DOI: https://doi.org/10.15548/khazanah.v0i0.188://doi.org/10.15548/khazanah.v0i0.70
Wanada Rezeki
Universitas Sriwijaya
email: wanadarezeki25@gmail.com
Abstract
The purpose of this study is to explain the physical development made during the
kingdom of Srivijaya in the 7th century CE. As we all know, Srivijaya was the
largest maritime kingdom in Southeast Asia and the centre of Buddhist activities
and preaching. The author employed a historical research method with its 4
phases: heuristic, sources criticism, interpretation, and historiography. The
result is as follow: Srivijaya was the mightiest maritime kingdom with strong
leaders, seen from the attempts of Dapunta Hyang in restructuring state
administration and regulation, also his attempts in rearranging urban planning
and environment. We can extract this information from several inscriptions in
Prasasti Kedukan Bukit (682 CE), Telaga Batu, and Talang Tuwo (684 CE). In
the aspect of state defense, Prasasti Tanjore told us that the king founded the
royal fleet and built defensive fortifications on all Srivijayan’s territories.
Sriwijaya also built various inscriptions, statues, and temples. Although
Srivijaya adhered to Buddhism as the state religion, it did not neglect producing
Hindic relics. The research of this kind is necessary to further our knowledge
and to help the government to support archeologists in their research on
Srivijaya.
Keywords: Civilization, Development, Kedatukan, Ruler, Sriwijaya.
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah menerangkan pembangunan yang pernah ada dan
dibuat pada masa kerajaan Sriwijaya yang berjaya pada abad ketujuh ini. Seperti
yang kita ketahui bahwa Sriwijaya adaalah kerajaan maritime terbesar di Asia
Tenggara dan merupakan pusat penyebaran dan kegiatan agama Buddha. Metode
penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode historis dengan
empat tahapannya yaitu heuristik atau pengumpulan sumber, kritik atau verifikasi
sumber, interpretasi atau penafsiran sumber dan historiografi atau penulisan
sejarah. Hasil penelitian menunjukan bahwa Sriwijaya adalah kerajaan maritim
yang besar dengan penguasa yang hebat, hal ini terlihat dari upaya yang
dilakukan Dapunta Hyang dalam membuat strukturketatanegaraan, aturan, serta
upaya penataan lingkungan dan ruang, hal ini ada dalam isi Prasasti Kedukan
Bukit (682 M), Telaga Batu, dan Talang Tuwo (684 M). Kemudian dalam aspek
pertahanan Negara dibangun armada laut serta benteng-benteng di wilayah
61
62 Pembangunan pada Masa...
PENDAHULUAN Peninggalan-peninggalan
Berbicara tentang awal pengaruh Sriwijaya berada di berbagai tempat dan
Hindu Buddha di Nusantara sejauh ini negara, misalnya di Jawa Tengah
selalu dimulai pada sekitar abad ke-5 (candi), Jambi (candi), Malaysia
M. yang ditandai oleh kehadiran (Prasasti), dan beberapa negara
kerajaan Kutai dan Tarumanagara di Indocina (Angkor Wat). Yang dimana
Nusantara dan masih sedikit perhatian penemuan-penemuan ini ditemukan di
terhadap periode sebelum itu. 1 Padahal sekitar Selat Malaka.3
sebelum masa itu telah ada kerajaan Bekas-bekas yang ditinggalkan
yang bercorak Buddha di Nusantara peradaban ini berupa prasasti dan candi,
yakni Kerajaan Sriwijaya yang telah ada dalam kedua benda tersebut dapat
pada abad 4 M. menciptakan sebuah gambaran
Kerajaan maritim Sriwjaya mengenai pembangunan yang ada pada
menorehkan sejarah gemilang masa Sriwijaya. Baik itu berupa tempat
Nusantara pada abad ke 7-12 di beribadat, taman, telaga, kanal, dan
Sumatera, Jawa bagian Barat, benteng-benteng. Walau peninggalan
Semenanjung Malaya sampai ke tersebut beberapa tidak lagi ada
Indochina. Schnitger, (1937) wujudnya namun tetap tercatat dalam
menjelaskan tentang penemuan prasasti sejarah karena tertera dalam prasasti.
Kedukan Bukit berangka tahun 683 M Upaya untuk mencari pembuktian
di Palembang, selanjutnya Manguin dan kajian lebih dalam menelusuri
(2002) dan Susetyo (2014) mengatakan peradaban Sriwijaya, khususnya bidang
bahwa Sriwijaya berkembang menjadi pembangunan dan infrastruktur.
pusat pendidikan agama Buddha serta Diharapkan pemerintah dan masyarakat
menguasai perdagangan sungai dan laut untuk dapat mendukung dan memberi
serta dikenal memiliki kekuatan sebagai bantuan untuk kegiatan penelitian
riverine and maritime trade. Sebagai terhadap Kedatukan Sriwijaya sebagai
negara yang sangat berkuasa pada saat kerajaan maritim terbesar di Asia
itu, kekuatan armada dan perdagangan Tenggara.
laut Sriwijaya sangat diperhitungkan
oleh India dan China.2 METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah historis dimana
1
Indradjaja, Agustijanto.( 2014). Awal
Pengaruh Hindu Budha di Nusantara. Sriwijaya. Kalpataru, Majalah Arkeologi Vol.
Kalpataru, Majalah Arkeologi. Vol. 23. No. 1: 22 No. 2: 61-122, hal. 1.
3
17-33, hal. 17. Mahmud, Kiagus Imran. (2004).
2
Taim, Eka Asih Putrina. (2013). Studi Sejarah Palembang. Palembang: Anggrek, hal.
Kewilayahan Dalam Penelitian Peradaba 3.
yam parlak vukan;(4). Dnan tavad (yang bernama) Sri Ksetra ini
talaga savanakna yam vuatku dibuat; (2). Punta Hyam Sri
sucarita paravis prayojanaka Jayanasa wujud pranidhana Punta
punyana sarvvastva sacaracar. Hiyam, (dan) hendaknya semua
Varopayana tmu; (5). Sukha. Di tanaman yang telah ditanam di
asannakala di antara margga lai. taman Sri Ksetra ini seperti
Tmu muah ya ahara dnan air kelapa, pinang; (3). Aren, dan
niminumna. Savanakna vuatna sagu serta jenis-jenis pohon
huma parlak mancak mu; (6). Ah bambu, seperti bambu haur,
ya mamhidupi pasu prakara. bambu (wuluh), dan bambu betung
Marhulun tuvi vrdddhi muah ya dan sejenisnya. Termasuk pula
janan ya niknai savanakna yam taman-taman, bendungan-
upasargga. Pidanu svapnavigna. bendungan; (4). Telaga-telaga.
Varam vua; (7). Tana kathamapi. Semua amal saya berikan
Anukula yam graha naksatra hendaknya dipelihara, demi
paravis diya. Nirvyadhi ajara kesejahteraan dan kepentingan
kavuatanana. Tathapi savanakna seluruh makhluk hidup seperti
yam nhtyana; (8). Satyarijava manusia, binatang (bergerak) dan
drdhabhakti muah ya dya. Yam tanaman (tidak bergerak). Sebagai
mitrana tuvi janan ya kapatayam tempat yang memberi rasa
vinina mulam anukula bharyya nyaman, (5). Kebahagian. Sebagai
muah ya. Varam stha; (9). Nana tempat beristirahat dan
lagi curiuca vadhana paradara di melepaskan lelah bagi mereka
sana. Punarapi tmu ya yang sedang dalam perjalanan,
kalyanamitra. Marvvanun penawar lapar dan dahaga.
vodhicitta dnan maître; (10). Semoga pula kebun-kebun yang
Dhari di dam hyam ratnatraya ada di taman ini hasilnya
janan marsarak dnan dam hyam berlimpah, sehingga; (6). Ternak-
ratnaraya. Tathapi nityakala tyaga ternak terurus karenanya.
marsila ksanti marvvanun viryya Demikian pula para juru
rajin; (11). Tahu di samisrana peliharanya. Semoga mereka
silpakala paravis. Samahitacina. senantiasa aman, tenang, nyaman
Tmu ya prajna. Snrti medhavi. tidur dan berbahagia apapun yang
Punarapi dhairyyamani mereka perbuat; (7). Semoga
mahasattva; (12). Vajrasarira. semua yang ada di taman ini
Anupamasakti. Jaya. Tathapi dilindungi oleh planet dan rasi
jatismara. Avikalendriya. Mancak serta selalu dalam keberuntungan,
rupa. Subhaga hasin halap. Ade; awet muda, panjang usianya
(13). Yavakya. Vramaswara. Jadi selama menjalankan tugas mereka.
laki. Svayambhu. Punarapi tmu ya Semoga para hamba; (8). Yang
cintamanindhana. Tmu setia dan berbakti memelihara
janmavasita karmavasita. taman ini selalu dicintai,
Klesavasita; (14). Avasana tmu ya keluarganya di karuniai
anuttarabhisamyaksamvodhi.9 kebahagian. Dan para pengunjung
Dalam arti bahasa Indonesia bisa taman ini selalu yang jujur, dari
dikatakan sebagai berikut: manapun mereka datang dan
(1). Selamat sejahtera! Pada hari singgah; (9). Tidak ada pencuri,
kedua paroterang, Bulan Caitra, perampas, pembunuh, atau
Tahun 606 Saka, saat itulah taman penzinah (pelacur). Selalu itu
semoga mereka yang datang
9
Kabib Sholeh. (2017). Prasasti Talang merupakan kawan dan penasehat
Tuo Peninggalan Kerajaan Sriwijaya. Jurnal
yang baik, dan dalam jiwanya
Historia, hal. 184.
13
Mahmud, Kiagus Imran. (2004).
Sejarah Palembang. Palembang: Anggrek, hal.
17.