Anda di halaman 1dari 2

KEPEDULIAN TEMAN

Pada suatu hari ketika kami betiga kerumah Aza, Cha mengajak membeli leker
dan minuman di alun-alun, kemudian kamipun setuju dan bersiap-siap mengambil
sepeda kita sendiri-sendiri. Setelah mengambil sepeda kami segera beranjak dari rumah
Aza dan pergi ke alun-alun. Sepanjang perjalanan ke alun-alun kami berbincang-bincang
dan bercanda. Sampai di pedagang leker, kami memesan leker rasa kesukaan kami.
Tak lama leker kita matang kemudian aku, Adel, Isnani mengajak memakan
leker di Kebon Rojo, lalu kita mengayuh sepeda sambil berbincang-bincang bersama.
Sampai di Kebon Rojo aku mengusulkan duduk di depan lapangan tenis dan mereka
setuju, kemudian kita duduk-duduk dan memarkir sepeda di belakang kita. Dan setelah
agak lama memakan leker dan berbincang-bincang, kemudian datang seorang yang tidak
kami kenal yang mondar-mandir di sekitar sepeda kami, tiba-tiba memegangi sepeda
Aza. Setelah itu Aza berpindah tempat duduk yang semula dekat Isnani lalu didekatku
dan dia berbisik padaku.
“He In, siapa orang itu, orang gila kah?” Tanya Aza takut.
“Entahlah, mungkin tidak mencurigakan !” Sahutku, lalu Aza tersenyum,
semakin ketakutan Aza meremas lekernya dan ia berkata.
“Kalau begini, rasanya aku mau menangis”. Katanya Aza sambil menunduk. Aku
dan Isnani tertawa karena sebelumnya kita tidak pernah melihat Aza menangis,
sedangkan Adel ingin tertawa tapi merasa kasihan. Lama kelamaan kita lihat ternyata
memang Aza menangis, hidung dan wajahnya memerah. Dan akhirnya Adel bingung
dan merasa bersalah karena dialah yang mengajak Aza memakan leker di Kebon Rojo.
Kemudian kita berusaha menenangkan Aza dan berkata,
“Aza jangan nangis dong!” seruku dan Isnani
“Terus sepedau bagaimana? Memang kalian mengambilkan, timpal Aza sambil
menangis.
Karena merasa bersalah Adel menjawab,
“Ya udah Za kamu nggak usah khawatir, aku yang akan mengambilkan
sepedamu” Sahut Adel. Kita pun berdiri dan mengambil sepeda, walau aku dan Isnani
masih tertawa. Dilain sisi adel mengambil sepeda Aza dan menaikkan penopang sepeda
dengan keras sehingga mengenai kaki lelaki tersebut, lalu kitapun bersepeda menjauh
dan pergi ke alun-alun.
Setelah sampai di alun-alun, Aza menceritakan kenapa di amenangis dan adel
juga bercerita kalau ia merasa bersalah karena ia menaikkan penopang terlalu keras,
sehingga mengenai kaki lelaki tersebut. Sementara aku dan Isnani mendengarkan cerita
sambil tertawa bersama. Setelah puas berbincang Aza pun memutuskan pulang.
Sesampainya dirumah, Aza menyuguhkan hidangan kepada kami, setelah kenyang
kamipun memutuskan untuk pulang ke rumah dan berpamitan pada Aza.
TEMAN ATAU SAHABAT

Ketika hari mulai mendung, aku dan teman teman akan menuju sebuah perjalanan yang
pernah kami lewati bersama. mungkin, perjalanan yang indah dulu akan terungkit
kembali.
Satu persatu teman temanku datang. Mereka tau kisah yang dulu kami alami berujung
keindahan. Ketika semua berkumpul kami berangkat menuju jejak kaki yang dulu.
Di tengah perjalanan kami, ada satu orang teman yang merasa kesakitan. kami bertanya.
“Ada apa denganmu?”
“Aku merasa pusing” dengan nada lemah dia berbicara
“Apa kamu bisa melanjutan perjalanan ini”
“Pergilah, aku tidak apa apa. Teruskanlah perjalanan kalian tanpa aku”
Aku berpikir dia tidak akan bisa pulang sendiri. Aku membantu dia pulang karena aku
sadar sebuah pertemanan sejati tidak akan bisa tergantikan oleh apa pun.
Aku mengantar dia sampai ke rumah dengan perasaan hampa. Aku berpikir, perjalanan
kali ini tidak akan seperti dulu.
Dia berkata padaku.
“Terima kasih”
“Hai teman, kita ini teman, tidak usah berterima kasih”
“Ok”
“Baiklah, semoga cepat sembuh”
Aku kembali lagi kepada teman temanku yang lain. Hatiku merasa sedih karena satu
teman tidak ikut.
Teman temanku berkata “hai, jangan sedih kita akan lewati ini bersama. Kita teruskan
perjalanan ini”.
Perjalanan pun berlanjut. Berawal dengan mengambil jeruk di tengah sawah yang luas.
Jeruk jeruk yang dulu pernah kami petik tidak ada yang manis.
Di setiap samping pohon pohon jeruk terdapat buah timun mas yang setiap satu bijinya
besarnya mencapai 3-6 kg. Kami buka mencari timun mas yang besar. Kami mencari
timun mas yang kecil kecil karena tujuan kami untuk membuat rujak.
Di sebuah tumpukan tanah yang tinggi terdapat pohon pohon pisang, jambu biji, jambu
air dan cabai. Di sinilah hal hal kecil bisa di dapatkan dengan mudah.
Perjalanan berlanjut menuju tempat kecil yang di sekitarnya dipenuhi dengan padi,
gunung gunung yang tinggi, bendungan kecil yang airnya jernih, dan angin angin yang
selalu berbicara.
Rujak yang akan kami buat cukup sederhana, tapi terasa istimewa saat canda tawa teman
temanku terucap, hati yang selalu gembira membuat hal kecil menjadi besar.
Perjalanan berlanjut dengan cuaca yang berubah menjadi panas. Di saat cuaca panas
kami merasakan haus. Akhirnya kami menuju sebuah kebun buah bentuknya bundar
rasanya segar dan di dalamnya ada air,
Buah itu adalah semangka, kami mengambil semangka itu 1 orang 1 biji. Dan kami
kembali ke tempat kecil yang dipenuhi keindahan alam.
Kini kisahku berakhir dengan dipenuhi kebahagiaan dari teman temanku. Aku sadar
sebuah pertemanan itu akan selalu berujung keindahan.
Perbedaan antara percintaan dan pertemanan itu sangatlah jauh berbeda. Teman yang
selalu di samping terkadang kita tidak merasakannya. Tapi jika pacar kita, di samping
kita, kita akan sangat merasakannya. Padahal jika teman kita tidak ada di samping kita,
kita akan merasakan sangat kehilangan mereka. Jangan sampai pertemanan kalian
terpecah belah karena soal percintaan. Kalian akan sadar jika itu sudah terjadi.

Anda mungkin juga menyukai