Karya tulis ini disusun untuk memenuhi Tugas Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Disusun Oleh :
Karya tulis ini dapat di periksa dan di sahkan oleh Guru Pembimbing
Hari :
Tanggal :
Disetujui oleh :
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan melimpahkan rahmat, taufiq, serta hidayah-Nya. Sehingga dapat
terselesaikannya karya tulis yang berisi objek wisata Bali tanpa halangan apapun. Penulis
sadar bahwa terselesaikanyya karya tulis ini dari pihak-pihak yang membantu dan
memberikan dukungan kepada penulis. Untuk itu penulis ingin berterimakasih kepada :
1. …………Selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Kayen
2. ………….Selaku wali Kelas …………..
3. …………………..yang membimbing dalam pembuatan laporan karya tulis.
4. Bapak/Ibu guru yang mendampingi selama penulis mengamati objek.
5. Orang tua yang telah mendukung penulisan.
6. Serta teman-teman yang telah menemani penulis dalam perjalanan karya wisata.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
penulis siap menerima kritik dan saran yang kiranya dapat membangun sempurnya
penyusunan makalah ini. Cukup sekian yang dapat Penulis ungkapkan dalam kata pengantar
ini, semoga dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Kayen,
DAFTAR ISI
Halaman Judul...............................................................................................................................i
Lembar Pengesahan......................................................................................................................ii
Kata Pengantar..............................................................................................................................iii
Daftar Isi.......................................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................................................1
B. Perumusan Masalah..........................................................................................................1
C. Tujuan Pembahasan..........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Sekilas Tentang Desa Penglipuran....................................................................................2
B. Bentuk Kearifan Lokal Desa Panglipuran.........................................................................2
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................................................................6
B. Saran..................................................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................7
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bali memiliki obyek wisata yang menyajikan pesona budaya penduduk lokal dan
aktivitas keseharian mereka. Obyek tersebut adalah Desa Adat Penglipuran. Desa Penglipuran
yang telah didaulat menjadi desa adat sejak tahun 1992 ini merupakan kawasan perdesaan di Bali
yang memiliki tatanan teratur baik secara fisik maupun struktur pemerintahan desa, serta tidak
lepas dari nilai-nilai budaya yang dipegang teguh oleh masyarakat.
Desa Penglipuran salah satu desa adat yang masih terpelihara keasliannya. Berbagai
tatanan sosial dan budaya masih terlihat di berbagai sudut desa ini sehingga nuansa Bali masa
lalu tampak jelas. Perbedaan desa adat Penglipuran dengan desa adat lainnya di Bali adalah tata
ruang yang sangat teratur berupa penataan rumah penduduk di kanan dan kiri jalan dengan
bentuk rumah yang seragam dalam hal bentuk sehingga keseluruhan desa ini tampak rapi dan
teratur.
Desa Tradisional Penglipuran memiliki potensi budaya yang sampai saat ini tetap
terpelihara dengan baik. Potensi paling unik yang dimiliki adalah pola tata ruang dan arsitektur
bangunan tradisional Bali khas Penglipuran. Pola tata ruang simetris dengan open space linier di
tengah disertai pintu gerbang (angkul-angkul) seragam serta tata letak bangunannya merupakan
pemandangan suasana pedesaan yang sangat unik, khas dan menarik untuk dinikmati. Adat
istiadat yang menyertainya juga cukup unik dan beberapa hal berbeda dengan kebanyakan adat
pedesaan di Bali. Pola penataan ruang dan tata letak bangunan tradisional di Penglipuran
menggunakan Pola Dasar Nawa Sanga, yaitu penggabungan orientasi antara gunung dan laut
serta terhadap peredaran matahari.
B. Perumusan Masalah
1. Apa Yang Di Maksud Dengan Desa Penglipuran?
2. Bagaimana Bentuk Kearifan Lokal Desa Penglipuran?
C. Tujuan Pembahasan
1. Agar Mengetahui Tentang Desa Penglipuran.
2. Untuk Mengetahui Tentang Kearifan Lokal Desa Penglipuran.
BAB II
PEMBAHASAN
Karena telah ditetapkan sebagai desa wisata, untuk memasuki Desa Penglipuran, harus
membayar tiket masuk. Tapi tidak perlu khawatir, tidak terlalu mahal. Wajar saja. Sangat wajar
jika dibandingkan dengan kekaguman akan keasrian permukiman yang tertata apik dan
terpelihara dengan baik yang bisa kita nikmati.
Desa Wisata Penglipuran terlihat begitu asri. Keasrian kawasan telah menerpa pengunjung saat
pertama kaki melangkah memasuki kawasan. Selain asri, juga sangat bersih. Sangat sulit untuk
menemukan sampah yang tercecer di sana, apalagi onggokan sampah. Tidak ada sama sekali. Di
beberapa sudut disediakan tempat sampah dengan desain yang cukup unik. Kerimbunan
pepohonan di sepanjang jalan utama yang membelah desa juga menambah suasana asri. Di
sekitar pintu gerbang masuk desa terdapat area yang dinamakan catus pata yang merupakan area
yang terdiri dari balai desa, fasilitas masyarakat, dan ruang terbuka hijau berupa taman nan asri.
Semuanya tertata dengan apik. Perpaduan tatanan struktur ruang desa tradisional dan konsep
wisata desa yang cukup menjual.
Penataan fisik bangunan dan pola penataan kawasan di Desa Wisata Penglipuran sangat kental
dengan budaya Bali yang tetap dipegang teguh oleh masyarakatnya. Budaya yang berlaku turun
temurun. Nuansa tradisional Bali sangat terasa. Terdapat jalan utama yang membelah desa
dengan deretan gerbang/pintu masuk menuju rumah-rumah. Pintu masuk ke tiap rumah didesain
dengan bentuk yang sama, biasa disebut angko-angko. Pintu sengaja dibuat tidak terlalu lebar
dengan maksud agar tidak dapat dilalui oleh motor. Tiap gerbang ditempeli tulisan keterangan
tentang nama pemilik rumah dan anggota keluarga.
Jalan utama terus menanjak, disertai undakan-undakan dan di ujungnya terdapat pura. Jalan-jalan
di lingkungan perumahan terbuat dari batu alam yang dihiasi rumput di sepanjang kanan dan kiri
jalan. Deretan pohon kemboja tidak ketinggalan memunculkan nuansa khas Bali.
Selain suasananya yang asri dan sangat mengagumkan, penduduk desa juga sangat ramah
terhadap setiap tamu yang datang. Sempat memasuki beberapa rumah yang ada, mereka
menyapa dengan ramah, “Silakan masuk Bu, lihat-lihat di dalam”. Mereka dengan ramah
berusaha menjelaskan tentang Desa Wisata Penglipuran. Di dalam rumah yang dikunjungi
ternyata kita dapat menemukan beberapa pengrajin yang sedang membuat beragam kerajinan
khas Bali. Belum sempat bertanya, mereka sudah menjelaskan, “Kami hanya diperbolehkan
untuk berjualan di dalam area rumah masing-masing, tidak diperbolehkan jualan di sepanjang
jalan utama”. Ternyata konsep itu pula yang membuat kawasan tertata dengan apik.
Desain rumah dibuat hampir sama, yaitu menggunakan konsep rumah tradisional khas Bali atau
rumah adat Bali. Tiap rumah memiliki bagian-bagian rumah yang dibangun terpisah. Terdiri dari
beberapa bangunan yang berdiri sendiri, walau letaknya tidak berjauhan. Masing-masing rumah
terdiri dari bangunan rumah utama, bale-bale, dapur, jineng untuk lumbung padi, dan tempat suci
untuk pemujaan. Terdapat pula konsep/pakem yang harus ditaati. Misal tentang arah dan lokasi
dari masing-masing bangunan. Sangat menarik. Istimewanya, setiap rumah dipastikan terdapat
tempat pemujaan berupa pura mini.
Di ujung jalan utama terlihat pura yang merupakan landmark kawasan. Sebuah pura yang
menjadi pusat aktivitas keagamaan masyarakat Desa Penglipuran. Seperti desa adat lainnya,
banyak ritual keagamaan yang terselenggara di sana. Ada pula ritual yang dilakukan setiap hari.
Desa ini dapat dicapai melalui jalan yang menghubungkan Bangli dengan Kintamani. Dari kota
Bangli ke utara sampai ke desa Kubu kira-kita 5km lalu belok kiri, kita akan tiba di Penglipuran
dan akan disambut dengan hangat oleh warga desa.
Jika anda masih bingung mencapai desa yang beberapa kali menjadi lokasi syuting FTV dan film
ini, e-kuta.com menyediakan jasa sewa mobil + driver yang ramah, tidak merokok dan
professional.
Desa ini berudara sejuk karena terletak 700 m di atas permukaan laut. Dari sudut pandang
sejarah dan menurut para sesepuh, kata “Penglipuran” berasal dari kata “Pengeling Pura” yang
berarti tempat suci mengenang para leluhur.
Tempat ini sangat berarti sejak leluhur mereka datang dari desa Bayung Gede ke Penglipuran
jaraknya cukup jauh, oleh karena itu masyarakat Penglipuran mendirikan pura yang sama
sebagaimana yang ada di desa Bayung Gede. Dalam hal ini berarti masyarakat Penglipuran
masih mengenal asal usul mereka.
Pendapat lain mengatakan bahwa “Penglipuran” berasal dari kata “Penglipur” yang berarti
“penghibur” karena pada jaman kerajaan tempat ini dijadikan tempat peristirahatan.
Desa ini memiliki potensi budaya yang hingga saat ini masih dilestarikan dalam bentuk rumah
tradisional yang membedakan desa ini dari desa-desa yang lainnya.
Jumlah penduduknya 743 orang kebanyakan dari mereka hidup sebagai petani dan hanya
sebagian kecil sebagai pegawai negeri. Tari-tarian dan cenderamata berkembang dengan baik di
desa terpencil ini.(dikutip dari berbagai sumber)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Desa Penglipuran salah satu desa adat yang masih terpelihara keasliannya. Berbagai
tatanan sosial dan budaya masih terlihat di berbagai sudut desa ini sehingga nuansa Bali masa
lalu tampak jelas. Perbedaan desa adat Penglipuran dengan desa adat lainnya di Bali adalah tata
ruang yang sangat teratur berupa penataan rumah penduduk di kanan dan kiri jalan dengan
bentuk rumah yang seragam dalam hal bentuk sehingga keseluruhan desa ini tampak rapi dan
teratur.
Desa Penglipuran masuk dalam wilayah administrasi Kelurahan Kubu, Kabupaten
Bangli. Letaknya di jalan utama Kintamani – Bangli. Kata “Penglipuran” berasal dari kata
“Pengeling Pura”. Artinya, tempat suci untuk mengenang para leluhur. Jaraknya sekitar 45 km
dari Kota Denpasar. Desa Penglipuran memiliki luas sekitar 112 Ha., yang terdiri dari tegalan,
hutan bambu, permukiman, dan beragam fasilitas umum seperti pura, sekolah, dan fasilitas
umum lainnya. Berada di perbukitan dengan ketinggian berkisar 700 m dpl, menjadikan
Penglipuran sebagai kawasan yang cukup sejuk.
B. Saran
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan memberikan pengetahuan lebih terkait Desa
Adat Panglipuran, Bali.
DAFTAR PUSTAKA
http://e-kuta.com/blog/tempat-wisata/desa-tradisional-penglipuran.htm
http://octhawidi.blogspot.com/2012/11/latar-belakang-sejarah-desa-adat.html
dari individu:
Kepala Adat