. Ikan Lele Siap Kosumsi


BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Dari hasil karya tulis ini dapat disimpulkan, bahwa pembudidayaan lele dumbo
dikolam terpal banyak mendapatkan keuntungan yaitu :

a. Cara praktis dengan tingkat keberhasilan tinggi


b. Solusi untuk kawasan kritis dan miskin air
c. Keuntungan teknis dan financial
d. Lebih disukai karena tidak berbau Lumpur
3.2 Saran
Penulis menyarankan untuk dapat lebih dikembangkan lagi budidaya lele dengan
kolam terpal, mengingat begitu banyak keuntungan dari sisterm budidaya ini, dan juga
kepada pihak terkait, agar lebih dapat memberikan bimbingan dan penyuluhan.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1994. Budi Daya Ikan Lele Dumbo di Kolam Terpal. Bandung: PT AgroMedia Pustaka
Amri. 2002. Intensifikasi Budi Daya Lele Dumbo. Jakarta: Balai Pustaka
Daelami. 2001. Agar Ikan Sehat. Jakarta: Kawan Pustaka
Khairuman. 1992. Pedoman Teknik Pembenihan Ikan Lele. Jakarta: Kawan Pustaka
Rahmatun. 1998. Budi Daya Ikan Lele. Jakarta: Balai Pustaka
Sihombing, Toguan. 1997. Informasi Teknis Budi Daya Ikan Lele. Jakarta: PT AgroMedia
Pustaka
Sudenda. 2000. Teknik Budi Daya Ikan Lele. Subang: PT AgroMedia Pustaka
Suprayitno. 1991. Kultur Makanan Alami. Jakarta: PT AgroMedia Pustaka
Website
www.google.com

Anda mungkin juga menyukai