Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

STRATEGI PEMBELAJARAN EKONOMI

Strategi Pembelajaran Kooperatif

DOSEN PENGAMPU:

Novia Sri Dwijayanti S.Pd., M.Pd.

DISUSUN OLEH:

1. WIJI (A1A119014)
2. MEGA PUTRI AULIA (A1A119015)
3. MEGA YANTI (A1A119065)
4. DENIA BR TARIGAN (A1A119081)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

2021
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF” Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan
makalah ini berkat bantuan dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak.

Untuk itu dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan karya tulis ini. Penulis
menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari
materi maupun cara penulisannya.

Namun demikian, penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan
yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, penulis dengan rendah hati
dan dengan tangan terbuka menerima masukan, saran, serta usul guna penyempurnaan karya tulis
ini. Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.

Jambi, September 2021

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................................. 1


DAFTAR ISI................................................................................................................................................ 2
BAB I ............................................................................................................................................................ 3
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 3
1.1. Latar Belakang ............................................................................................................................ 3
1.2. Rumusan Masalah ...................................................................................................................... 3
1.3. Tujuan .......................................................................................................................................... 4
BAB II .......................................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN .......................................................................................................................................... 5
1.1. Pengertian Strategi Pembelajaran Kooperatif ......................................................................... 5
1.2. Prinsip Dasar Dan Ciri-Ciri Model Pembelajaran Kooperatif .............................................. 6
1.3. Teori-Teori Pendukung Model Pembelajaran Kooperatif ...................................................... 7
1.4. Langkah- langkah Pembelajaran Kooperatif......................................................................... 12
1.5. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif........................................................... 16
1.6. Macam/Jenis Pembelajaran Kooperatif ................................................................................. 19
BAB III....................................................................................................................................................... 21
PENUTUP .................................................................................................................................................. 21
Kesimpulan ............................................................................................................................................ 21
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................ 22

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Berbicara mengenai proses belajar dan pembelajaran tentu tidak akan pernah ada
habisnya. Bagaimana pun proses belajar akan terjadi secara kontinu dari masa ke masa.
Proses belajar mengajar yang tidak bisa dianggap gampang nyatanya memerlukan
komponen-komponen yang saling terkait di dalamnya. seperti interaksi antara guru dan
murid, sarana prasarana, administrasi, dan yang tidak kalah penting adalah model
pembelajaran. Lestari (2012:3) menyatakan bahwa model pembelajaran adalah bentuk
pembelajaran yang menggambarkan proses pembelajaran dari awal sampai akhir yang
disajikan secara khas oleh guru di kelas. Dalam model pembelajaran terdapat pendekatan dan
metode yang diterapkan. Melalui model pembelajaran guru dapat membantu peserta didik
dalam mendapatkan informasi, ide, ketrampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan ide.
Model pembelajaran merupakan landasan aspek penting dalam keberhasilan pembelajaran.

Kekurangaktifan siswa yang terlibat dalam proses pembelajaran dapat terjadi karena
model pembelajaran yang digunakan kurang melibatkan siswa secara langsung. Pembelajaran
di kelas masih banyak didominasi oleh guru sehingga kurang membangun persepsi, minat
dan sikap siswa yang lebih baik (Uyun, 2009:10). Model pembelajaran yang digunakan guru
sangat berpengaruh dalam menciptakan situasi belajar yang benar-benar menyenangkan dan
mendukung kelancaran proses belajar mengajar, serta sangat membantu dalam pencapaian
prestasi belajar yang memuaskan. Banyaknya tawaran metode pembelajaran yang beredar
kini membuat guru sulit menentukan metode pembelajaran seperti apakah yang layak
diimplementasikan dalam pembelajarannya. Seperti dalam makalah ini yang akan membahas
tentang strategi pembelajaran kooperatif, di dalam pembelajaran kooperatif ini pun akan ada
macam-macam pembagian metode pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif, salah
satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis. Cooperative
learning merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil
yang tingkat kemampuannya berbeda.

1.2.Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengertian strategi pembelajaran kooperatif?


2. Bagaimana Prinsip Dasar Dan Ciri-Ciri Model Pembelajaran Kooperatif?
3. Bagaimana Teori-Teori Pendukung Model Pembelajaran Kooperatif?
4. Bagaimana Langkah- langkah Pembelajaran Kooperatif ?
5. Apa saja Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif?
6. Bagaimana Macam/Jenis Pembelajaran Kooperatif?

3
1.3.Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian strategi pembelajaran kooperatif


2. Untuk mengetahui prinsip dasar dan ciri ciri model pembelajaran kooperatif
3. Untuk memahami teori teori pendukung model pembelajaran kooperatif
4. Untuk memahami langkah langkah pembelajaran kooperatif
5. Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan pembelajran kooperatif
6. Untuk mengetahui macam dan jenis pembelajaran kooperatif

4
BAB II

PEMBAHASAN

1.1.Pengertian Strategi Pembelajaran Kooperatif

Usaha-usaha guru dalam membelajarkan siswa merupakan bagian yang sangat


penting dalam mencapai keberhasilan tujuan pembelajaran yang sudah direncanakan.
Oleh karena itu pemilihan berbagai metode, strategi, pendekatan serta teknik
pembelajaran merupakan suatu hal yang utama. Menurut Eggen dan Kauchak dalam
Wardhani(2005), model pembelajaran adalah pedoman berupa program atau petunjuk
strategi mengajar yang dirancang untuk mencapai suatu pembelajaran. Pedoman itu
memuat tanggung jawab guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi
kegiatan pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan guru
adalah model pembelajaran kooperatif.

Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang


mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok
mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah) dan jika
memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta
memperhatikan kesetaraan jender. Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja
sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan
keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Nur (2000), semua
model pembelajaran ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan dan struktur
penghargaan. Struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan pada model

5
pembelajaran kooperatif berbeda dengan struktur tugas, struktur tujuan serta struktur
penghargaan model pembelajaran yang lain.

Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar akademik siswa


meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya, serta
pengembangan keterampilan sosial.

1.2.Prinsip Dasar Dan Ciri-Ciri Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Nur (2000), prinsip dasar dalam pembelajaran kooperatif sebagai berikut:

1. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang
dikerjakan dalam kelompoknya.
2. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota.
3. kelompok mempunyai tujuan yang sama.
4. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang
sama diantara anggota kelompoknya.
5. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
6. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan
keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
7. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggungjawabkan secara
individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

ciri-ciri model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:

1. Siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar sesuai


kompetensi dasar yang akan dicapai.
2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda, baik
tingkat kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Jika mungkin anggota kelompok
berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender.
3. Penghargaan lebih menekankan pada kelompok dari pada masing-masing individu.

6
1.3.Teori-Teori Pendukung Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif memiliki basis pada teori psikologi kognitif dan teori
pembelajaran sosial (Arends, 1997). Fokus pembelajaran kooperatif tidak saja tertumpu pada
apa yang dilakukan peserta didik tetapi juga pada apa yang dipikirkan peserta didik selama
aktivitas belajar berlangsung. Informasi yang ada pada kurikulum tidak ditransfer begitu saja
oleh guru kepada peserta didik, tetapi peserta didik difasilitasi dan dimotivasi untuk
berinteraksi dengan peserta didik lain dalam kelompok, dengan guru dan dengan bahan ajar
secara optimal agar ia mampu mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Dari uraian di atas
nampak bahwa guru bukanlah sebagai pusat pembelajaran, sumber utama pembelajaran,
serta pentransfer pengetahuan sebagaimana terjadi pada pembelajaran konvensional. Pusat
pembelajaran telah bergeser dari guru ke peserta didik. Dalam model pembelajaran
kooperatif, guru berperan sebagai fasilitator, penyedia sumber belajar bagi peserta didik,
pembimbing peserta didik dalam belajar 4 kelompok, pemberi motivasi peserta didik dalam
memecahkan masalah, dan sebagai pelatih peserta didik agar memiliki ketrampilan
kooperatif.
Teori yang menjadi pendukung model pembelajaran kooperatif ini adalah:
a) Teori Psikologi Kognitif-Konstruktivistik (Piaget dan Vygotsky)
b) Teori Psikologi Sosial (Dewey, Thelan, Allport, dan Lewin).

1. Teori Psikologi Kognitif -Konstruktivistik


Jean Piaget dan Lev Vygotsky merupakan dua ahli psikologi kognitif yang besar
sumbangannya dalam mendukung pengembangan pembelajaran kooperatif.
Sumbangan pemikiran dan penelitian dari kedua ahli tersebut serta kaitannya dengan
model pembelajaran kooperatif dijelaskan dalam uraian berikut.

a. Teori Piaget
Piaget (dalam Slavin, 2000) memandang bahwa setiap anak memiliki rasa
ingin tahu bawaan yang mendorongnya untuk berinteraksi dengan
lingkungannya. Baik lingkungan fisik maupun sosialnya. Piaget meyakini
bahwa pengalaman secara fisik dan pemanipulasian lingkungan akan

7
mengembangkan kemampuannya. Ia juga mempercayai bahwa interaksi sosial
dengan teman sebaya, khususnya dalam mengemukakan ide dan berdiskusi
akan membantunya memperjelas hasil pemikirannya dan menjadikan hasil
pemikirannya lebih logis.(Slavin, 2000). Melalui pertukaran ide dengan teman
lain, seorang anak yang sebelumnya memiliki pemikiran subyektif terhadap
sesuatu yang diamati akan merubah pemikirannya menjadi obyektif Aktivitas
berpikir anak seperti itu terorganisasi dalam suatu struktur kognitif (mental)
yang disebut dengan "scheme" atau pola berpikir (patterns of behavior or
thinking).
Berkaitan dengan pandangan Piaget dalam hal pembelajaran,
Duckworth (Slavin, 1995) mengemukakan bahwa pedagogi yang balk harus
melibatkan anak pada situasi di mana anak mandiri melakukan percobaan,
dalarn arti anak mencoba segala sesuatu untuk melihat apa yang terjadi,
memanipulasi tandatanda, memanipulasi simbol, mengajukan pertanyaan dan
menemukan sendiri jawabannya, mencocokkan apa yang la temukan dan
membandingkan temuannya dengan anak lain.

b. Teori Vygotsky
Lev Semionovich Vygotsky, seorang ahli psikologi Rusia memiliki kesamaan
dengan Piaget (ahli psikologi dan biologi dari Switzerland) dalam memandang
perkembangan kognitif anak Vygotsky memandang bahwa akuisisi "system
isyarat" (sign system) terjadi dalam sekuen tahapan yang invarian untuk setiap
anak sebagaimana disampaikan oleh Piaget. Namun, Vygotsky berbeda dalam
memandang "pemicu" perkembangan kognitif anak. Ia meyakini bahwa
perkembangan kognitif anak terkait sangat kuat dengan masukan dari orang
lain. Vygotsky mendasarkan karyanya pada dua ide utama. Pertama,
perkembangan intelektual dapat dipahami hanya bila ditinjau dari konteks
pengalaman historis dan budaya anak. Kedua, perkembangan bergantung pada
sistem-sistem isyarat (sign system) di mana ia tumbuh. Sistem isyarat
mengacu kepada simbol-simbol yang diciptakan oleh budaya untuk membantu
orang bertikir, berkomunikasi dan memecahkan masalah. Teori Vygotsky di

8
atas mempunyai dua implikasi utama dalam pembelajaran, yaitu, perlunya
pengelola pembelajaran secara kooperatif dengan pengelompokkan peserta
didik secara heterogen dari sisi kemampuan 5 akademik, dan kedua,
pendekatan pembelajaran yang menekankan pentingnya scaffolding, dengan
menekankan pentingnya tanggung jawab peserta didik pada tugas belajarnya.
(Slavin, 2000). Vygotsky menekankan pentingnya peranan lingkungan
kebudayaan dan interaksi sosial dalam perkembangan sifat-sifat dan tipe-tipe
manusia. Menurut Vygotsky (Slavin, 2000), peserta didik belajar melalui
interaksi dengan orang dewasa dan teman sebaya yang lebih mampu. Interaksi
sosial ini memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan
intelektual peserta didik. Pada setting kooperatif, peserta didik dihadapkan
pada proses berpikir teman sebaya mereka. Tutorial oleh teman yang lebih
kompeten akan sangat efektif dalam mendorong petrtumbuhan daerah
perkembangan proximal (Zone of Proximal Development) anak.
Vygotsky yakin bahwa tujuan belajar akan tercapai jika anak belajar
menyelesaikan tugas-tugas yang belum dipelajari tetapi tugas-tugas tersebut
masih berada dalam daerah perkembangan terdekat mereka. Daerah
perkembangan terdekat adalah tingkat perkembangan sedikit di atas tingkat
perkembangan orang saat ini. Zone of Proximal Development (ZPD) adalah
jarak antara tingkat perkembangan aktual, yang ditentukan melalui
penyelesaian masalah secara mandiri dan tingkat perkembangan potensial
anak, yang ditentukan melalui pemecahan masalah dengan bimbingan
(scaffolding) orang dewasa atau teman sebaya. Menurut Vygotsky, pada saat
peserta didik bekerja didalam daerah perkembangan terdekat mereka, tugas-
tugas yang tidak dapat mereka selesaikan sendiri akan dapat mereka
selesaikan dengan bimbingan (scaffolding) orang dewasa atau teman sebaya.

9
2. Teori Psikologi Sosial

a. Teori John Dewey dan Herbert Thelan


Menurut Dewey (Arends, 1997), kelas seharusnya merupakan cermin dari
masyarakat luas dan berfungsi sebagai laboratorium belajar dalam kehidupan
nyata. Dewey menegaskan bahwa guru perlu menciptakan sistem sosial yang
bercirikan demokrasi dan proses ilmiah dalam lingkungan belajar peserta
didik dalarn kelas. Tanggung jawab utama guru adalah memotivasi peserta
didik untuk belajar secara kooperatif dan memikirkan masalah-masalah sosial
yang penting setiap hari. Bersamaan dalam aktivitasnya rnemecahkan masalah
di kelompoknya, peserta didik belajar prinsip-prinsip demokrasi melalui
interaksi dengan peserta didik lain.
Beberapa tahun setelah Dewey, Thelan (dalam Arends, 1997)
berpendapat bahwa kelas haruslah merupakan laboratorium atau miniatur
demokrasi yang bertujuan mengkaji masalah-masalah sosial dan masalah antar
pribadi. Thelan tertarik dengan dinamika kelompok dan rnengernbangkan
bentuk yang lebih rinci dan terstruktur dari penyelidikan kelompok, dan
mempersiapkan dasar konseptualuntuk pengembangan pembelajaran
kooperatif (Arends, 1997).

b. Teori Gordon Allport


Aliport (Arends, 1997) berpandangan bahwa hukum saja tidaklah cukup untuk
mengurangi kecurigaan dan meningkatkan penerimaan secara baik antar
kelompok. Pandangan Allport dikenal dengan "The Nature of Prejudice".
Untuk mengurangi kecurigaan dan meningkatkan penerimaan satu sama lain
adalah dengan jalan mengumpulkan mereka (antar suku atau ras) dalam satu
lokasi, kontak langsung dan bekerjasama antar mereka. Shlomo Sharan dan
koleganya menyimpulkan adanya tiga kondisi dasar untuk memformulasikan
pandangan Allport untuk mengurangi kecurigaan antar kelompok dan
meningkatkan penerimaan antar mereka. Tiga kondisi tersebut adalah: 1)
kontak langsung antar suku atau ras; 2) dalam seting tertentu, mereka

10
bekerjasama dan berperan aktif dalam kelompok; 3) dalam seting tersebut,
mereka secara resmi menyetujui adanya kerjasama (Arends, 1997).

c. Teori Kurt Lewin


Kurt Lewin yang lahir pada tahun 1890 di Polandia ini dapat dipandang
sebagai Bapak Psikologi Sosial. (http://.users.muohio. edu/shermanlw/wolf_
chapter-draft3-25.html). Lewin sangat tertarik pada masalah-masalah
pergerakan yang dinamis dalam kelompok (group dynamics movement),
terutama tentang resolusi konflik sosial yang terjadi di antara para peserta
didik. Dalam suatu kelompok, ada duakernungkinan yang dapat terjadi, yaitu:
mendorong penerimaan sosial (promotesocial acceptance) atau meningkatkan
jarak/ketegangan sosial (increase social distance). Pandangan-pandangan
Lewin tentang dinamika kelompok ini kemudian dikembangkan oleh para
peserta didikpeserta didiknya. D. Johnson, E. Aronson, R. Schmuck dan L.
Sherman adalah generasi ke-tiga dari Lewin (peserta didik dari peserta didik
Lewin) yang turut mengembangkan pandangan-pandangan Lewin tersebut di
atas.
Para penerus Lewin mencari cara bagaimana memfasilitasi integrasi
dan memajukan hubungan antar manusia, mendorong demokrasi dan
mengurangi timbulnya konflik. Dari sini muncul berbagai strategi
pembelajaran kooperatif. Para penerus Lewin (terutama generasi kedua dan
ketiga Lewin) mengembangkan berbagai teknik pembelajaran kooperatif yang
menggabungkan pandangan teoripsikologi sosial dari Lewin dan psikologi
kognitif. Deutsch (dalam Slavin, 1995)mengembangkan prinsip
"ketergantungan" (interdpendence), yang kemudian ia bagi menjadi
ketergantungan positip dan negatif. Johnson & Johnson mengembangkan
"creative conflict" dan Slavin dengan "group contingencies".
Banyak hasil penelitian Lewin yang mengetengahkan pentingnya
partisipasi aktif dalam kelompok untuk mempelajari ketrampilan baru,
mengembangkan sikap baru, dan memperoleh pengetahuan. Hasil
penelitiannya juga menunjukkan betapa produktifnya kelompok bila anggota-

11
anggotanya berinteraksi dan kemudian saling merefleksikan pengalaman-
pengalamannya. (Johnson & Johnson, 2000).

1.4.Langkah- langkah Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan


kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Langkah-langkah
Pembelajaran Kooperatif – Penggunaan pembelajaran kooperatif seharusnya mengikuti
langkah-langkah atau prosedur tertentu dalam penggunaannya. Hal ini dimaksudkan agar
penggunaan pembelajaran kooperatif dapat efektif meningkatkan kemampuan belajar dan
hasil belajar siswa.
Karli dan Yuliariatiningsih (2002: 72) mengemukakan langkah-langkah dalam
pembelajaran kooperatif, yaitu:
- Guru merancang pembelajaran, mempertimbangkan dan menetapkan target pembelajaran
yang ingin dicapai.
- Guru merancang lembar observasi kegiatan siswa dalam belajar secara bersama-sama
dalam kelompok-kelompok kecil.
- Guru mengarahkan dan membimbing siswa baik secara individu maupun kelompok. M
- emberikan kesempatan kepada siswa untuk mempersentasekan hasil kerjanya.

Keempat langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif di atas diuraikan sebagai berikut:

1. Guru merancang pembelajaran, mempertimbangkan dan menetapkan target


pembelajaran yang ingin dicapai oleh guru sesuai dengan tuntutan materi
pembelajaran. Guru juga menetapkan sikap dan keterampilan-keterampilan sosial
yang diharapkan dapat dikembangkan oleh guru selama berlangsungnya proses
pembelajaran. Selain itu, guru juga mengorganisir materi tugas-tugas yang
dikerjakan bersama-sama dalam dimensi kerja kelompok oleh siswa melalui
keaktifan semua anggota kelompok.
2. Guru merancang lembar observasi kegiatan siswa dalam belajar secara bersama-
sama dalam kelompok-kelompok kecil. Dalam penyampaian materi pelajaran,
pemahaman dan pendalamannya akan dilakukan siswa ketika belajar secara

12
bersama-sama dalam kelompok. Pemahaman dan konsepsi guru terhadap siswa
secara individual sangat menentukan kebersamaan dari kelompok yang dibentuk
oleh guru dalam proses pembelajaran.
3. Dalam melakukan kegiatan observasi terhadap siswa, guru mengarahkan dan
membimbing siswa, baik secara individual maupun kelompok, dalam pemahaman
materi maupun mengenai sikap dan perilaku siswa selama berlangsungnya proses
pembelajaran.
4. Langkah selanjutnya adalah guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mempersentasekan hasil kerjanya. Guru juga memberikan penekanan terhadap
nilai, sikap, dan perilaku sosial yang dikembangkan dan dilatih oleh para siswa
dalam kelas.
Ibrahim (2000: 10) mengemukakan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif
yang terdiri atas 6 langkah, yaitu:
• Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa.
• Menyajikan informasi
• Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar.
• Membimbing kelompok bekerja dan belajar.
• Evaluasi
• Memberikan penghargaan

Langkah-langkah di atas menunjukkan bahwa pelajaran dimulai yaitu guru


menyampaikan tujuan pelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar. langkah ini diikuti oleh
penyajian informasi, seringkali dengan bahan bacaan daripada secara verbal. Selanjutnya
siswa dikelompokkan ke dalam tim-tim belajar. Tahap ini diikuti bimbingan guru pada saat
siswa bekerja bersama untuk menyelesaikan tugas bersama mereka. Langkah terakhir
pembelajaran kooperatif meliputi presentasi hasil akhir kerja kelompok atau evaluasi tentang
apa yang telah mereka pelajari dan memberi penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok
maupun individu agar siswa dapat termotivasi dalam mengikuti model pembelajaran
kooperatif atau kerja kelompok. Jadi pembelajaran kooperatif sangat positif dalam
menumbuhkan kebersamaan dalam belajar pada setiap siswa sekaligus menuntut kesadaran
dari siswa untuk aktif dalam kelompok, karena jika ada siswa yang pasif dalam kelompok

13
maka hal itu dapat mempengaruhi kualitas pelaksanaan pembelajaran kooperatif khususnya
berkaitan dengan rendahnya kerjasama dalam kelompok

Fase-fase Model Pembelajaran Kooperatif :


Fase Indikator Aktivitas Guru
1 Menyampaikan tujuan dan Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang
memotivasi siswa ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi
siswa
2 Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan
jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan
3 Mengorganisasikan siswa ke Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya
dalam kelompok-kelompok membentuk kelompok belajar dan membantu setiap
belajar kelompok agar melakukan transisi efisien
4 Membimbing kelompok Guru membimbing kelompok-kelompok belajar
bekerja dan belajar pada saat mengerjakan tugas
5 Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang
telah dipelajari atau masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya
6 Memberikan penghargaan Guru mencari cara untuk menghargai upaya atau
hasil belajar siswa baik individu maupun kelompok.

14
Suprijono (2015) memaparkan sintak, langkah, atau penerapan model pembelajaran
kooperatif terdiri dari enam fase sebagai berikut.

No. Fase Kegiatan

Present goals and


Menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan siswa
1. set (Menyampaikan tujuan
siap belajar
dan mempersiapkan siswa)

Present
2. information (Menyajikan Mempresentasikan informasi kepada siswa secara verbal
informasi)

Organize students into


learning Memberikan penjelasan kepada siswa tentang tata cara
3. teams (Mengorganisir pembentukan tim belajar dan membantu kelompok melakukan
siswa ke dalam tim-tim transisi yang efisien
belajar)

Assist team work and


4. study (Membantu kerja tim Membantu tim-tim belajar selama siswa mengerjakan tugasnya
dan belajar)

15
No. Fase Kegiatan

Menguji pengetahuan siswa mengenai berbagai materi


Test on the
5. pembelajaran atau kelompok-kelompok mempresentasikan
materials (Mengevaluasi)
hasil kerjanya

Provide
recognition (Memberikan Mempersiapkan cara untuk mengakui usaha dan prestasi
6.
pengakuan atau individu maupun kelompok
penghargaan)

1.5.Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif

1. Kelebihan Pembelajaran Kooperatif


Kelebihan model pembelajaran kooperatif terdiri atas:
Dapat mengurangi rasa kantuk dibanding belajar sendiriJika belajar sendiri sering
kali rasa bosan timbul dan rasa kantuk pun datang. Apalagi jika mempelajari
pelajaran yang kurang menarik perhatian atau pelajaran yang sulit.Dengan belajar
bersama, orang punya teman yang memaksa aktif dalam belajar.Demikian pula
ada kesempatan bersenda gurau sesedikit mungkin untuk mengalihkan kebosanan.
Dapat merangsang motivasi belajar
Melalui kerja kelompok, akan dapat menumbuhkan perasaan ada saingan. Jika
udah menghabiskan waktu dan tenaga yang sama dan ternyata ada teman yang
mendapat nilai lebih baik, akan timbul minat mengejarnya. Jika sudah berada di
atas, tentu ingin mempertahankan agar tidak akan dikalahkan teman-temannya.
Ada tempat bertanya
Kerja secara kelompok, maka ada tempat untuk bertanya dan ada orang lain yang
dapat mengoreksi kesalahan anggota kelompok. Belajar sendiri sering terbentur

16
pada masalah sulit terutama jika mempelajari sejarah.Dalam belajar berkelompok,
seringkali dapat memecahkan soal yang sebelumnya tidak bisa diselesaikan
sendiri.Ide teman dapat dicoba dalam menyelesaikan soal latihan. Jika ada lima
orang dalam kelompok itu, tentu ada lima kepala yang mempunyai tingkat
pengetahuan dan kreativitas yang berbeda. Pada saat membahas suatu masalah
bersama akan ada ide yang saling melengkapi.
Kesempatan melakukan resitasi oral
Kerja kekompok, sering anggota kelompok harus berdiskusi dan menjelaskan
suatu teori kepada teman belajar.Inilah saat yang baik untuk resitasi.Akan
dijelaskan suatu teori dengan bahasa sendiri. Belajar mengekspresikan apa yang
diketahui, apa yang ada dalam pikiran ke dalam bentuk kata-kata yang diucapkan.
Melalui kerja kelompok akan dapat membantu timbulnya asosiasi dengan
peristiwa lain yang mudah diingat. Misalnya, jika ketidaksepakatan terjadi di
antara kelompok, maka perdebatan sengit tak terhindarkan. Setelah perdebatan
ini, biasanya akan mudah mengingat apa yang dibicarakan dibandingkan
masalah lain yang lewat begitu saja. Karena dari peristiwa ini, ada telinga yang
mendengar, mulut yang berbicara, emosi yang turut campur dan tangan yang
menulis.Semuanya sama-sama mengingat di kepala.Jika membaca sendirian,
hanya rekaman dari mata yang sampai ke otak, tentu ini dapat kurang kuat.

2. Kelemahan Pembelajaran Kooperatif


Kelemahan pembelajaran kooperatif bersumber pada dua faktor, yaitu faktor dari dalam
(intern) dan faktor dari luar (ekstern). Faktor dari dalam yaitu sebagai berikut.
a. Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, disamping itu memerlukan
lebih banyak tenaga, pemikiran dan waktu;
b. Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan dukungan fasilitas,
alat dan biaya yang cukup memadai;
c. Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan topic permasalahan
yang sedang dibahas meluas sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan, dan

17
d. Saat diskusi kelas, terkadang didominasi oleh seseorang, hal ini mengakibatkan siswa
yang lain menjadi pasif.
Slavin (Miftahul, 2011: 68) mengidentifikasi tiga kendala utama atau apa yang disebutnya
pitfalls (lubang-lubang perangkap) terkait dalam pembelajaran kooperatif sebagai berikut.
a. Free Rider
Jika tidak dirancang dengan baik, pembelajaran kooperatif justru berdampak pada
munculnya free rider atau “pengendara bebas”. Yang dimaksud free rider disini
adalah beberapa siswa yang tidak bertanggungjawab secara personal pada tugas
kelompoknya mereka hanya “mengekor” saja apa yang dilakukan oleh teman-teman
satu kelompoknya yang lain. Free rider ini sering kali muncul ketika kelompok-
kelompok kooperatif ditugaskan untuk menangani atu lembar kerja, satu proyek, atau
satu laporan tertentu. Untuk tugas-tugas seperti ini, sering kali ada satu atau beberapa
anggota yang mengerjakan hampir semua pekerjaan kelompoknya, sementara sebagian
anggota yang lain justru “bebas berkendara”, berkeliaran kemana-mana.
b. Diffusion of responsibility
Yang dimaksud dengan diffusion of responsibility (penyebarantanggung jawab) ini
adalah suatu kondisi di mana beberapa anggota yangdianggap tidak mampu cenderung
diabaikan oleh anggota-anggota lain yang“lebih mampu”. Misalnya, jika siswa
ditugaskan untuk mengerjakan tugasIPA, beberapa anggota yang dipersepsikan tidak
mampu menghafal ataumemahami materi tersebut dengan baik sering kali tidak
dihiraukan olehteman-temannya yang lain. Siswa yang memiliki skill IPA yang baik
punterkadang malas mengajarkan keterampilannya pada teman-temannya yangkurang
mahir di bidang IPA. Hal ini hanya membuang-buang waktu danenergi saja.
c. Learning a Part of Task Specialization
Beberapa model pembelajaran tertentu, seperti Jigsaw, GroupInvestigation, dan
metode-metode lain yang terkait, setiap kelompokditugaskan untuk mempelajari atau
mengerjakan bagian materi yang berbedaantarsatu sama lain. Pembagian semacam ini
sering kali membuat siswahanya fokus pada bagian materi lain yanng dikerjakan oleh
kelompok lainhampir tidak dihiraukan sama sekali, padahal semua materi tersebut
salingberkaitan satu sama lain.

18
Slavin (Miftahul,2011: 69) mengemukakan bahwa ketiga kendala inibisa diatasi jika guru
mampu melakukan beberapa faktor sebagai berikut:

• Mengenakan sedikit banyak karakteristik dan level kemampuan siswanya.


• Selalu menyediakan waktu khusus untuk mengetahui kemajuan setiapsiswanya
dengan mengevaluasi mereka secara individual setelah bekerjakelompok, dan
yang paling penting
• Mengintegrasikan metode yang satudengan metode yang lain.

1.6.Macam/Jenis Pembelajaran Kooperatif


Pembelajaran kooperatif memiliki model model yang dapat diterapkan dalam proses
pembelajaran. Setiap model memiliki karakteristik masing-masing yang lebih cocok untuk
digunakan dalam pembelajaran atau situasi tertentu. Pemilihan model pembelajaran tentu
saja harus disesuaikan dengan karakteristik siswa dan materi yang akan disampaikan pula.
Menurut Huda (2015, hlm. 135-153) setidaknya terdapat empat belas teknik pembelajaran
kooperatif, antara lain sebagai berikut:
1. Mencari Pasangan (Make a Match)
2. Bertukar Pasangan
3. Bepikir-Berpasangan-Berbagi (Think- Pair-Share)
4. Berkirim Salam dan Soal
5. Kepala Bernomor (Numbered Heads Together)
6. Kepala Bernomor Terstruktur (Structured Numbered Heads)
7. Dua Tinggal Dua Tamu (Two Stay Two Stray)
8. Keliling Kelompok
9. Kancing Gemerincing
10. Keliling Kelas
11. Lingkaran Dalam-Lingkaran Luar (Inside-Outside Circle);
12. Tari Bambu (Bamboo Dancing)
13. Jigsaw
14. Bercerita Berpasangan (Paired Story Telling).

19
Sementara itu, Suprijono (2015, hlm. 108-121) mengemukakan bahwa beberapa metode
pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:

• Jigsaw
• Think-Pair-Share
• Numbered Heads Together
• Group Investigation
• Two Stay Two Stray
• Make a Match
• Listening Team
• Inside-Outside Circle
• Bamboo Dancing
• Point-Counter-Point
• The Power of Two
• Listening Team

20
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang
mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai
tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah) dan jika memungkinkan
anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan
jender.
Fokus pembelajaran kooperatif tidak saja tertumpu pada apa yang dilakukan peserta didik
tetapi juga pada apa yang dipikirkan peserta didik selama aktivitas belajar berlangsung.
Informasi yang ada pada kurikulum tidak ditransfer begitu saja oleh guru kepada peserta didik,
tetapi peserta didik difasilitasi dan dimotivasi untuk berinteraksi dengan peserta didik lain dalam
kelompok, dengan guru dan dengan bahan ajar secara optimal agar ia mampu mengkonstruksi
pengetahuannya sendiri.

21
DAFTAR PUSTAKA

https://serupa.id/model-pembelajaran-kooperatif-cooperative-learning/

https://www.apologiku.com/2019/03/makalah-model-pembelajaran-kooperatif.html

Huda, Miftahul. (2015). Model-model Pengajaran dan Pembelajaran: Isu-Isu Metodis dan
Paradigmatis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ismail. (2003). Media Pembelajaran (Model-model Pembelajaran). Jakarta: Proyek


Peningkatan Mutu SLTP.

Mulyasa. 2008. Menjadi guru Professional Menciptakan Pembelajaran Kreatif


DanMenyenangkan. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Sanjaya Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi StandarProses Pendidikan.
Rawamangun-Jakarta: Kencana Perdana Media Group.

Sri Wardhani. (2006). Contoh Silabus dan RPP Matematika SMP. Yogyakarta: PPPG
Matematika.

Tim PPPG Matematika. (2003). Beberapa Teknik, Model dan Strategi Dalam Pembelajaran
Matematika. Bahan Ajar Diklat di PPPG Matematika, Yogyakarta: PPPG Matematika.

Widowati, Budijastuti. 2001 Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : Universitas Negeri Surabaya.

22

Anda mungkin juga menyukai