Anda di halaman 1dari 4

Kapur Tulis di Batu Nisan Ibu

Oleh: Egi Aryandi

Ini hanya cerita usang, kenangan yang selalu membekas dan menjadi pelajaran hidup.
Tatkala Hazri teringat memori 10 tahun silam. Kala itu ia masih duduk di kelas tiga salah satu
Sekolah Menengah Kejuruan yang ada di kotanya. Sama halnya seperti anak-anak yang lain
layaknya seorang anak berseragam putih abuabu yang menunggu hitungan hari akan
mengetahui hasil Ujian Nasional, perasaan bathin yang berkecambuk terus menghantui hari-
harinya, terlebih jika ia terbayang kemanakah kakinya akan melangkah setelah tak lagi
menyandang status sebagai seorang pelajar. Jika temanteman sebayanya dihantui kecemasan
dan kekhawatiran, ia rasa adalah hal yang wajar hanya saja perasaan yang menghatui mereka
berbeda tingkatan, mereka hanya dipusingkan oleh jurusan serta perguruan tinggi yang akan
mereka ambil selepas lulus nanti, sedangkan ia dihantui seribu satu kekhawatiran dan kecemasan
Iya, aku bukan hanya mencemaskan hasil kelulusanku, namun ada momok yang lebih
menakutkan bagiku, karena seiring berjalannya waktu aku terasa semakin dekat dengan gerbang
pengangguran, apa lagi jika ku lihat kedua orangtuaku yang usianya kian senja serta sakit
sakitan, apa aku hanya akan menjadi kambing muda yang sehat yang bisanya hanya makan
tanpa ada manfaat bagi mereka ucap Hazri dalam hati.

Ayahnya yang kala itu sakitsakitan karena divonis mengidap penyakit ginjal, tak
hentinya menyemangatinya agar mencari kerja selepas lulus dari sekolah nanti. Bantu Ibumu,
kasihan Ibumu yag sudah tua ini jika harus selalu bekerja, lagian hasil dagangan Ibumu kadang
tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan makan kita sehari hari, Ucap ayahnya yang kala itu
tampak ada butiran air di bola matanya yang seakanakan siap menabrak kelopak matanya. Hazri
hanya diam, sesekali ia menunduk dan melihat lagi ke arah Ayahnya yang sedang terbaring tak
berdaya dengan perutnya yang besar seperti wanita yang sedang hamil sembilan bulan karena
penyakit yang diidapnya.

Dua hari kemudian Hazri dan ibunya datang ke sekolahnya untuk mengambil hasil
kelulusannya, dan ia dinyatakan lulus Ujian Nasional tersebut meski saat itu standar kelulusan
tergolong amatlah tinggi dan banyak sekali teman-teman seangkatannya di sekolahnya itu yang
yang gagal dalam Ujian Nasional tersebut. Namun sekalipun ia telah dinyatakan lulus,
perasaannya masih tak tenang karena selalu terfikir sama Ayahnya di rumah, terlebih setelah
menjawab telepon dari tetangganya, yang mengabarinya bahwa Ayahnya telah di bawa ke rumah
sakit karena kondisi tubuh yang drop. Tanpa fikir panjang Hazri dan Ibunya bergegas ke rumah
sakit. Baru memasuki pintu rumah sakit telah ia temui para tetangganya yang saling merangkul
dengan air mata yang kian mengalir, ternyata Ayahnya telah tiada, seakan ucapan Ayahnya
kemarin adalah pesan terakhir untuknya. Hazri menangis sejadinya, tangisannya kian pecah kala
ia melihat wajah Ibunya yang sudah penuh kerutan di keningnya serta pipinya yang tampak
kempot karena tak ada lagi gigi di gusinya itu dibanjiri air mata kesedihan.

Harihari berlalu, Aku boleh kehilangan Ayah tapi aku tidak boleh kehilangan
semangat, karena ada sosok Ibu yang membutuhkan aku, gumam Hazri dalam hati yang saat itu
tampak senyum sumringah di pipinya tanda adanya semangat baru yang bergelora. Dengan
bermodalkan ijazah SMK ia beranikan diri untuk melamar kerja disalah satu perusahaan yang
bergerak di bidang pertambangan yang tak jauh dari tempat tinggalnya. Sembari menunggu
panggilan kerja, Hazri mengisi hari-harinya dengan kerja serabutan, menjadi tukang kebun di
perumahan komplek perusahaan tempat ia melamar pekerjaan tersebut. Dengan bermodalkan
etos kerja yang tinggi serta kejujuran ia terus bekerja, hingga pada suatu hari ia diberi
kepercayaan oleh majikan tempat ia bekerja sebagai tukang kebun perumahan tersebut untuk
bekerja di perusahaan yang beliau pimpin. Keesokan harinya Hazri mulai bekerja dan ketika ia
berangkat kerja ia lihat senyum haru mewarnai wajah ibunya, beliau terlihat senang karena Hazri
telah mendapatkan pekerjaan yang cukup layak.

Sekalipun Hazri telah bekerja di perusahaan tersebut, ia tak ingin melepas pekerjaannya
sebagai seorang tukang kebun di perumahan itu. Urusan digaji atau tidaknya ia tak hiraukan,
karena ini adalah wujud rasa terimakasihnya kepada majikannya itu karena telah memberinya
pekerjaan, meskipun telinganya kerap sakit karena mendengar lontaran orangorang yang
menghardiknya kalau ia serakah akan pekerjaan, namun tak ia hiraukan, karena telah terlalu
sering ia menjelaskan alasannya mempertahankan pekerjaannya itu.

Sekian tahun Hazri bekerja, uang hasil kerjanya di perusahaan tersebut selain untuk
menghidupi ia dan ibunya, juga ia tabung guna masa depannya. Apa dikata belum genap 4 tahun
ia bekerja, perusahaan tersebut failed (tutup). Dengan bermodalkan tabungan seadanya dan restu
Ibunya, Hazri putuskan untuk melanjutkan pendidikannya di jurusan keguruan di salah satu
Perguruan Tinggi yang ada di pulau seberang. Dua tahun masa kuliahnya ia lalui, secara material
masih menggunakan uang tabungnya baik dari biaya semester, kost, biaya hidup dll. Namun,
memasuki tahun ketiga atau semester lima kuliah, ia mengalami kesulitan, dimana uang
tabungannya kian menipis, perasaan cemas tiba-tiba menghantuinya, ia khawatir jika pendidikan
yang ia jalani ini akan putus di tengah jalan. Namun, ia tak kehabisan akal, ia selalu mencoba
mengikuti tiap beasiswa yang ditawarkan pihak kampusnya, alhasil semester 5 dan 6 ia kuliah
dibantu dengan uang beasiswanya.

Selama kuliah bertahun-tahun di pulau seberang, tak seharipun Hazri lalui hari tanpa
menelpon Ibunya, bukan karena ia manja hanya saja rasa sayang dan khawatirku terhadap Ibunya
sangatlah besar. Dan suatu ketika, bak petir menyambar disiang bolong manakala ia mendapat
telepon kalau Ibunya masuk rumah sakit karena lantaran terjatuh di kamar mandi. Segera ia
putuskan pulang ke kampung halaman, yang kebetulan saat itu tiket pesawat masih tersisa
untuknya pulang pada jadwal penerbangan sore hari.

Setibanya di kampung halaman, kala itu masih dalam perjalanan dan belum tiba di rumah
sakit, ternyata Hazri mendapat kabar dari keluarganya via handphone kalau Ibunya telah tiada.
Hidup Hazri terasa benarbenar hancur, jangankan untuk berjalan, berdiri saja serasa tanah tak
terasa lagi dipijakannya. Hazri benar-benar merasa kehilangan, ia tak memiliki siapasiapa lagi,
tak ada lagi sosok Ibu yang selama ini menemaninya berjuang, tak ada lagi sosok yang
menyemangatinya dalam menggapai asa, dan tak ada lagi tempat Ia berbagi keluh kesah dalam
menjalani kehidupan.

Ditambah masalah biaya perkuliahannya yang memasuki semester akhir kian


membutuhkan biaya yang tidak sedikit, uang tabungannya telah habis, beasiswa yang juga tak
lagi ia dapatkan karena ia sudah tercatat sebagai mahasiswa tingkat akhir yang tak berhak lagi
untuk mengikuti program beasiswa yang ada di kampusnya. Akhirnya ia memberanikan diri
meminjam uang kepada pamannya yang ia anggap mungkin bisa membantunya. Biaya kuliah
akhirnya ia dapat dari uang pinjaman tersebut. Tak ingin ia habiskan waktunya lamalama
menyandang status mahasiswa, serta tuntutan uang pinjaman tersebut seakan menjadi cambuk
agar ia sesegera mungkin menyelesaikan pendidikannya. Dengan ketekunan dan kerja kerasnya
belajar akhirnya pendidikan S1 nya dapat ia selesaikan selama 3,5 tahun, hingga tersandanglah
gelar sarjana pendidikan di belakang namanya itu.
Hari-hari berlalu, tiba saatnya suatu ketika Hazri mengunjungi makam Ibunya, sembari
berziarah dan mengirim doa untuk Ibunya. Ibu. Ini untukmu, ku persembahkan padamu
gelar yang ku raih adalah wujud baktiku kepadamu. Inilah seragam kebangganku, memang tak
berwarna kecoklatan dan pula tidak bercorak loreng-loreng, tapi setidaknya aku bangga bisa
membuktikannya padamu, dan bisa mengukir namamu dengan kapur tulis yang ku bawa dari
tempat kerjaku, meskipun namamu itu harus ku tulis di batu nisanmu sekalipun Ucap Hazri
yang diiringi tangis membasahi batu nisan Ibunya.

BIODATA
Nama : Egi Aryandi
T-t-l : Koba, 01 Mei 1990
Instansi : SMP Negeri 1 Lubuk Besar
Alamat : Jalan sinar harapan RT 07 RW 02 No. 14 Padang Mulia Koba
Bangka Tengah, Prov. Kepulauan Bangka Belitung. 33681
No. Hp : 085273645746
Email : E.aryandi@yahoo.com

Anda mungkin juga menyukai