Anda di halaman 1dari 6

Latar Belakang

Tradisi merupakan suatu peringatan yang dilakukan secara turun temurun dan dilakukan
sesuai dengan waktu penentuan yang telah ditetapkan. Disetiap daerah memiliki tradisi yang
beraneka ragam, salah satunya didaerah Kaliwungu Kendal yang memiliki tradisi Weh-wehan(
saling memberi). Yang dilaksanakan pada tanggal 12 Rabiul Awal untuk memperingati Maulud
Nabi ( Kelahiran Nabi Muhammad Saw).
Tradisi weh-wehan ini merupakan tradisi saling memberikan atau bertukar makanan antar
tetangga dan sanak saudara yang tinggal di daerah Kaliwungu. Tradisi ini dilakukan secara turun
temurun sehingga tidak ada yang tahu pasti kapan tradisi ini di mulai.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah munculnya tradisi weh-wehan?
2. Bagaimana proses terjadinya tradisi weh-wehan itu?

3. Apa Substansi dari tradisi weh-wehan?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitain ini, yaitu:

1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Antropologi.

2. Menegetahui tradisi weh-wehan baik sejarah, proses, maupun subtansinya.

KAJIAN TEORI
A. Definisi Tradisi, Ritual, dan Kebudayaan

Hasan Hanafi (dalam buku Moh. Nur Hakim 2003 : 29) mendefinisikan bahwa tradisi atau
turats merupakan segala warisan masa lampau yang masa pada kita dan masuk ke dalam
kebudaayaan yang sekarang berlaku. Berarti bagi pandangan Hanafi bahwa turats itu tidak hanya
peninggalan sejarah, tetapi juga sekaligus merupakan persoalan zaman kini dengan berbagai
tingkatannya.

Pengertian ritual menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Tim Penyusun, 2001 : 959)
adalah hal ihwal ritus atau tata cara dalam upacara keagamaan. Upacara ritual
atauceremony adalah sistem atau rangkaian tindakan yang ditata oleh adat atau hukum yang
berlaku dalam masyarakat yang berhubungan dengan berbagai macam peristiwa yang biasanya
terjadi dalam masyarakat yang bersangkutan (Koentjaraningrat, 1990 : 190).

Kebudayaan menurut Ki Hajar Dewantara berarti buah budi manusia adalah hasil
perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni zaman dan alam yang merupakan bukti
kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran didalam hidup dan
penghidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib
dan damai.

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Sebagaimana dipaparkan di muka, penelitian kualitatif sebagai model yang dikembangkan


oleh Mazhab Baden yang bersinergi dengan aliran filsafat fenomenologi menghendaki
pelaksanaan penelitian berdasarkan pada situasi wajar (natural setting) sehingga kerap orang
juga menyebutnya sebagai metode naturalistik. Secara sederhana dapat dinyatakan bahwa
penelitian kualitatif adalah meneliti informat-sebagai subjek penelitian-dalam lingkungan hidup
kesehariannya. Untuk itu, para peneliti kualitatif sedapat mungkin berinteraksi secara dekat
dengan informan, mengenal secara dekat dunia kehidupan mereka, mengamati dan mengikuti
alur kehidupan informan secara apa adanya (wajar). Pemahaman akan simbol-simbol dan bahasa
asli masyarakat menjadi salah satu kunci keberhasilan penelitian ini. Pendekatan kualitatif
memiliki banyak ciri sebagaimana banyak dipaparkan para ahli. (Muhammad Idrus, 2009).

B. Sumber Data

Untuk memperoleh berbagai data dan informasi tentang tradisi weh-weh an di krajan
kulon kaliwungu diperlukan informan dari masyarakat krajan kulon sendiri yang benar-benar
mengetahui tentang tradisi ini.

Oleh karena itu untuk mendapatkan data yang akurat dalam penelitian ini yang dijadikan
sebagai informan adalah tokoh masyarakat dan orang-orang yang sudah lanjut usia, yang mereka
mengetahui berbagai hal tentang tradisi ini. Mereka berjumlah tiga orang. Lebih jelasnya lihat
tabel dibawah ini:

No Nama Informan Usia Keterangan


1 K.H. Irfan bin Abdul Aziz 55 tahun Kyai

2 Bapak Lukman Hakim Tokoh masyarakat

C. Tehknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam pengumpulaan data dalam penelitian ini adalah :
 Wawancara

 Analisis Data

1. Teknik wawancara

Salah satu metode pengumpulan data adalah dengan jalan wawancara, yaitu mendapatkan
informasi dengan cara bertanya langsung kepada responden. Cara inilah yang banyak dilakukan
di indonesia belakangan ini.
Wawancara merupakan salah satu bagian terpenting dari setiap survey. Tanpa wawancara,
peneliti akan kehilangan informasi yang hanya dapat diperoleh dengan jalan bertanya langsung
kepada responden. Data semacam itu merupakan tulang punggung suatu penelitian survey.

Berikut ini hasil wawancara kami dengan salah satu narasumber, yaitu K.H Irfan Bin
Abdul Aziz.

Pewawancara : Assalamu’alaikum bapak, maaf mengganggu, bisa minta waktunya sebentar ?

Narasumber : Wa’alaikumussalam, iya tidak apa-apa, ada yang bisa saya bantu mas mbak ?

Pewawancara : perkenalkan pak, kami dari mahasiswa IAIN Walisongo semarang, jurusan
komunikasi dan penyiaran islam ingin mewawancarai bapak mengenai tradisi weh-weh an yang
ada daerah ini.

Narasumber : oh iya, silahkan.

Pewawancara : apa sih sebenarnya tradisi weh-wehan itu ?

Narasumber : tradisi weh-wehan itu adalah tradisi yang saling memberi atau tukar-menukar
makanan.
Pewawancara : terdapat didaerah mana tradisi tersebut dilaksanakan ?

Narasumber : tradisi ini hanya dilaksanakan di daerah Kaliwungu kab. Kendal


Pewawancara : siapa saja yang melaksanakan tradisi ini ?

Narasumber : tradisi ini biasanya dilakukan hampir seluruh masyarakat Kaliwungu.


Pewawancara : kapan dilaksanakannya tradisi weh-weh an pak ?
Narasumber : weh-weh an dilaksanakan pada tanggal 12 Rabi’ul Awwal. Biasanya dilakukan 1
minggu sebelumnya tetapi puncaknya pada tanggal tersebut. Untuk memeringati hari lahirnya
Nabi Muhammad SAW.
Pewawancara : terdapat kegiatan apa saja pak di dalam weh-weh an tersebut ?

Narasumber : sebenarnya weh-weh an itu dari kata aweh (dalam bahasa jawa ) yang berarti
memberi. Jadi seseorang saling memberi dalam satu sama lain.
Pewawancara : memberi itu memberi dalam hal apa pak ?

Narasumber : ya saling memberi makanan, tukar menukar makanan.


Pewawancara : apakah ada makanan khas didalam weh-weh an tersebut pak ?

Narasumber : iya ada, namanya sumpil. Itu makanan yang bahan dasarnya beras ketan kemudian
di buntel atau dibungkus dengan daun jati dan dibentuk kerucut.
Pewawancara : oh gitu ya pak,,, selain makanan khas weh-weh an itu apalagi pak ?

Narasumber : biasan membuat teng-tengan bentuk kapal dan bintang untuk menghiasi di setiap
rumah.

HASIL dan PEMBAHASAN

I. Sejarah Munculnya Tradisi Weh-Wehan

Tradisi Weh-wehan merupakan salah satu kebudayaan yang dilakukan oleh hampir
semua masyarakat didaerah Kaliwungu, Kendal. Tradisi ini di laksanakan pada tanggal 12
Rabi’ul Awwal ( memeringati hari Maulud Nabi atau kelahiran Nabi Muhammad Saw). Sejarah
adanya tradisi Weh-wehan ini tidak ada yang tahu kapan tepatnya dimulai. Karena tradisi ini
merupakan tradisi secara turun temurun yang terus dilestarikan. Tradisi Weh-wehan ini
merupakan tradisi dimana masyarakat saling memberi atau saling bertukar makanan (terutama
makanan dalam bentuk jajanan pasar dan makanan ringan).

II. Proses Terjadinya Tradisi Weh-Wehan

Tradisi Weh-wehan ini dilaksanakan pada tanggal 12 Rabi’ul Awwal. Yaitu tepatnya
pada hari kelahiran Nabi Muhammad Saw atau yang sering disebut dengan Maulud Nabi. Tradisi
weh-wehan dilaksanakan pada waktu sore hari sampai malam hari. Dan biasanya pada malam
harinya diadakan Maulud Nabi di masjid. Tradisi weh-wehan ini merupakan tradisi yang
dilakukan secara turun temurun yang dilakukan oleh sebagian besar masyarakat di daerah
Kaliwungu, Kendal. Tradisi ini adalah tradisi dimana masyarakat daerah Kaliwungu saling
memberi atau bertukar makanan, makanan tersebut sangat bermacam-macam khususnya
makanan yang berupa jajanan pasar dan makanan ringan.

Di tradisi weh-wehan tersebut juga memiliki jajanan khas yang selalu ada diantara
jajanan pasar yang lain, yaitu jajanan pasar yang bernama Sumpil. Sumpil adalah makanan yang
berbahan dasar beras ketan kemudian di buntel atau dibungkus dengan daun jati dan dibentuk
kerucut atau segitiga. Sumpil ini juga memiliki filosofi tersendri, yaitu dimana makanan yang
berbentuk segitiga ini di bagian bawah yang berarti hubungan antar manusia, kemudian bagian
yang menyerucut keatas adalah hubungan antara mnusia dengan Tuhan. Proses tradisi weh-
wehan itu diawali dengan menyiapkan makanan atau bermacam-macam jajanan pasar di setiap
rumah. Kemudian anak-anak sebagai media pengantar makanan tersebut mengantarkan atau
membawakan makanan tersebut di setiap tetangga dan sanak saudara yang ada di daerah
Kaliwungu untuk ditukar.

Jika suatu rumah atau dalam anggota keluarga yang tidak memiliki anak, nantinya akan
tetap bisa bertukar makanan dengan menunggu datangnya anak-anak yang berkunjung kerumah.
Tradisi ini juga merupakan tradisi dimana ingin mengajarkan ke setiap anak untuk saling
memberi sesama dan untuk saling peduli kepada sesama. Intinya tradisi wewesahn tersebut yang
muda mendatangi yang lebih tua dan yang lebih sempat untuk memberikan ke setiap rumah.
Dalam tradisi ini juga ada kegiatan teng-tengan. Teng-tengan adalah lampu-lampu atau lampion
yang bermacam-macam bentuk (biasanya berbentuk kapal dan bintang) yang berguna untuk
menghiasi disetiap rumah, sehingga acara ini lebih meriah. Acara ini sangat meriah disetiap
tahunnya, dan didominasi oleh anak-anak.

III. Substansi Dari Tradisi Weh-Wehan

Tradisi weh-wehan ini merupakan tradisi yang meriah disetiap tahunnya yang di
dominasi oleh anak-anak. Tradisi ini mengajarkan kesetiap anak untuk memliki rasa saling
berbagi terhadap sesama dan mengajarkan anak untuk saling bersilaturrahmi dan mengajarkan
anak untuk mempererat tali persaudaraan.

PENUTUP
A. kesimpulan

Dari penelitian yang telah digunakan dapat disimpulkan bahwa tradisi weh-wehan ini
adalah tradisi turun-temurun yang dilakukan hingga saat ini. Weh-wehan ini bermakna bahwa
setiap orang harus saling memberi dalam hal yang positif juga mengajarkan manusia untuk
bersedekah.
DAFTAR PUSTAKA

Idrus muhammad.(2009).metode penelitian ilmu sosial.Yogyakarta: PT Gelora Aksara Pratama.

Koentjaraningrat, 1990 : 190

Moh. Nur Hakim 2003 : 29

Muhammad Idrus, 2009

Anda mungkin juga menyukai