Anda di halaman 1dari 6

PENDALAMAN MATERI

(Lembar Kerja Resume Modul)

A. Judul Modul : KONSEP DASAR TEMPAT SUCI


B. Kegiatan Belajar : Kegiatan Belajar 2 (KB 2)

C. Refleksi

NO BUTIR REFLEKSI RESPON/JAWABAN


1. Tempat suci adalah tempat untuk melakukan kegiatan
yadnya/ibadah agama yang suci, tempat untuk sujud,
menghaturkan bhakti dan menyembah. Tempat untuk
sujud secara lahir batin, sujud jiwa raga kehadapan
Hyang Widhi (Tuhan Yang Maha Esa).
2. Tempat suci merupakan suatu tempat atau bangunan
yang dikeramatkan oleh umat Hindu atau tempat
persembahyangan bagi umat Hindu untuk memuja
Brahman (Hyang Widhi) beserta manifestasi-Nya.
3. Pura berasal dari kata Pur, yang artinya kota, benteng
Konsep (Beberapa istilah
1
dan definisi) di KB
atau kota yang berbenteng. Pura berarti suatu tempat
yang khusus dipakai untuk dunia kesucian dengan
dikelilingi tembok.
4. Dalam Ensiklopedia Hindu tentang pembagian denah
Pura dinyatakan dengan Struktut Halaman Pura. Yang
dimaksud struktur halaman Pura di sini adalah lay out
atau tata ruang halaman Pura.
5. Sebagian besar Pura di Bali halamannya terbagi dalam
tiga bagian, ini didasarkan kepada konsep Triloka atau
tiga lapisan alam yaitu bumi (Bhurloka), langit
(Bhuwahloka) dan Surgaloka (Swahloka).
Istilah Tempat Suci
1. Pengertian Tempat Suci
Tempat suci adalah tempat yang dibangun secara khusus
menurut peraturanperaturan yang telah ditentukan secara
khusus pula Tempat suci adalah tempat untuk melakukan
kegiatan yadnya/ibadah agama yang suci, tempat untuk
Daftar materi pada KB sujud, menghaturkan bhakti dan menyembah. Tempat
2
yang sulit dipahami untuk sujud secara lahir batin, sujud jiwa raga kehadapan
Hyang Widhi (Tuhan Yang Maha Esa). Sujud dalam arti
patuh, taat dan bhakti secara tulus ikhlas. Siap sedia
menjunjung serta menjalankan ajaran bhakti dan perintah-
perintah-Nya serta menjauhi semua larangan-larangan-Nya.
2. Istilah Tempat Suci
Tempat suci umat Hindu, dapat disebutkan dengan
bermacam-macam istilah, seperti:
1) Pura Istilah Pura berasal dari kata Pur, yang artinya
kota, benteng atau kota yang berbenteng. Pura berarti
suatu tempat yang khusus dipakai untuk dunia kesucian
dengan dikelilingi tembok. Hampir semua Pura (tempat
suci), dikelilingi atau dibentengi dengan tembok atau
pagar untuk memisahkan dengan dunia sekitarnya yang
dianggap tidak suci.
2) Parhyangan Pada zaman Bali Kuna tidak ditemukan
istilah Pura sebagai tempat suci, tetapi yang dipakai
adalah Hyang. Hyang sebagai tempat suci termuat dalam
prasasti Sukawana (882 M), dan prasasti Trunyan (891),
juga prasasti Kehen (Hyang Karimana, Hyang Api, Hyang
Tanda). Ketika pemerintahan Dharma Udayana
Warmadewa (989-1001) penggunaan Hyang berubah
menjadi Kahyangan.
3) Candi Candi artinya Siwa. Bentuk pokoknya adalah segi
tiga (A), yaitu lambang Purusa sebagai wisesanya Hyang
Widhi untuk mencipta atau mengadakan. Lambang ini
adalah lambang Siwa sebagai paksa agama Hindu, jadi
bukan bagian dari Tri Murti atau Tri Sakti.
Syarat-Syarat Pembuatan Tempat Suci
Sebuah tempat suci (Pura) atau yang lain. Hasil
pemufakatan itu disampaikan kepada orang suci misalnya
Pandita (Sulinggih) agar beliau memilihkan tanah (tempat)
yang baik untuk tujuan dimaksud. Pemilihan tempat yang
cocok untuk bisa dibangun sebuah Pura oleh sulinggih
didasarkan atas yoganya. Setelah itu melalui yoganya
didapat inpirasi, apakah tempat itu cocok atau tidak. Di
samping itu yang perlu diperhatikan adalah bau dari tanah
itu, apakah harum atau busuk, dan yang harum menjadi
pilihan. Hal-hal lain yang perlu diperhatikan adalah posisi
letak tanahnya. Pada umumnya dicari letak tanah yang agak
meninggi dari keadaan lingkungannya, sehingga faktor
keagungan dan kesucian bisa dipertahankan. Setelah tempat
diketemukan, maka mulailah pekerjaan mengukur tanah
dengan menggunakan pedoman lontar-lontar seperti Asta
Kosala Kosali, yaitu lontar yang memuat perihal seni
bangunan. Setelah tanah didapatkan dan diukur,
selanjutnya dilaksanakan upacara pamariudha tanah
(pembersihan tanah) Setelah penentuan letak diperoleh
persyaratan selanjutnya diselenggarakan pembangunannya
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Upacara Ngruwak Upacara Ngruak (merubah status
tanah) adalah upacara permohonan kehadapan Bhuta
Kala yang menempati tanah tersebut untuk dijadikan
tempaat pendirian bangunan
2) Upacara Nyukat Karang Upacara Nyukat Karang
dilaksanakan dengan maksud mengukur secara pasti
tata letak bangunan palinggih yang akan didirikan dan
laus masing-masing mandala (palemahan) pura,
sehingga tercipta sebuah tatanan pura yang sesuai
dengan aturan yang termuat baik dalam Lontar Asata
Kosala Kosali maupun Asta Bhumi.
3) Upacara Nasarin Upacara Nasarin atau peletakan batu
pertama, sesuai dengan sastra agama, sebagai berikut.
a) Dasar pertama dengan bata bang (batu bata merah)
yang bergambarkan Badawangnala, dengan wijaksara
ANG.
b) Klungah kelapa gading makasturi, airnya dibuang,
ditulisi dengan wijaksara OM kara.
c) Di atas upakara tadi, ditindih dengan batu bang (batu
bata merah), bertuliskan Dasaksara.
d) Yang paling atas adalah kwangen dengan uangnya 11
kepeng, bertuliskan OM karamertha.
4) Upacara Mamakuh Apabila bangunan telah selesai
dibangun, dilanjutkan dengan upacara mamakuh.
5) Upacara Mlaspas Upacara mlaspas dilakukan setelah
selesai upacara mamakuh, yakni upacara panyucian.
6) Upacara Mapadagingan Untuk bangunan suci upacara ini
amat penting, karena tanpa upacara Mapadagingan,
bangunan tersebut atau palinggih itu belum siap sebagai
tempat sthana Dewa (Dewagrha).
7) Upacara Ngenteg Linggih Upacara Ngenteg Linggih
dilakukan setelah Upacara Mapadagingan dengan
harapan Dewata yang dilinggakan selalu berkenan
menganugrahkan keselamatan kepada para umat Hindu
atau panyiwinya.
Fungsi Tempat Suci dan Jenis-jenis Tempat Suci
1. Fungsi Tempat Suci
Tempat suci mempunyai fungsi yang amat penting bagi
umat Hindu, fungsi yang hampir meliputi selur uh aspek
kehidupan masyarakat Hindu. Sebagaimana disebutkan
dalam sastra agama, maka fungsi tempat suci (Pura) itu
adalah sebagai berikut:
1) Pura adalah tempat melakukan bhakti
persembahan/beribadat, tempat manusia
mendekatkan dirinya kepada Hyang Widhi
2) Pura (terutama pura keluarga) juga merupakan tempat
mempelai mengikrarkan sumpahnya di atas persaksian
Hyang Widhi untuk memasuki hidup baru, mereka
berjanji tetap setia sehidup semati bersama dalam suka
maupun duka untuk membawa rumah tangga yang
berbahagia sesuai dengan tuntunan Agama.
3) Tempat untuk memuja roh-roh suci (yang dipandang
suci), baik roh suci leluhur, roh para Rsi maupun raja-
raja yang dianggap telah menjadi Dewa-Dewi
4) Pura adalah tempat para pejuang untuk memohon
restu kehadapan Hyang Widhi dalam memperjuangkan
dan membela tanah airnya dari para penjajah, sehingga
membawa kemenangan yang gilang gemilang.
5) Di samping itu, tempat suci juga merupakan tempat
mengadakan kegiatan-kegiatan sosial dan pendidikan
dalam hubungan keagamaan baik pendidikan watak,
pendidikan ke arah rasa persaudaraan, pendidikan ke
arah jiwa demokrasi dan pendidikan ke arah rasa
perikemanusiaan.
2. Jenis-Jenis Tempat Suci
Tempat suci seperti Pura di Bali ada beberapa jenis dan
letaknya dikelompokkelompokkan. Tujuan
pengelompokan itu adalah untuk:
1) Meningkatkan pengertian dan kesadaran umat terhadap
Pura sebagai tempat suci umat Hindu.
2) Menghindari adanya salah tafsir bahwa dengan adanya
banyak palinggih di suatu pura, agama Hindu dianggap
politeistik. Berdasarkan fungsinya Pura itu digolongkan
menjadi 2 kelompok:
1) Pura Jagat, yaitu tempat memuja Hyang Widhi dalam
segala prabhawa/manifestasiNya.
2) Pura Kawitan, yaitu tempat memuja atma sidha
dewata/roh suci leluhur. Berdasarkan karakterisasi
fungsinya pura digolongkan menjadi 4 kelompok:
1) Pura Kahyangan Jagat Yaitu pura tempat pemujaan
Hyang Widhi dalam segala prabhawa-Nya seperti Sad
Kahyangan dan Pura Jagat lainnya.
2) Pura Kahyangan Desa (Teritorial) Yaitu pura yang
disungsung oleh desa adat, contohnya seperti Pura
Kahyangan Tiga
3) Pura Swagina (Pura Fungsional) Yaitu pura yang
panyungsungnya terikat oleh ikatan swagina
(kekaryaan) yang mempunyai profesi sama dalam
sistem mata pencaharian hidup seperti Pura Subak,
Pura Melanting dan lain sejenisnya.
4) Pura Kawitan Yaitu pura yang panyungsungnya
ditentukan oleh ikatan wit atau leluhur berdasarkan
garis kelahiran (genealogis) seperti Sanggah/Mrajan.
Pura Ibu, Pura Panti, Pura Dadia, dan Pura Padharman.
D. Pembagian Denah Pura, Macam-Macam dan Bentuk-
Bentuk Palinggih 1. Pembagian Denah Pura
Dalam Ensiklopedia Hindu tentang pembagian denah Pura
dinyatakan dengan Struktut Halaman Pura. Yang dimaksud
struktur halaman Pura di sini adalah lay out atau tata ruang
halaman Pura. Halaman Pura di Bali dapat dibedakan
menjadi 4 jenis, yaitu:
1) Pura hanya dengan satu halaman.
2) Pura dengan halaman yang terbagi dalam dua
halaman.
3) Pura dengan halaman yang terbagi dalam tiga
halaman.
4) Pura dengan halaman yang terbagi menjadi tujuh
halaman.
Masing-masing Pura dengan halaman yang terbagi dalam
satu, dua, tiga atau tujuh bagian itu didasarkan kepada
konsep macrocosmos (Bhuwana Agung). Sebagian besar
Pura di Bali halamannya terbagi dalam tiga bagian, ini
didasarkan kepada konsep Triloka atau tiga lapisan alam
yaitu bumi (Bhurloka), langit (Bhuwahloka) dan Surgaloka
(Swahloka). Halaman Pura yang mengikuti konsep ini
dibagi menjadi tiga bagian (Tri Mandala) dan diberi nama
sebagai berikut:
1) Nista Mandala atau Jaba Pura yang merupakan halaman
luar dan terletak paling depan.
2) Madya Mandala atau Jaba Tengah yang merupakan
halaman tengah.
3) Utama Mandala atau Jeroan Pura merupakan halaman
dalam sebagai tempat yang dianggap paling suci.
2. Macam-Macam dan Bentuk-Bentuk Palinggih
Penggunaan halaman Pura yang terbagi dalam tiga bagian
adalah sebagai berikut:
1) Jaba Pura dipergunakan sebagai tempat Bale Kulkul,
Wantilan, Pawaregan, dan Lumbung.
2) Jaba Tengah dipergunakan sebagai tempat Bale Gong
dan Bale Agung.
3) Jeroan Pura dimanfaatkan untuk tempat palingih-
palinggih sebagai sthana Hyang Widhi dan Para Dewa
atau Bhatara-Bhatari manifestasi-Nya, yang bentuk
serta letaknya disesuaikan dengan fungsinya masing-
masing.
Selanjutnya jika hendak masuk ke Pura dengan halaman
yang terbagi tiga, maka pertama-tama umat akan melalui
sebuah Candi Bentar yang merupakan pintu masuk
pertama dari Jaba Pura ke Jaba Tengah menuju Jeroan
umat melalui Pamedal Agung (Kori Agung atau Candi
Kurung atau Gelung Agung). Di sebelah kanan dan kiri
depan Candi Bentar biasanya ditempatkan patung
Dwarapala atau patung Pangapit Lawang berbentuk
raksasa (Nandiswara dan Mahakala) yang berfungsi
sebagai penjaga pintu atau pengawal Pura. Patung
bermotif Dewa biasanya ditempatkan di kanan-kiri di
depan Pamedal Agung. Sedangkan pada bagian atas pintu
Pamedal Agung diberikan hiasan kepala raksasa yang
dinamakan Bhoma. Tujuan penempatan Bhoma itu agar
jika ada orang jahat masuk Pura akan dihalangi oleh
kekuatan raksasa itu dan jika ada orang yang berhati suci
masuk ke dalam Pura akan memeroleh rakhmat-Nya.

Tempat suci merupakan suatu tempat atau bangunan yang


dikeramatkan oleh umat Hindu atau tempat
persembahyangan bagi umat Hindu untuk memuja
Brahman (Hyang Widhi) beserta manifestasi-Nya. Di India
banyak kuil yang didedikasikan untuk DewaDewa Hindu.
Tempat suci umumnya terletak di tempat-tempat yang
dikelilingi oleh alam yang asri seperti misalnya laut, pantai,
gunung, gua, hutan dan sebagainya. Namun tidak jarang ada
Daftar materi yang sering
tempat suci Hindu yang berada di kawasan perkotaan atau
3 mengalami miskonsepsi
dalam pembelajaran di dekat pemukiman penduduk. Pengertian Pura, secara
filosofi merupakan reflika/duplikasi kahyangan/surgaloka,
sthana Hyang Widhi, yang suci dan indah. Secara mitologi
bahwa Pura merupakan surgaloka yang diturunkan ke
dunia berupa gunung-gunung suci, seperti: Gunung
Mahameru di India, Gunung Semeru di Jawa, dan Gunung
Agung di Bali. Selanjutnya gunung diyakini sebagai tempat
bersthana-Nya Hyang Widhi. Banyak Pura dibangun di
gunung-gunung atau tempat yang tinggi.

Anda mungkin juga menyukai