Anda di halaman 1dari 15

RELIEF ARI DARMA DI CANDI JAGO

Deny Yudo Wahyudi & Slamet Sujud Purnawan Jati


Jurusan Sejarah, Universitas Negeri Malang

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk memberikan kontribusi pada dunia


pendidikan berupa informasi mengenai pemanfaatan cerita Ari Darma dalam sebuah
konteks percandian pada masa Hindu-Buddha di Indonesia khususnya masa
Singhasari-Majapahit. Target khusus dalam penelitian ini adalah mengaji berbagai
relief di Candi Jago dan model penelitian tranformasi pesan relief percandian.
Dalam upaya tersebut dilakukan dengan metode arkeologi sejarah. Metode ini
mengungkapkan tinggalan arkeologis berupa relief dan konteks percandian. Hal ini
didukung data tekstual yang akan diinterpretasi melalui pendekatan sejarah.

Kata-kata kunci: relief Ari Darma, Candi Jago, tranformasi pesan

Abstract: This study tends to give a contribution to the educational world especially
the information on using Ari Darma story in the context of Hindu-Buddha’s temple
in Indonesia focusing on Singhasari-Majapahit period. This specific aim for this
study refers to reveal the various reliefs at Jago temple and research model of
transforming message of the reliefs. In this effort historical archaeology was used as
a research design. This method helped to know some archaeological remains like
reliefs and the context of temple. This is supported by textual data interpreted by
historical approach.

Keywords: relief Ari Darma, Jago Temple, transforming message

Kecintaan generasi muda terhadap sejarah yang terkandung dalam peristiwa ataupun
dan budaya bangsa semakin menipis, hal ini kebudayaan materiil tersebut.
nampak pada sikap mereka terhadap warisan Warisan budaya yang cukup banyak
budaya yang terkesan acuh, tidak peduli ditemukan adalah situs percandian dalam
atau menganggapnya sebagai kuno, ―jadul‖ rentang usia yang sangat panjang, mulai abad
dan tidak bergengsi. Di lain pihak, ada IV M hingga XV M. Candi-candi ini
sekelompok orang yang seakan-akan me- bercorak agama Hindu, Buddha maupun
nunjukkan kecintaannya namun justru men- perpaduan Hindu-Buddha. Salah satu
jualnya, menyalahgunakan ataupun meng- peninggalan tersebut adalah Candi Jago di
ubah untuk kepentingan pribadi maupun Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang
kelompoknya. Hal ini ditunjang dengan atau sekitar 15 km ke arah timur dari pusat
kurang mendalamnya pembelajaran budi Kota Malang. Candi Jago adalah salah
pekerti dan sejarah sebagai landasan pem- satu peninggalan yang unik karena termasuk
bentukan karakter. Pembelajaran sejarah dalam gaya arsitektur muda dalam
cenderung mengedepankan pengetahuan bentuk model candi berundak teras. Pada
kognitif yang berisi fakta tentang tokoh, dindingnya terdapat beberapa pahatan relief,
angka tahun dan tempat serta kebudayaan diantaranya Tantri Kamandaka, Parthayajna,
materiil, tetapi kurang dalam hal penguasaan Kunjarakarna dan juga Ari Darma. Relief Ari
afektif, utamanya terkait pengambilan nilai Darma atau yang dikenal masyarakat sebagai
Angling Darma ini menceritakan kisah

137
138 SEJARAH DAN BUDAYA, Tahun Kedelapan, Nomor 2, Desember 2014

tentang seorang raja Malwapati yang Kondisi relief di Candi Jago sangat aus dan
mempunyai kemampuan berbicara dengan tipis sehingga upaya penyelamatan dalam
binatang. Namun uniknya relief Ari Darma bentuk dokumentasi harus segera dilakukan,
hanya ditemukan di Candi Jago, karena pada (3) Penelitian khusus tentang relief ini belum
candi lain jika berkaitan dengan cerita ada karena yang lain hanya menyinggung
binatang maka relief yang dipahatkan adalah sebagai bagian dari relief-relief di Candi
cerita Tantri Kamandaka atau Jataka Jago, dan (4) Perlu adanya bahan ajar dalam
Awadana padahal cerita Ari Darma atau matakuliah Sejarah Indonesia Kuno yang
Angling Darma dikenal luas sebagai cerita dapat membekali mahasiswa tentang kajian
rakyat. sebuah relief lengkap dari bentuk (tangible)
Candi dan segala unsurnya adalah dan amanat (intangible)
kebudayaan yang bersifat bendawi
(tangible), namun terdapat nilai kebudayaaan Sejarah Indonesia masa Hindu-Buddha
di dalamnya yang sangat penting sehingga Penemuan tujuh buah prasasti Yupa dari
dianggap sebagai kebudayaan yang tak Kutai di pinggir sungai Mahakam pada abad
bendawi (intangible) (Sedyawati, 2003). ke-4 Masehi dipandang sebagai tonggak
Pada kasus relief di percandian, selain penting dalam penulisan sejarah nusantara
kebudayaan yang nampak seperti pada unsur (Indonesia kini). Hal ini dikarenakan untuk
bentuk relief, ukuran, ragam hias penyerta pertama kalinya sebuah wilayah di nusantara
dan lain-lain, juga terdapat unsur yang tak terekam dalam sebuah sumber sejarah tertulis
nampak dan ini sangat penting. Unsur tak berupa prasasti. Meskipun tidak menyebut-
nampak tersebut adalah kesesuaian adegan kan angka tahun namun berdasarkan per-
dengan cerita aslinya (baik tutur maupun bandingan huruf yang dipakai (dalam hal ini
tekstual), pengetahuan tentang teknik pallawa) maka dapat ditentukan secara relatif
pemahatan, gaya pemahatan, dan pesan atau usia prasasti tersebut, yaitu berkisar pada
amanat yang terkandung dalam cerita akhir abad ke-4 M.
tersebut. Penemuan ini sekaligus sebagai bukti
Penelitian-penelitian atau tulisan awal bahwa pengaruh Hindu telah masuk ke
tentang relief Ari Darma telah dilakukan nusantara berdasarkan beberapa bukti terkait,
tetapi terbatas hanya bagian kecil saja ketika yaitu terdapat beberapa nama raja yang
membahas tentang Candi Jago dan belum menggunakan gelar berbau India bukan lagi
merupakan penelitian tersendiri yang men- nama lokal, seperti penyebutan Dewa
dalam. Kinney, Klokke & Kieven (2003) Ańsuman yang dikenal dalam agama
membahas mengenai candi-candi di Jawa Hindu. Selain itu diberitakan pula adanya
Timur dan ketika membahas Candi Jago, upacara dengan menyebut tempat bernama
mereka menyinggung sedikit tentang relief Wapraieśwara yang dapat diidentikan
Ari Darma. Selanjutnya Creese (2004) juga sebagai tempat pemujaan terhadap Trimurti
hanya menyinggung sedikit tentang relief Ari (Soejono & Moendardjito, 2009). Pengenalan
Darma sebagai bagian dari beberapa relief beberapa unsur Hindu ini kemudian menjadi
yang dipahatkan pada Candi Jago. sebuah informasi penting bahwa agama dan
Berpijak dari penjelasan di atas maka kebudayaan Hindu sudah dikenal oleh
penelitian tentang relief Ari Darma di Candi masyarakat pada kisaran awal abad masehi.
Jago utamanya terkait kajian bentuk dan Bagaimana dengan agama Buddha?,
amanat layak dilakukan karena: (1) Relief ini Selama ini para ahli berkeyakinan bahwa
hanya ada di Candi Jago sehingga mewakili agama Buddha pertama kali dikenal di
sebuah hasil kebudayaan yang unik, (2) nusantara berdasarkan informasi dari prasasti
Talang Tuo (684 M) yang dikeluarkan oleh yang juga membawa konsep dan keyakinan
Dapunta Hyang Śrī Jayanāsa. Prasasti ini baru. Runtuhnya Śrīwijaya dan Majapahit
berisi pembuatan taman Śrīksetra untuk memperlihatkan runtuhnya dominasi Hindu-
kebaikan semua mahluk, dari doa-doa yang Buddha dan memungkinkan munculnya
dituliskan dalam teks dikenali sebagai pujian kekuatan baru, dalam hal ini Islam naik ke
dalam agama Buddha (Soejono & panggung sejarah nusantara. Masa transisi
Moendardjito, 2009). Penemuan prasasti dari dan juga kemudian jauh sesudahnya ternyata
masa awal kerajaan Śrīwijaya ini dapat tidak begitu saja menghilangkan pengaruh
dipandang bahwa agama Buddha telah mulai Hindu-Buddha dalam kebudayaan dan sistem
berkembang di nusantara. Selain itu, kehidupan masa yang baru
penemuan gugusan percandian di utara
Karawang Jawa Barat telah memberikan arti Sumber Belajar Sejarah
penting mengenai penyebaran agama Buddha Sumber belajar sejarah adalah semua
di Jawa yang dikenal sebagai situs sumber baik berupa data, orang dan wujud
percandian Batujaya. Gugusan bangunan kuil tertentu yang dapat digunakan oleh peserta
dan kemungkinan pula biara Buddhis telah didik dalam belajar sejarah, baik secara
menambah suatu upaya baru penafsiran terpisah maupun secara terkombinasi
terhadap perkembangan agama Buddha. sehingga mempermudah peserta didik dalam
Gugusan percandian yang sejaman dengan mencapai tujuan belajar sejarah atau
keberadaan kerajaan Tārumanāgara ini mencapai kompetensi dalam belajar sejarah.
mungkin dapat menjadi landasan pemikiran Berkaitan dengan sumber belajar, Munir
bahwa agama Buddha juga telah berkembang (2008:132-133) menyebutkan beberapa jenis
pada masa-masa awal abad masehi hampir sumber belajar antara lain:
bersamaan dengan agama Hindu. a. Buku Kurikulum diperlukan sebagai
Perkembangan selanjutnya memper- pedoman untuk menentukan standar
lihatkan bahwa pengaruh Hindu-Buddha ini kompetensi, kompetensi dasar dan materi
sangat dominan dan kuat sehingga me- pembelajaran.
munculkan pula sistem-sistem pemerintahan b. Buku Teks digunakan sebagai bahan
beserta bentuk kehidupan yang bercorak belajar.
Hindu-Buddha. Tinggalan arkeologis dari c. Sumber belajar media elektronik hasil
masa ini begitu kayanya dan beberapa rekayasa teknologi seperti: internet,
di antaranya dapat dikategorikan sebagai televisi, VCD/DVD, radio, kaset, dan
masterpiece karya manusia di dunia. sebagainya. Media elektronik yang di
Lombard (2000) mengatakan bahwa tanah di manfaatkan adalah program-program-nya
nusantara terutama di Jawa mengandung dan yang berkaitan dengan bahan belajar
masih akan terus mengeluarkan bukti-bukti suatu mata pelajaran.
warisan masa lampau yang menakjubkan. d. Internet. Internet dengan jaringan kerja-
Berbagai situs percandian dan benda-benda nya (network) merupakan sumber untuk
lain terus bermunculan baik yang terdata mendapatkan segala macam bahan ajar,
maupun tidak, bisa jadi beberapa diantaranya yang bisa dicetak atau dicopi.
masih terkubur utuh di dalam tanah selain e. Penerbitan Berkala seperti surat kabar
mungkin sebagian lainnya rusak akibat harian atau majalah yang terbit mingguan
bencana alam dan perusakan oleh manusia. atau bulanan. Penerbitan ini berisi banyak
Di akhir masa ini terlihat bahwa informasi yang berkenaan dengan bahan
berkembangnya perdagangan membawa pula ajar dan penyajiannya dengan bahasa
pengaruh interaksi dengan pedagang asing
139
140 SEJARAH DAN BUDAYA, Tahun Kedelapan, Nomor 2, Desember 2014

popular yang mudah dipahami sehingga seseorang untuk berkomunikasi dan ber-
sangat baik jika dijadikan bahan ajar. interaksi dengan pesan-pesan yang ter-
f. Laporan Hasil Penelitian. Biasanya kandung dalam sumber belajar yang
diterbitkan oleh lembaga penelitian, didayagunakan. Sumber belajar memiliki
perguruan tinggi atau para peneliti. fungsi yang efektif apabila keberadaannya
Laporan hasil penelitian bisa dijadikan digunakan semaksimal mungkin. Agar
bahan belajar yang aktual dan mutakhir. sumber belajar dapat dimanfaatkan secara
g. Jurnal. Jurnal adalah penerbitan hasil optimal, maka perlu dikelola dengan sebaik-
penelitian dan pemikiran ilmiah. Isinya baiknya. Pemanfaatan sumber belajar dalam
hasil penelitian atau hasil pemikiran yang belajar sejarah mempunyai arti yang sangat
sangat bermanfaat untuk digunakan penting. Selain melengkapi, memelihara, dan
sebagai sumber bahan belajar. Hasil memperkaya proses belajar, sumber belajar
penelitian ini kebenarannya telah diuji juga dapat meningkatkan aktivitas belajar
dan dikaji. (Sudjana, 2007).
h. Narasumber (human resource). Yakni Agar sumber belajar yang ada dapat
orang-orang yang mempunyai keahlian berfungsi dalam pembelajaran, maka harus
pada suatu bidang. Pemanfaatan dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
narasumber bisa dihadirkan di kelas atau Adapun fungsi sumber belajar adalah
dikunjungi ke tempat kerja profesional meningkatkan produktivitas pendidikan,
tersebut. memberikan kemungkinan pendidikan yang
i. Lingkungan. Lingkungan ini seperti sifatnya lebih individual, lebih memantapkan
lingkungan alam, ekonomi, sosial, seni, pengajaran, memberikan dasar yang lebih
budaya, teknologi atau industri. ilmiah terhadap pengajaran, meningkatkan
Lingkungan dapat menjadi sumber belajar kualitas belajar, dan memungkinkan
pada mata pelajaran terkait dengan penyajian pendidikan yang lebih luas
penjelasan topik tertentu yang me- (Hanafi, 1983).
merlukan pemanfaatan lingkungan.
Berbagai jenis sumber belajar di atas Candi di Nusantara
dapat digunakan sebagai sumber belajar pada Percandian di nusantara sering di
matapelajaran sejarah. Dalam belajar sejarah, kelompokan ke dalam dua gaya percandian,
semakin banyak sumber yang digunakan yaitu klasik tua dan klasik muda. Gaya klasik
semakin baik sehingga pengetahuan siswa muda selanjutnya dapat diuraikan lagi
tentang suatu peristiwa tertentu semakin luas. menjadi tiga kelompok, yaitu: (1) gaya
Sumber belajar sejarah tidak hanya terbatas percandian masa awal Majapahit, (2) gaya
pada buku pelajaran tetapi lebih dari itu, percandian masa keemasan Majapahit dan
siswa dapat menggunakan museum maupun (3) gaya percandian masa Majapahit akhir.
situs-situs peninggalan sejarah sebagai Gaya percandian sebelum masa Majapahit
sumber belajar sejarah. cenderung masih memperlihatkan ciri-ciri
Dengan demikian sumber belajar sejarah gaya arsitektur percandian masa klasik tua.
dapat dirumuskan sebagai segala sesuatu Gaya percandian masa Majapahit kemudian
yangdapat memberikan kemungkinan kepada masih dapat dibagi dalam tiga kelompok,
seseorang untuk memperoleh informasi, yaitu: (a) kelompok gaya Candi Jago, (b)
pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan kelompok gaya Candi Brahu, dan (c)
dalam proses belajar sejarah. Manfaat dari kelompok gaya candi masa Singhasari.
masing-masing sumber belajar sejarah Selanjutnya diuraikan bahwa gaya percandi-
tergantung pada kemauan dan kemampuan an masa akhir Majapahit mempunyai bentuk
arsitektur bangunan berundak teras (Krom, naratif maka cerita diambil dari cerita yang
1923-II:137-139; Munandar, 1991:52-61; terdapat dalam kakawin dan kidung, serta
Santiko, 1997:7; dan Wahyudi, 2005: 2-3). pada umumnya bertema kalepasan. Peng-
Pendapat lain membagi kelompok gambaran relief ini lebih menyerupai wayang
percandian ke dalam gaya Jawa Tengah dan kulit. (3) denahnya tidak berbentuk bujur
Jawa Timur. Penyebutan gaya Jawa Tengah sangkar, tetapi empat persegi panjang, me-
mengacu pada keletakkan candi-candi manjang ke arah belakang. Candi induknya
tersebut yang berada di Jawa bagian tengah. terletak di halaman belakang sehingga tidak
Gaya ini dibedakan menjadi dua, yaitu: memusat seperti halaman candi dari masa
bagian utara yang diwakili oleh kompleks klasik tua (Santiko, 1995:5-6).
percandian Dieng dan Gedongsongo, serta
bagian selatan yang diwakili oleh kompleks Ikonografi, Relief, dan Transformasi
percandian Borobudur-Prambanan dan candi- Pesan
candi sekitarnya. Perkembangan gaya Jawa Istilah ikonografi atau iconography
Timur dimulai pada abad XIII M seiring berasal dari akar kata ―ikon‖ atau icon dan
dengan berkembangnya Kerajaan Singhasari ―graphy‖. Istilah ikon berasal dari Bahasa
dan diakhiri dengan percandian yang ber- Latin ―eikoon‖ yang berarti gambar, bayang-
kembang pada masa Kerajaaan Majapahit an, potret (Maulana, 1984:1). Penggunaan-
(Soekmono, 1972:12-15). nya dalam istilah Hindu mengarah ke hal
Penamaan gaya dengan menggunakan yang lebih khusus, yaitu kepada para tokoh
nama daerah administratif ini sering me- atau dewa yang dipuja. Kata eikoon dalam
ngandung kerancuan, karena jaman dahulu Bahasa Yunani sama dengan istilah-istilah
tentunya belum mengenal pembagian dalam Bahasa Sansekerta ―arca, bera atau
wilayah dengan nama Jawa Tengah dan Jawa vigraha‖ yang merupakan perwujudan
Timur. Beberapa keberatan lain juga jasmani dewa yang dipuja oleh para bhakta
mengemuka setelah memperhatikan dengan (pemuja) dan agar lebih mengarah pada hal
seksama bentuk gaya percandian yang yang nyata maka dewa itu merupakan
ternyata memperlihatkan keanekaragaman sebagai tanu atau rupa, yang juga berarti
meskipun dalam periode yang sama. Ber- badan atau dewa yang digambarkan. Hal ini
dasarkan hal tersebut, maka mengemuka pula sesuai dengan pendapat Banerjea (1974:1)
sebuah pendapat yang membedakannya seperti di bawah ini:
menjadi tiga kelompok gaya percandian, This Greek word eikon with its above
yaitu candi yang bergaya Mataram Kuna conotation has its close pararell in such
(abad VIII-X M), bergaya Singhasari (abad Indian terms as arca, bera, vigraha,
XII-XIV M) dan bergaya Majapahit (abad etc., Which definetely denote sensible
XIII-XV M) (Santiko, 1995:3-4; dan 1999:8- representations of particular deities or
10). saints receiving the devout homage of
Candi Jago memperlihatkan gaya their bhaktas or exclusive worshippers.
Majapahit yang mempunyai ciri-ciri: (1) kaki Euphemistically, these are often
candinya berundak teras tiga dan salah satu described in various Indian texts as the
atau lebih bagian tubuhnya tidak dijumpai very body of form of the gods concerned
lagi, karena dibuat dari bahan yang mudah (tanu or rupa).
rusak. (2) bingkai datar (horisontal) dan
bingkai tegak (vertikal) dihiasi dengan motif Kata ―graphy‖ artinya menulis, me-
geometris, motif flora, fauna dan berbagai merinci. Jadi ikonografi berarti memerinci
motif jambangan. Apabila terdapat relief suatu benda yang menggambarkan tokoh
141
142 SEJARAH DAN BUDAYA, Tahun Kedelapan, Nomor 2, Desember 2014

dewa atau orang suci di atas suatu lukisan, 202:259). Relief Ari Darma yang dijumpai
relief, maupun mosaik yang khusus di pada Candi Jago berasal dari cerita Tantri
maksudkan untuk dipuja atau dalam Kamandaka yang diambilkan dari cerita
beberapa hal dihubungkan dengan upacara Pancasara yang berasal dari India dan sangat
keagamaan yang berkenaan dengan pemuja- sarat memuat pesan, petuah dan amanat
an dewa-dewa tertentu atau orang suci tentang hal baik dan buruk (Klokke, 1993).
tertentu (Maulana, 1984:1; dan Banerjea,
1974:1-3). Metode Penelitian
Secara garis besar relief pada sebuah Penelitian ini adalah penelitian
percandian atau artefak lainnya dapat dibagi arkeologi sejarah dimana cara kerjanya
dua, yaitu relief naratif (bercerita) dan relief adalah memadukan antara metode arkeologi
dekoratif (pengisi bidang) (Klokke, 1993:56). dengan sejarah. Langkah-langkah dalam
Relief naratif yang didasarkan atas sebuah metode arkeologi adalah pendokumentasian
atau lebih cerita kadangkala tidak dapat sumber data artefaktual, sedangkan langkah-
dikenali jalan ceritanya karena belum langkah dalam metode sejarah adalah
ditemukan dalam teks ataupun tradisi lisan. melakukan interpretasi terhadap informasi
Sebagian yang lain dikenali karena di dari sumber data tekstual. Penggabungan dua
dasarkan pada cerita yang sudah dikenali, hal metode ini telah dilakukan dalam salah
ini dipermudah dengan menemukan relief satu sub displin dalam arkeologi, yaitu
kunci cerita tersebut. Relief naratif dapat arkeologi sejarah. Metode ini digunakan oleh
dianggap sebagai sumber sejarah yang kaya para arkeolog untuk mengkaji sejarah
karena dalam penggambarannya kita dapat dan kebudayaan yang didukung sumber
mengambil beberapa informasi mengenai artefaktual dan tekstual. Selanjutnya pen-
masa lampau. Informasi yang terpenting dekatannya adalah penelitian kualitatif dan
adalah jalan cerita yang dapat dijabarkan lagi jenis penelitiannya adalah eksplanatif.
mengenai kesesuain dengan cerita dalam Objek penelitian ini adalah Candi Jago
tekstual ataupun oral traditions serta pesan yang terdapat di Kecamatan Tumpang,
atau amanat yang disampaikan. Informasi Kabupaten Malang, Jawa Timur. Fokus
kedua tentang penggambaran tokoh, penelitian adalah relief Ari Darma yang
kadangkala ada tambahan atau penyamaran dikaji pada bentuk, adegan dan pesan yang
tokoh yang dapat dikaitkan dengan masa disampaikan. Sumber data penelitian yang
relief dibuat. Informasi lainnya yang dapat pertama adalah artefaktual. Sumber data
diambil adalah penggambaran lingkungan artefaktual berupa Candi Jago khusunya
yang dianggap representasi imajinasi pem- relief Ari Darma. Sumber data yang kedua
buat dengan setting masa di hidup. adalah tekstual yang berupa naskah maupun
Pesan atau amanat yang disampaikan referensi yang mendukung keberadaan situs
oleh sebuah cerita pada relief dapat kita terteliti. Data dari sumber data artefaktual
pelajari dengan pendekatan semiotik yang berupa informasi mengenai bentuk, adegan,
diterapkan pada kajian arkeologis. Syarat dan amanat atau pesan dari relief Ari Darma.
utama adalah jika informasi sudah diketahui, Sedangkan data dari sumber data tekstual
baik dari kajian perbandingan sesama temuan berupa informasi pendukung mengenai
maupun dari informasi yang diberikan oleh sejarah Candi Jago dan kesesuaian jalan
sumber-sumber tertulis sezaman (Sedyawati, cerita relief Ari Darma.
Tabel 1. Data dan Sumber Data
Cara
No. Data Sumber Data Pengumpulan Instrumen
Data
1. Sejarah Candi Jago di
studi pustaka
Kecamatan Tumpang,
pustaka
Kabupaten Malang, Jawa
Timur observasi pedoman observasi
2. Bentuk & adegan relief Ari pustaka
studi pustaka
Darma di Candi Jago tekstual
observasi pedoman observasi
artefaktual pedoman
dokumentasi
dokumentasi
3. Amanat atau pesan moral pustaka studi pustaka
yang ditemukan pada relief observasi pedoman observasi
Ari Darma di Candi Jago artefaktual pedoman
dokumentasi
dokumentasi

Sumber data artefaktual berupa relief adalah Jajaghu yang merujuk pada nama desa
Ari Darma didokumentasi setelah melalui atau tempat candi ini berdiri. Jajaghu adalah
observasi. Informasi lebih lanjut didukung nama kuno untuk desa Jago sekarang,
oleh data dari sumber data tekstual berupa beruntung nama desa ini atau toponimi tidak
naskah dan bahan pustaka penunjang. terlalu berbeda jauh sehingga mudah untuk
Analisis data dilakukan dengan metode diidentifikasi.
arkeologi seni, yaitu interpretasi data Lokasi candi ini tepatnya adalah di
mengenai bentuk, adegan dan amanat Desa Jago, Kecamatan Tumpang, Kabupaten
menggunakan pendekatan kajian gaya seni Malang, kurang lebih 20 km ke arah timur
dan semiotik. Sebelumnya dilakukan dari pusat Kota Malang. Wilayah Tumpang
pengklasifikasian data sesuai fungsi dan arah ini dikenal sebagai daeah potensi temuan
interpretasi. Interpretasi dilakukan dengan situs. Salah satu yang cukup populer adalah
memanfaatkan hasil analisis data yang dikaji Candi Kidal sebagai candi pendharmaan
melalui teori-teori yang digunakan hingga Raja Anusapati atau Anusanatha, yaitu ayah
tercapai hasil dan menjawab tujuan dari Wisnuwarddhana. Di barat wilayah
penelitian yang diajukan. Penulisan akhir Tumpang melewati Kecamatan Jabung
(historiografi) dilakukan sesuai target hingga Singosari dapat kita kenali sebagai
indikator capaian, yaitu: laporan akhir, draf wilayah temuan prasasti-prasasti masa
artikel jurnal dan draf bahan ajar Sejarah Mataram Hindu yang berpusat di Jawa
Indonesia Kuno Tengah hingga masa Dinasti Isyana, seperti
Prasasti Lowokjati, Kubu-kubu, Jru-jru,
Pembahasan Balandit dan beberapa yang lain. Selain itu,
Candi Jago atau yang dikenal dengan juga dapat dilihat temuan lepas yang cukup
sebagai Candi Tumpang disebut-sebut dalam banyak mulai Singosari hingga Tumpang dan
Pararaton dan Nagarakrtagama sebagai ke arah selatan melewati Tajinan hingga
candi pendharmaan Raja Wisnuwarddhana Turen. Banyaknya temuan ini pastinya terkait
(Nagarakartagama) atau Ranggawuni dengan potensi religius yang dimiliki.
(Pararaton) atau Narrarya Seminingrat Rupanya Gunung Bromo (Sang Hyang
(Prasasti Mula-Malurung). Nama candi ini Brahma) merupakan orientasi utama dari
143
144 SEJARAH DAN BUDAYA, Tahun Kedelapan, Nomor 2, Desember 2014

temuan-temuan masa Hindu tersebut. Bahkan Adityawarman pada masa pemerintahan


salah satu pintu penjaga mahameru sisi barat Tribhuanatunggadewi masa Majapahit
dalam kitab masa Majapahit akhir, yaitu (Pigeaud, 1962)
Tantu Panggelaran yang bernama Pangawan, Candi Jago memperlihatkan gaya
sekarang masih dikenali sebagai desa Majapahit yang mempunyai ciri-ciri: (1) kaki
Bengawan di dekat Tumpang dengan temuan candinya berundak teras tiga dan salah satu
arkeologis yang kaya. atau lebih bagian tubuhnya tidak dijumpai
Fungsi Candi Jago adalah pen- lagi, karena dibuat dari bahan yang mudah
dharmaan Raja Wisnuwarddhana sebagai rusak. (2) bingkai datar (horisontal) dan
Buddha selain di Weleri sebagai Siwa. bingkai tegak (vertikal) dihiasi dengan motif
Informasi ini kita dapatkan dari pemberitaan geometris, motif flora, fauna dan berbagai
kitab Pararaton dan Nagarakrtagama. Pada motif jambangan. Apabila terdapat relief
Kitab Pararaton disebutkan ―Panjenenganira naratif maka cerita diambil dari cerita yang
Cri Ranggawuni ratu taun 14, moktanira terdapat dalam kakawin dan kidung, serta
1194, dhinarma sira ring Jajaghu‖ pada umumnya bertema kalepasan. Peng-
(Soekmono, 1993). Sedangkan dalam gambaran relief ini lebih menyerupai wayang
Nagakrtagama disebutkan ―Caka 1190 kulit. (3) denahnya tidak berbentuk bujur
bhatara wisnu mulih ing curalaya pjah sangkar, tetapi empat persegi panjang,
dhinarma ta sire Waleri Ciwawimbha len memanjang ke arah belakang. Candi
Sugatawimbha‖ (Pigeaud, 1962). Jadi candi induknya terletak di halaman belakang
ini seharusnya merupakan candi Buddhis sehingga tidak memusat seperti halaman
karena sugata sama dengan buddha namun candi dari masa klasik tua (Santiko, 1995:
melihat temuan relief Hindu maka candi ini 5-6).
dapat dikategorikan bernafaskan Siwa- Arsitektur candi ini memperlihatkan
Buddha sebagaimana agama yang dianut bangunan yang dibuat berundak dengan kaki
raja-raja Singhasari-Majapahit. yang tinggi. Sekarang tinggal tersisa tubuh
Candi pendharmaan adalah candi yang candi dengan pintu garbhagrha dan kaki
dibangun sebagai monumen atau peringatan candi. Melihat atapnya yang runtuh dan tidah
bagi raja yang sudah mangkat dan dibuatkan terdapat sisa batu kemuncak maka
arca perwujudan sebagaimana dewa yang dimungkinkan candi ini beratap bukan dari
disembah. Jadi candi bukan makam namun batu sebagaimana tubuhnya. Kemungkinan
pendharmaan atau monumen peringatan raja besar candi ini beratap ijuk atau sirap dalam
atau keluarga raja yang telah mangkat. bentuk meru. Nampak pradaksinapatra atau
Biasanya relief yang dipahatkan meng- selasar cukup luas pada setiap tingkatan
gambarkan sesuatu yang bersifat petuah tubuh candi. Fungsinya sebagai jalan dalam
ataupun kalepasan. Relief-relief tersebut membaca relief sebagai kegiatan keagamaan
menggambarkan perjalanan menuju ke- pada masanya. Gaya candi ini dapat
sempurnaan (Soekmono, 1974). dikategorikan gaya Majapahit karena nanti
Candi ini sebagaimana dalam teori beberapa candi Majapahit menyerupai bentuk
candi pendharmaan pastinya dibuat oleh dan arsitektur Candi Jago.
penerus Wisnuwarddhana, yaitu Raja Bentuk berundak ini memberikan
Kertanagara setelah upacara sraddha atau kesan bagaikan puncak meru atau gunung
peringatan 12 tahun setelah kematian Mahameru (lihat foto 1). Sebagaimana kita
Wisnuwarddhana. Namun berdasarkan ketahui bahwa candi dibuat seperti gambaran
Kitab Nagarakrtagama direnovasi oleh meru yang merupakan kediaman para dewa.
Gambar 1. Candi Jago Tampak Depan (Dokumen Pribadi tahun 2014)

Candi ini memiliki keragaman relief teras satu sisi timur laut (lihat foto 2). Cerita
yang kaya, tercatat hanya beberapa candi saja ketiga adalah Kunjarakarna pada kaki candi
yang dihiasai dengan beragam relief dalam teras satu sisi utara dan barat. Cerita keempat
satu tubuh candi, selebihnya hanya satu adalah Parthayajna atau Arjunawiwaha pada
hingga dua cerita saja. Candi ini memiliki kaki candi teras dua pada semua sisi. Cerita
cerita yang pertama yaitu Tantri Kamandaka terakhir adalah Kresnayana pada tubuh candi
yang dipahatkan pada kaki candi teras satu semua sisi. Beberapa relief telah aus karena
sisi tenggara-timur dan timur laut. Cerita pelapukan bahkan beberapa yang lain telah
kedua adalah Ari Darma pada kaki candi hilang karena dindingnya telah runtuh.

Gambar 2. Candi Jago dengan Berbagai Macam Relief (Dokumen Pribadi tahun 2014)

Relief Ari Darma diketahui hanya relief Tantri Kamandaka dan sebelum relief
terdapat di Candi Jago, meskipun sebagai Kunjarakarna. Secara keseluruhan terdapat
cerita telah dikenal baik dalam Kidung dalam tujuh panil relief yang didahului
maupun Serat Angling Darma (Klokke, dengan adegan naga jantan merayu naga
1993 ). Relief ini terletak pada bagian kaki betina. Adegan terakhir ketika Ari Darma
candi tepatnya pada sisi timur laut setelah dirayu istrinya untuk membagi kesaktiannya.

145
146 SEJARAH DAN BUDAYA, Tahun Kedelapan, Nomor 2, Desember 2014

Kesaktian Ari Darma berdasarkan naskah cerita Ari Darma. Ketujuh relief Ari Darma
yang ada adalah dapat mendengarkan didahului dengan pembatas cerita berupa tiga
pembicaraan para hewan. lingkaran dan satu guci atau gentong,
Relief Ari Darma tidak digambarkan Keempat gambar ini tersusun dalam posisi
secara lengkap seperti dalam cerita naskah bujursangkar (lihat gambar 3). Lingkaran
Angling Darma. Namun berdasarkan letimov pertama berisi bunga, kedua berisi medalion
atau relief pandu berupa raja naga bertemu dan ketiga berisi pustaka.
seorang ksatria maka dapat dikenali sebagai

Gambar 3. Pembatas Cerita Permulaan Ari Darma (Dokumen Pribadi tahun 2014)

Cerita pertama adalah adegan mesum Selanjutnya nampak seorang lelaki yang
antara naga jantan dan betina, kelihatannya merupakan Ari Darma mengusir naga jantan
yang memiliki niat jahat adalah naga jantan. menggunakan pedang pendek pada tangan
Selanjutnya Ari Darma memergoki mereka kanannya dan pada tangan kiri nampak
dan kemudian mengusir naga jantan yang memegang tameng atau busur (?). Nampak
bermaksud jahat pada naga betina. Gambaran naga jantan sedang memaksa naga betina
relief untuk cerita ini adalah nampak suasana berbuat mesum dengan melilitnya (lihat
hutan dan diawali dengan gambar anjing. gambar 4).

Gambar 4. Ari Darma Membunuh Naga Jantan yang Menggoda Naga Betina
(Dokumen Pribadi tahun 2014)
Cerita selanjutnya adalah terbebas- menemui seekor naga dalam posisi duduk
nya naga betina dari rudapaksa naga jantan dengan ekor menjulur ke atas. Sosok kedua
dan pergi atau pulang menemui ayahnya naga ini menggambarkan sebagai bangsawan
yang merupakan raja para naga. Naga betina nampak pada mahkotanya, dan mahkota
menceritakan pada ayahnya budi baik Ari ayahnya nampak lebih menandakan sebagai
Darma yang telah membebaskan dirinya dari raja (lihat gambar 5). Penggambaran posisi
perbuatan dosa dan aib yang memalukan. aktivitas ular nampak variatif sehingga ketika
Gambaran relief untuk cerita ini adalah dalam posisi berjalan atau melata, duduk
masih nampak suasana hutan. Selanjutnya ataupun bersimpuh nampak jelas sehingga
nampak naga betina sedang bergerak dan memudahkan interpretasi.

Gambar 5. Naga Betina Pulang dan Menemui Ayahnya Sang Raja Naga
(Dokumen Pribadi tahun 2014)

Berikutnya diceritakan bahwa Raja kediaman Ari Darma dan terlihat sebuah
Naga yang sangat bersyukur anaknya pintu gerbang. Raja naga yang menyamar
terbebas dari perbuatan dosa merasa sebagai brahmana sedang berbicara dengan
berhutang budi dan ingin berterima kasih Ari Darma. Penggambaran brahmana terlihat
kepada Ari Darma. Raja naga kemudian pada surban resi yang dipakai oleh raja naga,
menyamar sebagai seorang brahmana sedangkan Ari Darma nampak berdiri
menemui Ari Darma di istana Malwapati. berbicara pada sang brahmana (lihat
Gambaran relief untuk cerita ini gambar 6).
adalah nampak suasana istana Malwapati,

Gambar 6. Raja Naga Menemui Ari Darma dan Menyamar sebagai Brahmana
(Dokumen Pribadi tahun 2014)
147
148 SEJARAH DAN BUDAYA, Tahun Kedelapan, Nomor 2, Desember 2014

Cerita selanjutnya raja naga berjalan Gambaran relief untuk cerita ini
keluar bersama dengan Ari Darma menuju adalah terlihat dua orang sedang berjalan
dalam istana untuk membagi ilmu kesaktian- masuk dari pintu gerbang menuju ke dalam
nya sebagai rasa terimakasih kepada Ari kompleks bangunan. Dua orang itu masih
Darma karena telah menolong putrinya. dapat dikenali sebagai Ari Darma dan
Dalam cerita digambarkan bahwa kesaktian brahmana (lihat Gambar 7). Bangunan yang
itu adalah dapat mendengarkan percakapan digambarkan berada pada panil penampil
para hewan sehingga Ari Darma dapat sudut candi. Terdapat dua bangunan dimana
mengetahui hal-hal yang dibicarakan oleh yang satu nampak lebih kecil dan berdinding
para hewan. sedangkan yang lain terlihat seperti
bangunan pendapa atau balai tanpa dinding.

Gambar 7. Ari Darma dan Brahmana Keluar dari Istana


(Dokumen Pribadi tahun 2014)

Cerita selanjutnya adalah Ari Darma nampak dua orang sedang bertemu, yaitu Ari
menemui istrinya untuk menceritakan Darma dan isterinya. Digambarkan pula
pengalaman selama berpergian, yaitu ber- suasana dalam istana Malwapati, kediaman
temu dengan dua naga yang hendak berbuat Raja Ari Darma (lihat gambar 8). Peng-
mesum. Selanjutnya ia menceritakan telah gambarannya terletak pada sudut penampil
pula didatangi olehseorang Brahmana. candi sisi timur laut.
Gambaran relief pada cerita ini adalah

Gambar 8. Ari Darma Bertemu Isterinya setelah Menerima Kesaktian


(Dokumen Pribadi tahun 2014)
Cerita terakhir menggambarkan Gambaran relief untuk cerita ini
ketika sang ratu membujuk Raja Ari Darma adalah terlihat dua orang sedang berbincang-
menunjukkan kesaktian yang telah diberikan bingcang, tentunya Ari Darma dan isterinya.
oleh sang brahmana. Diceritakan pula bahwa Nampak pada adegan sebelumnya dua
ia merayu agar diberi ilmu kesaktian punakawan (emban) mengiringi kedua tuan
tersebut. mereka dan diakhiri oleh gambaran suasana
istana Malwapati (lihat gambar 9).

Gambar 9. Ari Darma Menceritakan Kesaktiannya pada Isterinya


(Dokumen Pribadi tahun 2014)

Setiap hasil kebudayaan pastilah Pesan pertama yang dapat kita peroleh
memiliki makna atau maksud pembuatannya. adalah tidak mendiamkan sebuah kejahatan
Hal ini diperkuat dengan penggambaran yang akan atau telah berlangsung. Hal ini
suasana ruang yang mendukung ilustrasi digambarkan melalui visualisasi Ari Darma
cerita yang dipahatkan. Penggambaran relief- menggagalkan niat buruk naga jantan yang
relief tersebut harus diimbangi dengan upaya akan menodai naga betina. Sebagaimana
mencari dan menafsirkan makna yang ajaran-ajaran berbagai agama maka dalam
terkandung didalamnya. Manfaat kegiatan ini ajaran Hindu maupun Buddha juga tidak
selain untuk mengetahui maknanya juga memperkenankan berbuat dosa dalam bentuk
dapat megerti konteks keberadaan situs. zina dan dianjurkan untuk mencegah jika hal
Selain itu, makna penggambaran dapat itu akan terjadi.
memberikan kita pesan nilai-nilai luhur yang Pesan kedua yang dapat kita peroleh
telah dimiliki oleh pendahulu kita. Begitu adalah bahwa segala perbuatan dosa pasti
juga dengan adegan cerita Ari Darma di akan mendapat balasannya dan tidak direstui
candi Jago, meskipun hanya sedikit namun oleh dewa. Gambaran ini diwakili oleh relief
sarat dengan pesan moral. Cerita ini sangat naga jantan dipukul oleh Ari Darma ketika
populer pada masyarakat Jawa namun akan merudapaksa naga betina. Ajaran ini
anehnya jarang direliefkan pada candi. Selain dikenal sebagai karma dalam ajaran Hindu,
itu, nama Ari Darma mengingatkan kita pada yaitu akan mendapat balasan dalam setiap
arti ddharma itu sendiri yaitu kebajikan kelakuan yang kita buat.
sehingga cerminan tokoh ini adalah Pesan ketiga yang dapat kita peroleh
kebajikan yang utama. adalah rasa berterima kasih atas bantuan
orang lain dan memberikan balasan budi
149
150 SEJARAH DAN BUDAYA, Tahun Kedelapan, Nomor 2, Desember 2014

bahkan dengan hal yang paling berharga. Hal fungsinya sebagai candi pendharmaan,
ini nampak dalam penggambaran naga betina utamanya menyangkut pesan moral yang
melaporkan pada ayahnya bahwa telah disampaikan oleh relief ini. Ada dua hal
ditolong oleh Ari Darma dari perbuatan terkait itu, pertama mungkin berhubungan
buruk naga jantan. Selanjutnya ayahnya dengan Raja Wisnuwarddhana atau cerita ini
sebagai rasa bersyukur berniat memberikan beredar pada masa Singhasari.
ilmunya yang paling berharga sebagai hadiah
atas budi atau ddharma dari Ari Darma.
Pesan keempat yang dapat kita peroleh DAFTAR RUJUKAN
adalah jika ingin memberikan kebaikan tidak
perlu menunjukkan diri sebagai upaya Banarjea, J.N. 1956. Development of Hindu
menghindari kesombongan. Hal ini Iconography. Calcutta: University
digambarkan dalam bentuk penyamaran raja of Calcutta.
naga sebagai brahmana. Bentuk penyamaran Creese, H. 2004. Women of the Kakawin
ini sangat dikenal dalam ajaran Hindu- World: Marriage and Sexualityin
Buddha sebagai upaya penggambaran the Indic Courts of Java and Bali.
menguji keteguhan ataupun keikhlasan New York: M.E. Sharpe, Inc.
seseorang yang akan diberi anugrah. Hanafi, A. 1983. Memahami Komunikasi
Penggambaran penyamaran ini dapat Antar Manusia. Surabaya: Usaha
diketahui dari cerita sang Satyawan, Nasional.
Bubuksah Gagangaking, Mintaraga atau Kinney, A.R., Klokke, M.J., and Kieven, L.
Arjunawiwaha dan berbagai cerita yang lain. 2003. Worshiping Siva and
Pesan terakhir yang dapat kita peroleh Buddha: The Temple Art of East
adalah kesetian dan kejujuran terhadap Java. Manoa: University of Hawai
pasangan hidupnya. Penggambaran dalam Press.
adegan ini adalah ketika Ari Darma Klokke, M.J. 1993. The Tantri Reliefs on
menceritakan segala pengalamannya kepada Ancient Javanese Candi. Leiden:
sang isteri dan membagi ilmu kesaktian KITLV Press.
tersebut dengan isterinya. Dalam Hindu- Krom. N.J. 1923. Inleiding tot de Hindoe-
Buddha dikenal konsep sakti yaitu energi Javansche Kunst. 2 volumes.
yang terletak pada pasangan hidup utamanya s‘Gravenhage: Martinus Nijhoff.
dewi (isteri) dari sang dewa. Artinya seorang Lombard, D. 2000. Nusa Jawa Silang
dewa tidaklah memiliki kekuatan tanpa Budaya: Jilid III Warisan Kerajaan
energi sang isteri sehingga isteri adalah Konsentris. Jakarta: Gramedia
sebelah jiwa dari sang suami. Adegan dalam Pustaka Utama.
Ari Darma menggambarkan cinta kasih Maulana, R. 1984. Ikonografi Hindu. Jakarta:
kepada isteri dan tidak ada hal-hal yang Fakultas Sastra Universitas
disembunyikan. Indonesia.
Relief Ari Darma merupakan salah Munandar, A.A. 1991. ‗Gaya Arsitektur
satu relief dari beberapa relief yang terdapat Bangunan Suci di Jawa Timur: Suatu
di Candi Jago. Namun demikian, justru relief Pengamatan Gaya‖, dalam J.A.I.
Ari Darma hanya terdapat di Candi Jago, i, hal 52-70.
itupun berada setelah cerita Tantri Munir, 2008. Kurikulum Berbasis Informasi
Kamandaka. Alasan mengapa hanya ada di dan Komunikasi. Bandung: Alfabeta.
sana belum dapat diketahui secara pasti. Pigeaud, T.G.TH. 1960—1962. Java in The
Beberapa dugaan dapat dikaitkan dengan 14th Century: A Study in Cultural
History. The Nagara-Kertagama & Rahayu, S.H., (eds.). Depok:
By Rakawi Prapanca of Majapahit. Pusat Penelitian Kemasyarakatan
1365 A.D. The Hague: Martinus dan Budaya – Lembaga Penelitian
Nijhoff. Universitas Indonesia.
Rahardjo, S. 2010. Peradaban Jawa: Sedyawati, E. 2003. Warisan Budaya
Dinamika Pranata Politik, Agama, Intangible yang “Tersisa” dalam
dan Ekonomi Jawa Kuno. Jakarta: yang Tangible. Pidato Purnabhakti.
Komunitas Bambu. Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan
Santiko, H. 1995. Seni Bangunan Sakral Budaya., Universitas Indonesia.
masa Hindu-Buddha di Indonesia Soejono, R.P., & Moendardjito. 2009.
(Abad VII-XV Masehi): Analisis Sejarah Nasional Indonesia: Zaman
Arsitektur dan Makna Simbolik. Kuno. Jakarta: Balai Pustaka.
Pidato Pengukuhan Guru Besar. Soekmono, R. 1974. Candi, Fungsi dan
Depok: Fakultas Sastra-Universitas Pengertiannya. Disertasi. Jakarta:
Indonesia. Universitas Indonesia.
Santiko, H. 1999. ―Candi masa Majapahit: Soekmono, R. 1993. Peninggalan-
Struktur Bangunan dan Fungsi‖, Peninggalan Purbakala Masa
dalam Cerlang Budaya; Gelar Majapahit. 700 Tahun Majapahit
Karya untuk Edi Sedyawati. (1293-1993) Suatu Bunga Rampai.
Hidayat, R.S., (ed.). Depok: Pusat Surabaya: Disparda Tingkat I Jawa
Penelitian Kemasyarakatan dan Timur.
Budaya – Lembaga Penelitian Sudjana. 2007. Teknologi Pengajaran.
Universitas Indonesia. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Sedyawati, E. 2002. ―Semiotik dalam Wahyudi, D.Y. 2005. Rekonstruksi
Arkeologi: Candi Jago dalam Keagamaan Candi Panataran pada
Tinjauan Semiotik‖, dalam masa Majapahit. Tesis tidak
Semiotik: Kumpulan Makalah diterbitkan. Depok: Universitas
Seminar. Masinambouw, E.K.M., Indonesia.

151

Anda mungkin juga menyukai