Anda di halaman 1dari 2

Sebuah impian

Hari ini hasil SNMPTN diumumkan. Perasaan Arda sudah tidak karuan lagi. Ribuan do’a telah ia
langitkan dan kini tinggal menunggu hasil saja. Tepat pukul 15.00 WIB Arda membuka hasil
pengumuman itu. Betapa terkejutnya dia ketika mendapati tulisan “SELAMAT! ANDA
DINYATAKAN LULUS SELEKSI SNMPTN 2022 UNIVERSITAS INDONESIA PROGRAM
STUDI KEDOKTERAN”. Seketika isak tangis bahagia mengalir di pipi Arda, begitupun kedua
orangtuanya.
“MasyaAllah nduk, selamat ya,” begitu ujar ayah Arda sambil memeluknya.

Arda sangat bersyukur bisa diterima di universitas terbaik di Indonesia. Meskipun dia terlahir
dari keluarga yang serba kekurangan, tapi tidak menciutkan niatnya untuk mencoba mendaftar.
Tekad dan usahanya tidak main-main. Banyak waktu yang dia korbakan untuk bisa meraih
semua itu. Apalagi program studi kedokteran, sudah pasti ribuan orang memperebutkan bangku
itu. Ternyata benar, usaha tidak akan pernah mengkhianati hasil.

Meskipun demikian, dia juga merasa sedih. Sebab untuk meraih cita-cita ia harus rela
meninggalkan kampung halaman dan berada jauh dari orangtuanya. Ardapun menjadi bimbang
apakah dia harus mengambil kesempatan ini atau tidak.
“Sudah nduk jangan bersedih, berangkatlah, raih impianmu. Jangan khawatirkan ayah ibu di
sini,” kata ibu Arda sambil menepuk pundaknya.

Dengan berat hati, Arda bergegas menuju ke universitas impiannya menaiki kapal karena ini
satu-satunya transportasi yang pas dengan kantongnya. Meski butuh waktu beberapa hari untuk
sampai, namun Arda tetap enjoy menikmatinya. Hidup sendiri di kota orang tidaklah mudah.
Apalagi bagi Arda yang baru pertama kali menginjakkan kaki di sana. Ia perlu menyesuaikan diri
dengan lingkungannya kini. Mulai dari memanage biaya hidup, bergaul dengan teman yang
berasal dari berbagai penjuru nusantara, maupun hal lainnya.

Betapa terpananya Arda ketika berada tepat di depan universitas impiannya. Tak terasa buih air
matanya mengalir. Namun tak selang lama, ia mengusap air matanya dan beranjak pergi ke
auditorium utama. Di sana serangkaian acara penerimaan mahasiswa baru segera dilangsungkan.
Ribuan mahasiswa beralmet kuning itu bersorak gembira ketika remsi menjadi mahasiswa
Universitas Indonesia.

Menjadi mahasiswa kedokteran itu tidak mudah. Arda sering kali merelakan waktu tidurnya
demi menyelesaikan tugas. Tak hanya itu, dia juga harus membaca buku-buku untuk praktikum
yang tebalnya sudah tidak ditanyakan lagi. Namun, dia tak pernah sekalipun mengeluh, sebab dia
yakin bahwa dia mampu melewatinya.

Seiring waktu, dia merasa bahwa biaya hidup di sana semakin mahal. Uang yang dimilikinya
kini hanya cukup untuk makan saja. Belum lagi untuk membeli buku-buku kedokteran yang
harganya tak murah. Namun dia tak mau meminta tambahan uang bulanan karena dia takut
membebani orangtuanya. Alhasil ia memutuskan untuk kerja part time di sebuah coffee shop
guna mencukupi kebutuhan hidupnya.

Suatu ketika, ayah Arda merasa sangat merindukan putri pertamanya. Dia memutuskan untuk
terbang ke Univesitas Indonesia sekaligus memberikan kejutan untuk ulang tahun Arda yang ke
20 tahun. Setelah menempuh perjalanan yang cukup lama, dia memutuskan untuk rehat sejenak
serambi meneguk coffee. Dia mendekati puluhan pembeli yang mengantri di sebuah coffee
minimalis pada seberang jalan. Betapa terkejutnya dia ketika mengetahui putrinyalah yang
sedang melayani para pembeli itu. Dengan mata sebam dia tetap ikut mengantri.

“Mau rasa apa pak?” tanya Arda.


“Cappucino saja.” jawab ayah Arda sambil menurunkan topi yang dipakainya.
“Baik, tunggu sebentar ya,” ujar Arda.

Beberapa saat kemudian,


“Ini pak coffeenya,” ujar Arda sambil memberikan satu cup coffee itu.
“Terimakasih Arda,” kata ayah Arda.
Arda terdiam sejenak serambi memikirkan mengapa pembeli itu tau namanya. Seketika dia
menangis ketika melihat lelaki bertopi itu adalah ayahnya. Dengan segera dia memeluk lelaki itu
dan menceritakan segalanya.

Anda mungkin juga menyukai