Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penduduk, masyarakat dan kebudayaan merupakan hal-hal yang saling berhubungan.
Penduduk merupakan orang-orang yang tinggal di daerah tertentu dan dimungkinkan
terbentuknya masyarakat di wilayah tersebut. Selain itu, munculnya kebudayaan berasal dari
hasil interaksi masyarakat. Kebudayaan bisa terlahir, tumbuh, dan berkembang dalam suatu
masyarakat, sebaliknya tidak ada suatu masyarakat yang tidak didukung oleh kebudayaan.
Jadi, hubungan antara masyarakat dan kebudayaan merupakan hubungan yang saling
menentukan.
Pertumbuhan penduduk yang makin cepat, mendorong pertumbuhan aspek-aspek
kehidupan yang meliputi aspek sosial, ekonomi, politik, kebudayaan dan sebagainya. Dengan
adanya pertumbuhan aspek-aspek kehidupan tersebut, maka bertambahnya sistem pencarian
hidup dari homogen menjadi kompleks.
Berbeda dengan makhluk lain, manusia mempunyai kelebihan dalam kehidupan.
Manusia dapat memanfaatkan dan mengembangkan akal budinya. Pemanfaatan dan
pengembangan akal budi telah terungkap pada perkembangan kebudayaan, baik kebudayaan
yang bersifat rohaniyah, maupun kebudayaan kebendaan.
Akibat dari kebudayaan ini telah mengubah cara berfikir manusia dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya. Sehubungan dengan hal tersebut dalam pokok bahasan ini akan ditelaah
mengenai pertumbuhan penduduk, perkembangan kebudayaan dan timbulnya pranata-
pranata akibat perkembangan kebudayaan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja hal-hal yang berkaitan dengan penduduk?

2. Apa saja masalah-masalah yang dihadapi oleh penduduk?

3. Bagaimana pembagian kerja dalam masyarakat?


4. Bagaimana perkembangan kebudayaan?

5. Bagaimana hubungan antara manusia, masyakarat & kebudayaan?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan penduduk.

2. Untuk mengetahui masalah-masalah yang dihadapi oleh penduduk.

3. Untuk mengetahui cara pembagian kerja dalam masyarakat.

4. Untuk mengetahui perkembangn kebudayaan yang ada.


5. Untuk mengetahui hubungan yang terjadi antara manusia, masyarakat & kebudayaan.
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pertambahan penduduk dan Migrasi
1. Penduduk Dunia & Masalahnya
Pada awal zaman modern sampai kira-kira tahun 1650, penduduk dunia telah
mencapai 500 juta jiwa jumlahnya (lihat tabel 1). Sejak zaman inilah penduduk dunia terus
meningkat dengan cepat. Hal itu dimungkinkan oleh adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Termasuk salah satu di antaranya ilmu kedokteran juga berkembang. Berkat
kemajuan ilmu kedokteran, pemeliharaan kesehatan penduduk termasuk usaha-usaha
imunitas menjadi lebih terjam m. Oleh karena itu tingkat kematian bayi-bayi yang lahir
menjadi lebih rendah, sampai ia tumbuh subur dan akhirnya bersuami/heristeri dan
mempunyai anak dan cucu. Akan tetapi pada galibnya tidak semua negara di dunia
mengalarni pertumbuhan penduduk yang demikian pesat.
Negara-negara Eropa Barat pada abad 20 mi cenderung mengalami kondisi stasioner,
bahkan Jerman Barat cenderung memiliki Iebih sedikit jumlah penduduk berumur muda,
dibandingkan dengan jumlah penduduk dewasa. Dengan begitu negara mi lncrnpunyai
masalah penduduk bukan pertumbuhannya, tetapi, kekurangan penduduk berusia muda
sebagai generasi penerus. Kemungkinan menambah penduduk berusia rnu da sebagai
generasi penerus bagi negara-negara Eropa Barat khususnya, secara legal dilakukan melalui
adopsi anak/bayi. Kita sering mendengar praktek adopsi yang tidak wajar bagi bayi-bayi
Asia, tidak terkecuali bayi-bayi dan Indonesia. Peluang untuk mengadopsi anak-anak/bayi
Asia disalahgunakan oleh sindikat-sindikat gelap, laksana zaman perbudakan, anak-anak/bayi
itu diperjualbelikan.
TABEL I

PERKIRAAN DAN PROYEKSI PENDUDUK DUNIA

TAHUN JUMLAH JIWA

8.000 — 7.000 SM 10 juta

1500 250 juta

1650 500 juta

1800 900 juta

1850 1.000 juta


3
1900 1.500 juta

1930 2.000 juta

1950 2.500 juta

1960 3.000 juta

1970 3.600 juta

1980 4.600 juta

1990 5.700 juta

2000 6.500 juta

Sumber: Buku Paket Latihan Pendidikan Kependudukan, DGI—BKKBN Jakarta 1982.

2010 6.866 juta

2015 7.256 juta

2020 7.643 juta

2030 8.340 juta

2040 8.925 juta

2050 9.408 juta

Sumber: Sensus United States Census Bureau – International Data Base (IDB) pada Juli 2015

2. Pendidikan dan Kesehatan di Negara-negara Berkembang

1) Pendidikan

Penduduk pedesaan, terutama anak-anak usia sekolah di negara-negara berkembang di

Afrika, Asia dan Amerika Latin sebagaian besar tidak rnemperoleh kesempatan

rnencmpuh jenjang pendidikan di sekolah, akibat dan kondisi kcrniskinannya.

2) Kesehatan

Penduduk usia muda pada negara-negara berkembang, amat sering kedapatan

menderita kurang vitamin A, kasus-kasus- pendenita kekurangan vitamin A yang

menonjol, misalnya terjadi pada anak-anak di negara-negara Asia Selatan, Asia Tenggara,
4
seperti Birma, Srilangka, India bagian selatan, Indonesia dan MalaysiaBeberapa survei

konsumsi makanan dilakukan di Asia menunjukkan bahwa pemakaian kalori rata-rata

penduduk berada di bawah tingkat yang dibutuhkan di beberapa negara. Pemakaian

protein total sangat rendah seperti yang dialami penduduk di India, Malaysia, Pakistan,

Fiipina dan Thailand. Faktafakta di lapangan membuktikafl bahwa penduduk negara-

negara berkembang kekurangan makanan berkadar protein hewani. Salah satu sebab

membuktikan bahwa di beberapa kalangan masyarakat pedesaan masih berlaku “tabu”

yang melarang memakan ikan, buah-buahan dan sayur – mayor. Hal semacam itu berlaku

di kalangan masyarakat di beberapa daerah di Burma, Indonesia, Malaysia dan Fiipina.

3 .Usaha Mengatasi Masalah Penduduk Dunia

Kenaikan pesat jumlah penduduk dunia, terutama di negara-negara Asia, Afrika dan

Amerika Latin, mendorong usahausaha bersama negara-negara di dunia untuk .segera

menentukan langkah-langkah kongkret dalam penanggulangan problem- problem

penduduk dunia.

Untuk mencapai suatu ekosistem penduduk dunia yang stabil, diperlukan langkah-

langkah sebagai berikut :

1. Penduduk djstabilisasi/diseimhaflgkan

2. Konsumsi sumber alam dan pembangkitan polusi narus dikurangi sampai seperempat

dan tingkat konsumsi tahun 1970-an.

3. Penyelenggaraan pendidikan dan pengadaan fasilitas kesehatan lebih diutamakan.Ada

4 macam teknik pelayanan kesehatan, yaitu

1. Mengikuti pertumbuhan anak

2. Penggunaan air susu ibu

3. Imunisasi

4. Pengobatan Oral Rehydration Therapy (ORT).

5
5. Penekanan lebih besar diberikan kepada produksi bahan pangan, sehingga akan cukup

tersedia untuk memenuhi kebutuhan setiap orang.

Prioritas besar diberikan kepada usaha-usaha penyuburan clan perlindungan tanah untuk

mencegah erosi.

4. Masalah penduduk di Indonesia

Masalah penduduk atau Population Problem merupakan masalah yang bersegi

banyak, dan pemecahan masalahnya itu tidak dapat dilakukan dengan cara satu segi dan

secara sesaat dengan cepat. Masalah penduduk timbul sebagai akibat dan perubahan

penduduk, antara lain Pertambahan atau pengurangan penduduk. Keduanya dapat

mengakibatkan perubahan bahan dalam humas welfare dan struktur penduduk.

Kerapatan/kepadatan, dan penyeharan penduduk, yang akan dapat mempengaruhi tata

ekonomi, tata pergaulan, tata politik dan budaya masyarakatnya.

Migrasi (Perpindahan Penduduk)

Migrasi adalah gejala gerak horizontal untuk pindah tern- pat tinggal dan pindahnya

tidak terlalu dekat, melainkan, melintasi batas administrasi, pindah ke unit administrasi

lain, misalnya kelurahan, kabupaten, kota atau negara. Dengan kata lain, migrasi

merupakan perpindahan penduduk dan satu unit geografis ke unit geografis Iainnya. Unit

geograf is dapat berarti suatu daerah administratif. Ross Steele menyatakan bahwa

migrasi meliputi perpindahan ke rumah sebelah yang jarak beberapa meter dan rumah

lama, tetapi juga mencakup perpindahan ke negara lain yang jaraknya beribu-ribu

kilometer (dalam Sunarto, 1985). Selanjutnya PBI3 menyatakan bahwa migrasi ialah

suatu perpindahan tempat tinggal dan suatu unit administratif he unit administratif lainnya

(dalam Sunarto, 1985).

Di Indonesia konsep migrasi yang dipergunakan di antaranya yang dikemukakan oleh

Biro Pusat Statistik dalam serisus penduduk tahun 1971 dan tahun 1980. Migrasi dalam

6
hal mi diartikan sebagai perpindahan seseorang melewati batas propinsi lain dalam jangka

waktu 6 bulan atau lebih

Teori Migrasi

Terdapat beberapa teoni secara khusus menjelaskan fenomena migrasi. Dua di antaranya

dapat dikemukakan sebagai benikut

1) Teori Gravitasi

Ravenstain pada tahun 1889 telah menguraikan pendapatnya tentang fenomena

migrasi yang disusun dalam hukum-hukum migrasi yang terkenal sampai sekarang.

Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut :

Semakin jauh jarak, semakin berkurang volume migran. Teori mi kemudian dikenal

dengan nama “distancedecaY theory”.

Setiap arus migran yang benar, akan menimbulkan arus balik sebagai gantinya.

Adanya perbedaan desa dengan kota akan mengakibatkan timbulnya migrasi.

Wanita cenderung bermigrasi ke daerah-daerah yang dekat letaknya.

Kemajuan teknologi akan mengakibatkan intensitas migrasi.

Motif utama migrasi adalah ekonomi.

Pendapatan Ravenstein yang hampir satu abad yang lalu ternyata sampai sekarang masih

relevan. Ravenstein dengan teon yang dikemukakannya, kemudian mendapatkan julukan

“bapak migrasi”. Dan teori yang dikemukakannya kemudian berkembang berhagai teori

gravitasi lainnya, dan pada dasarnya teori-teori migrasi yang lainnya merupakan

pengembang.. an dan hukum-hukum yang dikemukakannya.

2) Teori Dorong — Tank (Push-Pull Theory)

Teori dorong-tanik dikemukakan pertama kali oleh Everett S. Lee pada tahun 1966.

Dalam teorinya Lee mengemukakan adanya 4 faktor yang berpengaruh terhadap

seseorang dalam mengambil keputusan untuk bermigrasi yaitu:

7
a. Faktor-faktor yang terdapat di daerah asal

b. Faktor-faktor yang terdapat di daerah tujuan

c. Faktor-faktor rintangan

d. Faktor pribadi.

Faktor-faktor yang bisa menjadi daya dorong, seperti : kerusakan sumber daya alam

(erosi tanah, banjir, kekeringan, goncangan-goncangan iklim, pertentangan sosial, politik,

agama). Adapun faktor-faktor yang mempunyai daya tarik ialah penemuan sumber daya,

misalnya: pertambangan, pendirian industri-industri, keadaan iklim dan lingkungan yang

menyenangkan (kota peristirahatan di daerah pegunungan).

Selain jenis-jenis migrasi di atas, dikenal pula migrasi internal dan migrasi nternasional.

Migrasi internal terjadi antara dua unit geograf is da.Iani suatu negara. Jeni-jenis migrasi

di atas pada dasarnya termasuk ke dalani migrasi internal. Migrasi nternasional terjadi

antana negara-negara.

Dalani migrasi internasional selanjutnya dikenal konsep emigrasi dan imignasi. Ernigrasi

adalah migrasi internasional dipandang dan negara asal atau penginim; pelakunya disebut

emigran. Imignasi adalah migrasi internasional dipandang dan negara penerima atau

negara tujuan; pelakunya disebut imigrasi.

Jelasnya besar kecilnya angka yang disebabkan oleh terjadinya perpindahan penduduk

dan suatu negara/daerah ke negara/daerah lain, tiap senibu penduduk pada setiap tahun.

Rumusnya adalah :

Jumlah Migrasi dalam 1 tahun X 1000

Jumlah penduduk

Contoh:

Misalnya Negara Indonesia tahun 1979, terdapat perpindahan penduduk ke negara Malaysia

8
sebanyak 690.000 orang.

Sedangkan jumlah penduduk Indonesia pada tahun itu 138.000.000 orang. Maka tingkat

Migrasi adalah :

690.000 X 1000 = 5.

138.000.000

Jenis/Macam Migrasi

Dalam hal ini dapat digolongkan menurut lokasi perpindahan, yakni:

Antar negara, disebut emigrasi atau imigrasi. Kalau keluar ke negara lain disebut emigrasi,

tetapi kalau masuk atau datang dan negara lain adalah iinigrasi. Untuk ini dapat dicari migrasi

Nettonya yakni terjadi Emigrasi atau migrasi bagi negara yang bersangkutan.

Antar daerh (dalam satu negara), untuk mi apabila terjadi antar pulau dan akan bertempat

tinggal larna (menetap) disebut : Transmigrasi. Antar daerah (dalam satu pulau dan Desa ke

Kota) disebut: Urbanisasi.

Hal ini ada kecenderungan akan bertempat tinggal relatif lama. Tetapi apabila perpindahan

tersebut hanya antar daerah kota yang agak berdekatan dan hanya untuk beberapa han karena

suatu sebab seperti berdagang, itu disebut Mobiisasi. Sebab-sebab perpindahan penduduk:

Alasan ekonomi.

Perpindahan suatu bangsa mi disebabkan karena daerah atau negaranya sendiri sudah

tidak memberikan kemungkinan kehidupan yang baik. Oleh karena itu kepergiannya dalam

usaha untuk mencani kehidupan yang lebih baik. Dalani hal mi ada yang bersifat sernentara

dan ada yang bersifat lama (mungkin menetap) yang mi pada umumnya sebagai penyebab

terjadinya transmigrasi dan atau urbanisasi.

Alasan politik.

Pada suatu negara sering terdapat pergolakan politik kenegaraan. sehingga banyak

9
penduduk yang tak setuju dengan pergolakan politik tersebut, maka mereka melakukan

perpindahan: ke negara lain.

Misalnya: perpindahan pendud uk (pengungsi) Vietnam pada akhir tahun 1979 – 1980.

Alasan agama

Karena alasan kehidupan beragama yang tidak bebas menyebabkan terjadinya

gerakan penduduk ke daerah lain untuk mencari kesesuaian dan ketenteraman hidupnya.

Dalam hal perpindahan penduduk tersebut pada urnumnya menimbulkan masalah baru yaitu

dalam penyesuaian daripada tempat yang baru, baik itu yang bersif at internasional maupun

nasional/lokal.Dan uraian-uraiafl di atas dapat dirumuskan pertambahan penduduk sebagai

berikut

P = (f — m) + (e — i), yang berarti :

P = Pertambahan Penduduk

f = fertilitas

m = mortalitas

e = emigrasi

i = imigrasi.

B. Pembagian Kerja Dalam Masyarakat

Meskipun teknologi baru di bidang pertanian, seperti:pupuk, bibit unggul, insektisida,


dan lain-lain telah memperluas kesempatan kerja kepada masyanakat tetapi belum juga
mampu menyerap pertambahan tenaga kerja, akibat pertumbuhan pendduk melaju dengan
cepat. Dengan demikian dapat dimengerti, mengapa anus urbanisasi berjalan terus menerus
dan tak mungkin dapat dihindani. Dalam anus urbanisasi yang paling banyak terlibat ialah
golongan usia muda, karena secara obyektif mereka mencita-citakan perbaikan hidup di masa
mendatang yang panjang dan disertai dengan keberanian mengambil resiko. Menurut
catatan sensus 1971, penduduk yang tinggal di desa ada 82,6%, sisanya yakni 17,4% ada di
perkotaan. Namun akumulasi modal dalam pembangunan mi bertumpuk di perkotaan;
niisalnya sampai Maret 1974, 34% sendiri ada di Jakarta (Said Rush dan Dakljoeni, 1981).
Dengan adanya komunikasi dan transportasi yang lancar menjadikan orang desa peka
10
terhadap perkembangan kota dan mi mendorong urbanisasi. Angka-angka tentang pembagian
kerja (mata pencarian) menurut statistik erhihat dalam tabel berikut mi:
Setiap orang berusaha mencari suatu pekerjaan pada hakikatnya adalah untuk
memperoleh kelayaaxi hidup di dalam keluarganya. Oleh sebab itu pertumbuhan keseinpatan
kerja dalam masyarakat akan senant lasa beruFhh-ubah. Sebagai contoh pertumbuhan
kesempatan kerja terlihat dalam tabel di bawah ini
Pembagian kerja dalam masyarakat ml akan terjadi masalah besar lagi, apabila perkembangan
dalam bidang pertanian lebih lambat dibanding dengan pertumbuhan penduduk. Sebab
masyarakat Indonesia sebagian besar dan tenaga kerjanya terhihat dalam bidang pertanian,
sedanglcan dalam sektor-sektor lainnya hanya sebagian kecil saja. Di samping itu belum lagi
terhitung angka pengangguran. Para pengangguran yang tercatat sekarang mi, di tingkat kota
besarnya 6,3% dan di pedesaan 1% (Daidjoeni, 1981).
Konsekuensi yang tidak dapat dihindarkan akibat bertambahnya jumlah penduduk
adalah lahirnya tenaga kerja. Besar kecilnya angkatan kerja sangat tergantung pada tingkat
kelahiran (fertilitas) dan tingkat kematian (mortahitas). Semakin tinggi tingkat kelahiran dan
rendahnya tingkat kematian maka ketersediaan tenaga kerja cenderung meningkat.
Masalahnya, sejauh mana kesempatan kerja tersedia untuk menampung tenaga kerja yang
melimpah. A.pa yang terlihat selama in perluasan kesempatan kerja itu berjalan seret, tidak
dapat mengimbangi Iajuriya kenaikan jumlah tenaga kerja sehingga tidak dapat dihindarkan
munculnya kaum penganggur, bila yang sifatnya terbuka maupun tersembunyi.
Dan hasil Sensus Penduduk di indonesia tahun 19711 diketahui bahwa besarnya
angkatan kerja (labor face) adalah 41,3 juta orang yang terdiri dan 27,6juta laki-laki dan
13,7ju- ta perempuan. Dan angkatan keija mi 37,6 juta sedang bekerja dan 3,6 juta persen dan
seluruh angkatan kerja atau 4,5 per- Sen dan seluruh penduduk berumur 10 tahun ke atas
(usia minimal golongan bekerja menurut sensus penduduk tahun
1971).
Dalam Repelita Ill angkatan kerja Indonesia diperkirakan meningkat antara 2,5 —-
2,6 persen tiap tahun. Laju pertumbuhan penduduk pada waktu itu sekitar 2,3 — 2,4 persen
tiap tahun, berarti berada di bawah angka peningkatan angkatan kerja.Sensus penduduk tahun
1980 ternyata hasilnya tidak jauh berbeda dan keadaan di atas, bahwa laju pertumbuhan
angkatan kerja lebih tinggi dan laju pertumbuhan penduduk.Dan tabel berikut terlihat bahwa
angkatan kerja meningkat dan 41,26 juta pada tahun 1971 menjadi 52,43 juta pada tahun
1980. Berarti selama selang waktu 9 tahun terjadi kenaikan sebesar 27 persen angkatan kerja,

11
atau dihitung menurut angka eksponensial terdapat pertumbuhan sebesar 2,7 persen per
tahun, melebihi pertumbuhan penduduk untuk kurun waktu yang sama yaitu 23 persen per
tahun.
Tidak tertampungnya angkatan kerja secara penuh dapat terlihat dan besarnya jumlah
pengangguran terbuka pada ma sing-masing tahun serisus tersehut, yaitu 2,2 juta tahun 1971
dan 1,7 juta tahun 1980.
Sumber : Hananto Sigit, Perkembangan Sektoral dan Cr1 Informal Kesempatan Kerja di
Indonesia, Forum Siatistik No. 2 Tahun II Desember 1982, halaman 10 diolah.
Kurangnya kesempatan kerja tersedia tidak lepas dan struktur perekonomian
Indonesia yang untuk sebagian besar masib tergantung pada sektor pertanian. Sektor mi
nyatanya tidak dapat tumbuh dengan cukup pesat untuk dapat menyerap angkatan kerja yang
besar itu. Akibat timbulnya kekurangan kesempatan kerja secara umum, rendahnya
produktivitas serta rendahnya pendapatan masyarakat. Gambaran ml lebih jelas terjadi di
pulau Jawa — Madura.
Gambaran ml lebih jelas terjadi di pulau Jawa — Madura.
Permasalahan kependudukan Indonesia selalu dikaitkan dengan tingkat pertumbuhan
yang tinggi dan penyebarannya tidak merata. Pulau Jawa yang luasnya hampir 7 persen dan
luas seluruh daratan Indonesia, memberikan lebih dan dua pertiga penduduk Indonesia.
Hanya 17 persen penduduk tinggal di Sumatera yang luasnya 25 persen dan Luas Indonesia,
Sedang Kalimantan dengan luas 28 persen hanya didiami 4 per- sen penduduk Indonesia.’
Pada tahun 1971, Jawa saja menampung penduduk sebesar 76 juta jiwa dengan kepadatan
penduduk pedesaan yang lebih dan 500 orang tiap kilo meter per segi. Lebih dan 25 persen
dan seluruh kabupaten di Jawa punya kepadatan pedesaan yang melampaui 700 orang tiap
kilo meter persegi. Di beberapa daerah di Jawa Timur dan Jawa Tengah, kepadatannya
hahkan lebih dan seribu.2
Angka-angka di atas dapat menjelaskan sempitnva ruang gerak di daerah pedesaan
yang dapat menjamin kelangsungan hidup penghuninya. Tingkat pemilikan tanah tiap
keluarga di pedesaan Jawa sangat rendah, hahkan di beberapa daerah tidak ada sama sekali.
Untuk mempertahankan din agar tetap hidup mereka terlibat sehagai burub tani yang
mengandalkan upah dan basil mengerjakan sawah orang lain. Pendapatan yang diterima dan
usaha seperti mi begitu rendah, tetapi mereka tidak dapat berbuat banyak sebab tidak ada
alternatif lain yang lebih menguntungkan tersedia di pedesaan untuk dapat dimasuki.
Akibat dan kelebihan tenaga kerja di daerah pedesaan dapat menimbulkan 2

12
kemungkinan yaitu :Tetap tinggal di desa, sehingga menyebabkan “disguised
unemployment”, yakni jumlah tenaga kerja lebih banyak dan sumber daya alam dan faktor
produksi, sehingga kebanyakan tenaga kerja pertanian rnenjadi setengah menganggur.
Tenaga kerja itu teiah dihoroskan atau digunal:an dengan tidak rasional. Kemungkinan kedua
mi pendukungnya terhitung hesar juga di mana kelebihan tenaga kerja yang tidak tertampung
di sekitar pertanian mencari usaha lain di daerah perkotaan. Kelompok inilah pelaku proses
urbanisasi, suatu arus lintas perpindahan penduduk dan desa ke kota.
C. Perkembangan Kebudayaan.

Kebudayaan = cultuur (bahasa Belanda) culture (bahasa Inggris) = tsaqafah (bahasa

Arab); berasal dan perkataan Latin “Colere” yang artinya mengolah, mengerjakan,

menyuburkan dan mengembangkan, terutarna mengolah tanah atau bertani. Dan segi arti mi

berkembanglah arti culture sebagai “segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan

mengubah alarn.”

Ditinjau dan sudut bahasa Indonesia, kebudayaan berasal dan bahasa Sanskerta “Budhayah”

yakni bentuk jamak dan budhi yang berarti budi atau akal. Jadi kebudayaan adalab hasil budi

atau akal manusia untuk mencapai kesempurnaan hidup.

Pada umumnya orang mengartikan kebudayaan dengan kesenian, seperti seni tan, seni

suara, seni lukis dan sebagainya. Dalam pandangan sosiologi, kebudayaafl mempunyai arti

yang lebib luas daripada itu. Kebudayaan meliPUti semua basil cipta, karsa, rasa, dan karya

manusia baik yang 1natenal maupun nonmaterial (baik yang bersifat kebendaan maupun yang

bersifat kerohanian).

Kebudayaan material adalah : hasil cipta, karsa yang berwujud benda-benda atau

barang-barang atau alat-alat pengolahan alam, seperti : gedung, pabrik-pabrik, jalan-jalan,

rumahrumah, alat-alat komunikasi, alat-alat hibura, mesin-mesin dan sebagainya.

Kebudayaan material mi sangat berkembang setelah lahir revolusi industni yang melahirka

aparat-aparat produksi raksasa.

Kebudayaan nonmatenial adalah : hash cipta, karsa yang berwujud kebiasaafl-kebiaSaafl atau

13
adat istiadat, kesusilaan, ilmu pengetahuafl, keyakinan, keagamaan, dan sebagainya.

Di dalam masyarakat, kebudayaan itu di satu pihak dipengaruhi oleh anggota

masyarakat, tetapi di lai pihak anggota masyarakat itu dipengaruhi oleh kehudayaan.

Misalnya : orang Eropa yang beriklim dingin terpaksa hams membuat pakaian tebal. Jadi

jelasnya “kebudayaan” adalah suatu basil cipta daripada hidup bersama yang berlangsung

berabad-abad. Kebudayaan adalah suatU basil, dan basil itu dengan sengaia atau tidak

sesungguhnya ada dalam masyarakat. Jadi pada pokoknya tiap-tiap manusia itu pasti

mempunyai kebudayaafl yaitu gejala—gejala jiwa yang dimiliki oleh manusia, dan yang

membedakan manusia dengan binatang.

Dengan hasil budaya manusia, maka terjadilah pola kehidupan, dan pola kehidupan

inilah yang menyebabkan hidup bersama dan dengan pola kehidupan mi pula dapat

meinpengaruhi cara berpikir dan gerak sosial. Contoh kehidupan umat Islam di Jawa Tengah,

Jawa Barat dan Sumatera berlainlainan bentuknya, sebab pola kehidupan iereka juga lain

karena adanya pengaruh lingkungan di daerah itu.

Hubungan manusia (individu), masyarakat dan kebudayaan.

Manusia hidupnya selalu di dalam masyarakat. Hal mi bukan hanya sekadar ketentuan

(konstateren) semata-mata, melainkan mempunyal arti yang lebih dalain, yaitu bahwa hidup

bermasyarakat itu adalah perlu bagi rnanusia, agar benarbenar dapat mencapai taraf hidup

kemanusiaan. Tegasnya dapat mengembangkan kebudayaan dan mencapai kebudayaannya.

Tanpa masyarakat hidup manusia tidak dapat menunjuk. kan sifatsifat kemanusiaan.

Misalnya: Caspar Hauser yang herumur 18 tahun, adalah anak yang ditemukan di

Neurenburg (Jerman) belum pernab hidup bermasyarakat. Ta tidak dapat berjalan dan

berbahasa, setelah dibawa ke dalam kehidupan masyarakat. Demikian pula Kala dan Kamala,

2 orang anak perempuan yang ditemukan dalam sarang serigala di India, juga inempunyai

sifat.sjfat seperti tersebut di atas.

14
1. Hubungan manusia dan kebudayaan.

Dipandang dan sudut antropologi, manusia dapat ditinjau dan 2 segi,.yaitu:

 manusia sebagai makhluk biologi

 manusia sebagai makhluk sosio-budaya.

Sebagai makhluk biologi, manusia dipelajari dalam ilmu biologi atau anatomi; dan sebagai

makhluk sosio-budaya manusia dipelajari dalam antropologi budaya. Antropologi budaya

menyelidiki eIuruh cara hidup manusia, bagaimana manusia dengan akal budinya dan

struktur fisiknya dalam mengubah Iingkungan berdasarkan pengalamannya. Juga memahami

dan melukiskan kebudayaan yang terdapat dalam masyarakat manusia.Akhirnya terdapat

konsepsi tentang kebudayaan manusia yang menganalisa masalah-masajah hidup sosial-

kebudayaan manusia. Konsepsi tersebut ternyata mernberi gambaran kepada kita bahwasanya

hanya manusialah yang mampu berkebudayaan. Sedang pada hewan tidak memiliki

kernampuan tersebut. Mengapa hanya manusia saja yang memiiki kebudayaan? Hal mi

dikarenakan manusia dapat belajar dan dapat memahami bahasa, yang semuanya itu

bersumber pada akal manusia.

Kesimpulannya: bahwa manusialah yang dapat menghasilkan kebudayaan, dan sebaliknya

tidak ada kebudayaan tanp adanya manusia.

2. Hubungan masyarakat dengan kebudayaan

Masyarakat adalah kumpulan manusia yang hidup dalam suatu daerah tertentu, yang

telah tukup lama, dan mempunyai aturan-aturan yang mangatur mereka, untuk menuju

kepada tujuan yang sama. Dalam masyarakat tersebut manusia selalu memperoleh kecakapan,

pengetahuan-pengetahuan baru, sehingga penimbunan (petandon) itu dalam keadaan yang

sehat dan selalu bertambah isinya. Memang kebudayaan itu bersifat komulatif, bertimbun.

Dapat diibaratkan, manusia adalah sumber kebudayaan, dan masyarakat adalah satu dunia

besar, ke mana air dan sumber-sumber itu mengalir dan tertampung. Manusia mengangsu

15
(mengambil) air dan danau itu. Malta dapatlah dikatakan manusia itu “mengangsu apikulan

wanih” (ambil air berpikulan air). Sehingga tidaklah habis air dalam danau itu, melainkan

bertambah banyak karena selalu ditambah oleh orang yang mengambil air tadi. Jadi erat

sekali hubungan antara masyarakat dengan kebudayaan. Kebudayaan tak mungkin timbul

tanpa adanya masyarakat dan eksistensi masyarakat itu hanya dapat dimungkinkan oleh

adanya kebudayaan.

3. Hubungan manusia, masyarakat dan kebudayaan.

Dengan melihat uraian tersebut di atas, malta ternyata, hahwa manusia, masyanakat

dan kebudayaan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dalam artinya yang

utuh. Karena kepada ketiga unsur inilah kehidupan makhluk sosial berlangsung.

Masyarakat tidak dapat dipisahkan danipada manusia karena hanya manusia saja yang hidup

bermasyarakat. Yaitu hidup bersama-sama dengan manusia lain dan saling memandang

sebagai penanggung kewajiban dan hak. Sebaliknya manusia pun tidak dapat dipisahkan dan

masyarakat. Seorang manusia yang tidak pernah mengalami hidup bermasyarakat, tidak dapat

menunaikan bakat-bakat kemanusiaannya yaitu mencapai kebudayaa. Dengan kata lain di

mana orang hidup bermasyarakat, pasti akan tirnbul kebudayaan.

Dengan adanya kebudayaan di dalam masyarakat itu adalah sebagai bantuan yang besar

sekali pada individu-individu, baik daxi sejak permulaan adanya masyarakat sampai kini, di

dalam melatih dirinya memperoleh dunianya yang baru. Dan setiap generasi manusia, tidak

lagi memulai dan rnenggali yang baru, tetapi menyempurnakan bahan-bahan lama menjadi

yang barü dengan berbagai macam cara. Kemudian sebagai anggota generasi yang baru itu

telah menjadi kewajiban meneruskan ke generasi selanjutnya segala apa yang mereka telah

pelajari dan masa yang lampau dan apa yang mereka sendiri telah tambahkan pada

keseluruhan aspek kebudayaan itu.

Setiap kebudayaan adalab sebagai jalan atau arah di dalam bertindak dan berpikir,

16
sehubungan dengan pengalaman-pengalaman yang fundamental, dan sebab itulah

kebudayaan itu tak dapat dilepaskan dengan individu dan masyarakat.

Karena pengertian kebudayaan itu arnat luas, maka Koentjaraningrat merumuskan

bahwa sedikitnya ada 3 wujud kebudayaan

Wujud ide, gagasan, nilai-nilai, norma, peraturan.

Wujud kelakuan berpola dan manusia dalam masyarakat

Wujud benda-benda hasil karya manusia (Koentjaraningrat, 1974).

Ketiga wujud kebudayaafl di atas, apabila dirinci secara khusuS ke dalam unsur-uflSUrflYa,

maka kebudayaafl itu sedikitnya ada 7 unsur

1) Sistem religi dan upacara keagamaafl

2) Sistem dan organisasi kemasyarakatai1

3) Sistem pengetahuan

4) Bahasa

5) Kesenian

6) Sistem mata pencarlan hidup

7) Sistem teknologi dan peralatan (Koentiaraflingrat, 1974).

Wujud kebudaYaafl di atas mempunyai kegunaan yang sangat besar bagi manusia dan

masyarakat. Kebudayaan yang merupakan hasil karya, nasa dan cipta masyarakat dapat

digunakan untuk ehndungi manusia dan ancamall atau bencana alam. Di samping itu

kebudayaan dapat dipergunakan untuk mengatur hubungan dan sebagai wadah segenap

manusia sebagai anggota masyarakat. Kemudian, tanpa kebudayaan, manusia tidak bisa

membentuk peradaban seperti apa yang kita punyai sekarang mi.

4. Pranata-Pranata dan Institusionalisasi

Pranata (lembaga kemasyarakatan) merupakan terjemahan langsung dan istilah asing

“Social Institution” karena pengertian lembaga lebih menunjuk pada suatu bentuk dan

17
sekaligus juga mengandung pengertiaflPengertn yang abstrak perihal adanya normaflOrma

dan peratUraflPeratmn tertentU.

penterjemahafl istilah social institution ke dalam jstjlah Indonesia, pant sanjana belum ada

kata sepakat sehingga ada yang menterjemahkan dengan istilah “pranata sosial” karena

dianggap sebagai pengatur perikelakuan masyarakat. Ada juga yang memberi istilah

“bangunan sosial” yang mungkin merupakan terjemahan dan istilah “Soziale-Gebilde”.

1. Proses pertumbuhan lembaga kemasyarakatan

Norma-norma dalam masyarakat berguna untuk mengatur hubungan antar manusia di

dalam masyarakat agar terlaksana sebagaimana yang mereka harapkan. Mula-mula norma-

norma tersebut terbentuk secara tidak disengaja, namun lama kelamaan norma-norma

tersebut dibentuk secara sadar. Misalnya perihal perjanjian tertulis atau yang menyangkut

pinjam meminjam uang yang dahulu tidak pernah di1aki.kan. Norma- norma yang ada dalam

masyarakat itu mempunyai kekuatan mengikat yang berbeda-beda, ada norma yang lemah,

yang sedang sampai yang terkuat daya pengikatnya, di mana anggotaanggota masyarakat

pada umumnya tidak berani melanggarnya.

Untuk dapat membedakan kekuatan mengikat daripada norma-norma tersebut maka secara

sosiologis dikenal adanya em pat pengertian

Cara (usage)

Kebiasaan (folkways)

Tata kelakuan (mores)

Adat istiadat (custom).

Keempat pengertian tersebut di atas merupakan norma- norma kemasyarakatan yang

memberikan petunjuk bakat yang berupa perintah atau larangan yang bersifat mengikat dan

memaksa untuk dilaksanakannya.

2. Pranata sosial dan peranannya

18
Bilamana manusia menciptakan asosiasi, maka mereka juga menciptakan peraturan-

peraturan dan caracara untuk mengatur pelaksanaan kepentingan anggota-anggotanya satu

sama lain. Bentuk aturan-atUran inilah yang disebut institusi (lembaga), yang berbeda dengan

asosiasi. Misalnya : keluarga termasuk asosiasi, tetapi sistem mengatur pewarisan,

perkawinan disebut Institusi. Setiap asosiasi yang sehubungan dengan kepentingan khusus

tentu mempunyai institusi yang khusus pula. Contoh:

Keluarga : mempunyal lembaga (institusi) khusus, misalnya perkawinan, warisan dan lain-

lain.

Negara mempunyai 1ernbagaIembaga yang khusus pula seperti : bentuk pemerintahan

yang berbentuk parlementer atau presindensiaI prosedur perundangundangan dan lain- lain.

Serikat Buruh juga mempunyai lembagalembaga yang khusus seperti : pemogokan,

persetuiuafl kolektif dan lain- lain.

Ketiganya termasuk dalam asosiasi, bukan institusi. Jadi kita merupakan bagian

daripada keluarga dan bukan bagian dad perkawinan.

Kadang-kadang memang timbul kekacauanl antara institusi dan asosiasi karena istilah yang

sama dengan itu dapat berarti salah satu dan padanya. Misalnya: kita sukar untuk menentukan

kedudukan rumah sakit, parlemen, penjara, perguruafl tinggi dan sebagainya.

(1) Bila kita memikirkan hospital sebagai suatu gedung untuk orang-orang sakit, sistem

pengobatan, badan yang didirikan oleh pemerintawpartike r untuk memenuhi

kebutuhankebutuhan sosial tertentu, maka dia adalah suatu institusi. Tetapi dapat juga kita

lihat rumah sakit itu sebagai asosiasi, yaitu kalau kita melihatnya sebagai suatu kumpulan dan

dokter-dokter, juru rawat dan pelayan.

Jadi kalau kita mernandangnya sebagai suatu group yang terorganiSir, maka ia adalah suatu

asosiasi. Dan kalau kita mernandangflya sebagai bentuk prosedur, maka dia adalah institusi.

Asosiasi menunjukkan keanggotaafl, sedang instituSi menunjukkarl cara berbuat.

19
(2) Bila kita memandang sebuah perguruan tinggi sebagai suatu badan yang terdiri dan guru-

guru dan mahasiswanya maka kita melihat aspek asosiasinya. Sedang kalau kita

memandangnya sebagai suatu sistem pendidikan, maka kita melihat sifat kelembagaannya.

Jadi tegasnya : Lembaga lebih banyak dinyatakan oleh adanya tata cara. Sedang

persekutuan/asosiasi lebih banyak dinyatakan oleh adanya kepentingan.

Cara-cara mempelajari institusi

Pada umumnya dalam mempelajari institusi ada 3 macam yang dapat digunakan secara send

in atau bersama-sama dengan yang lain

(1) Analisis kesejarahan (historical analitic).

Yaitu berusaha untuk menyelidiki pertumbühan dan perkembangannya di dalam

waktu/usianya, Atau dengan kata lain : menyelidiki sejarah perkembangan suatu lembaga.

(2) Analisis komparatif (comparative analitic)

Yaitu analisis yang meliputi penyelidikan institusi dalam masyarakat yang berlainan. Pada

pokoknya membanding-bandingkan macam-macam institusi itu di dalam berbagaibagai

masyarakat.

(3) Pendekatan fungsional (functional approach)

Yaitu menyelidiki hubungan-hubungan fungsional antara berbagai institution approach, mi

seringkali menyangkut analisis kesejahteraan dan sering-sering juga menggunakan

penyelidikan secara komparatif, misalnya: studi terhadap perkawinan harus meliputi

hubungan antara perkawinan dan lembagalembaga hukum, kinship (kekerabatan), keagamaan

dan sebagainya.

Istilah Institution dan Institute

asing dan pranata adalah institution, tetapi pemakaian istilah mi membutuhkan

perhatian yang khusus. Institution mempunyai arti yang berbeda dengan institute.

institute berarti badan orgarlisasi yang bertujuan memenuhi suatu kebutuhan dalam berbagai

20
lapangan kehidupan masyarakat. Demikian rnisalnya penyelidikan sebagai suatu aktivitas

ilmiah disebut: institution, tetapi suatu badan untuk mengorganisasi penyeiidikan ihniah

dalam lapangan ekononhi disebut institute.

Macam-macam lembaga sosial.

Dr. Koentj araningrat membagi lembaga sosial/prantapranata kemasyarakatan menjadi

8 macam Pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan kehidupan kekerabatan (kinship) atau

domestic insitutions. Contoh : pelarnaran, perkawiflan, keluarga, pengasuhan anak dan lain-

lain.

Pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan manusia untuk mata pencaharian hidup

(economic institutions), misalnya: pertanian, peternakan, perburuhan, industri dan

sebagainya. Pranata yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan ilmiah manusia (scientific

institutions). Contoh : metodik ilmiah, penelitian, pendidikan ilmiah dan lain-lain.

Pranata yang bertujuan meménuhi kebutuhan pendidikan (educational institutions). Contoh :

TK, SD, SMP, SMA, pondok pesantren dan lain-lain.

Pranata yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan ilmiah, menyatakan rasa

keindahan dan rekreasi (aesthetic and recreational institutions) Misalnya : seni rupa, seni

suara, seni drama dan lain-lain. Pranata yang bertujuan rnemenuhi kebutuhan manusia untuk

berhubungan dengan Tuhan atau alam gaib (religius institutions). Contoh gereja, masjid, doa,

kenduri dan lain-lain. Pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan manusja Untuk mengatur

kehidupan berkelompok atau bernegara (political institutions). Contoh : pemerintahan,

demokrasi, kehakiman, kepartaian, kepolisian, dan lain-lain.

Pranata yang bertujuan mengurus kebutuhan jasmaniah manusia (cosmetic

institutions). Contoh pemeliharaan kecantikan, kesehatan, kedokteran, dan lain-lain.

3. Inslitusionalisasi (Pelembagaan)

Dalam perkembangan masyarakat dan kebudayaan, kita mengenal pranata sosial atau

21
lembaga kemasyarakatan, misalnya : lembaga kekeiuargaan, ekonomi, penclidikan, ilmiah,

keindahan dan rekreasi, keagarnaan, pemerintahan, dan kesehatan jasmaniah. Adanya

lembaga-lembaga tersebut dimaksudkan untuk memenuhi berbagai keperluan pokok dan

kehidupan manusia. Lembaga-lembaga itu ada di dalam setiap rnasyarakat tanpa

memperdulikan apakah masyaràkat tersebut memp nyai taraf kebudayaan sederhana atau

modern.

Lembaga tersebut stabil, sah dan sudah diakui oleh masyarakat. Tapi di pihak lain ada

juga individu atau kelompok yang melakukan aksi-aksi pembaruan yang dipimpin oleh

pejuang-pejuang revolusioner, yang belum sah dan belum diakui masyarakat, tetapi

barangkali akan diakui juga dan mengenal perkembangan institusi (lembaga) di kelak

kemudian hari. Proses perkembangan lembaga-lembaga dinamakan institusionalisasi

(pelembagaan) dan proses mi terjadi bilamanasesuatu kelompok memutuskan bahwa

seperangkat norma, nilaini lai dan peranan tertentu dianggap sangat penting bagi

kelangsungan hidupnya, sehingga diminta agar para anggota masyarakat tersebut

mematuhinya.

Proses-proses di atas sepanjang mengenai soal-soal kebutuhan penting dan sepanjang

melahirkan sistein yang stabil dan universal, kita namakan lembaga-lembaga.

Cohen (1.983) rnenyatakan bahwa institusionalisasi adalab perkembangan sistem

yang teratur dan norma-norma, perananperanan yang ditetapkan dan diterima oleh

masyarakat. Loomis (1960) menyatakan bahwa proses institusionalisasi menyangkut semua

unsur dan proses sosial yang ada maka untuk normalah dianggap lebih penting (utama),

Soejono Soekanto (1983) menyatakan bahwa institusionalisasi (pelembagaan) adalah proses

di mana unsur norma menjadi bagian dan suatu lembaga. Demikian, bahwa unsur norma

merupakan unsur yang paling dasar dan suatu lembaga. Norma mempunyai hubungan yang

erat dengan unsur sistem sosial lainnya, norma mempengaruhi rangkaian pemilihan tujuan,

22
status-peranan (kedudukan), sanksi dan fasilitas dalam mencapai suatu tujuan. Misalnya:

kekuasaan pada seseorang diatur oleh norma yang ada; berdasarkan norma itu orang

memberikan kesan positif atau negatif terhadap perilaku seseorang.

Berdasarkan uraian di atas dapatlah dikemukakan bahwa institusionalisasi belum

merniliki unsur-unsur sistem sosial yang sempurna sebagaimana terdapat di dalam institusi

(lembaga); akan tetapi institusionalisasi baru merupakan tahaptahap menuju perkembangan

sistem yang teratur dan sistem sosial dan diterima oleh masyarakat.

Suatu perkumpulan baru dinyatakan sebagai institusi (lembaga) bila di dalarnnya ada unsur-

unsur sistem sosial yang teratur, seperti yang telah dikemukakan oleh Loomis (1960) sebagai

benikut

Kepercayaan

Sentimen

Tujuan

Norma

Status peranan (kedudukan)

Ranking

Power

Sanksi

Fasilitas.

Sedangkan dilihat dan segi prosesnya, ialah suatu bentuk

aktivitas-aktivitas yang meliputi

Adanya komunikasi

Adanya pemeliharaan batas-batas

Adanya hubungan system

Adanya sosialisasi

23
Adanya kontrol social

Adanya institusionalisasi (pelembagaan). (Loomis, 1960).

Suatu kelaziman yang hidup, bisa saja bahwa suatu lembaga menjadi tidak lembaga

lagi, apabila orang-orang yang ada di dalam lembaga itu tidak mematuhi norma atau

peraturan-peraturan yang telah dibuat dan disepakati bersama oleh semua anggota-anggota.

Dernikian, bah wa institusionalisasi pada hakikatnya merupakan proses yang meliputi pula

pelembagaan kembali (reinstitutionalization), di m ana lembaga-lembaga lama runtuh dan

diganti lembaga-lembaga baru, atau simbulsimbulnya tetap dipertahankan dan diteruskan,

tetapi isinya baru.

24
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan terhadap Penduduk, Masyarakat dan Kebudayaan diatas, sehingga


kiranya diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Yang dinamakan penduduk berarti sekumpulan manusia yang menempati wilayah


geografi dan ruang tertentu.

2. Sedangkan masyarakat merupakan sekumpulan penduduk yang saling berinteraksi


dalam suatu wilayah tertentu dan terikat oleh peraturan –peraturan yang berlaku di
dalam wilayah tersebut.

3. Kebudayaan adalah semua hasil dari  karya, rasa dan cipta masyarakat.
4. Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan, yang
diperlukan manusia untuk menguasa alam sekitarnya, agar kekuatan serta hasilnya
dapat diabdikan untuk kepntingan masyarakat.
5. Budaya yang kuat apabila pemerintah dan seluruh masyarakat merasa memiliki
daerahnya tanpa ada indikasi sebuah perbedaan baik suku, agama dan darimana dia
berasal.
B. Saran

Sebagai seorang pemula, kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun. Karena saran
dan kritik itu akan bermanfaat bagi kami untuk memperbaiki atau memperdalam kajian
ini.

25
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Taufik. Pemuda dan Perubahan Sosial. Jakarta:

LP3ES, 1974.

Alfian. Pemikiran dan Perubahan Politik Indonesia. Jakarta:

Gramedia, 1978.

Azka Mufida. 2017. Makalah Penduduk, Masyarakat dan Kebudayaan di


https://www.academia.edu/37325102/ISBD_Penduduk_Masyarakat_dan_Kebudayaan (di
akses 01 Maret 2020)

26

Anda mungkin juga menyukai