Anda di halaman 1dari 57

Editor

1
Prolog
“Kini tempat ini akan menjadi pulang
setelah aku pergi meninggalkan
rumah untuk beberapa saat”AR

 A da seseorang lelaki yang


saat ini lulus dari bangku kelas
IX SMP lagi berjuang mati-
matian untuk masuk kesalah
satu pondok yang bernama At-
Taqwa, ini kali keduanya dia
mengikuti tes masuk pondok,
dan tes yang pertama ia gagal
masuk tetapi tidak menutup
kemungkinan untuk mengikuti
tes yang kedua, semangatnya
tidak pernah surut.
 Ia pemeran utama didalam
buku ini yang bernama Ardi
Kusuma, lahir di kota kecil
paling utara cikarang, anak
sulung dari Mr.Taka dan Bun
Iyos yang keduanya ganteng
dan cantik, keluarga yang
sederhana dan harmonis. 

1
Pria Tangguh
B erawal di saat itu sekitar
pukul 07.00 WIB, di mana
seluruh pesarta tes
bergelombolan datang ke At-
taqwa, berbagai daerah ada
yang dari Lampung, NTB,
Batam, Salah satunya Ardi yang
sudah menunggu dari 1 jam
yang lalu untuk mengikuti
tesnya dan akhirnya bel suara
sirine berbunyi menandakan tes
di mulai, para pengikut tes
memasuki ruang tesnya masing
masing, begitu pula dengan
Ardi diaman sesuai surat peserta
di tempatkan di ruangan 18.
Sebelum masuk Mr.Taka bun
Iyos memesan kepadanya,
“kerjakan yang teliti, papa
selalu doain yang terbaik
untukmu” ucap, Mr taka, lalu
Ardi berjalan meninggalkan
beliau berdua dengan penuh
keyakinan diri.

2
Dengan wajahnya yang tegang
dan mulutnya komatkamit
untuk berdoa Ardi berbicara
sendiri “ Allah maha pemberi
di, jangan khawatir” dengan
hatinya yang yakin hal itu,
pengetes pun masuk kedalam
ruangan “ shobbahul khoir
calon santri” katanya, sambil
menggendong sebuah soal di
tangannya “ Shobbahun Nur
guru” saut, para calon santri.
Lalu penguji membagikan
selembar kertas yang berisi soal
15 pilihan ganda, Ardi pun
melihat sebentar dengan wajah
kaget “Ah, arab semua” gerutu
didalam hati, “Bismillah aja”
sembil senyum dan menjawab
soal soalnya, 2 jam berlalu tes
pun selesai para calon santri
keluar dari ruang tesnya dengan
penuh harap hasilnya
memuaskan.
Pukul 12.00 WIB Ardi bersama
Mr Taka melakukan sholat di
masjid At-taqwa, sehabis sholat
para calon santri berkumpul

3
diaula serba guna untuk
mengikuti acara closing
pengetesan , “Hasil tes di
umumkan 14 hari mendatang,
dan hasil tesnya di pampang
diweb at-taqwa” ucap, salah
satu pemimpin pondok At-
taqwa
Hari ini adalah pengumuman
hasil tes calon santri, Ardi pun
beranjak bangun dari tempat
tidurnya untuk  melihat di web
Sampai malam hari Ardi
khawatir dengan hasil tes yang
belum keluar,Ardi  berniat
mengecek lagi melihat akhirnya
sudah ada dan melihat tabel di
no 1 Nama Ardi terpampang,
Ardi pun keterima menjadi
salah satu santri at-taqwa
 Ardi dan keluarga berniat pergi
kesesuatu tempat belanja baju
untuk melakukan pembelian
baju, celana, dan sarung untuk
di pondok nanti, selesai belanja
Ardi dan keluarga pulang,
sesampainya di rumah pada

4
malam hari Ardi melakukan
sholat malam untuk meminta
doa kepada Allah SWT
diberikan yang terbaik selama
di pondok nanti.

“Pria yang tangguh tidak akan


menyerah begitu saja walaupun
mengalami kegagalan” #ArTaYos

5
Menuju At-Taqwa

C ahaya lampukamar dan


suara driing, Alarem jam
berbunyi menandakan waktu
pukul 04.00 WIB, Ardi bangun
dari tempat tidurnya yang tidak
terlalu besar tetapi di sini dia
meratapi semua impian
impiannya yang senyaman
baginya, dan kini dia akan jauh
dari kemanjaan, untuk menjadi
seseorang yang mandiri untuk
masa yang akan mendatang.
Beranjak untuk mandi dan
melakukan sholat shubuh,
selepas itu Ardi menuju rumah
nenek yang tidak jauh dari
rumahnya untuk meminta restu
dan sekaligus berpamitan untuk
mondok, “Mak, doain Ardi”
tiba tiba mengejutkan sekitar
dan memecahkan kegaduhan
diantaranya, “ Iya, tong baik
baik disana dan tadzim sama

6
guru” balasnya mengeluarkan
air mata
“Semangat, buat ponakan
paman mondoknya” Terdengar
suaranya dengan mendekatkan
Ardi dan memeluknya, “ jadilah
pembeda keturunan” ucapan
dari lubuk hati yang dalam dan
memecahkan tangisan, inilah
paman Ardi kaka dari Mr Taka
yang gantengnya ga jauh beda
darinya.
Selesai berpamitan Ardi menuju
mobil yang sudah di tunggu
oleh kembaranya didalam mobil
bersama istri dan anak anaknya
yang lain, ya, Mr Taka  Bun
Iyos serta adik adiknya, dan Mr
Taka melajukan mobilnya
menuju pondok At-Taqwa, hati
bercampur aduk saat ini di
alami Ardi pikiran sudah tidak
karuhan lagi.
“kenapa,nak?” ucap Bun Iyos
melihat anaknya melamun terus
sedari tadi, tetapi Ardi tidak
mendengar dia masih saja

7
melamun dan memikirkannya
terus menerus “halo?” ulangnya
Bun Iyos sambil melambaikan
tangannya didepan muka Ardi,
terkejut Ardi dan refleks Ardi
berbicara seperti lagi koslet
otaknya “ehhh,iya bun kaget
Ardi” ucapnya sambil
mengusap usap dadanya yang
tadi dikagetkan, “kamu
kenapa?” tanya nya lagi, “ini
mah Ardi memikirkan
kehidupan pondok gimana ya?”
balasnya dengan muka gelisah,
“tenang ya kamu ga usah
khawatir, berdoalah kepada
allah dan meminta yang terbaik
kepadanya” ucapnya dengan
penuh makna kaya mamah
dedeh, Ardi berpikir lagi cukup
lama dan mukanya sudah
mendingan tidak khawatir lagi,
Tidak terasa 1 setengah jam
berlalu, dan semakin dekat jarak
menuju kepondok, Kini tempat
tinggalku akan menjati pergiku
setelah pulang, tibalah di
sebuah pondok yang sangat luas
4x lipat dari rumahnya Ardi,

8
Ardi langsung turun dari mobil,
langsung memeluk  Bun Iyos
dengan sangat erat,
Ardi: tidak ada satupun orang
tua meninggalkan kedua
anaknya kecuali untuk kebaikan
ya kan mah. sambil
mengeluarkan air mata
Bun Iyos:” Orang tua tidak akan
rela melepaskan anaknya tong
kalo bukan untuk kebaikannya”.
Berusaha tetap tegar dan
memberi kepercayaan kepada
Ardi
Mr. Taka tiba tiba meneteskan
air dari kedua bola matanya,
inilah pertemuan pertama
kalinya untuk ditinggalkan,
seiring waktu berjalan Dan
semuanya telah meninggalkan
Ardi sendiri disuatu tempat
menuntut ilmu untuk menjadi
manusia yang Benar, Pintar,
Dan Terampil. Begitu juga
santri baru lainnya, Ardi
melihat salah satu santri yang
tidak seperti santri lainnya, dia

9
begitu tegar dan siap menuntut
ilmu disini, dan Ardi pun
menghampirinya
Ardi: “Assalamualaikum”,
sambil menghampiri santri itu
Ardi :”Nama kamu siapa?”,
Tanya Ardi mengulurkan
tangan untuk meminta
sungkeman
Gusti: “Nama ana Gusti
Gunawan, bisa dipanggil
Gusti”, Dia mengrespon uluran
tangan Ardi.
Ardi: “Nama saya Ardi
Kusuma, Salam kenal”,
berusaha memperkenalkan diri
Ardi: “Oh ya, kenapa nte bisa
setenang ini padahal yang lain
pada sedih?”, tanya nya
Gusti: “Gpp si, karena
pemikiran saya, tidak selalu
tergantung kepada orang tua”,
balasnya dengan jelas
mengandung arti

10
Gusti: “Dan orang tua pun tidak
selamanya bersama kita”,
lanjutnya, seperti mario teguh.
Akhirnya mereka berdua saling
mengenal dan membagi
pengalamannya disemasa
SMPnya, Ardi merasa inilah
pertemuan untuk memperluas
pertemananya, dan bagi Ardi ini
bukan soal belajar saja tetapi
disini kita diajarkan untuk
saling membantu gotong royong
Ardi: “(Memikirkan dan sabar
menjalaninya), harus ikhlas Ar
pasti ada hikmahnya dengan
semua ini”, begumamnya
didalam hati, mempercayakan
dirinya untuk semua ini.
Ardi: “Toh orang yang sukses
adalah orang yang berkorban
untuk masa depan”, lanjutnya.
Tidak lama ada dua orang santri
yang menghampiri Ardi dan
Gusti, lalu dia mengulurkan
tangannya untuk meminta
berkenalan dengan keduanya

11
“Assalamualaikum”, Sapanya
dua orang itu
“Waalaikumussalam”, Ardi
menjawabnya
“Nama kamu siapa?”, tanyanya
kepada Ardi dan gusti yang
sedari tadi meratapi nasibnya di
sini.
“Nama saya Ardi Kusuma,
Tinggal di Ujung Utara
Cikarang”, jawab Ardi
memperkenalkan dirinya.
“Nama saya Gusti Gunawan,
Tinggal di Pondok gede kota
Bekasi”, Saut Gusti
memperkenalkan dirinya juga.
“Nama kamu siapa?”, Tanya
Ardi dan Gusti membalikan
pertanyaanya kepada dua orang
itu,
“Nama Saya Sadam, Tinggal di
Cikarang Baru”, “Dan saya 
Khalingga Firdaus, Tinggal di
NTB”,

12
Ardi berfikir sebentar dan tiba
tiba ada seseorang musyrif
(ketua kamar) yang akan
menghantarkan para santri dan
mereka berempat untuk
ditunjukan kekamarnya masing
masing.

Nilai hidup bukan milik semua yang terbuka


matanya , Dingin malam membuat aku tersadar
Kehangatan sebenarnya adalah semangat tanpa padam
#ArTaYos

13
KOBONG
D i setiap ruang seperti terliat
asing di mata Ardi, dimana
ruangan yang minimalis dihiasi
dipan dua lantai dan lemari
lemari yang ada di sebelah
dipan masing masing 13 orang
untuk satu ruangan sangatlah
kecil, tetapi disini Ardi akan
diuji kesabaranya, karena buah
dari kesabaran adalah
kemanisan.
Ardi menuju lemarinya untuk
membereskan pakaiannya yang
ada di dalam tas, sore pun
mengganti malem, dan senja
pun mengganti gelap.
Selepas solat isya Ardi tidur di
atas dipan diselimuti kasur,
Ardi terasa gelisah dan merasa
tidak nyaman di sini, tiba tiba
ada suara mengheningkan
kamar, yakni si Sadam yang
tingkah lakunya aga sedikit

14
miring tetapi dia selalu
membuat orang tertawa.
Sadam: “Samlekom Mamang”.
Ucapnya,
Memecahkan keheningan di
kamar. Yopa: “Berisik,
mengganggu aja kamu”.
Jawabnya, dari ujung dipan
paling pojok. Sadam: “Ucet,
slaw dong mamang”, Sautnya,
sambil meledeknya.
Ardi tidak menghiraukan
sekitarnya karena melamun,
Ardi beniat untuk tidur agar
tidak telat nanti dihukum.
Waktu sudah menunjukan pukul
22.00 Wib para santri
diharuskan tidur untuk
melaksanakan sholat subuh
berjamaah jam 04.00 Wib dan
tiba tiba Gusti mengejutkan
Ardi dengakan ucapannya
walaupun pelan karena dia
berdua satu dipan. Gusti: “Ardi,
kita temenkan?”, tanyanya Ardi:
“Iya”, jawab seperlunya. Ardi:
“Besok lagi, sekarang tidur aja

15
nanti kesiangan dihukum luh”,
lanjutnya
Santri pun tidur tidak ada
satupun yang masih bangun,
Ardi tidak bisa tidur karena
tidak biasa tidur disini. Waktu
menunjukan 04.00 dan
pengurus menghitung kan dan
memperingatkan untuk bangun
dan berangkat kemasjid, Ardi
tidak bangun dan akhirnya
pengurus masuk kedalam kamar
menemukan Ardi yang tengah
tidur dengan santri yang lain,
Gusti, Ntb, Sadam, dan yopa,
Gusti: “Gimana ini?”, khawatir
Pengurus: “Kenapa kalian
masih pada tidur, bukankah
saya sudah memberitahu”,
tegasnya, sambil memegang
rotan
“Maaf,kak”, serentak
bersamaaan.
mereka semua dibawa dan
dihukum, hukumannya di
pukulan pakai rotan yang

16
panjang 2 kali pukulan itu
pantat 1 minggu bengkak dan
tidak bisa duduk. Awal
dipondok sudah kena hukuman
karena tidak sholat subuh
berjamaah di masjid
Gusti: “Baru pertama kali ane di
pukul sama rotan, sampai
bokong ane ga bisa duduk”,
ucapnya, mengusap ngusap
bokongnya sedari tadi
Sadam: “Parah ya ga kira kira
mukulnya sampai biru bokong
ane”, balasnya, meringis
kesakitan saat duduk.
Masalahnya ketakutan itu bukan
tanpa alasan, ada trauma ketika
berada di jauh dari rumah
sebelumnya dan kini
terjadi.Waktu itu, di rumah
berasa seperti berada surga
tanpa peraturan yang ketat
dibebaskan berleha leha
bersantai santai, dan kini tidak
solat subuh pun dihukum
seperti ini. Membuat kening
berkernyit untuk

17
mempertanyakan kenapa harus
begini, harus susah seperti ini
perjuangannya. Seakan akan
hati ini mengeluh setiap saat
kepada Allah SWT.
Tetapi Allah SWT,
memperluluh hatinya Ardi
semakin lama semakin,
menjalankan dengan ikhlas dan
sabar, sehingga Ardi dibuat
lama lama semakin betah dan
tidak mengingat ingat rumahnya
lagi.
Hari pertama masuk sekolah di
sesuatu madrasah yang
menengah keatas kejuruan
agama, sesuai dengan pondok
tentang agama. Yakni adalah
MA At-Taqwa Pusat Putra,
itulah suatu sekolah yang semua
murid dan santrinya berjenis
kelamin cowo, tidak ada
satupun perempuan ada
disitu,Kecualii EMPENG yang 
mengantarkan makanan untuk
para santri. Karena pondok ini
khusus untuk para lelaki, dan
untuk pondok putri berada tepat

18
di belakang putra jauhnya
sekitaran 5 km dari pondok
putra.
Dan kini Ardi menduduki kelas
10 atau 1 Sma, ajang yang
dimana untuk mencari jati diri
didalam diri sendiri.begitu pula,
Ardi ia berada disuatu pondok
ini mencari jati dirinya dan
menuntut ilmunya untuk
menjadi pribadi yang bertaqwa
dan selalu sabar dan ikhlas
menghadapi rintangan hidup
ini.
Ardi: “Gusti?”, melihat
temannya sedang berjalan
menuju makshof(Kantin).
“Euy”, mencari sumber
suaranya berada dimana.
Ternyata itu Ardi yang
memanggil dia, Ardi
menghampiri Gusti untuk
meminta bareng menuju
makshof membeli bekal untuk
sarapan nanti di sekolah
Gusti: “Gimana, perkembangan
ente disini dan sudah betah

19
belum?”, tanyanya melihat Ardi
sudah aga menerima
kehidupannya di pondok dan
sudah merasa ceria.
Ardi: “Alhamdulillah, berkat
teman saya Ente Sadam dan
NTB, saya sudah menerima
semua ini, insya allah, allah
akan memberi hikmah dari
semua ini dan pasti akan
manis”, jawab Ardi seperti
biasa muka yang tenang tanpa
ekspresi apapun
“Oh ya, si Sadam sama NTB
kemana ya ko belum nongol
biasanya udh receh bae kalo ada
dia ge”, Lanjut Ardi 

Pasti ada buah manis ketika kita melalui


nya“ dengan sabar dan penuh dengan
keikhlasan hati” #ArTaYos

20
Paskibra
E sok yang kunnanti akhirnya
terjadi dimana padaa awal bulan
november, waktu yang begitu
singkat yang dilalui Ardi selama
5 bulan lamanya. Penuh suka
duka dan jenuh yang Ardi
terima selama dipondok tanpa
sanad keluarga.Kini awal Ardi
menemukan kanca yang baru
dipondok yang mengajarkan
Ardi menjadi pribadi yang
mandiri dan mengajarkan apa
arti kekeluargaan yang penuh
dengan suka dan duka. Ya
mungkin, di mata orang terlihat
aneh karena yang namanya
dipondok kegiatan itu semuanya
tentang agama.
Hari itu hari yang dimana Ardi
gabung dengan sebuah keluarga
kecil, yang awalnya merasa
Ardi tidak yakin dengan semua
ini yang awalnya Ardi tidak

21
suka dengan profesi yang diajak
oleh temannya yang bernama
NTB.
NTB: “Ardi, ikut ayo
kesamping gedung aliyah ane
mao ikut eskul paskibra”, Ajak
NTB melihat Ardi sedang
melamun di depan kobong.
Ardi: “Ane ngga ada sepatunya
be, gimana dong?”, jawabnya
dengan muka yang datar.
NTB: “Udah pake sepatu yang
ada aja dulu, nanti kalo udh
gabung kita beli di luar”,
bujuknya, supaya Ardi mao ikut
denganya.\
Ardi: “Yaudah, sebentar ane
mao ngambil sepatu ane dulu”,
Ujar Ardi mengiyakan
tawaranya dari teman yang
berasal dari NTB dan dipanggil
Tb.
“Ayo let’s go”, lanjutnya sambil
berjalan menuju jalanan pondok
yang di samping gedung
Aliyah.

22
Sesampai nya ditempatnya
sudah banyak teman teman
yang lain yang sedang berbaris
membuat 3 saf dan 5 banjar dan
disitu ada pelatihnya yang
awalnya Ardi merasa takut
denganya, seakan akan kata
Ardi “Ini, pelatih galak bangat
kayanya”, katanya di dalam
hati.
Hari demi hari Ardi dipilih
dengan pelatih yang bernama ka
Aditya Permana, pelatih yang
penu kasih sayang kepada anak
asuh nya dan Ardi sudah
mengangganya seperti kaka di
pondok, akhir pondok pasukan
Ardi akan mengikuti ajang
perlombaan di tanggerang
tepatnya di Smk 14 kota
tanggerang, berbulan bulan Ardi
mengikuti
Awal Ardi mengikuti
perlombaan di ajang paskibra,
perlombaan yang penuh
ketegangan menganntarkan
nama baik sekolah dan provinsi
Jawa Barat. Wah, seperti Mario

23
teguh katakan “Orang lain itu
menilai kita dari luar dan
hasilnya bagaimana dan tidak
pernah tau seberpa
memperjuangkannya”, itulah
yang dirasain oleh keluarga
kecil, yang penuh perjuangan
dan pengorbanan demi
mengharumkan nama pondok,
dan disertai rintangan yang
begitu rumit.
Selama 1 tahun, dan akhirnya
menemukan kesenangan, Ardi
merasa tidak kerasa waktu
begitu cepat berlalunya, 6 bulan
Ardi bersamanya menciptakan
kenangan kenangan yang
mungkin berkesan bagi Ardi.
Kenaikan kelas tinggal berapa
hari lagi. Begitu pun perpisahan
bersama teman paskibranya
semakin sedikit. Ujian
terahkirpun berlangsung, dan
salah satu guru pengawas
memasuki ruang yang di ujikan
oleh para murid, dan Bulan suci
Ramadhan tinggal menghitung
hari,

24
Guru: “Baik santri santri semua,
jawablah dengan jujur dan
jangan lupa membaca doa”,
Ujarnya sambil berjalan menuju
tempat duduknya yang berada
di sebelah kiri ujung kelas.
“Baik Guru”, jawab santri
serentak.
Guru itu membagikan kertas
ujiannya satu persatu, dan
ketika saat membagikan untuk
Ardi, Ardi menunduk untuk
berlaku tadzim terhadap
Gurunya.
Guru: “Gimana progres kamu
disini Ar”, suara yang keluar
dari mulutnya yang sangat tipis.
Ardi: “Alhamdulillah, membaik
guru dan sudah mulai ikhlas
menjalankannya”, ujarnya
Guru: “Oh ya, Alhamdulillah,
Semangat terus kejar impianmu
untuk menaikan drajat orang
tua”, menanyakannya lagi

25
Ardi: “Alhamdulillah Guru,
doakan saja yang terbaik untuk
saya”, balasnya yang sangat
sopan.
Guru: “Yasudah, nte kerjakan
dengan teliti”, lanjut ujarannya.
Ardi: “Baik Guru”, jawab Ardi
sambil mencari alat tulisnya.
Tinggal beberapa menit lagi
ujian telah usai, Ardi seperti
biasa dengan muka datarnya
seperti tidak merasa khawatir
akan berakhirnya ujian. Dia
masih menulis jawbannya
walaupun tinggal 5 menit saja.
Sedangakan santri yang lainnya
sudah pada selesai dan keluar
dari ruang ujiannya, Guru yang
mengawasinya terlihat tidak
heran tehadap Ardi karena
sudah sering kali Ardi seperti
ini, karena ketelitiannya Ardi
mampu mengerjakan soal Sorof
tanpa salah satupun.
Guru: “Ardi, sudah?”,
mempertanyakan kepada Ardi

26
yang tengah lagi fosuk pada
selembaran kertas ujian
miliknya.
Ardi: “Belum, Guru tinggal
beberapa soal saja”, menjawab
dengan sangat sopan.
Guru: “Oh yasudah, kerjakan
biar selesai”, ujarnya
Ardi: “Baik, Guru”, jawabnya
sambil mengisi soal yang
tinggal 1 lagi selesai.
Dan Akhirnya selesai,
mengumpulkan kertas ujiannya
beserta jawabannya kedepan,
lalu Ardi bersaliman bersama
guru yang segera keluar kelas
menuju ruang pengawas, begitu
pula Ardi yang sedang
merapikan peralatan tulisnya
dan segera pergi meninggalkan
kelas.
 
 

27
Ramadhan Di
Pondok
F ajar senja menyapa dan
tibalah heningnya malam
malam terakhir dipondok,
adalah malam-malam untuk
menikmati bersama sama
dengan teman sekamar, teman
dari luar pondok, dan begitu
pun Ardi memanfaatkan untuk
berkumpul bersama dengan
teman dan pelatih paskibra,
untuk mengadakan acara bakar
bakar ikan dan ayam.
Begitu pula diwaktu yang sama
ada acara perlombaan dari
setiap cabang cabang masjid,
yang diadakan di masjid At-
Taqwa, begitu meriah saat itu
pondok dimalam terahkir
dipondok.  Para santri sudah
merencanakan kegiatan selepas
di rumahnya dan untuk berlibur
kemana saja

28
Kecuali Ardi sudah kaya
biasanya melamun dan melihat
keawan membayangkan
sesuatu, tiba tiba salah satu
teman paskibranya
mengagetinya, dan Ardi
langsung terpental kebawah
tanah. “Aduh!”, Salah satu
reflek dari orang jatuh.
Ardi: “Apaapaan si nte!, kalau
saya jantungan gimana?”,
Ocehannya, sembari
membersikan bajunya selepas
jatoh.
NTB: “Hehe, Maaflah Tak
sengaja aku”, menyengir
(tertawa) serasa tidak berdosa.
Ardi hanya bergeleng kepala
aja, melihat kekonyolan
temannya yang satu
ini,walaupun cukup jengah
tetapi menurut Ardi dia Best
friend.
NTB: “Kenapa Kau melamun
saja”, Ujarnya, dengan khas
bahasanya.

29
Ardi: “Dulu saya tidak betah
disini be, tetapi semenjak nte
ngajak ane dipaskibra ane tidak
mikirin rumah bae be, dan
disini ane diajarkan apa arti
keluarga, perjuangan,
pengorbanan, tekad, ikhlas, dan
sabar disetiap percobaan datang.
Begitu banyak kenangan disini,
dari mulai pertama kenalan dan
langsung baris, persiapan
lomba, ketika dipilih menjadi
pasukan untuk lomba,
ditamparin, dipukulin, itu
semua akan terkenang be di
dalam memori ingatan
ane”,Ujarnya panjang lebar,
membuat Ntb melongo sambil
mangap.
Ardi: “Ngerti?”, tanyanya
NTB: “Engga”, jawabnya
sambil melongo
Ardi: “ Et malih, udh ah ane
mao mencari suasana yang pas
untuk menikmati malam
terakhir dipondok”, Ujarnya,

30
sambil meninggalkan temannya
yang sedikit koslet otaknya
Ardi bergegas meninggal NTB
untuk mencari makanan yang
perutnya sudah laper tapi tidak
mateng-mateng bakar-bakarnya,
Ardi berniat untuk keluar
pondok untuk mencari makanan
yang ada di depan pondok, dan
sesampainya di tempat makan
Ketoprak yang begitu enak, dan
menemani Ardi dikala dilanda
kelaperan
Seusai makan Ardi kembali ke
gedung aliyah yang mana teman
teman paskibranya bakar bakar
disitu,dan Akhirnya bakar-bakar
sudah mateng siap untuk
disantap bersama, “Ardi sini!”,
manggilnya, tiba-tiba
Ardi: “Kenapa ka?”, jawabnya
Ka Adit: “Maafin,kalau saya
belum bisa ngasih kamu apa-
apa”, ucapnya dengan meminta
maap

31
Ardi: “Iya ka, di maapin
makasih sudah membimbing
kami, bukan hanya sekedar
paskibra, tetapi banyak hal yang
sudah diberikan kepada kami,
dan kami terutama saya yang
bersyukur bisa dipertemukan,
sama kaka dan teman teman, ini
bukan hanya sekedar eskul,
melain kan ini sebuah lebih dari
keluarga, yang mengajarkan apa
arti kebersamaan, berjuang
bersama- sama, tolong
menolong, ikhlas dan sabar
dalam setiap percobaan”,
ujarnya,
Kemudian haripun sudah larut
malam, Ardi dan teman
temannya bergegas untuk
membereskan sehabis makan,
dan berniat untuk tidur
dikarenakan besok orang yang
paling disayang datang dan
menjemput setiap santri untuk
di bawa pulang dan berlibur
beberapa saat setelah 1 tahun
lamanya di dalam pondok para
santri melihat betapa berarti
hidup seorang diri tanpa

32
membebani orang tua,
walaupun ini penjaranya
penjara suci, tetapi itu pelajaran
hidup yang sangat berharga
dikekang karna kebaikan itu
manfaatnya luar biasa, dihukum
karena kesalahan itu adalah
sebuah pendewasaan diri untuk
menyikapinya dengan tidak
melanggaran aturan hidup.
Petemuan dengannya
mengajarkan Ardi kedewasaan,
yang tadinya tidak suka dengan
keadaan semua di dalam penjara
suci, dan kini sudah  tau apa
manfaatnya Ardi menjadi suka
untuk mengatakan tempat ini
adalah pulang dari kesenangan
sementara di rumah. Penjara
suci ini adalah saksi Ardi
pulang saat pergi dari rumah
kesengsaraan, untuk menuju
manusia yang lebih baik lagi
dan berguna bagi nusa dan
bangsa menjadi kebanggan dari
Mr. Taka dan bunda Iyos.

33
Miskin menjadi pengingat
Bahwa yang kaya adalah
harta tidak disimpannya

Kaku seolah menamparku,


Dari balik bumi aku
menyeru, Nasihat yang kau
anggap dusta adalah nyata
Bahwa bumi menelan secara
ganas jasad yang tak berdosa

34
Berpulanga
n pondok
G erak cahaya matahari terbit
menerangi bumi dan seluruh
santri seusai melaksanakan
sholat shubuh, para dewan guru
Kyai dan santri melakukan
bermushofaha, setelah
bermushofaha seluruh santri
melaksanakan apa yang ingin
dilaksanakannya, ada yang
tadarus, menghafal, sarapan
pagi, dan bahkan ada yang
untuk melanjutkan tidur lagi,
Suatu hari dikala malam terkikis
dengan fajar dan terbitnya
mentari, semua orang
bergembira dihari itu dibulan
mulia itu, karena apa yang
diinginkan selama 1 tahun ini
dan saatnya tiba, dimana semua
santri bertemu dengan sanad

35
familynya dan berdekapan
mesra karna rindu.
Begitu pula dengan Ardi,
selama 16 hari berbuka puasa
tanpa keluarga, rasanya hampa
tanpa gurawan. dan sampai
pengujung dari perjuangan
selama 1 tahun mondok di At-
taqwa
 Ardi memilih melaksanakan
tadarus dari pada sarapan yang
di ajak oleh 2 orang temannya,
ya siapa lagi kalo bukan si
Firdaus dan Sadam, mereka
selalu usil kepada Ardi yang
begitu kalem dan sedang
berusaha mendapat ilmu selama
1 tahun dipondok ini.
“Di!,, Ke makhsof yuuu?” kata
dua orang temannya
“Iya,,, silahkan ane nyusul
kalian duluan” Jawab Ardi
sambil membuka Al’Qur’an
“Ente mah selalu begitu,,
Yasudah kita duluan ya” Balas
NTB.

36
Ardi tidak menjawab apapun
apa yang NTB omong terlalu
khusyu sama Al-Qur’an, dan
mereka menggerutu sambil
jalan menuju makhsof.
Sausai Tadarus waktu
menunjukan Jam 08.00 wali
santri satu persatu mendatangi
pondok untuk mengunjungi
sekaligus menjemput santri
liburan di rumah. Ardi menuju
Kobong untuk bergegas mandi
dan rapih rapih dikarenakan
MR. Taka dan Bunda Iyos
sudah sedikit lagi sampai
kepondok.
Selesai mandi, Ardi kedalam
kobong untuk mengeluarkan
pakaian didalam lemari yang
sudah dibereskan semalam  di
taro di dalam tas sekolahnya,
lalu rapih rapih begegas menuju
masjid untuk sholat dhuha
terlebih dahulu sambil
menunggu MR Taka dan Bunda
iyos datang menjemputnya.
selesai sholat Ardi berduduk
disarambi masjid dan tiba tiba

37
ada seseorang yang
menghampirinya berbadan
tinggi dagu yang penuh dengan
jenggot dan rupanya tampan.
Guru saiful: ” Wah kayanya
gembira sangat kamu”,
( Katanya sambil menghampiri
Ardi)
Ardi: “ Hehe (tawa jaim sambil
tertunduk kepalanya) iya guru,
tidak terasa saya  sudah 1 tahun
berada dipondok” jawabnya
Guru Saiful: “Alhamdullilah
kalau kita menjalankan dengan
ikhlas dan ridho karena allah
semata pasti tidak kerasa”.
Sambil tersenyum
Ardi: “ ya alhamdulillah guru
semua berkat dorongan dari
guru” sambil memeluknya.
Ardi bertahan selama 1 tahun
itu, Karena berkat doa doa
orang yang dimustazab itu, Ardi
sebisa mungkin mematuhi
semuanya yang ada dipondok, 
terutama beradab dengan guru,

38
karena berkat kita tadzim
terhadap guru ialah dibalas
dengan allah ilmu yang berkah
dunia akhirat.
Guru Saiful: “ gimana, apa yang
kamu dapat selamat 1 tahun
disini?.” Tanyanya
Ardi: “ saya dapet pengalaman
yang sangat banyak guru, dan
saya dapat ilmu-ilmu yang
belum saya dapat dikampung
halaman saya”. Jawab Ardi
begitu bangga telah masuk
pondok ini.
Guru Saiful: “Amalkan semua
ilmu yang didapat disini dan
banggakan dengan cara
terapkan ilmu dari sini”.
Memberi saran seperti lagi
ceramah diatas mimbar.
Ardi: “Insya allah guru saya
akan menerapkan semua itu,
doain guru mudah mudahan
saya bisa menjadi orang yang
benar pintar dan terampil dalam

39
agama.” Sambil sungkem
kepada pria itu
Guru Saiful: “ Saya selalu
mendoakan yang terbaik untuk
santri saya.” Sambil mengusap
kepalanya Ardi.
Tidak terasa mereka berdua
berbincang selama 15 menit
lamanya, *Twiiiiitttttttttttt*
(klakson mobil terdengar) yang
dimana dibawa dengan MR.
Taka dan keluarganya Ardi,
mobil mini bus berwarna biru
yang menghampiri Ardi, lalu
tanpa babibu Ardi langsung
menghampiri mobil itu dan
mengetuk kaca mobilnya,begitu
senang hatinya Ardi matanya
berkaca dan mukanya meratap
penuh kerinduan, tak lama Ardi
bersungkem dengan kedua
orang tuanya MR. Taka dan
Bunda Iyos

40
“Gimana,kabar kamu?”.
Ucapnya sambil memeluk
“Alhamdulillah sehat
perjuangannya bu”. Balas Ardi
sambil membalas pelukannya,
pelukannya begitu hangat sudah
lama tidak merasakan pelukan
ini, pelukan yang penuh dengan
kasih sayang dan kebanggaan
yang di tunjukan Bunda Iyos.
Seusai merindu, Ardi Mr Taka
Bunda Iyos dan adik adiknya
menuju kobong untuk
mengambil pakaian yang sudah
Ardi keluarkan sejak tadi pagi,
sepanjang pejalanan menuju
kobong bong banyak
perbincangan antara Ardi
dengan Mr. Taka, Sampai di
dalam kobong Ardi melihat
suasananya sudah sepi dan
teman temannya sudah duluan
di jemput orang tuanya, kini
tersisa satu orang yang bernama
Yopa.
“(Senyum Gembira), Ane tidak
sabar untuk pulang”.

41
Ucapannya sambil buruburu
membereskan pakaiannya
“Iya, Saya juga!”. Ardi
membalasnya tak kalah girang
\

“Pertemuaan
menumbukan benih
kenyamanan dalam hati
sehingga menjadi untuk
kesukaan yang tidak
dipungkiri”#ArTaYos

“Kita tidak bisa merubah


takdir, dan takdir kita
sudah ditentukan oleh
yang maha kuat dan
perkasa, mungkin ini
yang tebaik” #ArTaYos

42
Tidak
Kembali
“Hal yang kita tidak sukai,
terkadang itu hal yang terbaik
untuk kita dapati”#ArTaYos

H ari itu dan kenangan yang


mengubah segalanya
Sesampainya di rumah terasa
asing yang dulu berasa tempat
pulang dan kini terasa tempat
untuk pergi selepas pulang dari
pondok Ardi langsung menemui
sanad familynya yang tidak bisa
Ardi pandang selama berada
dipondok, keluarga yang sangat
hangat dan penuh dengan
kegembiraan
Bulan sucipun berakhir dan
takbir berkumandang dari
seluruh umat muslim di
indonesia maupun diseluruh
dunia, dan tidak ada lagi yang
solat terawah seusai isya 1

43
malam 1 juz quran selesai jam
22.00 malam. Begitupula
liburan pondok tinggal 4
mingguan lagi berakhir, Ardi
menyempatkan berlibur dengan
keluarga sepuasnya karena
dipondok tidak bisa kemana
mana, selain ke Makshof,
Kobong makan tidur makan
tidur. Begitu saja
kesehariannya, Ardi mengajak
MR Taka untuk memancing di
salah satu tempat pancingan
yang Ardi suka.
\Ardi: “Pah!, Mancing kuy”
rayuan Ardi ke Mr. Taka
Mr. Taka: “kemana si?!” tolak
Mr. Taka
Ardi: “ ditempat biasa kita
mancing” maksa
Ardi: “Ayolah ayolah!”. Sambil
menarik narik tangannya Mr
Taka
Mr Taka: “ STTTT, berisik
papah lagi kerja,,, nanti”.
Menolak ajakan Ardi.

44
Dan akhirnya, Ardi berniat
berangkat sendiri untuk
memancing, di Empang
belakang halaman rumah. Ardi,
menerusi jalan yang ada
dibelakang rumahnya. Untuk
menuju empang tersebut.
Sesampainya Ardi disanah ada
banyak orang yang main
layangan di pinggir empang,
tentu saja Ardi kenal sebagian
orang itu. Namanya Khoirul
Hafidz sering disebut apis. Dia
adalah tetangganya Ardi di
sebelah rumah Ardi tepat
rumahnya. Dan Ardi sambil
bawa pancingan dan cacing di
dalam ember kecil bekas cat.
Langsung menyampari Apis,
Ardi: “Pis, Lagi ngapain?...”
Apis: “Eh dil, dah balik dari
pondok, lagi main layangan
nih”.
Ardi: “Iya pis, dari sebelum 2
minggu mau lebaran, gua boleh
minjem layangannya ngga?”.

45
Apis: “Ga ah, gua lagi resep nih
lagi ngadu ama bocah kampung
sebelah. Tadi dia ngajakin so
bangat gaya yaudah gua terima,
Gua jual luh beli, Asikk ga tuh,
hehe.”
Ardi: “Yaelahhhhhhh, dulu gua
paling jago, coba tuh saking
pengen main layangan. Tengah
hari naik keatas atap rumah
udah panas, dulu mah gua kaya
belakangnya
kuali,ckckckckckc.”
Ardi: “Tenang, nanti kalo putus
gua ganti.”
Apis: “Yaudh nih.”
Tanpa sadar gulangan kenur
layangan apis, ada salah satu
benang yang putus. Dan Ardi
berniatan untuk meninggikan
lagi layangannya tiba tiba
benangnya terlepas dari tangan,
dan layangannya putus tangan.
Ardi berniatan untuk mengejar
layangan itu, tapi Ardi tidak
sadar kalau depannya Empang

46
dan mudah merembas, akhirnya
Ardi tenggelam di dalamnya,
Ardi pun berteriak minta tolong,
sedangkan yang lainnya mereka
cuman tertawa melihat
Ardi sudah sekepala
tenggelamnya. Tiba-tiba ada
orang yang melihat Ardi sudah
tidak terlihat, dia langsung
menyampari memberi
pertolongan dan mengangkat
Ardi ke darat.
Setelah di selamatkan Ardi syok
langsung berlari kearah
rumahnya. Dengan keadaan
seluruh tubuh sudah dilumuri
lumpur.
Mr. Taka: “Kenapa! Ko itu pada
berlumuran lumpur begitu.?
Ardi: “Habis tenggelam di
empang pa.”
Mr taka: “Apa! Ekekekekeke,
lucu kamu.”
Ardi: “Apaansi pa,, bukannya
dikhawatir bodoamatlah”.

47
Langsung bergegas kedalam
rumah untuk membersihkan
semua lumpur yang ada dibadan
Ardi. Tiba-tiba muncul seorang
wanita sudah sedikit tua
berparas cantik itu melihat
anaknya yang berlumuran
lumpur langsung matanya
melotot karna rumahnya kotor
gara-gara kaki Ardi yang
itemnya naudzubillah
Bun Iyos:
“Ardillahhhhhhhhhhhhh, Habis
dari mana kamu, sampai kotor
semua badan. Jangan jangan
habis gegupakan di kocco ya?
ckckckckc”.
Ardi: “Luh doang mah (dengus
kesal”
Bun Iyos: “Abis dari mana luh
emang, sampe kaya begitu?.”
Ardi: “Habis mandi susu
coklat.”
Bun Iyos: “Serius bunda?.”

48
Ardi: “Jangan serius serius nanti
lalat masuk.?
Ardi langsung meninggalkan
bundanya begitu saja dan
tertawa kecil melihat bundanya
skak samanya. Ardi kekamar
selesai mandi Ardi termenggu
di atas kasur memikirkan 2 hari
lagi dia balik lagi untuk
berjuang menuntut ilmu nya di
penjara suci, tetapi ada hasrat
dihati kecil Ardi berkata: “Apa
gua pindah aja ya.”
“Tetapi, Bunda setuju ga ya
kalo gua pindah sekolah.”
“Coba dulu aja dah, dari pada
disono kaga betah.”
Hari semakin cepat berlalu tepat
tanggal 4 juni- 2019 hari yang
mana harus balik kepondok,
tetapi Ardi memilih untuk
pindah dan memutuskan
sekolah di dekat rumah saja.
Dan begitu Ardi akan menuju
penjara suci untuk mengambil
surat pindah dari sekolahan

49
setelah selang 3 minggu
pepulangan kepondok.
Dan disitulah seseorang anak
muda diuji dengan posisi yang
membinggungkan karena Ardi
harus berani bilang kepada
gurunya bahwa Ardi ingin
pindah sekolah, “Aku mencoba
memberanikannya.” Ucap Ardi
setelah tiba di sekolah MA.
Attaqwa pusat putra, sekolah
yang sederhana tetapi sekolah
yang diunggul dari sekolah lain.
Karena disekolah itu banyak
penerus penerus Al-Azhar
Kairo, Mesir.
Setibanya Ardi di sekolah dan
menemui Guru kelas nya, yang
berada di ruang TU (Tata
Usaha). “Adu gimana nih
ngomongnya.” menggerutu di
dalam hatinya, Ardi
memberanikan diri, Ardi tidak
sendiri melainkan ditemani oleh
bunda Iyos
Dengan wajah setengah tegang
dan dicucuri oleh keringat,

50
Guru Saiful keluar dari ruangan
itu, lalu memanggil Kami
berdua untuk ikut kedalam
ruangannya. Disitulah Ardi
semakin cemas, gugup, takut
karena dia pernah bicara kepada
guru saiful, sebelum
perpulangan kerumah dibulan
suci ramadhan.
Disitu hanya kami bertiga
seorang ruangan yang cukup
dingin dihiasi lemari-lemari
buku, berkas sekolah yang
disetiap lemari hampir semua
ada kecuali di wc.
Guru Saiful:
“Assalamualaikum, Ardillah
dan ibu apa kabar?.” Tanyanya
dihiasi senyuman
Ardi dan Bun Iyos:
“Wa’alaikumussalam,
ALHAMDULILLAH baik guru
(pa),, sebaliknya gimana?.”
Jawabnya bersama sama

51
Guru Saiful: “ alhamdulillah
baik, Ada perlu apa ini dateng
kemari?.” Serius
Suasana semakin menegang
muka Ardi panik kaya orang
habis tertangkap  basah habis
ngambil jambu orang.
Ardi: “iiii, ini guru saya mau
pindah.” Mukanya merunduk
Guru Saiful: “lah,,, emang
kenapa?.” Mukanya aga sedikit
terkejut
Guru Saiful: “bukannya,,
kemarin kamu sudah balik
kepondok sini?” tanyanya
Ardi: “Belum guru.” Jawabnya
sedikit murung
Guru Saiful: ”Oh,,, pantesan
walikelas kamu yang sekarang
nanyain bae soal kamu tidak
masuk masuk kelas.”
Ucapannya
Bun Iyos: “Emang kelas
Ardillah kelas, 11 apa guru?.”

52
Suara yang tiba-tiba muncul dan
kuping Ardi sedikit pengang”
Guru Saiful: “Ardillah pintar
bu, sehingga Ardillah masuk di
kelas favorit Ips yaitu MAIS-
Plus”. Jawabnya
membanggakan Ardi.
Tiba-tiba ada seseorang masuk
kedalam ruangan pas dilihat-
lihat lagi ternyata itu adalah
kepala sekolah, muka Ardi
nambah panik, karena kepala
sekolah itu melihat kami bertiga
sedang mengobrol serius, dan
langsung menyamperi kami
bertiga, Guru Iman namanya.
Guru Iman: “Ada ini?.” Tanya
nya
Guru Saiful: “Ini Guru Ardillah,
mau pindah sekolahnya.”
Jawabnya
Guru Iman: “Emang kenapa
Ardillah?.” Tanyanya
Ardi: “Karena ga betah  guru,
nanti kalo saya lanjut dan

53
berenti ditengah jalan sayang”.
Jawabnya memastikan Guru
Iman.
Guru Iman: “Ko bisa ga betah,,
sayang tau padahal reting
belajar kamu meningkat, dan
kalau kamu belajaarnya lebih
giat lagi ditekuni lagi, nanti
saya akan daftarkan beasiswa
kepada kamu ke Kairo, Mesir.”
Ucapnya, menahan Ardi untuk
tidak jadi pindah, kerena
memang reting belajar Ardi
meningkat pesat dari awal
sampai sekarang.
Ardi “Maaf guru sebelumnya,
saya bukannya bermaksud apa -
apa, kerena saya type orang
yang keras kepala, kalau kata
saya itu ya itu, maaf guru.”
Menolak mentah mentah
tawarannya.

Dan akhirnya tekad kuat Ardi


untuk mencari petualangan
baru dalam menimba ilmu

54
selain di pesantren dia akhirnya
memilih di sekolah formal
yakni MAN 1 Bekasi,dimana
hal tersebut tidak bisa di
bendung oleh keluarganya
ataupun gurunya di pesantren,
tapi satu kata bahwa
pengalaman berharga selama di
pesantren tidak akan terhapus
dalam benak Ardi.

:Nilai hidup bukan milik semua


yang terbuka matanya , Dingin
malam membuat aku tersadar,
bahwa kehangatan sebenarnya
adalah semangat tanpa padam”
#ArTaYos

55
56

Anda mungkin juga menyukai