Anda di halaman 1dari 8

GADISKU

Kumpulan Puisi Cinta


Yuyun Wahyudin
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
All right reserved
Desain Cover by. Fath

Perpustakaan Nasional RI
Katalog Dalam Terbitan (KDT)
ISBN: 978-602-70252-2-6
Cetakan Pertama, Januari 2016

Diterbitkan pertama kali dalam bahasa Indonesia


Oleh CV. Cahaya Matahari
Jl. Raya Nagreg KM 38 Nagreg Kendan Bandung
e-mail: cahayamatahari2014@gmail.com

ii

Bismillhi al-Rahmn Al-Rahm


Karya ini hanya kupersembahkan
pada Gusti Allah Yang Maha Segalanya,
dan semoga menjadi kebahagian
bagi isteri, anak, ayah, ibu, mertua, guru, sahabat,
dan semua para kekasih.

iii

PENGANTAR PENULIS
Cintaku Terpahat Dalam Puisi
Puisi-puisi yang terhimpun dalam antalog
Gadisku ini adalah puisi-puisi lama yang tersimpan
dalam tumpukan buku dan kertas, yang lahir dari rihlah
hubbiyah (perjalanan cinta) penulis yang mengalami
jatuh bangun, merasakan pahit, manis dan getirnya
romantisme cinta kepada makhluk Tuhan yang
bernama perempuan. Perjalanan ini diawali semenjak
penulis mengenal sosok Irma Rahmayanti yang paras
wajahnya mirip gadis cantik India, adik kelas sewaktu
penulis belajar di MAN Sukamanah, Tahun 1993
mungkin pada perempuan yang satu ini penulis mesti
berterimakasih, karena ia perempuan pertama yang
memantik potensi tulis menulis-ku untuk berpuisi,
meski akhirnya perjalanan cinta antara penulis dengan
dia melahirkan luka yang menganga, dan trauma yang
cukup lama, sehingga penulis memilih untuk jadi
pertapa yang berpuasa dari hasrat terhadap
perempuan, dalam rentang waktu yang cukup panjang,
sembari bergumam dalam hati dan pikiran liarku Aku
adalah orang yang sukses dalam bidang keilmuan tapi
tidak untuk persoalan perempuan.

iv

Tujuh tahun kemudian, sekitar tahun awal


2000, penulis pernah kumpul-kumpul bersama temanteman mahasiswa Bahasa dan Sastra Arab dari
berbagai Perguruan Tinggi se-Indonesia untuk
membentuk organisasi yang menghimpun Mahasiswa
Pendidikan Bahasa dan Sastra Arab dalam sekala
Nasional. Di sela-sela kegiatan itu, Ade teman
mahasiswaku dari UGM Yogyakarta, bercerita tentang
style dan kepribadianku: menurut teman-teman dari
Jambi, babeh (panggilan akrab penulis di dunia aktifis
kampus) itu orang yang romantis, supel, pandai
bergaul, dan mengasyikan tuturnya. Mendengar hal
itu, agak tak percaya?, namun harus ku buktikan!,
ternyata benar. Inilah kalimat yang menghidupkan
kembali garah cintaku terhadap perempuan, setelah
mengalami mati suri. Inilah mantera yang
membuatku berani menebar benih cinta pada setiap
perempuan (dibaca: para kekasih) yang menarik
perhatiankubukan karena aku seorang play boy, tapi
inilah rahmaniyah (cinta universal-nya) seorang lakilaki, sebagaimana Tuhan menyayangi hamba-hambaNyaseperti yang terabadikan dalam antalog puisi
inisebagian salinan dari puisi-puisi gadisku ini
mungkin masih ada ditangan perempuan-perempuan
yang pernah menjadi bagian dari perjalanan cinta ini,

kecuali jika mereka membakarnya, agar cinta bersatu


menjadi abu.
Sebagian besar, kumpulan puisi Gadisku ini
bertemakan cinta terhadap perempuan, meskipun
dibagian akhir dari buku ini terdapat pula beberapa
puisi yang bertemakan sosial, supaya menjadi bagian
yang utuh dari buku ini, maka puisi-puisi yang
bertemakan sosial ini kita dudukan dalam konteks cinta
universal penulis terhadap lingkungan.
Kumpulan puisi ini, mungkin tak akan terlahir
tanpa kehadiran Para kekasih yang dikirim oleh Tuhan
bagiku untuk dapat memaknai kehidupan. Mereka
adalah Irma Rahmayanti (Gadis Ciamis yang menjadi
cinta pertama, sewaktu di Madrasah Aliyah); Lia Noor
Zain, (Gadis Bandung yang menurutku agak mirip
dengan artis Mona Ratu Liu, yang nyantri di Ponpes AlFalah, sempat jadi hafidzah, meski tidak khatam,
perjalanan selama tiga tahun bersama gadis yang
menyukai warna pink ini telah melahirkan antalog
yang sekarang ada di hadapan pembaca, terimakasih
ia); Dede Rosada (Gadis khumaira yang pipinya putih
kemerah-merahan dari Babelan Bekasi, yang ditinggal
minggat oleh ayahnya sejak kecil, semoga engkau
hidup bahagia); Reni (Gadis Malangbong Garut yang

vi

senang dipanggil Yayang, terimakasih engkau telah


singgah dalam sejarah hidupku); Siti Solihat (Gadis
Cimahi yang suka gugup jika diajak bicara) Enok
Khairunnisa (Gadis Jati Wangi Majalengka, yang
pernah mau bekerja di Negeri Sakura, terimakasih
engkau telah mau datang dari Jakarta Ke Bandung
untuk berdiskusi, menemani masa lajangku); Ema
(Gadis Garut yang menjadi istriku dan kekasih
rahimiyah-ku serta ibu dari anak-anak, padamu
akhirnya perahu cinta ini berlabuh, semoga kita dapat
mengarungi samudra kehidupan bersama, terimakasih
atas segala perhatian dan pengertiannya).
Selain itu, terimakasih untuk keluarga besar
(bapak, umy, mamah dan bapak mertua, atas cinta dan
kasih sayangnyasemoga Allah selalu melindungi dan
menyayangimumaafkan ke-nyeleneh-an anakmu ini,
juga saudara-saudaraku); juga untuk guru-guruku di
Pesantren Sukahideng, KH A. Wahab Muhsin
rahimahullah, KH. Syihabudin Muhsin rahimahullah,
KH. AIi Abdul Basith, KH. Enung Nurudin, KH. Amas
Baskara, KH. Abdul Hamid, KH. Toto Musthafa Kamal
Fasya, Bu Atik, Bu Cucu, Bu Ahadiyat, (terimakasih atas
ilmu, dan pelajaran tentang kehidupannya); juga untuk
teman-teman di Pesantren Sukahideng, sahabat-

vii

sahabat di Pesantren Al-Falah, dan patner-patner kerja


di MTsN Pameungpeuk Garut, terimaksih untuk kalian
semua.
Terakhir, secara khusus, terimakasih pada
Rendy Jean Satria (anak idiologi ku yang mendapat
kutukan dari para penyair, hingga menjadi penyair
muda) yang terus memanas-manasin dan membatu
agar puisi-puisi ini diterbitkan dalam sebuah buku,
semoga engkau sukses menjadi mantu dari penyair
kenamaan.

Bandung, Oktober 2015


Yuyun Wahyudin

viii

Anda mungkin juga menyukai