Anda di halaman 1dari 3

Antara Aku, Dia, dan Puncak Sagara

Karya : Rifqi Aulia Ramadhan

Embun masih menetes dan kabut masih menyelimuti pagi. Dingin yang datang
bersama angin menyusup ke dalam kamar seakan ingin memenuhi ruangan ini.
“Brrr…dingin sekali”
Pagi ini hanya udara segar yang melegakkan dada dan menenangkan perasaanku. Pagi
telah tiba dan aku pun terbangun dari tidurku. Aku langsung bergegas mandi dan bersiap –
siap untuk pergi ke Gunung Sagara. Hari ini aku akan pergi mendaki bersama empat
kawanku, yaitu Steven, Alex, Jonny, dan Keysha. Ini adalah pendakianku yang kesekian
kalinya, karena aku memang memiliki hobi mendaki gunung. Setelah mandi aku memasukkan
barang bawaanku kedalam carrier yang sudah ku sediaakan semalam. Ketika aku hendak
pergi, telponku berbunyi.
“Kring…kring…kring..”
“Halo, ada apa Jon?”, ternyata Jonny yang menelponku.
“Lu masih dimana sih, kok lama banget, yang lain udah pada nunggu nih.”
“Iya bentar, ini gua mau otw, tunggu aja dulu paling 15 menit lagi gua sampe”,
jawabku.
“Ah lama lu, gua tinggal aja lah”, ujarnya dengan nada kesal
“Bentar, gak sabaran banget sih, kalo lu masih telpon gua, kapan gua berangkatnya
Jonny!”, omelku.
“Iya iya cepet”
Aku langsung pergi ke rumah Jonny yang merupakan titik kumpul kami untuk
berangkat mendaki. Aku pergi dengan mengendari “Si Jafra” motor kesayanganku. Meskipun
itu motor jadul, tapi aku tak malu memilikinya karena itu adalah motor warisan ayahku.
***
Dan sekitar 15 menit aku sampai di rumah Joony. Ternyata semua temanku sudah
menunggu lama disana.
“Lama banget sih lu din, lu pasti ritual dulu kan?”,ucap Alex
“Tau aja lu lex”
“Lah kebiasaan lu”
Tetapi ada hal aneh yang terjadi, mengapa ada lima carrier? Kan hanya ada empat
orang yang mau ikut mendaki bersamaku?
“Lex, kok itu ada 5 carrier di terar rumah si Jonny?satu orang lagi siapa?”, tanyaku
“Oh itu, itu carrier punya Nana”, jawabnya
“Nana itu siapa?”, aku bertanya kembali kepada Alex.
“Nana itu sepupunya Keysha. Dia yang ngajak. Soalnya dia gak berani kalo harus naik
gunung cewenya sendiri.”
“Ngomong – ngomong dia cantik gak?”, celotehku kepada Alex.
“Lu liat aja sendiri. Tuh orangnya baru datang dari warung. Cantik kan?”
Dan tenyata Nana memang cantik. Tak kusangka aku akan mendaki dengan seseorang
yang cantik bagai bidadari. Masyaallah. Senyumnya yang manis membuat hatiku meleleh.
Semangatku langsung bertambah. Sudah tak sabar aku ingin pergi mendaki.
Setelah semuanya siap, aku langsung berangkat menuju basecamp Gunung Sagara
menggunakan motor. Alex dengan Jonny, Steven dengan Keysha, dan untungnya aku bisa
berboncengan dengan Nana. Di perjalanan aku merasa gugup dan tidak berbicara sepatah kata
pun. Dan akhirnya Nana memulai pembicaraan.
“Kamu udah sering naik gunung?”
“E..anu…lumayan sih sering, kalo kamu udah pernah naik gunung?”,jawabku dengan
nada gugup. Aku memang suka gugup jika berbicara dengan seseorang yang baru kukenal.
Apalagi dia cantik. Jadi tak heran jantungku sampai berdgup kencang.
“Belum, ini juga pertama kali. Jadi nanti kamu sama aku ya naiknya, kan kamju udah
pengalaman hehe.”Ku lihat dia di spion motorku tersenyum manis. Jantungku tambah
berdetak kencang seakan mau copot. Tapi aku tetap focus menegndarai motorku ini.
***
Tak terasa aku pun sampai di basecamp gunung Sagara. Aku langsung pergi ke tempat
pendaftaran untuk mendaftarkan diri dengan teman – temanku.
“Ayo kita pergi,semuanya udah siap kan?”
“Siap…grakk”, semuanya menjawab serentak.
Aku memulai pendakian dimulai dari jalan yang mudah dilewati hingga menemui
jalan yang mulai terjal. Ternyata di gunung itu hanya ada sedikit pendaki. Susana disana
menjadi sepi dan suasana menjadi hening. Ditambah lagi hutan di kanan dan kiri yang gelap
dan cuaca yang mulai mendung.
Ketika aku sampai di pos 2, aku memutuskan untuk shalat terlebih dahulu dan mengisi
persediaan air. Teman temanku yang lain juga ada yang beristirahat untuk melemaskan otot
otot untuk melanjutkan pendakian. Lalu aku dan rombonganku langsung melanjutkan
pendakianku dan ketika kami hendak meninggalkan pos 2, hujan pun mengguyur dengan
deras. Dan aku harus kembali meneduh di pos 2, karena jika diteruskasn akan berbahaya jika
harus mendaki di tengah guyuran hujan yang deras.
Aku melihat Nana yang sedang duduk dan melamun. Aku lihat ia seperti kedinginan.
Lalu aku membuka carrierku dan memberikan jaketku kepada Nana.
“Kamu kedinginan ya? Nih pake jaketku, nanti kalo kamu kedinginan bisa bahaya”,
ucapku.
“Makasih ya.”, ucap Nana.
Dan ia langsung memakai jaketku. Seketika jantungku kembali berdegup kencang.
Apakah ini yang dinamakan dengan cinta? Ah sudahlah, aku tidak usah berpikiran yang tidak
tidak. Sekarang aku harus focus untuk sampai di puncak gunung.
Setelah dua jam aku menunggu, hujan pun mulai reda dan aku memutuskan untuk
melanjutkan perjalananku. Aku langsung berangkat bersama temanku dan disini kami saling
menjaga antara satu sama lain, karena medan pendakian ini cukup terjal dan licin karena
sudah diguyur hujan. Disini aku membantu teman temanku untuk naik ke atas satu per satu,
karena memang pendakian sekarang aku adalah pendaki yang paling senior.
Ketika aku sampai pos selanjutnya, suasana mulai mencekam karena langit sudah
gelap dan banyak suara binatang binatang yang tidak aku ketahui suara binatang apa itu. Di
tengah perjalanan, Nana hamper saja terjatuh ke jurang karena medannya yang sangat licin.
Terlebih dia memakai kacamata, jadi penglihatannya di malam hari menjadi kurang jelas.
Untungnya, aku bisa menolongnya dengan sigap dan Nana pun berhasil terselamatkan. Dan
lagi lagi!jantungku kembali berdegup kencang. Ah memang diriku ini suka deg degan kalau
bersama orang yang aku suka. Dan akhirnya aku sampai di puncak sagara. Disana aku
langsung mendirikan tenda dan membereskan barang-barangku ke dalam tenda. Sesudah itu
aku langsung mendirikan shalat isya di jamak dengan maghrib. Karena kapan pun dan dimana
pun kita berada, kita tidak boleh meninggalkan shalat karena shalat merupakan suatu
kewajiban bagi kita sebagai seorang muslim. Karena dengan shalat dan mengingat Allah, kita
akan selalu diberikan keselamatan.
Setelah itu, aku menghampiri Nana yang sedang duduk dan melihat pemandangan di
langit yang dipenuhi bintang-bintang.
“Indah kan?”, kataku sambil mengagetkannya yang sedang melamun.
“Iya, ternyata pemandangan dibawah juga bagus, aku bisa liat kota kota yang dipenuhi
lampu-lampu dari atas sini.”
Aku pun asyik mengobrol dengan Nana. Disini aku menceritakan pengalamanku
ketika naik gunung. Aku terus saja bersenda gurau dengannya dan tertawa bersama. Dan
akhirnya Steven mengganggu kami yang sedang asyik mengobrol.
“Cie…cie… yang lagi asyik berduaan!”
“Apaansih lu ganggu gua aja. Pergi sana!”
“Eh..ehh.. sabar dong jangan ngegas gua cuma bercanda. Yaudah kalian terusin aja
ngobrolnya, gua mau tidur duluan.”
“Yaudah sana.”,jawabku
Tak terasa waku sudah menunnjukan jam 12 malam. Karena keasyikan mengobrol aku
sampai lupa waktu. Nana pun langsung mengajakku untuk masuk ke tenda masing-masing
untuk beristirahat. Kami memutuskan mengakhiri pembicaraan kami dan langsung tidur. Tapi
aku masih berada di luar sembari memandang bintang-bintang yang ada di langit. Dalam
lamunanku tersirat perasaan yang berbeda dari biasanya. Rasa dimana aku merasa nyaman
ketika berada di dekatnya. Lalu aku masuk ke tenda dan langsung berbaring. Dan sebelum
tidur, aku berbisik,
“Selamat malam, Nana.”

NAMA : RIFQI AULIA RAMADHAN


KELAS : XI IPA 2

Anda mungkin juga menyukai