Disusun oleh:
1. Hertina Sari B.211.16.0028
2. Syifa Fauziah B.211.16.0036
3. Fadhila Ulya M. B.211.16.0040
4. Regita Cindy T.F B.211.16.0181
JURUSAN AKUTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEMARANG
SEMARANG
2018
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas rahmat dan karunia-Nya, maka penulis dapat menyelesaikan Laporan
KuliahKerja Lapangan (KKL) yang dilaksanakan di Bali dengan baik dan sesuai
dengan rencana.
Laporan ini ditujukan sebagai pertanggungjawaban atas perjalanan KKL
yang telah penulis laksanakan. Dalam laporan ini penulis mencoba untuk
menguraikan mengenai profil dan pendapatan desa Adat Panglipuran yang
dikunjungi selama masa KKL dan memaparkan kegiatan yang dilaksanakan
disana.
Penulis sadar bahwa laporan ini belum sempurna. Oleh karenanya, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun yang dapatmembuat laporan ini
menjadi lebih baik. Semoga laporan ini dapat memberikanmanfaat baik kepada
penulis sendiri dan kepada para pembaca secara umumnya.
Semarang , 23 November 2018
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Sangat unik mungkin itu kata yang paling tepat untuk desa adat
penglipuran. Corak pintu gerbangnya atau yang disebut dengan “angkul angkul”
terlihat seragam satu sama lainnya. Penampilan fisik desa adat juga sangat khas
dan indah. Potensi pariwisata yang dimiliki oleh desa adat penglipuran adalah
adatnya yang unik serta tingginya frekuensi upacara adat dan keagamaan. Meski
desa adat penglipuran saat ini sudah tersentuh modernisasi yakni perubahan
kearah kemajuan namun tata letak perumahan di masing masing keluarga tetap
menganut falsafah Tri Hita Karana. Sebuah falsafah dalam agama Hindu yang
selalu menjaga keharmonisan hubungan antara manusia dengan manusia, manusia
dengan lingkungan, serta manusia dengan Tuhan. Generasi muda penglipuran
yang hampir seluruhnya menikmati pendidikan formal mulai dari SD hingga
perguruan tinggi, tetap melestarikan tradisi yang mereka warisi dari para
leluhurnya. Bangunan suci yang terletak di hulu, perumahan di tengah dan lahan
usaha tani di pinggir atau hilir. Rumah masing masing keluarga hampir seragam
mulai dari pintu gerbang, bangunan suci(merajan) dapur, tempat tidur, ruangan
tamu, serta lumbung untuk menyimpan padi. Antara satu rumah dengan rumah
lainnya, terdapat sebuah lorong yang menghubungkannya sebagai tanda
keharmonisan mereka hidup bermasyarakat. Desa adat Panglipuran tepatnya
berada di Kelurahan Kubu Kabupaten Bangli/ kurang lebih 45 km dari kota
Denpasar. Terletak di ketinggian 700 diatas permukaan laut, menjadikan udara di
desa adat penglipuran tergolong dingin. Keasrian desa adat penglipuran dapat
dirasakan mulai dari memasuki kawasan pradesa. Balai masyarakat dan fasilitas
kemasyarakatan serta ruang terbuka pertamanan, semakin menambah keaslian
alam pedesaan. Desa adat penglipuran merupakan satu kawasan pedesaan yang
memiliki tatanan spesifik dari struktur desa tradisional. sehingga mampu
1
menampilkan wajah pedesaan yang asri. Penataan fisik dan struktur desa, tidak
terlepas dari budaya masyarakatnya yang sudah berlaku turun temurun. Penataan
system pendapatan dan keuangan yang sangat baik di Desa Panglipuran adalah
factor utama yang menjadikan Desa tersebut dapat menjadi desa yang indah dan
rapi seperti sekarang ini.
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
untuk mencintai alam lingkungannya dan selalu merawatnya, tidak heran kalau
Filsafat hubungan yang selaras antara alam dan manusia dan kearifan manusia
Penglipuran dan daerah lain di Bali. Oleh karena itu visualisasi estetika pada
kawasan ini bukan merupakan barang langka yang sulit dicari, melainkan sudah
bagian yaitu :
a. Utama Mandala
4
Penglipuran melakukan kegiatan sembahyang kepada Sang Hyng Widi
b. Madya Mandala
timur.Saat ini jumlah rumah yang ada disana ada sebanyak 70 buah.Tata
keluarga. Di tiap rumah pun terdapat tata ruang yang telah diatur oleh
adat.Tata ruang nya adalah sebelah utara dijadikan sebagai tempat tidur,
dijadikan sebagai tempat pembuangan atau MCK. Dan bagian nista dari
kayu.
c. Nista Mandala
Nista mandala ini adalah tempat yang paling buruk, disana terdapat
Konsep tri mandala tidak hanya berlaku bagi tata ruang desa tetapi juga bagi tata
ruang rumah hunian. Setiap kapling rumah warga Penglipuran terbagi menjadi
kosong yang disebut natah, bagian tengah adalah tempat berkumpulnya keluarga,
dan di bagian paling belakang erdapat toilet, tempat jemuran, atau kandang ternak.
5
2.2.3 Stratifikasi Sosial
Di Penglipuran hanya ada satu tingkatan kasta yaitu Kasta Sudra, jadi di
Penglipuran kedudukan antar warganya setara. Hanya saja ada seseorang yang
diangkat untuk memimpin mereka yaitu ketua adat Pemilihan ketua adat tersebut
dilakukan lima tahun sekali.
Secara umum wilayah atau tanah tersebut di bagi kepada lima kategori yaitu :
1. Tanah milik
2. Tanah druwe atau sering di sebut druwe desa
3. Tanah laba pura
4. Tanah pekarangan desa
5. Tanah ayahan desa
a. Utama Mandala
Ruang ini adalah ruang yang palingdisucikan dan terletak pada bagian
yang paling tinggi atau di utara desa. Ruang inimenjadi simbolis dunia para
dewa atauleluhur. Pada bagian ini terdapat pulahierarki keutamaan ruang
yang membagiruang utama mandala menjadi utama ning utama, madya
ning utama, dan nista ning utama. Konsep Tri Mandala pada ruang
iniberorientasi kaja-kelod. Ruang utama ningutama merupakan ruang
untuk pemujaan dewa-dewa. Ruang madya ning utama, merupakan tempat
untuk melakukan ibadah bersama. Ruang nista ning utama ialah ruang
untuk pagelaran tari sakral atau aktivitas sebelum upacara peribadatan.
8
b. Madya Mandala
Ruang ini adalah ruang dengan kesucian dibawah ruang utama
mandala.Pada bagianini terletak perumahan penduduk Desa
AdatPenglipuran yang terdiri dari 76 pekaranganyang disebut karang kerti.
Di luar karang kertijuga terdapat beberapa pekarangan yang merupakan
pengembangan. Pada ruangini juga terletak beberapa tempat suci milikdesa
adat dan pura dadia(klen). Pada sisiselatan ruang ini terdapat Tugu
Pahlawansebagai monumen Pahlawan Bangli.Terdapat pula beberapa
fasilitas umum yaituBalai Banjar Dinas dan fasilitas wisata. Padaruang ini,
terutama pada lahan pekaranganterbagi menjadi tiga ruang
berdasarkankonsep Tri Mandala, yaitu utama ning madya,madya ning
madya, dan nista ning madya.
c. Nista Mandala
Ruang ini adalahruangyang paling rendahtingkat kesuciannya dan
terletak padabagian paling selatan desa.Pada ruang initerletak kuburan
warga Desa AdatPenglipuran, ladang penduduk, dan PuraDalem
(Pelapuhan). Pada ruang ini jugaterbagi tiga ruang berdasarkan konsep
TriMandala, yaitu utama ning nista, madya ning nista, dan nista ning nista.
Tata ruang pekarangan disebut oleh masyarakat Desa Adat Penglipuran
sebagai tata ruang mikro.Pada setiap pekarangan di desa ini terdapat lebih
dari satu Kepala Keluarga yang masih berhubungan saudara.Orang yang
paling tua berada pada bangunan rumah tinggal (loji) terdepan dan dekat
dengan sanggah (tempat ibadah). Dalam setiap pekarangan terbagi menjadi
tiga ruang berdasarkan konsep TriMandala. Orientasi yang digunakan
dalam konsep Tri Mandaladalam pekarangan ialah kangin-kauh(timur-
barat).
9
persetujuan Desa Adat demikian juga kalau mau melakukan transaksi-transaksi
tanah lainnya, harus tetap seijin dari desa.
Untuk tanah PKD dan AYDS ikatan adat tetap ada yakni serupa kebijakan
public untuk desa dan/atau pura.Kewajiban ini secara umum dikenal dengan
istilah “ayahan”.Jadi ayahan inilah yang mengekang atau mengikat tanah-tanah
ayah diatas.Sehingga tanah tersebut menjadi tanah hak milik terkekang
(Ingeklemd Inlands bezitsrecht).
Dari penelitian yang pernah dilakukan ada sebagian desa (terutama desa-
desa Bali Age) masih mempertahankan hak ulayat desa. Begitu juga sebagian
besar desa (terutama bali dataran) tidak mempersoalkan pemilikan tanah. Tetapi
10
lebih menuntut pelaksanaan ayahan saja, ini membuktikan bahwa hak ulayat
semakin melemah.
Bila dianalisis dengan teori bola (Bellem Theorie) Dari Terhaar, yang
menyatakan bahwa semakin kuat hak ulayat, maka semakin lemah hak perorangan
dan demikian sebaliknya.Terlihat bahwa teori ini berlaku terhadap penguasaan
tanah-tanah adat di Bali. Kekuatan hak ulayat terhadap tanah-tanah Adat
di panglipuran adalah melekat pada fungsi tanah adat yang meliputi:
a. Fungsi Keagamaan
b. Fungsi Sosial
c. Fungsi Ekonomis
1. Desa Adat.
2. Pura.
11
BAB III
KESIMPULAN
12
pengendalian pemanfaatan ruang tradisional dalam struktur organisasi desa adat
memiliki kesepadanan wewenang atautugas seperti lembaga pengendalian
formal.Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa pengendalian pemanfaatan
ruang tradisional di Desa Adat Penglipuran memiliki unsur-unsur yang sepadan
dengan pengendalian formal.
13