Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA

CARA HIDUP DAN BERTOLERANSI SERTA SALING TOLONG MENOLONG


DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT BERDASARKAN SILA-SILA
PANCASILA

Disusun oleh :
Charin partikasari
1307620059
Kimia murni B

Dosen pengampu : Dr. Elisabeth Nugrahaeni P.,M.Si

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA PRODI KIMIA 2020


KATA PENGATAR

Puji syukur kami panjatkan Kepada allah SWT atas anugrah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan penulisan makalah tentang Pancasila Sebagai Ideologi.
Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan Makalah ini selain untuk menyelesaikan tugas
yang diberikan oleh Dosen pengajar, juga untuk lebih memperluas pengetahuan para
mahasiswa khususnya bagi penulis.
Penulis telah berusaha untuk dapat menyusun Makalah ini dengan baik, namun penulis pun
menyadari bahwa kami memiliki akan adanya keterbatasan kami sebagai manusia biasa. Oleh
karena itu jika didapati adanya kesalahan-kesalahan baik dari segi teknik penulisan, maupun
dari isi, maka kami memohon maaf dan kritik
serta saran dari dosen pengajar bahkan semua pembaca sangat diharapkan oleh kami untuk
dapat menyempurnakan makalah ini terlebih juga dalam pengetahuan kita bersama.

Bekasi,14 Oktober 2021

( charin partikasari)
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Manusia diciptakan Tuhan, tidak bisa hidup seorang diri meskipun penuh dengan kecukupan,
oleh sebab itu Tuhan menciptakan pendamping Adam dan Hawa, artinya manusia sebagai
makhluk sosial sangat memerlukan orang lain dalam melakukan interaksi sosial, apakah
dalam bentuk biologis,ekonomi dan kebutuhan lainnya dalam menjalin antara sutu dengan
yang lain. Kecenderungan seperti itu merupakan fitrah kemanusiaan yang ada pada masing-
masing individu manusia.
Oleh sebab itu, untuk mendapatkan kebutuhan sesama sangat diperlukan perbauran antara
manusia. Interaksi sosial bukan sebatas pada kerjasama dalam hubungan sosial sangat
diperlukan dan pengingkaran terhadap kenyataan adalah merupakan penolakan atas
keniscayaan hidup manusia itu sendiri.
Mempelajari pancasila lebih dalam menjadikan kita sadar sebagi bangsa indonesia yang
memiliki jati diri dan harus diwujudkan dalam pergaulan hidup sehari-hari untuk menunjukan
identitas bangsa yang lebih bermatrabat dan berbudaya tinggi.
RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu toleransi dan bagaimana cara hidup rukun dalam pengembangan sikap
toleransi dalam kehidupan masyrakat berdasarkan sila-sila dalam pancisila?
2. Bagaimana tantangan yang dihadapi bangsa dan masyarakat indonesia untuk
menghadapi arus globalisasi dan tetap mempertahankan pancasila sebagai dasar
Negara Republik Indonesia.
TUJUAN
1. Dapat menjelaskan cara hidup rukun sebagai warga negera
2. Agar dapat mengetahui sikap toleransi dalam kehidupan
3. Agar mengetahui tantangan apa saja yang di hadapi bangsa dan masyarakat
menghadapi arus globalisasi.
BAB II
ISI
Istilah Ketuhanan dalam Sila Pertama berasal dari kata Tuhan, yaitu Allah, pencipta segala
yang ada di muka bumi ini termasuk semua mahluk. Yang Maha Esa berarti yang Maha
tunggal, tiada sekutu, Esa dalam zat-Nya, Esa dalam sifat-Nya, Esa dalam Perbuatan-Nya,
artinya bahwa zat Tuhan tidak terdiri dari zat-zat yang banyak lalu menjadi satu, bahwa sifat
Tuhan adalah sempurna, bahwa perbuatan Tuhan tidak dapat disamai oleh siapapun. Jadi ke-
Tuhanan yang maha Esa, mengandung pengertian dan keyakinan adanya Tuhan yang maha
Esa, pencipta alam semesta, beserta isinya. Keyakinan adanya Tuhan yang maha Esa itu
bukanlah suatu dogma atau kepercayaan yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya melalui
akal pikiran, melainkan suatu kepercayaan yang berakar pada pengetahuan yang benar yang
dapat diuji atau dibuktikan melalui kaidah-kaidah logika.
Atas keyakinan yang demikianlah maka Negara Indonesia berdasarkan Ketuhanan yang
Maha Esa, dan Negara memberi jaminan kebebasan kepada setiap penduduk untuk memeluk
agama sesuai dengan keyakinannya dan beribadah menurut agamanya dan kepercayaannya.
Bagi dan di dalam negara Indonesia, tidak boleh ada pertentangan dalam hal ketuhanan yang
maha esa, tidak boleh ada sikap dan perbuatan yang anti ketuhanan yang Maha Esa, dan anti
keagamaan serta tidak boleh ada paksaan agama, dengan kata lain di negara Indonesia tidak
ada paham yang meniadakan Tuhan yang Maha Esa (atheisme).
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa menjamin hak warga negara untuk bebas memeluk agama
sesuai dengan kepercayaan serta melaksanakan ibadah sesuai dengan ajaran agamanya
masing-masing. Sila pertama ini juga menggaris beberapa kewajuban negara untuk:
1) Membina kerja sama dan tolong menolong dengan pemeluk agama lain sesuai dengan
situasi dan kondisi di lingkungan masing-masing.
2) Mengembangkan toleransi antar umat beragama menuju terwujudnya kehidupan yang
selarasi,slaras, dan seimbang; serta
3) Tidak memaksa suatu agama dan kepercayaan kepad orang lain.
Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradap
Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradap menempatkan setiap warga negara pada
kedudukan yang sama dalam hukum serta memiliki hak-hak yang sama untuk mendapatkan
jaminan dan perlindungan hukum. Adapun kewajiban warga negara yang tersirat dalam sila
kedua ini antara lain:
1) Memperlakukan orang lain sesuai harkat dan martabatnya sebagai makhluk ciptaan
Tuhan Yang Maha Esa
2) Mengakui persamaan derajat,hak, dan kewajiban setiap manusia tanpa membeda-
bedakan suku, agama keturunan, jenis kelamin,dsb
3) Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia,tenggang rasa, dan tidak
semena-mena kepada orang lain;serta
4) Melakukan berbagai kegiatan kemanusiaan.
Sila Persatuan Indonesia
Sila Persatuan Indonesia menjamin hak-hak setiap warga negara dalam keberagaman yang
terjadi kepada masyarakat indonesia seperti hak mengembangkan budaya daerah untuk
memperkaya budaya nasional. Sila ketiga mengamanatkan kewajiabn setiap warga negara
untu:
1) Menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau
golongan
2) Sanggup dan rel berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara
3) Mencintai tanah air da bangsa indonsia
4) Mengembangkan persatuan indonesia atas dasar Bhineka Tunggal Ika
5) Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa
Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan
Perwakilan
Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Himat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan
Perwakilan dicerminkan dalam kehiduan pemerintaha,bernegara, dan bermasyarakat yang
demokratis. Sila keempat ini menjamin partisipasi politik warga negara yang diwujudkan
dalam bentuk kebebasan berpendapat dan berorganisasi serta hak berpartisiasi dalam
pemilihan umum. Sila keempat mengamanatkan setiap warga negara untuk:
1) Mengutamakan musyawarah mufakat dalam setiap pengambilan keputusan
2) Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain
3) Memberikan keprcayaan kepada wakil-wakil rakyat yang telah terpilih untuk
melaksanakan musyawarah dan menjalankan sebaik-baiknya.
Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia mengakui hak milik perorangan dan
dilindungi pemanfaatnya oleh negara serta memberikan kesempatan sebesar-besarnya kepda
masyarakat. Sila kelima mengamanatkan setiap warga nrgara untuk:
1) Mengembangkan sikap gotong royong dan kekeluargaandengan masyarakat di
lingkungan sekitar
2) Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum
3) Suka bekerja keras
Tantangan yang dihadapi bangsa dan masyarakat Indonesia untuk menghadapi arus
globalisasi, dengan tetap mempertahankan Pancasila sebagai dasar negara Republik
Indonesia.
Dalam membumikan Pancasila 5 pokok yang menjadi tantangan menurut Anggota BPIP
Romo, 2019 yaitu (1) Pemahaman Pancasila, (2) eksklusivisme sosial yang terkait derasnya
arus globalisasi sehingga mengarah kepada menguatnya kecenderungan politisasi identitas,
dan menguatnya gejala polarisasi dan frgamentasi sosial yang berbasis SARA, (3)
Kesenjangan social, (4) pelembagaan Pancasila di mana lemahnya institusionalisasi nilai-nilai
Pancasila dalam kelembagaan politik, ekonomi dan budaya serta masih lemahnya wawasan
ideologi Pancasila di kalangan penyelenggara Negara, (5) Keteladanan Pancasila.
Keseluruhan ini merupakan pokok yang harus dimiliki warganegara maupun penyelenggara
Negara dalam menghadapi revolusi 4.0.
Dengan adanya revolusi industri 4.0 sehingga tantangan ideologi Pancasila semakin
kompleks dalam mengikuti perkembangan zaman tantangan tidak hanya datang dari ideologi
liberalisme, komunisme, individualisme, atheisme, kapitalisme, dalam kehidupan sosial;
narkoba, terorisme, dan korupis serta kebudayaan global. Tetapi tantangan ideologi Pancasila
juga datang dari segi ekonomi.
Dengan hadirnya revolusi Industri 4.0 memberikan suatu tantangan baru dalam
pengembangan ideologi Pancasila disebabkan Pancasila harus menjalankan fungsinya sebagai
ideologi terbuka, dinamis dan aktual. Banyak tantangan dalam mempertahankan Pancasila
sebagai Ideologi, Pancasila telah membuktikan bahwa Pancasila bukan merupakan milik
golongan tertentu atau representasi dari suku tertentu. Pancasila itu netral dan akan selalu
hidup di segala zaman seperti yang telah dilewati di tahun-tahun sebelumnya.

Dalam menghadapi revolusi 4.0 presiden republik Indonesia Joko widodo sudah membuat
sebuah roadmap yang disebut dengan making Indonesia. Roadmap Making Indonesia 4.0
dalam mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional di era ekonomi digital merupakan arah
dari prinsip-prinsip dasar ekonomi Pancasila. Making Indonesia 4.0 yang bersifat lintas
sektoral yaitu (1) Perbaikan alur aliran barang dan material, (2) Desain ulang zona industri,
(3) Mengakomodasi standar-standar berkelanjutan, (4) Memberdayakan UMKM, (5)
Membangun infrastruktur digital nasional, (6) Menarik minat investasi asing, (7) Peningkatan
kualitas SDM, (8) Pembangunan ekosistem Inovasi, (9) Insentif untuk investasi Teknologi,
dan (10) Harmonisasi aturan kebijakan. (Kemeneterian Peran, 2018 :6-7 ). Keseluruhan
roadmap atau yang dikenal dengan Making Indonesia dalam menghadapi revolusi 4.0 harus
mengedepankan kepada asas-asas ideologi Pancasila, dengan mengedepankan kepada sisi
humanisme berasaskan kepada keadilan social bagi seluruh warga Negara Indonesia.
Sehingga terbentuk lah suatu kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sepuluh strategi perioritas nasional dalam making 4.0 tersebut haruslah diletakkan pada
peningkatan harkat martabat serta kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Jika hal ini
berjalan efektif dalam membangun sistem ekonomi berbasis kesejahteraan rakyat, maka hal
ini yang disebut oleh Moh Hatta adalah merupakan pilar sistem ekonomi Indonesia yang
memang dicita-citakan oleh Pancasila dan UUD 1945. Kebijaksanaan ekonomi dalam
mengejar pertumbuhan ekonomi idealnya harus linear dengan prinsip peningkatan nilai
kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Pancasila dalam ekonomi lebih bersifat
humanistic yang berdasarkan pada tujuan demi kesejahteraan rakyat Indonesia seluas-
luasnya. Pengembangan ekonomi digital dalam 4.0 saat ini tentunya dapat memberikan akses
bagi masyarakat Indonesia, terutama pada daerah perbatasan, daerah pulau terluar, daerah
pesisir dan pedesaan yang sampai saat ini masih butuh perhatian serius. Momentum 73 tahun
hari lahirnya Pancasila menjadi refleksi dan evaluasi bersama bagi semua lapisan masyarakat
dan para pengambil kebijakan, untuk tetap menjaga eksistensi Pancasila pada ruang gerak
pemikiran serta tindakan untuk melakukan rekontruksi nilai-nilai Pancasila dalam persiapan
menghadapi tantangan ekonomi digital dalam 4.0 saat ini. Semoga dengan proses rekontruksi
nilai-nilai Pancasila pada tantangan ekonomi digital saat ini cita-cita untuk kemajuan bangsa
dan negara, serta kesejahteraan bagi seluruh masyarakat Indonesia dapat terwujud sesuai apa
yang telah dicita-citakan bersama. (LiaKian. 2018). Revolusi industri 4.0 lebih
mengedepankan dengan penggunaan siber-fisik dan kolaborasi manufaktur. Sehingga
perlunya sebuah jaringan data/internet yang memadai dalam menjalankan making Indonesia.
Kehadiran internet di era revolusi industri 4.0 telah merubah banyak hal. Salah satunya
adalah perkembangan internet sendiri yang berevolusi dari tahun ke tahun. Seperti yang telah
kita ketahui, bahwa dulunya internet sebatas digunakan sebagai media informasi dan berkirim
pesan singkat, namun seiring berkembanganya waktu, internet telah berubah menjadi Internet
of Things (IoT).
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Kesimpulan perwujudan sikap toleransi diatas jika dilihat dari contoh perwujudan sikap
toleransi di berbagai kehidupan sangat diperlukan upaya meningkatkan sikap toleransi
dimana sikap ini sekarang sedikit sulit ditemukan, kalau dtidak mulai dati kita lalu siapa?
Dari hasil dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwa tantangan dan penguatan ideologi
Pancasila dalam menghadapi revolusi industri 4.0 ialah (1) Membumikan Pancasila dalam
perkembangan revolusi 4.0. dengan cara, meningkatkan Pemahaman Pancasila, mengurangi
eksklusivisme sosial, mengurangi kesenjangan sosial, meningkatkan wawasan Pancasila bagi
penyelenggara Negara serta menjadikan Pancasila sebagai keteladanan dalam menghadapi
revolusi industri 4.0, (2) Penguatan Pancasila dalam menghadapi revolusi industri 4.0 adalah
dengan meningkatkan Sumber daya manusia Indonesia yang unggul sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila, (3) Mempertahankan eksistensi Pancasila sebagai Ideologi Negara Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Nurul Fadilah 2019. Journal of Digital Education, Communication, and Arts. TANTANGAN
DAN PENGUATAN IDEOLOGI PANCASILA DALAM MENGHADAPI ERA REVOLUSI INDUSTRI
4.0. Vol. 2, No. 2, September 2019, 66-78
Buku paket Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan kelas XII . Muhammad
Taupan,S.Pd. Bandung

Anda mungkin juga menyukai