Anda di halaman 1dari 14

“PURA GOA GIRI PUTRI” SEBAGAI MEDIA PENDIDIKAN MULTIKULTUR

BAGI WARGA DESA PAKRAMAN SUANA,


NUSA PENIDA, KLUNGKUNG, BALI

Oleh
Billy Jafanca Millennio,
(NIM.19101004), (e-mail:
billymillennio@gmail.com)

Jurusan Sarjana Pariwisata, Sekolah Tinggi Pariwisata Mataram

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Sejarah berdirinya Pura Goa Giri Putri;
(2) Struktur dan fungsi jajaran pelinggih di Pura Goa Giri Putri; dan (3) Unsur-unsur yang
bisa dimaknai sebagai media pendidikan multikultur bagi warga Desa Pakraman Suana dan
pengunjung yang datang ke pura ini. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu:
(1) Penentuan lokasi penelitian; (2) Metode penentuan informan; (3) Metode pengumpulan
data (observasi, wawancara, studi dokumentasi dan studi pustaka); (4) Metode penjaminan
keabsahan data; (5) Metode analisis data; dan (6) Metode penulisan hasil penelitian. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa Pura Goa Giri Putri adalah pura yang berada di Desa
Pakraman Suana berdiri pada masa pemerintahan Dalem Bungkut pada tahun Saka 200 yang
menganut sistem kepercayaan Majapahit yang sebelumnya sudah turun Dewa Siwa dan Dewi
Kwam In di satu goa di Nusa Penida pada tahun Saka 50. Struktur dan fungsi jajaran
pelinggih Pura Goa Giri Putri antara lain (1) Strukturnya menggunakan Struktur Areal; (Areal
Pertama); (Areal kedua); (areal ke tiga); (Areal keempat); (areal kelima); dan (Areal
keenam/terakhir); (2) Fungsi Pelinggih-pelinggih Pura Goa Giri Putri yakni: (1) Pemujaan
terhadap dewa-dewi Hindu dalam wujud manefestasinya sebagai bhatara-bhatari; (2)
Pemujaan terhadap dewa-dewi non Hindu; (1) Dewi Kwam In; (2) Altar Dewa Langit. Pada
Pura Goa Giri Putri terdapat beberapa unsur-unsur yang bisa dimaknai sebagai media
pendidikan multikultur antara lain: (1) Pelinggih Dewi Kwam In; (2) Pangayongan Altar
Dewa Langit ; (3) Pelinggih Dewi Gangga; (4) Pelinggih Dewa Ganesha; (5) Para pemedek
(pengunjung) yang tangkil dari berbagai kalangan dan berbagai kepercayaan; (6) Tata cara
persembahyangan/sujud bhakti para pemedek pada areal keenam.

ABSTRACT

This study attempted to investigate: (1) The historical background of Goa Giri Putri Temple’s
development; (2) The structure and functions of Pelinggihs (worship place) in Goa Giri Putri
Temple; and (3) The elements that can be interpreted as a multicultural education media for
villagers in Suana Pakraman Village and the visitors who come to this temple. This study
used qualitative approach, there are: (1) technique of determining research location; (2)
technique of determining sources; (3) technique of collecting data (observation, interview,
documentation study, and library research); (4) technique of guarantee the validity of the
data; (5) technique of analysing the data; and (6) technique of writing research. The result of
the study showed that Goa Giri Putri Temple in Suana Pakraman Village was a temple built
in Dalem Bungkut government Saka Year 200 who embraced Majapahit religion belief which
had been handed down from God Siva and Goddess Kwan In in one of the caves in Nusa
Penida circa Saka Year 50. The structure and function of Palinggihs in Goa Giri Putri Temple
as following: (1) Its structure used Area Structure; (First Area); (Second Area); (Third Area);
(Fourth Area); (Fifth Area) and (Sixth Area or last area). (2) The functions of Pelinggihs in
Goa Giri Putri Temple were: (1) As a worship for Hindhu’s God and Goddess in their
manifestation as Bhatara and Bhatari; (2) As a worship to non-Hindhu’s God and Goddess;
(1) Goddess Kwan In (Kuan See Iem Pou Sat); (2) The altar of God Sky (Thienkung). In Goa
Giri Putri Temple, some elements that could be interpreted as a multicultural education media
were: (1) Goddess Kwan In’s Pelinggih; (2) Pengayongan Altar of the God Sky; (3) Goddess
Gangga’s Pelinggih; (4) God Ganesha’s Pelinggih; (5) Pemedek (visitors) who came to this
temple from different social status and belief; (6) the worship’s steps of the pemedek
(visitors) in the sixth area.

Kata Kunci: Pura Goa Giri Putri, Media pendidikan, Unsur pendidikan multikultur

*)
Dosen Pembimbing Artikel

1
Masyarakat Nusa Penida termasuk pura biasanya terdiri dari candi bentar
masyarakat yang heterogen baik dari segi yang merupakan sebuah candi terbelah dua
penghasilan, kebudayaaan, bahkan sebagai jalan keluar masuk pura
kepercayaan, dan kehidupan mereka diatur (Soekmono, 1987: 91). Namun perbedaan
oleh adat setempat yang berazaskan pada itu nampak mencolok pada sebuah pura
aturan yaitu Tri Hita Karana yang terdiri yakni Pura Goa Giri Putri yang berlokasi
dari tiga unsur, yaitu Prahyangan, di Desa Pakraman Suana, Kecamatan
Pawongan, dan Palemahan. Ketiga unsur Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Bali.
ini dipandang menjadi satu kesatuan yang Menurut Pendit (1996) ada beberapa
menjadi sumber atau penyebab ketentuan dalam mengklasifikasikan suatu
kebahagiaan manusia. Mayoritas bangunan menjadi sebuah pura yakni;
masyarakat Bali menganut Agama Hindu lahan yang dikelilingi oleh pagar/tembok
termasuk masyarakat yang ada di Nusa dengan lahan yang luas di alam terbuka,
Penida. Orang Bali memelihara pintu gerbang (candi bentar) sebagai batas
keharmonisan antara manusia dengan ruang gerak upacara keagamaan,
lingkungan spiritual yakni Tuhan ataupun bangunannya merupakan bangunan suci
dewa (prahyangan) melalui pelaksanaan Hindu seperti Padmasana dan Meru.
persembahyangan dan yadnya, manusia Begitu pula dengan Sura (1991), pura baik
dengan manusia (pawongan) dan manusia di daratan maupun di pegunungan selalu
dengan lingkungan alam (pelemahan) berada pada alam terbuka dan memiliki
(Atmadja, 2006: 1). Dalam menciptakan struktur Jaba Sisi, Jaba Tengah dan
masyarakat yang harmonis antara manusia Jeroan (Sura dkk, 1991: 64). Namun
dan Tuhan menyebabkan masyarakat Bali kenyataannya pura ini dibangun di dalam
terikat untuk melakukan pemujaan di goa, dengan struktur areal dan hanya ada
pura. Masyarakat Bali melaksanakan hal Jaba Sisi dan Jeroan tanpa adanya Jaba
tersebut sebagai wujud rasa bakti terhadap Tengah. Hal ini berbeda dengan struktur
Tuhan, dewa, maupun rokh leluhur (Sura pura pada umumnya sehingga perlu dikaji
dkk, 1991: 5; Soebandi, 1981: 12). Pada lagi karena Pura Goa Giri Putri tidak
satu Desa Pakraman terdapat Kahyangan memiliki struktur yang jelas. Bertolak dari
Tiga dalam kepercayaan Hindu sebagai pernyataan Pendit (1996) pada pura harus
dewa penjaga, dewa pemelihara dan dewa terdapat candi bentar untuk keluar masuk
pelebur, namun kenyataannya berbeda pura namun pada Pura Goa Giri Putri ini
pada Desa Pakraman Suana yang pintu masuknya bukan merupakan candi
memiliki Kahyangan Jagat. Pintu masuk bentar namun hanya sebuah mulut goa,

2
sedangkan untuk ke luar dari areal pura masyarakat Hindu adanya suatu kekuatan
maka para pemedek harus ke luar dengan di luar kekuatan manusia, yang nantinya
arah lurus ke belakang karena pintu ke luar dijadikan sebagai filsafat masyarakat
pura tidak berada di samping pintu masuk. Hindu (Tri Hita Karana). Pura dibangun
Keunikan pura ini terlihat dari dengan menggunakan struktur Jaba Sisi,
pemujaan di pura biasanya memuja dewa- Jaba Tengah, dan Jeroan. Pura memiliki
dewi Hindu dalam perwujudannya sebagai beberapa fungsi di antaranya (1) Fungsi
bhatara. Namun pada pura ini pelinggih Pura sebagai tempat memuja dan
yang dibangun adalah pelinggih yang mengagungkan kekuasaan Tuhan, (2)
memadukan bangunan kepercayaan para Sebagai pusat budaya yakni pura sebagai
dewa dan dewi Hindu dengan dewa dewi tempat terlaksana kualitas kesucian umat
non-Hindu. Selain itu bagaimana sejarah manusia secara individual maupun sosial,
pura ini masih belum diketahui secara jelas (3) Fungsi interaksi, di pura bisa dijadikan
dan luas oleh masyarakat Desa Pakraman tempat komunikasi dalam meningkatkan
Suana. Pura Goa Giri Putri juga kualitas sosial, (4) Fungsi berbagi
memberikan gambaran bahwa masyarakat keterampilan, di pura sering dilangsungkan
Hindu Nusa Penida merupakan masyarakat berbagai kegiatan seni budaya. Kemudian
yang memiliki sikap toleransi tinggi teori yang digunakan adalah teori
terlihat dengan adanya pelinggih Dewi pengertian pendidikan multikultur yang
Kwam In dan pengayongann Dewa Langit nantinya digunakan sebagai materi dalam
yang berarti Dewa Pemurah, Pengasih dan menanamkan sikap simpatik, respek,
Penyayang serta Dewi Kemakmuran. apresiasi, dan empati terhadap penganut
Penelitian ini bertujuan untuk agama dan budaya yang berbeda dengan
mengetahui sejarah berdirinya Pura Goa menggunakan fungsi pura sebagai media
Giri Putri, struktur dan fungsi pelinggih- pendidikan multikultur.
pelinggih di Pura Goa Giri Putri, serta METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan
unsur-unsur yang bisa dimaknai sebagai
dalam penelitian ini adalah metode
media pendidikan multikultur yang
penelitian kualitatif di antaranya terdapat
terkandung di Pura Goa Giri Putri di Desa
(1) Penentuan Lokasi Penelitian. Lokasi
Pakraman Suana, Kecamatan Nusa
yang dituju adalah Desa Pakraman Suana
Penida, Klungkung. Kajian teori yang
sebagai lokasi berdirinya Pura Goa Giri
digunakan dalam penelitian ini
Putri; (2) Metode Penentuan Informan.
menyangkut sejarah pendirian sebuah
Informan yang dituju untuk memperoleh
pura yang disebabkan adanya keyakinan

3
data yakni Ketut Dharma, MBA. (3) berbagai kepercayaan, Tata cara
Metode Pengumpulan Data (wawancara, persembahyangan/sujud bhakti para
observasi dan studi dokumen); (4) Metode pemedek pada areal ke enam.
Validitas Data (triangulasi data dan PEMBAHASAN
triangulasi metode); dan (5) Metode Sejarah Pura Goa Giri Putri Desa
Pakraman Suana
Analisis Data; (6) Metode Penulisan Hasil,
Nama pura ini berawal dari lokasinya
penulisan yang dilakukan dengan di sebuah goa. Tempat/lubang yang ada di
pendekatan deduktif. dalam tanah baik di perbukitan atau
HASIL gunung yang memiliki rongga dengan
Hasil dari penelitian ini menunjukan
lebar dan panjang tertentu. Giri Putri,
bahwa (1) Pura Goa Giri Putri adalah pura
merupakan nama yang diberikan untuk
yang berada di Desa Pakraman Suana
sebuah goa di Desa Pakraman Suana,
berdiri pada masa pemerintahan Dalem
Nusa Penida. Giri artinya bukit/gunung.
Bungkut pada tahun Saka 200 dan
Putri artinya perempuan cantik. Dalam
sebelumnya sudah turun Dewi Parwati,
konsep ajaran Hindu, putri yang dimaksud
Dewa Siwa dan Dewi Kwam In di sebuah
adalah sebuah simbolis bagi
goa di Nusa Penida pada tahun Saka 50.
kekuatan/kesaktian Tuhan yang memiliki
(2) Struktur dan fungsi Pura Goa Giri Putri
sifat keibuan (kewanitaan) (Dunia,
yakni terdiri dari struktur jaba sisi dan
Dharma, 2007:3). Jadi, Goa Giri Putri
jeroan dengan sistem areal, fungsi dari
dimaksudkan tempat bersemayamnya
jajaran pelinggih di Pura Goa Giri Putri
kekuatan/kesaktian Tuhan dalam
yakni pemujaan terhadap Ida Sang Hyang
manifestasinya sebagai Hyang Giri Putri
Whidhi Wasa dalam segala perwujudannya
sakti dalam wujudnya sebagai Siwa.
sebagai dewa-dewi Hindu dan non Hindu.
Menurut Babad Nusa Penida oleh
(3) Unsur-unsur yang bisa dimaknai
Mangku Made Buda (2007), Goa Giri Putri
sebagai media pendidikan multikultur pada
ini berasal dari nama saktinya Dewa Siwa.
Pura Goa Giri Putri; Pelinggih Dewi
Pada tahun Saka 50, Ida Bhatara Siwa
Kwam In, Pangayongan Altar dewa
turun ke bumi bersama Dewi Uma, beserta
langit, Pelinggih Dewi Gangga, Pelinggih
pengikutnya di sebuah gunung yakni
Dewa Ganesha, Para pemedek/pengunjung
Gunung Puncak Mundhi. Di gunung inilah
yang tangkil dari berbagai kalangan dan
Ida Bhatara Siwa dan saktinya Ida Dewi
Uma menjelma dari meraga Dewata
menjadi manusia. Ida Bhatara Siwa

4
menjelma menjadi seorang laki-laki, Tabanan, dan Klungkung. Klungkung
meraga seorang Pandita yang bergelah yang sudah dikuasai oleh Belanda tahun
Dukuh Jumpungan. Dukuh Jumpungan 1849 akibat adanya Perang Kusamba,
berarti Manusa Pandita. Dari kalimat itu menyebabkan semakin berkiprahnya
berubah menjadi Nusa Penida. Di samping Belanda di Klungkung. Belanda berhasil
turun di Gunung Puncak Mundhi, Ida menguasai Klungkung tahun 1908 yang
Bhatara Siwa juga turun di sebuah tempat ditandai dengan peristiwa Puputan
pada tahun Saka 55, yang sekarang Klungkung. Dan daerah Nusa Penida
bernama Tunjuk Pusuh. Tetapi pada tahun menjadi tempat pembuangan orang-orang
Saka 45, Dewi Kwam In lebih dahulu kerajaan yang membangkang dengan kapal
turun dan berstana di sebuah goa. Dan Belanda. Pengiriman para pembangkang
Dewi Parwati menyusul turun ke bumi ini akhirnya mengalami kecelakaan dekat
pada tahun Saka 60, dan lebih banyak lagi daerah Lombok. Di Nusa Penida raja yang
yang turun seperti Bhatara Brahma, terkenal saat itu adalah Sri Dalem
Mahadewa, Ganapati, Gangga, Tri Bungkut/Dalem Nusa/Ratu Gede Mecaling
Purusha, dan Basukih. Sekarang tempat Mas yang memerintah pada tahun Saka
atau goa tersebut bernama Goa Giri Putri 200 (Made Buda.2007: 21). Beliau adalah
yang menjadi pusering jagat sedangkan raja yang diutus dari Majapahit ke Nusa
Dewi Parwati yang bergelar Hyang Giri Penida untuk memimpin daerah yang
Putri sebagai penjaga tirta yang ada di kosong pemimpin. Setelah Nusa menjadi
Pura Goa Giri Putri (Made Buda. 2007: 2). tenteram berkat kepemimpinan beliau,
Selain itu menurut Prasasti Blahbatuh pada tibalah saatnya beliau membagikan tempat
masa keruntuhan Kerajaan Gelgel yang pada putra–putra dan pengasuh, dengan
dipimpin Raja Dalem Di Made (1605-1686) tujuan agar semua para putra beliau
mengalami kehancuran akibat adanya bertempat tinggal mengelilingi Pulau Nusa
pemberontakan dalam kerajaan sendiri Penida. Secara kekuatan pengaruh, di Nusa
oleh I Gusti Agung Maruti, di samping itu Penida hampir secara keseluruhan
banyak raja-raja yang memberontak pengaruh Majapahit masih sangat besar
terutama raja-raja di Bali yang awalnya dan sangat berpengaruh.
menjadi satu kesatuan kerajaan pecah Struktur dan fungsi dari jajaran
pelinggih di Pura Goa Giri Putri
menjadi 9 kerajaan. Kerajaan-kerajaan
tersebut adalah Den Bukit (Buleleng), Struktur dan fungsi dari Pura Goa Giri
Jembrana, Karangasem, Putri menggunakan struktur areal. Areal
Mengwi, Gianyar, Payangan, Bangli, tersebut terdiri dari areal pertama sampai

5
areal keenam/terakhir. Pada areal pertama Amerta sebagai penganugrah terbesar
terdapat pelinggih apit lawang yang merta. Pelinggih Dewi Melanting/Dewi
berfungsi sebagai pemisah sifat buruk. Tara tempat memohon keselamatan dan
Pada areal kedua terdapat pelinggih Hyang mencapai kesuksesan pekerjaan (Swagina).
Tri Purusha berfungsi sebagai pemujaan Pelinggih Dewi Kwam In merupakan
Hyang Tiga Wisesa. Pelinggih Hyang perwujudan dari dewi Budha Rulai yakni
Ganaphati berfungsi pemujaan terhadap lambang dewi kemakmuran serta terdapat
dewa pemurah rejeki yang bijaksana. Pada Pengayongan Altar Dewa Langit yang
areal ketiga terdapat pelinggih Hyang dipercaya berfungsi sebagai pelindung
Wisnu berfungsi memuja sakti sebagai jagat raya dan pengatur cuaca.
pemelihara. Pelinggih Dewa Baruna Unsur-unsur yang bisa dimaknai
sebagai media pendidikan multikultur
berfungsi sebagai tempat memohon
bagi Desa Pakraman Suana dan
kerahayuan, kasubagian dan sugih arta pengunjung yang datang ke Pura Goa
Giri Putri
brana. Pelinggih Hyang Ganesha sebagai
Pada Pura Goa Giri Putri terdapat
tempat memuja keselamatan. Pada areal
beberapa unsur-unsur yang bisa dimaknai
keempat terdapat pelinggih Dewi Gangga
sebagai media pendidikan multikultur.
sebagai Dewi Kesuciaan/genah melukat.
Adapun penjelasan unsur-unsur tersebut
Pelinggih Bhatara Giri Phati berfungsi
yakni sebagai berikut.
memperoleh manah becik. Gedong
Pelinggih Ratu Syahbandar/ Dewi
Panyimpenan berfungsi sebagai lingga Ida Kwam In
Pada areal ke enam terdapat Pelinggih
Hyang Giri di luar piodalan. Pada Areal
Ratu Syahbandar/Dewi Kwam In.
kelima terdapat Pemaruman yang
Pelinggih ini secara umum diketahui oleh
berfungsi sebagai genah petoyan Hyang
masyarakat Hindu merupakan perwujudan
Giri. Pelinggih Hyang Giri Putri berfungsi
dari dewi yang dipercayai oleh
sebagai sakti Dewi Parwati yang
kepercayaan di luar Agama Hindu
penyayang serta pengasih. Genah Taman
khususnya Budha (Rulai). Dewi ini
Ida yang berfungsi sebagai tempat meliang-
diyakini memiliki hati yang pemurah,
liang Ida Hyang Giri. Payogan Ida Bhatara
pemberi kehidupan, welas asih dan
Makasami berfungsi sebagai tempat
penyayang (Guru Lie, 2010: 21). Pada
Payogan Ida Bhatara. Pelinggih Tangkep
pura ini, Dewi Kwam In merupakan dewa
Langit yang berfungsi sebagai penjaga
yang baru dikenal, akan tetapi dipercayai
kekuasaan agar Moksartham Jagadhita.
dan dipuja oleh warga Desa Pakraman
Dan pada areal keenam/terakhir
Suana sebagai Dewi Penguasa
terdapat Pelinggih Ida Bhatara Siwa

6
Perdagangan yakni Ratu Syahbandar. berkuasa atas objek angkasa dan juga
Pelinggih yang lazim disebut Dewi Kwam cuaca, seperti cahaya, matahari, bulan, dan
In merupakan lambang kebesaran Dewa angin. Dalam kepercayaan Hindu di Desa
Hindu sebagai pemelihara. Ini menunjukan Pakraman Suana tidak mengenal
bahwa konsep pendidikan multikultur oleh pemujaan Dewa-Dewi Langit/Thienkung,
umat Hindu di Desa Pakraman Suana namun Dewa Langit dianggap sebagai
sudah dijalankan dengan wujud Pura Goa dewa yang berkuasa adalah Dewa Tri
Giri Putri menunjukan Bhinneka Tunggal Murti yang menguasai air, bumi, dan
Ika, Pura Goa Giri Putri adalah pura yang matahari. Jadi Altar Dewa Langit mampu
mampu dijadikan sebagai media dijadikan media pemahaman dalam sikap
pendidikan multikultur yang mampu toleransi antarperbedaan keyakinan tetapi
menjadi gambaran dalam mengakomodasi mengarah pada satu tujuan yang sama
persaingan antar suku, adat, ras, dan yakni memohon keselamatan dan
agama yang berbeda. Di samping hal keberhasilan dalam pekerjaan. Pura Goa
tersebut jika dimaknai lebih lanjut lagi, Giri Putri di empon oleh masyarakat Desa
pelinggih ini mengandung arti sikap Pakraman Suana yang mayoritas menjadi
toleransi dan saling menghormati tanpa petani rumput laut dan nelayan agar selalu
memilih-milih mana dewa Hindu dan diberikan cuaca yang bagus guna
mana dewa non Hindu, sikap emansipasi memperlancar pekerjaan masyarakat. Di
terhadap perempuan, penghormatan samping pengunjung juga dapat memohon
kepada ibu. Hal ini bisa dijadikan media perlimpahan rejeki baik yang bekerja di
pendidikan langsung kepada para warga daratan, lautan, maupun udara agar
Desa Pakraman Suana serta para senantiasa dilindungi.
pengunjung yang datang ke pura ini guna Pelinggih Dewi Gangga
Pelinggih Dewi Gangga di Pura Goa
memupuk pemahaman tentang perbedaan
Giri Putri terkandung makna pendidikan
agar berkurangnya konflik SARA.
multikultur yakni, kepercayaan yang
Pelinggih Pangayongan Altar Dewa
Langit dipuja sebagai dewi kesuburan dan
Pelinggih Pangayongan Altar Dewa
pembersih segala dosa dengan air yang
Langit merupakan kepercayaan dari Dewa
dicurahkan-Nya. Dewi Gangga merupakan
Budha dan kebudayaan Cina yang
Dewi Sungai yang suci yakni Sungai
dipercayai sebagai maha pelimpah rejeki.
Gangga di India. Umat Hindu percaya jika
Orang Budha meyakini Dewa Langit/
disucikan dengan air Sungai Gangga pada
Thienkung adalah dewa-dewi yang
saat yang tepat akan memperoleh

7
pengampunan dosa dan memudahkan non Hindu juga memuja Dewa Ganesha
seseorang untuk mendapat keselamatan. seperti Agama Budha memandang
Hal itu didapatkan dengan melukat pada pemujaan terhadap Dewa Ganesha dengan
tirta Dewi Gangga. Di samping umat tujuan yang sama yakni memohon
Hindu, kepercayaan terhadap Dewi kebebasan dari marabahaya. Ini
Gangga masih berkembang sampai saat ini merupakan bukti bahwa masyarakat Desa
terlebih lagi bagi umat Budha yang Pakraman Suana memiliki sikap
percaya akan kedahsyatan dari Dewi keterbukaan untuk mengadopsi dan
Gangga sebagai penguasa lembah Sungai mengadaptasikan dengan kebudayaan asli
Gangga yang memberikan kesuburan bagi Desa Pakraman Suana.
masyarakat India terutama pada masa Para Pengunjung (Pemedek) Pura Goa
Giri Putri
Kerajaan Hasrawardhana yang menganut
Menurut pengamatan peneliti, selama
Agama Budha (Widanta. 2012 : pada http:
melakukan penelitian, Pura Goa Giri Putri
//www aneahira.com/peradaban-lembah-
memang menunjukan pendidikan
sungai-gangga.htm). Kepercayaan itu juga
multikultur sehingga mampu dijadikan
diterapkan oleh warga Desa Pakraman
sebagai media pendidikan multikultur. Itu
Suana yang dibuktikan dengan pemujaan
terlihat dari banyaknya para pemedek yang
terhadap Dewi Gangga.
tangkil ke Pura Goa Giri Putri yang terdiri
Pelinggih Dewa Ganesha
dari pemedek lokal, pemedek Bali daratan,
Pelinggih Dewa Ganesha banyak
dan para wisatawan. Tidak hanya itu,
dipuja dalam kepercayaan Agama Hindu,
dilihat dari agama para pengunjung, para
Dewa Ganesha adalah dewa yang maha
pengunjung yang datang juga terdiri dari
pemurah dan sebagai dewa yang
pengunjung non-Hindu.
menghalangi segala halangan yang akan
Tata Cara Bersembahyang di Pura Goa
menimpa manusia. Dewa Ganesha sangat
Giri Putri
berkuasa dalam menguasai segala hal dan Menurut kebiasaan, di Pura Goa Giri
ilmu pengetahuan, serta khazanah dari Putri, tidak ada perbedaan dalam hal
segala pengetahuan, dapat memberikan pemujaan terhadap Ida Sang Hyang Whidi
keberhasilan atau kesempurnaan dengan Wasa dalam segala bentuk manefestasinya
mudah, akan tetapi keberhasilan yang serta tidak membedakan pemujaan
diberikan masih berada pada batas terhadap pelinggih Hindu dan pelinggih di
kemampuan spritual tinggi (Maswinara, luar Hindu. Sarana upakara yang disajikan
2006: 97). Tidak hanya masyarakat Hindu juga nampaknya menunjukan sikap
yang memuja Dewa Ganesha, masyarakat toleransi. Adapun tata cara

8
persembahyangan yang unik dilakukan terdiri dari areal pertama terdiri dari
umat Hindu maupun non-Hindu pada areal Pelinggih Apit Lawang. Areal kedua yang
ke enam dengan tetap menghaturkan dupa terdiri dari Hyang Tri Purusha, Hyang
dan bunga. Dan yang paling menonjolkan Ganaphati. Areal ketiga terdiri dari Hyang
pendidikan multikultur yakni dengan Wisnu, Dewa Baruna/Naga Basuki, Hyang
menyalakan 9 batang dupa dengan Ganesha. Areal Keempat terdiri Pelinggih
ngaturang 3 batang dupa di depan Dewi Gangga, Bhatara Giri Phati, Gedong
pelinggih Dewi Kwam In dan 3 buah di Penyimpanan. Areal Kelima (Utama)
depan Pangayongan Altar Dewa Langit, terdiri dari Pemaruman, Bhatara Hyang
serta persembahyangan ditutup dengan Giri Putri, Pertaman Ida Hyang Giri,
sujud bhakti berupa sujud 3 kali hormat ke Payogan Pesaiban Bhatara/Bhatari
atas dan terakhir dengan sujud diatas tanah Makasami, Pelinggih Tangkep Langit.
tepatnya di depan pelinggih Dewi Kwam Areal Keenam (Akhir) terdiri dari
In. Berikut di bawah ini gambar tata cara Pelinggah Ida Bhatara Siwa Amerta,
persembahyangan di areal keenam. Gedong Ratu Mas Melanting, Dewi Kwam
In/ Ratu Syahbandar, Pangayongan Altar
Dewa Langit . Fungsi Pura Goa Giri Putri
secara umum yakni pemujaan terhadap Ida
Sang Hyang Widhi Wasa dalam segala
bentuk manefestasinya sebagai bhatara-
Gambar1.1Cara Persembahyangan bhatari dan juga pemujaan terhadap dewa-
Terakhir (Pendidikan Multikultur)
dewi non Hindu.
Sumber: Wardani, 7 Februari 2013
SIMPULAN Unsur-unsur yang mampu dijadikan
Pura Goa Giri merupakan Pura yang sebagai media pendidikan multikultur pada
berada di Desa Pakraman Suana yang Pura Goa Giri Putri seperti Pelinggih
termasuk Kahyangan Jagat yang memiliki Ganesha, pelinggih Dewi Gangga,
sejarah berdiri tahun 50 Saka ketika Dewi Pelinggih Ratu Syahbandar/ Dewi Kwam
Parwati, Dewa Siwa bersama Dewi Kwam In, Pengayongan Altar Dewa Langit,
In turun ke sebuah goa untuk bertapa dan pengunjung yang datang ke Pura Goa Giri
diperkuat keberadaannya oleh kerajaan Putri yang berasal dari Desa Pakraman
Dalem Bungkut di Nusa Penida pada tahun Suana, masyarakat Nusa Penida,
Saka 200. Struktur Pura Goa Giri Putri masyarakat Bali daratan bahkan beberapa
memiliki struktur bertahap dengan Enam orang yang berasal dari masyarakat di luar
tahapan/areal persembahyangan yang Agama Hindu bahkan tamu asing. Tata

9
cara persembahyangan di Pura Goa Giri kepada Generasi Muda agar mendalami dan

Putri juga memiliki makna pendidikan mengaplikasikan nilai-nilai pendidikan

multikultur yang menggambarkan sikap multikultur yang terkandung pada Pura Goa

toleransi dalam persembahyangan di areal Giri Putri, seperti nilai toleransi,

terakhir. Setiap pengunjung yang datang penghormatan terhadap wanita, terlebih lagi
menjaga sikap toleransi terhadap budaya dan
harus melakukan persembahyangan
agama lain di sekitar tempat tinggal agar
dengan menghaturkan bunga dan dupa di
terhindar dari kasus yang berujung pada
pada pelinggih areal ke enam dan sujud ke
kekerasan SARA.
atas sebanyak tiga kali, dan ke bawah (di
DAFTAR RUJUKAN
atas tanah) tiga kali.
Atmadja, Nengah Bawa. 2006. “Kearifan
Saran yang disampaikan antara lain: Lokal dan Agama Pasar”, dalam
Media komunikasi Sejarah Lokal
Yang terhormat kepada pemerintah
Candrasengkala Bali Dalam
hendaknya menyelipkan sejarah dan Perspektif. Edisi Khusus
kegunaan Pura Goa Giri Putri sebagai media Diterbitkan Dalam Rangka
Purnabakti Drs. Made Sunada.
pendidikan multikultur baik melalui media IKIP Negeri Singaraja.
sosial maupun digitalisasi media cetak, Buda, Mangku Made. 2007. Babad Nusa
Penida. Surabaya : Paramitha.
karena bedasarkan dari diskusi Bersama Dunia, I Nyoman. Dharma I Ketut. 2007.
para Pemangku maupun pengurus Goa Giri Geguritan Goa Giri Putri.
Surabaya : Paramitha.
Putri ini, Pemerintah belum sempat dalam Guru Lie. 2010. Kisah Belas Kasih Budha.
melakukan donasi untuk pembangunan Goa Taiwan: Tabaha Buddha Center.
Maswinara, I Wayan. 2006. Dewa-Dewi
ini dan hanya mengandalkan donasi dari Hindu. Surabaya: Paramitha
pengunjung yang dikenal dengan istilah Pendit, 1996. Hindu Dharma Abad XXI
Menatap Masa Depan Peradaban
Dana Punia . Selanjutnya Pemerintah Bali Umat Manusia. Denpasar:
juga memfokuskan kepada pembangunan Yayasan Dharma Naradha.
Soebandi, Ketut. 1981. Pura Kawitan atau
infrastruktur segi digital baik itu VR (
Padharman dan Penyungsungan
Virtual Reality ) Maupun AR ( Augmented Jagat. Denpasar : CV Kayu Mas
Agung.
Reality ) dalam menunjang visualisasi
Soekmono, R. 1987. Pengantar Sejarah
infografik yang lebih detail serta membantu Kebudayaan Indonesia 2.
masyarakat Desa Pakraman Suana agar Yogyakarta : Kanisius.
Sura, dkk. 1991. Agama Sebuah
tetap melestarikan kebersihan Pura Goa Giri Pengantar. Denpasar: CV. Kayu
Putri baik secara skala dan niskala serta Mas Agung.
Widanta.2012. Peradaban Lembah Sungai
mampu menjadikan pura ini sebagai media Gangga. Diunduh pada: http://w
pendidikan multikultur bagi pengunjung. ww.anneahira.com/peradaban-
lembah-sungai-gangga.html
Selanjutnya memberikan penyuluhan

10
Dokumentasi

11
BIODATA NARASUMBER

Nama : Ketut Dharma, MBA

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Alamat: Desa Suana, Nusa Penida ,


Kabupaten Klungkung, Bali

Agama : Hindu

12
2

Anda mungkin juga menyukai