PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Karakteristik khusus yang tidak dimiliki anak biasanya diartikan untuk anak yang
berkebutuhan khusus. Menurut Delphie (2006) “Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
merupakan istilah lain untuk menggantikan Anak Luar Biasa (ALB) yang menandakan
kelainan khusus.” Baik ABK atau ALB adalah mereka yang membutuhkan penanganan
khusus dalam kesehariannya ataupun dalam memaksimalkan berbagai potensi yang
dimiliki. Macam–macam ABK dapat digolongkan menjadi beberapa jenis diantaranya
yaitu retardasi mental, kesulitan belajar, gangguan emosi, gangguan bicara, pendengaran,
penglihatan, fisik dan juga anak berbakat. Namun berbagai karakteristik dan hambatan
yang dimiliki ABK bukan menjadi dasar pemikiran bahwa mereka tidak memiliki potensi
seperti minat dan bakat pada bidang tertentu. Bahkan terdapat semboyan hidup yang
sering dikatakan bahwa “setiap orang memiliki bakatnya masing–masing”, yang searah
dengan teoritukus humanistik juga menyatakan “setiap manusia memiliki serangkaian
perangai dan bakat–bakat yang mendasari perasaan dan kebutuhan individual serta
memberikan perspektif yang unik dalam hidup kita”. (Desmita, 2009:270). Sama halnya
dengan ABK, mereka pada dasarnya mereka juga sama seperti individu anak lain, mereka
juga memiliki hak sama untuk dapat sukses dan berkembang dalam hidupnya dengan
berbagai minat dan bakat yang mungkin banyak orang lain tidak miliki.Terdapat beberapa
bukti nyata yang menunjukkan bahwa sesungguhnya dibalik orang yang memiliki
kebutuhan khusus mereka juga memiliki minat dan bakat yang setelah dikembangkan
mampu menjadikan hidupnya menjadi lebih baik atau sukses. Seperti tokoh ternama
Helen Keller yang memiliki kekurangan pada penglihatan dan pendengaran namun dia
berhasil menjadi seorang penulis, aktivis politik, dan dosen Amerika, serta sempat
mendapatkan berbagai penghargaan dari hasil karyanya berkat bantuan gurunya yang
selalu membimbingnya. Bukti lain yang ada di sekitar kita khususnya di Indonesia sendiri
juga dapat dikuatkan dengan pengalaman Chatib (2014:60) yang memiliki anak dengan
kelemahan discalculia atau kesulitan dalam menghitung namun berhasil menjadikan
anaknya terampil dalam menghasilkan berbagai puisi melalui pembinaan strategi
Multiple Intelligence yang dilakukannya untuk mencari tahu berbagai kecerdasan yang
dimiliki setiap anak yang mungkin dianggap memiliki kekurangan. Pengalaman ini
menunjukan bahwa setiap orang memiliki potensi bakat masing–masing yang ada dalam
dirinya bahkan apabila orang tersebut adalah seorang yang bodoh sekalipun mereka tetap
dapat bertahan hidup atau sukses karena bakat yang dimilikinya, dengan kata lain dapat
dinyatakan bahwa seseorang dapat bertahan hidup tidak hanya dilihat berdasarkan
kemampuan integensi saja melaikan juga melalui kemapuan non-integensi seperti minat,
bakat atau kretivitas seseorang tersebut. Hal ini sekaligus menunjukan bahwa sangat
penting adanya penanganan pada ABK dalam membantu mengembangkan berbagai
minat serta bakat yang dimiliki mereka, karena apabila hal ini tidak ditangani baik oleh
orang yang ada disekitar mereka maka dapat dibayangkan berbagai potensi yang mungkin
nantinya dapat menjadi jalan bagi mereka mampu bertahan dalam hidup akan hilang
dengan sendirinya. Padahal seperti yang diketahui ABK memiliki tantangan untuk dapat
berjuang dalam hidup yang lebih berat dari orang lainnya dan hal tersebut akan lebih
berat lagi apabila tidak adanya potensi diri seperti minat dan bakat yang mampu
menopang hidupnya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengembangan potensi bakat dan minat anak tunarungu?
2. Bagaimana pengembangan potensi bakat dan minat anak tunanetra?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengembangan potensi bakat dan minat anak tunarungu
2. Untik mengetahui pengembangan potensi bakat dan minat anak tunanetra
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Tunarungu
Tunarungu dapat diartikan sebagai suatu keadaan kehilangan pendengaran yang
mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap berbagai rangsangan, terutama melalui
indra pendengarannya.
Andreas Dwidjosumarto (dalam Al-Khakim, 2015) mengemukakan bahwa
Tunarungu adalah seseorang yang tidak atau kurang mampu mendengar suara dikatakan
tunarungu. Mufti Salim (dalam Al-Khakim, 2015) menyimpulkan bahwa anak tunarungu
adalah anak yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar yang
disebabkan oleh kerusakan atau tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat
pendengaran sehingga ia mengalami hambatan dalam perkembangan bahasanya,
Memperhatikan batasan-batasan diatas, dapatlah ditarik kesimpulan bahwa tunarungu
adalah mereka yang kehilangan pendengaran baik sebagian (hard of hearing) maupun
seluruhnya (deaf) yang menyebabkan pendengarannya tidak memiliki nilai fungsional
didalam kehidupan sehari-hari.
1. Faktor penyebab Tunarungu
a. Faktor Keturunan (Heredity)
b. Faktor Ibu yang terkena Rubella (Maternal Rubella)
c. Ketidaksesuaian antara Darah Ibu dan Anak
d. Meningitis (Radang Selaput Otak)
e. Prematuritas
2. Ciri-ciri Tunarungu
a. Ciri-Ciri Fisik Anak Tunarungu
1) Cara berjalan anak kaku dan membungkuk disebabkan karena
terganggunya alat pendengaran.
2) Gerakan mata cepat dan agak beringas menunjukkan bahwa anak ingin
menangkap keadaan yang ada di sekitarnya.
3) Gerakan kaki dan tangannya sangat cepat atau kidal tampak pada saat
berkomunikasi dengan gerak/bahasa isyarat.
4) Pernafasannya pendek dan agak terganggu.
b. Ciri-Ciri Intelegensi Anak Tunarungu
Intelegensi anak tunarungu umumnya seperti anak normal namun karena tingkat
kemampuan bahasa, keterbatasan informasi dan daya abstraksi yang
mengakibatkan menghambatnya proses pencapaian yang lebih luas. Maksudya
karena memiliki keterbatasan dalam kemampuan berbahasa maka anak lebih
sulit untuk memahami sesuatu.
c. Ciri-Ciri Sosial Anak Tunarungu
1) Merasa rendah diri dan merasa diasingkan dari keluarga dan masyarakat.
2) Merasa diperlakukan tidak adil oleh orang-orang disekitarnya.
3) Pergaulan terbatas antara sesama tunarungu.
4) Memiliki sifat egosentris melebihi anak normal.
d. Ciri-Ciri Emosi Anak Tunarungu
1) Mudah marah dan mudah tersinggung.
2) Merasa takut pada lingkungan sekitar sehingga anak merasa was-was atau
kuatir.
3. Perilaku Tunarungu
Kepribadian pada dasarnya merupakan keseluruan sifat dan sikap pada sesorang
yang menentukan cara-cara yang unik dalam penyesuain dengan lingkungan, oleh
karena itu banyak para ahli berpendapat perlu diperhatikannya masalah penyesuain
seseorang agar dapat mengetahu bagaimana kepribadiannya, perlu kita perhatikan
bagaimana penyesuaian diri mereka. Perkembangan kepribadian banyak ditentukan
oleh hubungan antara anak dan orangtua terutama ibunya, lebih-lebih pada masa
awal perkembangannya, perkembangan kepribadian terjadi dalam pergaulan atau
perluasan pengalaman pada umunya diarahkan pada faktor anka sendiri, pertemuan
anatara faktor-faktor dalam diri anak tunarungu, yaitu ketidakmampuan menerima
rangsangan pendengaran, kemiskinan berbahasa, ketidaktetapan emosi, dan dan
keterbatasan inteligensi dihubungkan dengan sikap sikap lingkungan terhadapnya
menghambat perkembangan kepribadiannya. Intelegensi anak tunarungu umumnya
seperti anak normal namun karena tingkat kemampuan bahasa, keterbatasan
informasi dan daya abstraksi yang mengakibatkan menghambatnya proses
pencapaian yang lebih luas. Maksudya karena memiliki keterbatasan dalam
kemampuan berbahasa maka anak lebih sulit untuk memahami sesuatu.
Setiap anak mempunyai minat dan bakat yang berbeda antara yang satu dengan yang
lainnya, tidak menutup kemungkinan anak tuna rungu. Anak tunarungu pasti mempunyai
minat dan bakat yang terpendam didalam dirinya. Minat dan bakat anak- anak tunarungu
perlu digali, ditemukan, dilatih, dan dikembangkan. Hal ini karena mereka tidak
memahami kemampuan yang mereka miliki. Mereka merasa bahwa dirinya adalah anak
cacat yang tidak mempunyai potensi yang bisa dibanggakan. Mereka merasa bahwa
dalam diri mereka terdapat keterbatasan kemampuan, maka mereka cenderung merasa
pesimis, bimbang, ragu, minder, tidak percaya diri, dan terisolasi dari anak- anak normal
lainnya. Akibatnya, sifat keberbakatan mereka cenderung dianggap tidak ada, kurang
mendapat perhatian, dan akhirnya tidak tersalurkan dengan baik. Pengembangan minat
dan bakat anak tuna rungu adalah proses mengembangkan minat dan bakat anak yang
mengalami gangguan pendengaran, baik yang sudah tampak maupun yang belum tampak.
Gangguan pendengaran yang dimiliki anak tunarungu bukanlah penghambat bagi minat
serta bakat mereka dalam bidang seni ataupun kegiatan keterampilan lainnya karena
kemampuan anak tunarungu dalam bidang selain akademik sangat berguna bagi
perkembangan kepribadian dan sosial anak tunarungu. Beberapa jenis kegiatan
pengembangan bakat minat yang disediakan pihak sekolah bagi anak tunarungu
diantaranya pengembangan diri seni musik, seni tari, tata busana, tataboga, tatarias dan
berbagai keterampilan lainnya.
Dalam pengembangan ini yang harus diperhatikan adalah dari tumbuhnya minat dan
bakat serta menemukenalinya. Dari sini akan diketahui faktor- faktor yang mempengaruhi
perkembangan mereka.
Dalam pengembangan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya dari diri individu
itu sendiri maupun lingkungan. Hal ini sesuai dengan pendekatan empat P, yaitu pribadi
(person), proses, press (dorongan), dan produk. Keempat P ini saling berkaitan satu sama
lain dan sering disebut perumusan dari kreativitas. Keterkaitan ini yaitu “pribadi kreatif
yang melibatkan diri dalam proses kreatif”, dan dengan dukungan dan dorongan (press)
dari lingkungan, menghasilkan produk kreatif. Contohnya dalam olahraga, akademik,
seni ataupun kegiatan keterampilan lainnya. Kemampuan anak tunarungu dalam bidang
selain akademik sangat berguna bagi perkembangan kepribadian dan sosial anak
tunarungu. Kegiatan- kegiatan tersebut membuat anak tunarungu mempunyai rasa
percaya diri ketika berada di lingkungan,kegiatan tersebut juga bermanfaat untuk
mengasah dan menumbuhkan kreativitas anak.
Daftar Pustaka
Al-Khakim, A.R. 2015. Intelegensi, Minat, Bakat Dan Kreativitas eserta Didik Berkebutuhan Khusus
Dalam Proses Perkembangan Dan Pemebelajaran. UHAMKA: Jakarta
Kosasih, E. 2012. Cara Bijak Memahami Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung: Yrama Widya
TANYA JAWAB