Disusun oleh :
Muhammad Reza Saputra 1810312610045
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB 1................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.............................................................................................................3
1.1 Latar belakang..........................................................................................................3
1.2 Tujuan......................................................................................................................3
BAB 2................................................................................................................................4
PEMBAHASAN................................................................................................................4
2.1 Konsepsi Kekuasaan dan Wewenang.......................................................................4
2.1.1 Kekuasaan.........................................................................................................4
2.1.2 Wewenang.........................................................................................................4
2.1.3 Hasil dari Upaya Memengaruhi.........................................................................5
2.1.4 Proses Memengaruhi.........................................................................................5
2.2 Jenis dan Sumber Kekuasaan...................................................................................6
2.2.1 Kekuasaan yang Memiliki Legitimasi...............................................................6
2.2.2 Kekuasaan yang Mmeberi Penghargaan............................................................7
2.2.3 Kekuasaan yang Memaksa................................................................................7
2.2.4 Kekuasaan yang Berdasarkan Referensi............................................................8
2.2.5 Kekuasaan yang Berdasarkan Keahlian.............................................................9
2.2.6 Kekuasaan yang Berdasarkan Informasi............................................................9
2.2.7 Kekuasaan yang Berdasarkan Ekologi............................................................10
2.3 Bagaimana Kekuasaan Diperoleh atau Hilang.......................................................10
2.3.1 Teori Pertukaran Sosial...................................................................................11
2.3.2 Teori Kontigensi Strategi................................................................................11
2.4 Konsekuensi dari Kekuasaan Posisi dan Kekuasaan Personal................................12
2.5 Seberapa Besar Kekuasaan yang Harus Dimiliki Pemimpin..................................12
2.6 Teknik Untuk Memengaruhi..................................................................................14
2.6.1 Jenis Taktik untuk Memengaruhi yang Umum................................................14
2.6.2 Penelitian Untuk Mengidentifikasi Taktik Proaktif.........................................15
2.6.3 Persuasi Rasional.............................................................................................15
2.6.4 Memberikan Penilaian.....................................................................................15
ii
2.6.5 Konsultasi........................................................................................................16
2.6.6 Taktik Pertukaran............................................................................................16
2.6.7 Kolaborasi.......................................................................................................16
2.6.8 Permintaan Personal........................................................................................17
2.6.9 Mengambil Hati...............................................................................................17
2.6.10 Taktik Legitimasi..........................................................................................17
2.6.11 Tekanan.........................................................................................................17
2.6.12 Taktik Koalisi................................................................................................18
2.7 Kekuasaan dan Perilaku Memengaruhi..................................................................18
2.8 Kegunaan dan Keefektifan Taktik Pengaruh..........................................................19
2.8.1 Perbedaan Arah Penggunaan Taktik................................................................19
2.8.2 Pentahapan Taktik dalam Upaya Memengaruhi..............................................20
2.8.3 Keefektifan Teknik Memengaruhi...................................................................20
2.8.4 Keefektifan Kombinasi Taktik........................................................................20
2.8.5 Penggunaan Taktik Memengaruhi yang Etis...................................................21
2.8.6 Keterbatasan dari Penelitian Mengenai Taktik Memengaruhi Proaktif...........21
BAB 3..............................................................................................................................22
PENUTUP.......................................................................................................................22
3.1 Kesimpulan............................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................24
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Mempengaruhi merupakan inti dari kekuasaan, agar seseorang dapat menjadi
pemimpina yang efektif orang itu harus mampu mempengaruhi orang lain, agar mau
menjalankan permintaan, serta menjalankan kebijakannya.
Kekuasaan adalah kapasitas untuk mempengaruhi sikap dan perilaku orang lain
dalam arah yang diinginkan. Kekuasaan digunakan untuk menjelaskan kapasitas absolut
seorang pemimpin untuk mempengaruhi perilaku atau sikap seseorang atau lebih yang
ditunjuk sebagai target pada satu waktu tertentu.
Otoritas melibatkan hak, prerogatif, kewajiban, dan tugas yang berkaitan dengan
posisi khusus dalam organisasi atau sistem sosial. Otoritas pemimpin biasanya meliputi
hak untuk membuat keputusan khusus untuk organisasi
Untuk memahami apa yang membuat manajer menjadi efektif membutuhkan
analisis kompleks terhadap jaringan hubungan dan proses mempengaruhi yang ditemukan
dalam semua organisi, seperti kasus yang ada di rumah sakit Restveiw dibawah ini.
1.2 Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memahami tentang kekuasaan dan
mempengaruhi dan sekali gus memenuhi tugas dalam mata kuliah kepemimpinan.
3
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Konsepsi Kekuasaan dan Wewenang
Istilah kekuasaan (power) dan wewenang (authority) telah digunakan dengan cara
yang berbeda oleh para penulis, sehingga terciptalah cukup banyak konsep yang
membingungkan. Karenanya, penting untuk mengawalinya dengan meninjau ulang
sebagian interpretasinya dan mengklarifikasi.
2.1.1 Kekuasaan
Kekuasaan Konsep “kekuasaan” sangat penting untuk memahami bagaimana orang
mampu Saling memengaruhi dalam organisasi (Mitzberg, 1983, Pfeffer, 1981, 1992).
Kekuasaan melibatkan kapasitas satu pihak (“agen”) untuk memengaruhi pihak lain
(“target”). Konsep fleksibel ini bisa digunakan dengan berbagai cara. Istilah ini dapat
mengacu pada pengaruh agen terhadap satu atau banyak target. Terkadang, istilah ini
merujuk pada pengaruh potensial atas hal atau peristiwa dan juga atas sikap dan perilaku.
Terkadang, agen merupakan grup atau organisasi, bukan individu. Terkadang, kekuasaan
didefinisikan dalam konteks relatif, bukannya absolut. Dalam hal ini, batasan hingga
sejauh mana agen tersebut memiliki pengaruh lebih besar terhadap target dibandingkan
dengan yang dimiliki target terhadap agen. Akhirnya, terdapat berbagai jenis kekuasaan,
dan satu agen bisa mempunyai lebih banyak jenis kekuasaan dibandingkan agen lainnya.
Sangat sulit untuk menjelaskan kekuasaan agen tertentu tanpa menyebutkan target,
sasaran pengaruh, dan periode waktunya. Agen akan memiliki lebih banyak kekuasaan
atas beberapa orang dibandingkan orang lainnya dan mempunyai lebih banyak pengaruh
bagi beberapa jenis masalah dibanding masalah lainnya. Selanjutnya, kekuasaan adalah
variabel dinamis yang berubah mengikuti perubahan kondisi. Bagaimana kekuasaan
digunakan dan hasil usaha memengaruhi dapat meningkatkan atau menjatuhkan kekuasan
agen tertentu. Dalam buku ini, istilah kekuasaan biasanya digunakan untuk menjelaskan
kapasitas absolut agen tertentu untuk memengaruhi perilaku atau sikap satu orang atau
lebih yang disebut sebagai target pada satu waktu tertentu.
2.1.2 Wewenang
Wewenang melibatkan hak, prerogatif, kewajiban, dan tugas yang berkaitan
dengan posisi khusus di dalam organisasi atau sistem sosial. Wewenang pemimpin
biasanya meliputi hak untuk membuat keputusan khusus bagi organisasi, Pemimpin yang
memiliki wewenang langsung terhadap seorang target mempunyai hak membuat
permintaan yang konsisten dengan otoritasnya, seseorang yang menjadi target itu
memiliki kewajiban mematuhinya. Sebagai contoh, manajer umumnya mempunyai hak
yang sah untuk memberikan aturan kerja dan memberikan tugas kepada bawahan.
Wewenang juga melibatkan hak agen untuk menerapkan pengendalian berbagai hal,
seperti keuangan, sumber daya, peralatan, serta material, dan pengendalian ini merupakan
sumber kekuasaan yang lainnya.
"Cakupan wewenang“ bagi orang yang menduduki posisi sebagai manajer adalah
berbagai permintaan yang dapat dipenuhi dengan tepat dan berbagai tindakan yang dapat
dilakukan dengan tepat. Cakupan wewenang beberapa manajer adalah lebih besar
daripada manajer lainnya, dan sebagian besar tergantung pada pengaruh yang dibutuhkan
untuk memenuhi persyaratan peran dan sasaran organisasi yang diberikan (Barnard,
1952).
4
2.1.3 Hasil dari Upaya Memengaruhi
Satu dasar yang berguna untuk mengevaluasi keberhasilan upaya memengaruhi
adalah apakah hasil yang langsung atau yang tidak langsung terlihat adalah yang
diinginkan agen. Agen dapat mencapai efek yang diharapkannya dari target itu, atau efek
itu barangkali lebih rendah dari yang diharapkannya. Agar upaya memengaruhi secara
proaktif tertentu itu dapat melibatkan permintaan khusus oleh agen tunggal ke target
tunggal, akan berguna jika kita membedakan tiga hasil yang khas berikut ini.
Komitmen. Istilah komitmen (conumitment) menjelaskan hasil yang target secara
internal menyetujui keputusan atau permintaan agen dan memberikan dukungan penuh
untuk melaksanakan apa yang menjadi permintaan atau mengimplementasikan keputusan
secara efektif. Untuk tugas yang kompleks dan sulit, komitmen umumnya merupakan
hasil yang paling berhasil dari prespektif agen yang melakukan usaha memengaruhi.
Kepatuhan. Istilah kepatuhan (compliance) menjelaskan hasil yang target bersedia
melakukan apa yang agen inginkan tetapi lebih didasarkan pada rasa apatis daripada rasa
antusiasme dan hanya memberikan sedikit dukungan. Agen telah memengaruhi perilaku
target tetapi tidak terhadap sikapnya. Target tidak merasa yakin bahwa keputusan atau
tindakan yang diambil adalah hal terbaik yang harus dilakukan atau akan efektif untuk
mencapai tujuan tertentu. Untuk tugas yang sulit dan kompleks, kepatuhan akan menjadi
hasil yang tidak terlalu berhasil dibandingkan dengan komitmen. Akan tetapi, untuk tugas
rutin dan sederhana, kepatuhan adalah yang memang dibutuhkan para agen untuk
mencapai tujuan tugas tertentu.
Perlawanan. Istilah perlawanan (resistance) menjelaskan hasil) yang target
menentang proposal atau permintaan, bukan hanya tidak tertarik, dan secara aktif
berusaha menghindar untuk tidak menjalankannya. Target akan memberikan respons
dalam cara berikut: (1) menolak melaksanakan permintaan, (2) membuat alasan mengapa
permintaan itu tidak dapat dilaksanakan, (3) berusaha melakukan pendekatan kepada agen
untuk mebatalkan atau mengubah permintaannya, (4) meminta orang yang memiliki
wewenang lebih tinggi untuk mengesampingkan permintaan agen itu, (5) menunda
tindakan dengan harapan agen akan melupakan permintaan itu, atau (6) berpura-pura
menuruti tetapi berusaha melakukan sabotase atas tugas itu.
5
Internalisasi. Si target memiliki komitmen mendukung dan menerapkan proposal
yang diajukan oleh agen karena proposal itu tampak diharapkan secara intrinsik dan
sesuai dengan nilai, keyakinan, dan citra diri si target. Sebagai akibatnya, proposal agen
(seperti tujuan, rencana, strategi, kebijakan, dan prosedur) akan menyatu dengan nilai dan
keyakinan si target. Komitmen akan terjadi tanpa memerhatikan apakah ada manfaat
nyata yang diharapkan, dan kesetiaan target adalah terhadap ide itu sendiri, bukan
terhadap agen yang menyampaikannya.
Identifikasi Personal. Si target meniru perilaku agen atau mengambil sikap yang
sama agar disukai oleh agen dan menjadi seperti agen itu. Motivasi target mungkin
berkaitan dengan kebutuhan si target untuk diterima atau dihargai. Dengan melakukan
sesuatu untuk mendapat persetujuan dari agen, Si target dapat menjaga hubungan yang
memuaskan kebutuhannya untuk diterima. Menjaga hubungan dekat dengan agen yang
menarik mungkin akan membantu memuaskan kebutuhan si target untuk dihargai oleh
orang lain, dan menjadi seperti agen yang menarik akan membantu si target itu
mempertahankan citra diri yang lebih menguntungkan.
6
proses seleksi yang dianggap sah oleh para anggota ini akan melemahkan wewenang
pemimpin baru.
Besarnya kekuasaan yang memiliki legitimasi ini juga berkaitan dengan cakupan
wewenang yang dimiliki seseorang. Manajer pada level yang lebih tinggi biasanya
mempunyai wewenang yang lebih banyak dibandingkan dengan manajer di level yang
lebih rendah, dan wewenang manajer biasanya jauh lebih kuat dalam hubungannya
dengan bawahan daripada hubungannya dengan rekan sejawat, atasan, atau pihak luar
organisasi. Meskipun demikian, bahkan terhadap si target yang berada di luar rentang
kendali (seperti, rekan sejawat atau orang lain), agen masih mempunyai hak yang
memiliki legitimasi untuk memberikan perintah yang diperlukan guna melaksanakan
tanggung jawab pekerjaan, seperti permintaan informasi, persediaan, layanan pendukung,
saran teknis, dan bantuan untuk menyelesaikan tugas yang saling berhubungan.
7
(Katz & Kahn, 1978). Sebagai contoh, manajer pernah mempunyai hak untuk memecat
karyawan karena berbagai alasan yang mereka pikir benar. Kapten kapal dapat memukul
kelasinya yang tidak patuh atau dianggap tidak rajin dalam menjalankan tugasnya.
Perwira militer dapat menghukum prajurit karena disersi atau tidak mematuhi perintah
dalam pertempuran. Sekarang ini, bentuk kekuasaan yang memaksa telah dilarang atau
dengan tegas dibatasi di banyak negara.
Hubungan horizontal hanya memberikan sedikit kesempatan untuk menerapkan
pemaksaan. Jika rekan sejawat tergantung pada bantuan manajer dalam melaksanakan
tugas pentingnya, manajer mungkin akan mengancam untuk tidak mau melakukan kerja
sama jika rekan sejawat gagal memenuhi permintaannya. Akan tetapi, karena saling
ketergantungan juga terdapat antar para manajer Subunit yang berbeda, kekuasaan yang
memaksa akan dibalas dan akan meningkat menjadi konflik yang tidak akan
menguntungkan pihak mana pun.
Kekuasaan yang memaksa dari bawahan terhadap atasan bentuknya bervariasi di
setiap organisasi. Di banyak organisasi, bawahan mempunyai kapasitas untuk
memengaruhi secara tidak langsung evaluasi kinerja atasan mereka. Bawahan pada
organisasi seperti ini dapat merusak reputasi atasannya jika mereka membatasi produksi,
melakukan sabotase, mengajukan keluhan, melakukan demonstrasi, atau mengajukan
keluhan ke tingkat manajemen yang lebih tinggi. Dalam organisasi yang pemimpinnya
dipilih, bawahan memiliki kekuatan yang cukup untuk melawan kekuasaan bahkan dapat
mengganti pemimpinnya atau mencegah pemimpinnya terpilih kembali. Terkadang,
kekuasaan yang memaksa dari bawahan menggunakan metode yang lebih ekstrem dalam
mengganti pemimpinnya. Pada perang Vietnam, terdapat banyak kasus bawahan
membunuh pemimpin yang memandang rendah bawahannya dengan melemparkan granat
ke atasannya ketika terjadi pertempuran yang penyebab kematiannya tidak dapat
ditentukan. Dalam kasus pemimpin politik, bentuk tertinggi kekuasaan yang memaksa
pada bawahan berakhir dengan revolusi berdarah yang mengakibatkan hukuman penjara,
kematian, atau pengasingan pemimpin.
8
sekedar kata-kata, dan orang yang berusaha untuk terlihat bersahabat tetapi memanipulasi
dan mengeksploitasi orang lain akan kehilangan kekuasaan yang berdasarkan referensi.
Integritas diperlihatkan dengan kejujuran, mengekspresikan nilai yang konsisten,
bertindak dengan cara yang konsisten dengan nilai yang dipegang seseorang, serta
memenuhi janji dan kesepakatan.
9
Pemimpin yang mengendalikan arus informasi vital mengenai peritiwa di luar
organisasi memiliki kesempatan untuk mengintepretasikan peristiwa ini bagi bawahan
dan memengaruhi persepsi serta sikap mereka (Kuhn, 1963). Beberapa manajer
mengubah informasi untuk membujuk orang lain bahwa serangkaian tindakan tertentu
memang diharapkan. Contoh informasi yang diubah adalah mengedit laporan dan
dokumen secara selektif, membiaskan interpertasi data dan menyampaikan informasi
yang salah. Beberapa manajer menggunakan kendali mereka atas distribusi informasi
sebagai cara memperkuat kekuasaan berdasarkan keahlian mereka dan meningkatkan
ketergantungan bawahan. Jika pemimpin merupakan satu-satunya orang yang
“mengetahui apa yang sedang terjadi,” bawahan akan kekurangan bukti untuk membantah
klaim pemimpinnya bahwa keputusan yang tidak populer itu dibenarkan oleh situasi
tertentu. Selain itu, kendali atas informasi memudahkan pemimpin menutupi kekeliruan
dan kesalahan yang justru akan merendahkan citra keahlian yang secara hati-hati telah
ditanamkannya (Pfeffer, 1977).
10
diperoleh dan hilang (misalnya, depertemen fungsional atau divisi produksi) serta
implikasi dari distribusi kekuasan tersebut untuk keefektifan organisasi dalam lingkungan
yang berubah. Meskipun dua teori tersebut berfokus pada proses kekuasan di berbagai
level analisis yang berbeda, keduanya memiliki berbagai karakteristik yang serupa dan
sebagai besar terlihat sama. Kedua teori itu menekankan pentingnya keahlian yang
diperlihatkan untuk memeroleh wewenang.
11
Tipe masalah tertentu dianggap lebih penting bila terdapat tingkat ketergantungan yang
tinggi antar subunit, dan subunit lainnya tidak dapat menjalankan fungsinya kecuali
masalah tersebut ditangani dengan efektif. Individu atau subunit akan memeroleh
kekuasaan lebih besar atas keputusan penting jika fungsi kritis tidak dapat dijalankan oleh
orang lain atau menjadi lebih mudah dengan dibuatnya porsedur standar. Dengan kata
lain, semakin unik atau tidak tergantikannya keahlian yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan masalah kritis yang dihadapi, semakin besar kekuasaan yang diperoleh
karena memiliki keahlian tersebut.
12
menjelaskan cara yang bijaksana untuk menggunakan kekuasaan secara selektif dan hati-
hati.
Beberapa situasi kepemimpinan membutuhkan lebih banyak kekuasaan daripada
situasi lainnya agar pemimpin dapat efektif. Lebih banyak pengaruh yang dibutuhkan
dalam organisasi yang sedang melakukan perubahan besar, tetapi ada pihak yang
menentang proposal perubahan yang diajukan oleh pemimpin tersebut. Amat sulit bagi
pemimpin yang mengetahui bahwa organisasinya akan menghadapi krisis di masa yang
akan datang, krisis yang hanya dapat dilampaui jika persiapannya dilakukan sejak awal,
tetapi bukti akan terjadi krisis belumlah cukup untuk dapat membujuk para anggota
melakukan tindakan segera. Situasi yang sama adalah kasus ketika pemimpin
berkeinginan membuat perubahan yang membutuhkan pengorbanan jangka pendek dan
diimplementasikan ke dalam jangka waktu yang lama sebelum keuntungan benar-benar
diraih, sementara banyak tentangan dari pihak yang memiliki perspektif jangka pendek.
Dalam situasi yang sulit seperti ini, pemimpin membutuhkan kekuasaan yang
berdasarkan keahlian dan referensi yang memadai untuk meyakinkan anggotanya bahwa
perubahan tersebut diperlukan dan diinginkan, atau kekuasaan politik dan kekuasaan
posisi yang kuat untuk mengatasi orang yang menentang dan berusaha mendapatkan
waktu untuk menunjukkan bahwa prosposal perubahan yang diajukan tersebut memang
diperlukan dan akan efektif. Kombinasi kekuasaan personal dan kekuasaan posisi
meningkatkan kemungkinan berhasil, tetapi memaksakan perubahan adalah selalu
berisiko. Maurer (1996, hlm 177) menjelaskan salah satu contoh yang berhasil.
Pertanyaan mengenai baurasn kekuasaan yang optimal oleh pemimpin menjadi
semakin kompleks karena adanya saling ketergantungan antar sumber-sumber kekuasaan
yang berbeda. Perbedaan diantara kekuasaan posisi dan kekuasaan personal terkadang
berguna, tetapijangan terlalu dibesar-besarkan. Kekuasaan posisi itu penting, tidak hanya
sebagai sumber untuk memengaruhi tetapi juga karena kekuasaan posisi dapat digunakan
untuk meningkatkan pengaruh kekuasaan personal pemimpin. Kendali atas informasi
melengkapi kekuasaan yang berdasarkan keahlian yang didasarkan pada keterampilan
teknis dengan memberikan keuntungan pada pemimpin ketika menyelesaikan masalah
penting dan dengan membuat pemimpin itu mampu menutupi kesalahan serta membesar-
besarkan keberhasilannya. Kekuasaan untuk memberi penghargaan mempermudah
terbentuknya hubungan pertukaran yang lebih mendalam dengan bawahan, dan bila
digunakan dengan sangat baik akan meningkatkan kekuasaan pemimpin yang
berdasarkan referensi. Wewenang untuk membuat keputusan dan pengaruh ke atas guna
mendapatkan persetujuan akan membuat pemimpin mampu memperlihatkan
kemampuannya menyelesaikan masalah. Dan, hal ini juga memfasilitasi perkembangan
hubungan pertukaran dengan bawahan yang lebih kuat. Kekuasaan yang memaksa
diperlukan untuk memperkuat legitimasi. Kekuasaan yang berdasarkan keahlian
diperlukan ketika pemimpin membutuhkan pengaruh untuk menegakkan aturan dan
prosedur yang tidak disukai tetapi penting untuk melaksanakan pekerjaan dan
menghindari kecelakaan. Kekuasaan yang memaksa juga dibutuhkan oleh pemimpin
untuk mengendalikan atau membuang para pemberontak dan para kriminal yang mungkin
mengacaukan operasional, mencuri sumber daya, merugikan anggota lainnya, dan
mengakibatkan pemimpin terlihat lemah serta tidak kompeten.
Akan tetapi, kekuasaan posisi yang terlalu banyak atau terlalu sedikit mungkin
akan merusak. Pemimpin yang memiliki kekuasaan posisi yang terlalu besar mungkin
akan tergoda untuk bergantung pada posisinya daripada membangun kekuasaan personal
13
dan menggunakan pendekatan lainnya (seperti konsultasi, bujukan) untuk memengaruhi
orang lain agar mau menuruti kemauannya atau mendukung perubahan. Gagasan bahwa
kekuasaan itu jelek adalah sangat relevan dengan kekuasaan posisi. Sepanjang sejarah
telah banyak pemimpin politik dengan kekuasaan posisi yang kuat menggunakan
posisinya untuk mendominasi dan mengeksploitasi bawahan.
14
saling bertukar ketika taktik reaktif digunakan. Penggunaan taktik pengaruh oleh kedua
pihak merefleksikan proses pengaruh timbal balik yang sebenarnya dan melibatkan
banyak upaya memberi pengaruh.
Beberapa taktik pengaruh khusus bisa digunakan untuk lebih dari satu kegunaan,
tetapi taktik itu mungkin tidak semuanya efektif untuk kegunaan yang berbeda. Contoh,
tindakan mengambil hati lebih efektif untuk manajemen kesan daripada untuk
memengaruhi seseorang agar melaksanakan permintaan tertentu. Kajian literatur dan
metaanalisis kemungkinan mencapai kesimpulan yang tidak tepat tentang keefektifan
taktik bila kajian itu gagal mempertimbangkan manfaat penggunaan taktik itu.
15
apakah si target merasa agen itu merupakan sumber informasi, saran, dan prediksi yang
masuk akal dan dapat dipercaya.
2.6.5 Konsultasi
Konsultasi terjadi ketika si target diajak berpartisipasi merencanakan cara
melaksanakan permintaan atau menerapkan perubahan yang diusulkan. Ada beberapa
alasan untuk menggunakan konsultasi sebagai prosedur pengambilan keputusan, tetapi
ketika digunakan sebagai taktik memengaruhi yang proaktif, tujuan utama konsultasi
adalah memengaruhi si target agar mendukung keputusan yang telah dibuat agen.
Konsultasi dapat mengambil beberapa bentuk ketika digunakan sebagai taktik
memengaruhi. Salah satu bentuk umum konsultasi adalah manajer mengajukan kebijakan
atau rencana yang diusulkan kepada orang yang akan terlibat dalam penerapannya untuk
mengetahui apakah ada orang yang memiliki keraguan atau kekhawatiran. Dalam diskusi
yang memang merupakan bentuk negosiasi dan penyelesaian masalah secara bersama-
sama, manajer berusaha mencari cara memodifikasi proposal guna menghadapi
kekhawatiran utama orang tersebut. Dalam bentuk variasi konsultasi umum lainnya,
manajer mengajukan strategi atau sasaran umum ke orang lain, bukannya proposal yang
rinci, dan meminta kepada orang lain itu menyarankan langkah tindakan khusus untuk
menerapkannya. Langkah-langkah tindakan yang diusulkan akan dibahas hingga ada
kesepakatan dari kedua belah pihak.
16
belum diketahui kelak. Tawaran pertukaran keuntungan tidak akan efektif kecuali bila si
target merasa agen mampu dan mau memenuhi kesepakatan itu.
2.6.7 Kolaborasi
Ini adalah taktik memengaruhi yang menawarkan sumber daya atau bantuan yang
diperlukan jika si target mau melaksanakan permintaan atau menyetujui proposal.
Contohnya mencakup tawaran untuk menunjukkan ke si target cara melakukan tugas
yang diminta, tawaran untuk menyediakan peralatan atau bantuan teknis yang dibutuhkan
untuk melakukan tugas yang diminta, serta tawaran untuk membantu si target mengatasi
masalah yang disebabkan permintaan itu. Kolaborasi mungkin terlihat serupa dengan
pertukaran karena kedua taktik itu mencakup penawaran untuk melakukan sesuatu kepada
si target. Akan tetapi, ada perbedaan penting proses motivasi dan kondisi yang mendasar
yang memfasilitasinya. Pertukaran biasanya mencakup pertukaran tanpa pandang bulu
manfaat yang tak ada kaitannya, sementara kolaborasi biasanya mencakup upaya bersama
untuk mencapai tugas atau tujuan yang sama.
17
2.6.11 Tekanan
Taktik dengan tekanan mencakup ancaman, peringatan, dan tindakan tegas seperti
permintaan yang berulang atau sering melakukan pemeriksaan untuk melihat apakah
orang lain menyelesaikan permintaan itu. Taktik dengan tekanan terkadang dapat berhasil
memenuhi permintaan, khususnya bila si target malas atau apatis, bukan menentangnya
dengan kuat. Akan tetapi, taktik dengan tekanan tidak akan menghasilkan komitmen, dan
taktik ini mengakibatkan efek samping yang serius. Bentuk tekanan ada yang keras dan
ada yang lunak. Bentuk tekanan yang keras (seperti ancaman, peringatan, tuntutan) bisa
menyebabkan kebencian dan merendahkan hubungan kerja. Si target mungkin akan
berusaha menghindari, mendiskreditkan, atau membatasi kekuasaan agen. Terkadang,
taktik tekanan yang keras dibutuhkan untuk memeroleh kepatuhan terhadap aturan atau
kebijakan yang penting dalam organisasi, seperti aturan keselamatan dan etika pekerjaan.
Akan tetapi, dalam sebagian besar kasus, bentuk tekanan yang lunak (seperti terus-
menerus melakukan permintaan, mengingatkan bahwa orang itu berjanji untuk
melakukan sesuatu) akan lebih mendapatkan kepatuhan tanpa merusak hubungan Anda
dengan orang Jain.
18
Beberapa taktik memengaruhi mungkin mempunyai efek terhadap sikap atau
perilaku target, apa pun kekuasaan agen. Akan tetapi, dalam sebagian besar usaha
memengaruhi, ada kemungkinan bahwa kekuasaan bertindak sebagai variabel antara
untuk meningkatkan atau menurunkan keefektifan taktik yang digunakan oleh agen. Efek
antara dari kekuasaan ini kebanyakan terjadi pada tipe kekuasaan yang secara langsung
relevan dengan taktik yang digunakan dalam usaha memengaruhi. Sebagai contoh,
kekuasaan berdasarkan keahlian mungkin akan menambah pengaruh atas persuasi
rasional. Proposal yang menjelaskan mengapa penting mengubah prosedur operasional
akan lebih berhasii jika dilakukan oleh seseorang yang dirasa mempunyai keahlian yang
relevan. Efek antara yang serupa barang kali terjadi pada kekuasaan untuk memberikan
penghargaan dan taktik pertukaran. A gen yang memiliki kekuasaan tinggi dalam
memberikan penghargaan akan mendapatkan lebih banyak keberhasilan menawarkan
pertukaran daripada agen dengan kekuasaan yang rendah dalam memberikan
penghargaan. Perhatikan bahwa persepsi Si target terhadap kekuasaan agen dalam
memberikan penghargaan adalah lebih penting daripada kendali agen yang sebenarnya
terhadap penghargaan itu. Dalam tema film klasik, milyuner yang berpura-pura menjadi
pengemis menawarkan uang banyak kepada orang asing bila mau melakukan sesuatu, dan
orang asing itu menolak melakukannya karena yakin agen itu miskin. Sebaliknya, penipu
yang berpakaian bagus tetapi memiliki sedikit uang terkadang mampu memengaruhi
orang lain untuk memperpanjang utang dan meminjamkan sesuatu yang bernilai dengan
harapan (yang tidak dapat dipenuhinya) utang itu akan dikembalikan dalam pembelian
mendatang.
19
Model itu digunakan untuk membuat hipotesis yang spesifik tentang perbedaan
arah jumlah penggunaan taktik itu. Sebagai contoh, ada hipotesis bahwa pertukaran,
tekanan, pengambilan hati, dan taktik yang memiliki legitimasi lebih banyak digunakan
ke bawahan dan yang jabatannya sejajar daripada ke atasan. Alasannya adalah karena
taktik ini lebih konsisten dengan dasar kekuasaan dan harapan peran atasan dalam
hubungannya dengan bawahan daripada bawahan dalam hubungannya dengan atasan.
Dukungan atas sebagian besar hipotesis ditemukan dalam tiga studi yang menggunakan
kuesioner survei atau deskripsi tentang peristiwa memengaruhi (Yukl & Falbe, 1990;
Yukl, Falbe & Young, 1993; Yuk! & Tracey, 1992). Hasilnya diringkas ke dalam Tabel
6-10. Studi lainnya yang menguji perbedaan arah penggunaan berbagai taktik
memengaruhi telah menemukan hasil yang cukup konsisten, dan adanya sedikit
ketidaksesuaian akan mencerminkan perbedaan bagaimana taktik tersebut didefinisikan
dan diukur secara operasional. (Erez et al., 1986; Gravenhorst & Boonstra, 1998; Kipnis
et al., 1980; Savard & Rogers, 1992; Xin & Tsui, 1996).
20
personal yang cukup untuk menggunakan taktik itu, jika taktik memiliki kemampuan
untuk memengaruhi sikap si target mengenai keinginannya memenuhi permintaan, jika
taktik itu digunakan dengan cara yang terampil, dan jika hal ini digunakan untuk
permintaan yang sah dan konsisten dengan nilai atau kebutuhan si target.
21
adalah memperlakukan tiap-tiap upaya memengaruhi sebagai tahap yang terisolasi, bukan
sebagai bagian dari urutan proses saling memengaruhi yang timbal balik. Sedikit upaya
telah dilakukan untuk mengintegrasikan penelitian tentang taktik memengaruhi dengan
banyak literatur tentang jenis perilaku yang digunakan manajer untuk memengaruhi orang
di kantor, seperti menjelaskan objek dan standar, serta meniru perilaku yang tepat. Taktik
memengaruhi sering digunakan bersama dengan bentuk lain perilaku pemimpin dan harus
konsisten dengan perilaku itu. Banyak penelitian tentang pengaruh antarpribadi agagal
untuk mempertimbangkan keterampilan antarpribadi dan politis para agen, serta
penelitian lain diperlukan untuk menentukan bagaimana keterampilan ini meningkatkan
keefektifan upaya memengaruhi. Akhirnya, penting untuk diingat bahwajenis taktik
memengaruhi mana punbisa digunakan dalam cara yang curang serta manipulatif.
22
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kekuasaan adalah kapasitas untuk memengaruhi sikap dan perilaku orang lain
dalam arah yang diinginkan. Wewenang adalah hak untuk memengaruhi orang lain
dengan cara tertentu dan menjadi dasar yang penting dalam organisasi formal. Pengaruh
potensial yang berasal dari posisi manajer dalam organisasi disebut “kekuasaan posisi,”
dan hal ini meliputi kekuasaan yang memiliki legitimasi, kekuasaan yang memberikan
penghargaan, kekuasaan yang memaksa, kekuasaan akan informasi, kekuasaan terhadap
ekologi. Pengaruh potensial yang berasal dari karakteristik orang yang menduduki posisi
kepemimpinan disebut “kekuasaan personal” dan hal ini meliputi kekuasaan berdasarkan
keahlian dan berdasarkan referensi.
Teori pertukaran sosial menjelaskan proses ketika pemimpin memeroleh atau
kehilangan kekuasaan dari waktu ke waktu. Status dan kekuasaan yang lebih besar
diberikan kepada seseorang yang memperlihatkan loyalitas terhadap grup dan kompetensi
dalam menyelesaikan masalah serta membuat keputusan tugas. Proposal yang inovatif
merupakan sumber meningkatnya status dan kekuasaan berdasarkan keahlian bila
berhasil, tetapi proposal tersebut dapat mengakibatkan menurunnya status dan kekuasaan
seseorang berdasarkan keahlian bila terjadi kegagalan dan hal itu dikaitkan dengan
penilaian yang buruk, tidak bertanggung jawab, atau mengejar keuntungan pribadi.
Penelitian tentang penggunaan berbagai bentuk kekuasaan oleh pemimpin
menyatakan bahwa pemimpin yang efektif lebih mengandalkan kekuasaan personal
daripada kekuasaan posisi nya. Namun, kekuasaan posisi tetap penting, dan akan
berinteraksi secara kompleks dengan kekuasaan personal dalam menentukan pengaruh
pemimpin terhadap bawahannya. Sebagaimana dinyatakan oleh Kotter (1992), pemimpin
yang efektif mungkin menggunakan bauran berbagai tipe kekuasaan,
Besarnya kekuasaan posisi yang diperlukan bagi keefektifan pemimpin tergantung
pada sifat organisasi, tugas, dan bawahannya. Pemimpin yang mempunyai kekuasaan
memberikan penghargaan dan kekuasaan memaksa yang luas akan cenderung
menggunakannya secara berlebihan, bukannya menggunakan kekuasaan berdasarkan
referensi dan kekuasaan berdasarkan keahlian. Keadaan ini akan mengakibatkan
kebencian dan pemberontakan. Di pihak lain, pemimpin dengan kekuasaan posisi yang
cukup dalam memberikan penghargaan kepada bawahan yang kompeten, melakukan
perubahan yang diperlukan, dan menghukum pembuat onar yang kronis akan menghadapi
kesulitan membangun kinerja grup atau organisasinya.
Keberhasilan manajer amat tergantung pada caranya menggunakan kekuasaan.
Pemimpin yang efektif akan menggunakan kekuasaan dengan cara yang halus dan hati-
hati sehingga dapat meminimalkan perbedaan status dan menghindari ancaman terhadap
harga diri si target. Sebaliknya, pemimpin yang menerapkan kekuasaan secara arogan,
manipulatif, terlalu mendominasi kemungkinan akan menghadapi kebencian dan
penolakan.
Kekuasaan dan perilaku memengaruhi dapat dianggap sebagai bangunan yang
terpisah, meskipun keduanya saling berhubungan secara kompleks. Beberapajenis umum
taktik memengaruhi yang berbeda menurut kegunaan mencakup taktik manajemen kesan,
taktik politik, taktik proaktif, dan taktik reaktif (atau penolakan). Taktik proaktif yang
23
paling efektif adalah persuasi rasional, konsultasi, kolaborasi, dan permintaan yang
menginspirasi. Apa taktik yang digunakan tergantung pada situasi, dan pilihan taktik
yang bervariasi serta agak tergantung pada apakah si target merupakan bawahan, rekan
sejawat, dan atasan. Taktik apa pun bisa gagal bila tidak digunakan dengan cara yang etis
dan tepat, atau hal itu tidak cocok untuk tujuan dan situasi pengaruh.
24
DAFTAR PUSTAKA
Yukl, Gary. (2015). Kepemimpinan dalam Organisasi. Edisi Ketujuh. Jakarta : Indeks
25