Anda di halaman 1dari 3

NAMA : I KADEK FERDY JACSEN

NO : 18
KELAS : X AP3

Tempat suci, tempat ibadah atau tempat peribadatan merupakan tempat atau bangunan yang
dianggap suci (dikeramatkan). Setiap umat mempunyai tempat suci dalam pelaksanaan
ibadahnya. Adapun tempat ibadah dari agama resmi di Indonesia adalah Masjid (untuk umat
Islam), Gereja (untuk umat Protestan dan Katholik), Pura (untuk umat Hindu), Wihara (untuk
umat Buddha) dan Litang/kelenteng untuk umat Khonghucu. Pemerintah memberikan
perlindungan akan tempat ibadah ini sebagai wujud nyata dari UUD 1945 tentang kebebasan
beragama. Bahkan di tempat umum pun dibangun tempat-tempat ibadah, seperti Bumi
Perkemahan Cibubur di Jakarta Timur menyediakan masjid, gereja, pura dan wihara.

PengertianPura

Pura merupakan tempat suci Umat Hindu.


Pura biasanya didirikan di tempat yang
sekelilingnya asri seperti laut, gunung, goa,
hutan dan sebagainya. Penyebutan nama
tempat suci dalam Ajaran Hindu tidak secara
gamblang. Tempat suci atau pemujaan ini
disebut devalaya, devasthana, deval atau deul
yang berarti rumah para dewa. Beberapa
istilah tempat suci Umat Hindu di belahan
bumi ini adalah:

 Mandir atau Mandira (Bahasa Hindi)


 Alayam atau Kovil (Bahasa Tamil)
 Devasthana atau Gudi (Kannada)
 Gudi, Devalayam atau Kovela (Bahasa Telugu)
 Puja Pandai (Bahasaa Bengali)
 Kshetram atau Ambalam (Malayayam)
 Candi (Jawa, merupakan bangunan kuno)

Tempat suci menurut Hindu mempunyai 2 (dua) pengertian yaitu tempat suci karena kondisi
alam (sendirinya) dan tempat suci karena disucikan atau dibangun. Tempat suci karena
sendirinya adalah puncak gunung, sumber mata air. Sedangkan tempat suci yang dibangun
adalah Pura.
Etimologi

Kata ‘Pura’ berasal dari akhiran Bahasa Sansekerta (-pur, -puri, -pura, -puram, -pore) yang
artinya kota, kota berbenteng, kota dengan menara atau istana. Dalam perkembangannya di
Pulau Bali, istilah ‘Pura’ menjadi khusus untuk tempat ibadah, sedangkan kata ‘puri’ menjadi
tempat tinggal bagi para raja dan bangsawan.
‘Pura’ yang berarti keraton atau istana raja, kata ini banyak dijumpai di Bali pada saat
pemerintahan Dalem Kresna Kepakisan, seperti Linggarsapura di Samprangan, Swecapura di
Gelgel, Semarapura di Klungkung, Bandanapura (Badung), Kawyapura (Mengwi).

‘Pura’ sebagai tempat pemujaan dimulai pada jaman sebelum Dalem Kepakisan, Rsi Markandeya
mendirikan Pura Besakih. Pada abad XI Empu Kuturan mempopulerkan Pura dengan Pura
Kahyangan Tiga (Pura Desa, Puseh dan Dalem) dan tempat memuja Sang Hyang Widhi yang
disebut Meru. Pada jaman Dang Hyang Dwi jendra, tempat memuja Sang Hyang Widhi disebut
Padmasana.

FungsiPura
Pura sebagai tempat suci Umat Hindu di
Indonesia. Pura merupakan tempat pemujaan
Hyang Widhi Wasa dalam prabawa-NYA
(manifestasiNYA) dan atau Atma Sidha
Dewata (roh suci leluhur) dengan sarana
upacara yadnya dari Tri Marga.

Dalam Buku Materi Pokok Acara Agama


Hindu disebutkan bahwa Pura sebagai tempat
suci Umat Hindu memiliki arti dan fungsi
yang sangat penting:

1. Tempat untuk memuja Tuhan dengan segala manifestasinya.


2. Tempat umat mendekatkan diri dengan Sang Pencipta yaitu Tuhan.
3. Tempat dialog/komunikasi sosial masyarakat dan tempat persaksian atas suatu aktivitas.
4. Tempat mengasah dan mendidik calon-calon pemimpin masyarakat.

Menurut Gusti Ngurah Rai, fungsi Pura dapat dikelompokan dalam 3 kelompok yaitu:
1. Fungsi spiritual: Dharma Sedana, Dharma Yatra
2. Fungsi pendidikan: Dharma Wacana, Dharma Tula
3. Fungsi sosial: Dharma Shanti, Dharma Gita

Anda mungkin juga menyukai