DOSEN PENGAMPU:
DISUSUN OLEH :
NIM. A1A119047
UNIVERSITAS JAMBI
2021
DAFTAR ISI
i
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam kehidupan tidak ada manusia yang bisa hidup sendiri, pasti tergantung
atau berhubungan dengan yang lain. Baik itu berhubungan dengan sesama manusia,
maupun dengan alam sekitar.
Misalnya: Kalau kita ingin hidup sehat banyak faktor yang berkaitan/
berpengaruh, antara lain: lingkungan rumah, jam istirahat, jam kerja, cuaca dll.
1
1.3 Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Kata “ korelasi” berasal dari bahasa inggris correlation. Dalam bahasa indonesiA
sering diterjemahkan dengan ; “ hubungan” atau “ saling hubungan” atau “ hubungan
timbal balik”. Dalam ilmu statistik istilah”korelasi” diberi pengertian sebagai hubungan
antardua variabel atau lebih”
Selain itu, Korelasi juga dapat diartikan sebagai salah satu teknik statistik yang
digunakan untuk untuk mencari hubungan antara dua variabel atau lebih yang sifatnya
kuantitatif. Korelasi merupakan teknik analisis yang termasuk dalam salah satu teknik
pengukuran asosiasi / hubungan (measures of association).
Hubungan antar variabel itu jika ditilik dari segi arahnya, dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu hubungan yang sifatnya satu arah yang disebut korelasi positif
dan hubungan yang sifatnya berlawanan arah yang disebut korelasi negatif.
Disebut korelasi positif, jika dua variabel (atau lebih) yang berkorelasi, berjalan
paralel; artinya bahwa hubungan antardua variabel (atau lebih) itu menunjukkan arah
yang sama.
Contoh : kenaikan harga BBm yang diikuti dengan kenaikan ongkos angkutan. Disebut
korelasi negatif, jika dua variabel (atau lebih) yang berkorelasi itu berjalan dengan arah
yang berlawanan, bertentangan, atau berkebalikan.
3
Bagan korelasi
Arah hubungan variabel yang kita cari korelasinya, dapat kita amati melalui
sebuah peta atau diagram yang dikenal dengan nama Peta Korelasi. Menurut Sudijono
(1987), Ciri yang terkandung pada peta korelasi itu adalah:
1. Jika korelasi antara variabel X dan variabel Y merupakan korelasi positif maksimal,
atau korelasi positif tertinggi, atau korelasi positif sempurna, maka pencarian titik
yang terdapat pada peta korelasi apabila dihubungkan antara satu dengan yang lain,
akan membentuk satu buah garis lurus yang condong ke arah kanan.
2. Jika korelasi antara variabel X dan variabel Y merupakan korelasi negatif maksimal
atau korelasi negatif tertinggi atau korelasi negatif sempurna maka pencaran titik yang
terdapat pada peta korelasi akan membentuk satu garis lurus dengan yang condong ke
arah kiri.
4
Diagram Korelasi Negatif Maksimal
3. Jika korelasi antara variabel X dan variabel Y termasuk korelasi positif yang tinggi
atau kuat, maka pencaran titik yang terdapat pada peta korelasi sedikit atau beberapa
mulai menjauhi garis lurus, yaitu titik-titik tersebut terpencar atau berada di sekitar
garis lurus tersebut dengan kecondongan ke arah kanan.
4. Jika korelasi antara variabel X dan variabel Y termasuk korelasi negatif yang tinggi
atau kuat, maka pencaran titik yang terdapat pada peta korelasi itu sedikit menjauhi
garis lurus dengan kecondongan ke arah kiri.
5
Diagram Korelasi Negatif Tinggi
5. Korelasi positif atau korelasi negatif yang menunjukkan korelasi yang rendah atau
kecil, maka pencaran titik yang terdapat pada peta korelasi akan semakin jauh tersebar
atau menjauhi dari garis lurus
6
Diagram Korelasi negatif Lemah
1. Pengertian
2. Lambangnya
Angka indeks korelasi biasanya diberi lambang dengan huruf tertentu. Misalnya rxy
sebagai lambang koefisien korelasi pada teknik korelasi Product Moment. Lambang
(Rho) sebagai simbol koefisien korelasi pada teknik korelasi Tata Jenjang. Lambang
(Phi) sebagai simbol koefisien korelasi Phi untuk variabel diskirt murni, Lambang C
atau KK sebagai koefisien korelasi pada teknik korelasi Kontigensi, dan lain – lain.
3. Besarnya
7
Besarnya angka indeks korelasi berkisar antara – 1,00 sampai dengan 1,00. Hasil
korelasi yang sempurna sebesar - 1,00 dan 1,00. Bila tidak ada korelasi maka angka
indeks korelasi menunjukkan angka 0. Apabila hasil perhitungan korelasi lebih dari ±
1,00, maka hal ini menunjukkan telah terjadi kesalahan dalam perhitungan. Untuk
memudahkan melakukan interpretasi, mengenai kekuatan hubungan antara dua
variabel, penulis memberikan kriteria sebagai berikut.(Sarwono : 2006)
1 : korelasi sempurna
4. Tandanya
Bila angka indeks korelasi bertanda minus (-) berarti korelasi tersebut mempunyai
arah korelasi negatif. Tanda – yang terdapat di depan angka indeks korelasi tidak
dapat diartikan bahwa korelasi antara variabel itu besarnya kurang dari nol, karena
angka indeks korelasi yang paling kecil adalah nol. Bila angka indeks korelasi diberi
tanda plus (+) atau tidak diberi tanda apapun menunjukkan arah korelasi tersebut
adalah korelasi positif. Hal yang perlu diingat bahwa tanda + dan – di depan angka
indeks korelasi itu bukanlah tanda aritmatika.
8
= 0,80), dan angka indeks korelasi antara variabel Y dan variabel Z sebesar 0,20 (ryz =
0,20). Hal ini tidak dapat dikatakan bahwa r xy sebesar 4 kali ryz.
3. Penggolongannya
Teknik analisis korelasional dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu teknik
analisis korelasional bivariat dan teknik analisis korelasional multivariat.
9
Sebagaimana dikemukakan oleh borg dan gall dalam bukunya educational research
terdapat 10 macam teknik perhitungan korelasi yang termasuk dalam teknik analisis
korelasional bivariat yaitu :
1. Pengertiannya
2. Penggunaannya
Teknik korelasi product moment kita pergunakan apabila kita berhadapan dengan
keyataan berikut ini :
1) Variabel yang kita korelasikan berbentuk gejala atau data yang bersifat
kontinu.
2) Sampel yang diteliti mempunyai sifat homogen, atau setidak – tidaknya
mendekati homogenya.
3) Regresinya merupakan regresi linear
3. Lambangnya
10
Kuat lemah atau tinggi rendahnya korelasi antardua variabel yang sudah kita teliti
dapat diketahui dengan melihat besar kecilnya angka indeks korelasi, yang pada
teknik korelasi product moment diberi lambang “r” ( sering disebut”r” product
moment). Angka indeks korelasi Product Moment ini diberi indeks dengan huruf
kecil dari huruf – huruf yang dipergunakan untuk dua buah variabel yang sedang
dicari korelasinya. Jadi apabila variabel pertama diberi lambang x dan variabel
kedua diberi lambang y, maka angka indeks korelasinya dinyatakan dengan
lambang 𝑟𝑥𝑦 .
Ada berapa macam cara yang dapat dipergunakan untuk mencari angka indeks
korelasi produk moment yaitu : Apabila data yang dihadapi adalah data tunggal
yamg number of casesnya < 30 :
11
Prosedur yang kita lalui, yakni :
a. Merumuskan (membuat) hipotesis alternatif (Ha) dan hipotesis nihil atau
hipotesis nol (H₀).
b. Menguji kebenaran atau kepalsuan dari hipotesis yang telah kita ajukan di atas
tadi. (maksudnya : manakah yang benar Ha atau H₀).
1. Rumus
∑𝑥𝑦
𝑟𝑥𝑦 =
𝑁𝑆𝐷𝑥 𝑆𝐷𝑦
∑𝑥𝑦 = jumlah dari hasil perkalian antara deviasi skor – skor variabel
x dari skor – skor variabel
N = number of cases
2. Langkahnya
1) Menyiapkan tabel kerja atau tabel perhitungan yang terdiri dari 8
kolom. Kolom 1 : Subjek penelitian, kolom 2 : skor variabel x, kolom 3
: skor variabel y, kolom 4 : deviasi skor x terhadap mean grupnya
(Mx), kolom 5 : deviasi skor y terhadap mean grupnya (My), kolom 6 :
hasil perkalian deviasi x dan deviasi y, kolom 7 : hasil pengkuadratan
deviasi x, kolom 8 : hasil pengkuadratan deviasi y.
2) Menghitung mean dari variabel x dan y dengan rumus :
∑𝑋 ∑𝑌
𝑀𝑥 = 𝑀𝑦 =
𝑁 𝑁
12
3) Menghitung deviasi standar variabel x dan y dengan rumus :
∑𝑋 ∑𝑌
𝑆𝐷𝑥 = √ 𝑁 𝑆𝐷𝑦 = √ 𝑁
1. Rumus
∑𝑥𝑦
𝑟𝑥𝑦 =
√(∑𝑥2 )(∑𝑦2 )
Dimana :
2. Langkahnya
1) Menyiapkan tabel kerja atau tabel perhitungan seperti pada A sub 2a,
2) Mencari deviasi skor x terhadp Mx dan skor y terhadap My dengan
rumus : x = X – Mx , y = Y – My
3) Menghitung angka indeks korelasi dengan rumus pada nomor 1.
1. Rumus
𝑁∑𝑋𝑌 − (∑𝑋)(∑𝑌)
𝑟𝑥𝑦 =
√𝑁∑𝑋2 − (∑𝑋2 )(𝑁∑𝑌2 − (∑𝑌2 )
Dimana :
N = number of cases
13
∑𝑋𝑌 = jumlah hasil perkalian antara skor x dan skor y
2. Langkah
1) Menyiapkan tabel kerja atau tabel perhitungan yang terdiri dari 6 kolom.
Kolom 1, 2 dn 3 sama seperti sebelumnya sedangkan kolom 4 : hasil
perkalian deviasi x dan deviasi y, kolom 5 : hasil pengkuadratan deviasi
x, kolom 6 : hasil pengkuadratan deviasi y.
2) Menghitung angka indeks korelasi dengan rumus pada nomor 1.
1. Rumus
∑𝑋𝑌 − 𝑁. 𝑀𝑥. 𝑀𝑦
𝑟𝑥𝑦 =
2 2
√∑𝑋2 − 𝑁. 𝑀𝑥) (∑𝑌2 − 𝑁. 𝑀𝑦)
Dimana :
N = number of cases
2. Langkah
1) Menyiapkan tabel kerja atau tabel perhitungan seperti pada C sub 2a.
14
∑𝑋 ∑𝑌
𝑀𝑥 = 𝑀𝑦 =
𝑁 𝑁
B. Teknik Korelasi Tata Jenjang (= Teknik korelasi Rank Order = Rank Order
Correlation = Rank Difference Correlation)
1. Pengertian
Teknik korelasi tata jenjang dalam dunia statistik dikenal sebagai teknik analisis
koelasional yag paling sederhana jika dibandingkan dengan teknik analisis
korelasinal lainnya.
2. Penggunaanya
Teknik ini akan efektif digunakan apabila subjek yang dijadikan sampel dalam
penelitian N antara 10 – 29. Selain itu, teknik ini juga digunakan untuk mencari
koefisien korelasi antara data ordinal dan data ordinal lainnya. Teknik ini dapat
digunakan untuk data interval, tetapi sebelumnya telah diubah menjadi data
ordinal.
3. Lambangnya
Pada teknik ini, angka indeks korelasi dilambangkan dengan huruf ρ (baca: rho)
dengan angka indeks korelasi berkisar antara 0,00 sampai dengan +1,00.
4. Rumusnya
6 ∑𝐷2 6 ∑𝐷2
ρ=1− atau ρ=1−
𝑁 (𝑁2 − 1) (𝑁3 − 𝑁)
Keterangan:
ρ = angka indeks korelasi tata jenjang 1dan 6 = bilangan konstan
D = perbedaan antara pasangan jenjang, D = R1 – R2
N = Jumlah individu dalam sampel
15
Langkah penggunaan rumus ini sama dengan yang ditempuh oleh rumus-rumus
korelasi poduct moment. Namun penggunaannya, rumus ini dibedakan antara
penggunaan untuk data ordinal dan untuk data interval yang telah berubah menjadi
data ordinal, akan tetapi bentuk rumusnya tetap seperti itu, perbedaannya adalah
pada tabel kerja yang digunakan.
1. Pengertiannya
Teknik korelasi phi adalah salah satu teknik analisis korelasional yang
dipergunakan apabila data yang dikorelasikan adalah data yang benar – benar
dikotomik ( terpisah atau dipisahkan secara tajam ) dengan istilah lain ; variabel
yang dikorelasikan itu adalah variabel diskrit murni ; misalnya : laki – laki –
perempuan, hidup – mati, lulus – tidak lulus, menjadi pengurus organisasi – tidak
menjadi pengurus organisasi mengikuti bimbingan tes – tidak mengikuti
bimbingan tes, dan seterusnya. Apabila variabelnya bukan merupakan variabel
16
diskrit, maka variabel tersebut terlebih dahulu harus diubah menjadi variabel
diskrit.
2. Lambangya
Besar kecil, kuat lemahnya, atau tingi rendahnya, korelasi antar dua variabel yang
kita selidiki korelasinya, pada teknik korelasi phi ini, ditunjukkan oleh besar
kecilnya angka indeks korelasi yang dilambangkan dengan huruf φ ( phi ) yang
besarnya berkisar antara 0,00 samapai dengan + 1,00.
3. Rumusnya
(𝑎𝑑−𝑏𝑐)
Rumus pertama : 𝜑=
√(𝑎+𝑏)(𝑎+𝑐)(𝑏+𝑑)(𝑐+𝑑)
Rumus ini kita pergunakan apabila dalam menghitung atau mencari 𝜑 kita
mendasarkan diri pada frekuensi dari masing – masing sel yang terdapat dalam
tabel kerja (tabel perhitungan).
𝛼𝛿−𝛽𝛾
Rumus kedua : 𝜑=
√(𝑝)(𝑞)(𝑝′ )(𝑞′)
Rumus ini kita pergunakan apabila dalam menghitung 𝜑 kita mendasarkan diri
χ2
Rumus ketiga : 𝜑= √
𝑁
Rumus ini kita pergunakan apabila dalam mencari 𝜑 kita terlebih dahulu
menghitung kai kuadrat (χ2 ); kai kuadrat itu diperoleh dengan rumus :
(𝑓0− 𝑓𝑡 )2
χ2 = ∑ dengan : 𝑓0 = frekuensi yang diperoleh dalam penelitian
𝑓𝑡
Pada dasarnya, phi merupakan product momen correlation. Oleh karena itu, dapat
diinterpretasikan dengan cara yang sama dengan “r” Product Moment dari
17
Pearson.
∑𝑥𝑦
𝑟𝑥𝑦 =
√(∑𝑥2 )(∑𝑦2 )
1) Cara mencari angka indeks korelasi phi dengan mendasarkan diri pada
frekuensi dari masing – masing sel yang terdapat dalam tabel kerja (tabel
(𝑎𝑑−𝑏𝑐)
perhitungan). 𝜑=
√(𝑎+𝑏)(𝑎+𝑐)(𝑏+𝑑)(𝑐+𝑑)
2) Cara mencari angka indeks korelasi phi dengan mendasarkan diri pada nilai
𝛼𝛿−𝛽𝛾
proporsinya. 𝜑=
√(𝑝)(𝑞)(𝑝′ )(𝑞′)
χ2
memperhitungkan kai kuadradat. 𝜑= √
𝑁
4) Cara mencari ( menghitung ) angka indeks korelasi phi dalam keadaan khusus
𝛼𝛿 − 𝛽𝛾
𝜑=
√(𝑝)(𝑞)
1. Pengertiannya
Teknik korelasi koefisien kontingensi adalah salah satu teknik analisis
korelasional bivariat, yang dua buah variabel yang dikorelasikan adalah berbentuk
kategori atau merupakan gejala ordinal. Misalnya : tingkat pendidikan, tinggi,
menengah, rendah : pemahaman terhadap ajaran Agama Islam: baik, cukup,
kurang, dan sebagainya.
2. Lambangnya
Kuat lemah, tinggi – rendah, atau besar – kecilnya korelasi antar dua variabel
yang sedang kita selidiki korelasinya, dapat diketahui dari besar – kecilnya angka
18
indeks korelasi yang disebut coefficient contingency, yang umumnya diberi
lambang dengan huruf C atau KK ( singkatan dari koefisien kontingensi).
3. Rumusnya
χ2
∁=
χ2 + 𝑁
(𝑓0 − 𝑓𝑡 )2
χ2 dapat diperoleh dengan menggunakan rumus : χ2 = ∑
𝑓𝑡
19
E. Teknik Korelasi Poin Biseral
2. Lambangnya
Angka indeks korelasi yang menunjukan keeratan hubungan antara variabel yang
satu dengan variabel yang lain, pada teknik korelasi ini dilambangkan dengan :
𝑟𝑝𝑏𝑖
3. Rumusnya
𝑀𝑝 − 𝑀𝑡 𝑝
𝑟𝑝𝑏𝑖 = √
𝑆𝐷𝑡 𝑞
Dimana :
𝑀𝑝 = mean skor yang dicapai oleh peserta tes yang menjawab betul, yang sedang
dicari korelasinya dengan tes secara keseluruhan.
𝑀𝑡 = mean skor total, yang berhasil dicapai oleh seluruh peserta tes.
P = proporsi peserta tes yang menjawab betul terhadap butir soal yang sedang
dicari korelasinya dengan tes secara keseluruhan.
20
4. Cara memberikan interpretasi terhadap angka indeks poin beserial
Untuk memberikan interpretasi terhadap 𝑟𝑝𝑏𝑖 , kita pergunakan tabel nilai “r”
product moment, dengan terlebih dahulu mencari df-nya ( df = N – nr ). Jika
𝑟𝑝𝑏𝑖 yang kita peroleh dalam perhitungan ternyata sama dengan atau lebih besar
daripada 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , maka kita dapat mengambil kesimpulan bahwa kedua variabel
yang sedang kita cari korelasinya, ternyata secara signifikan memang berkorelasi.
Jika 𝑟𝑝𝑏𝑖 lebih kecil daripada 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 berarti tidak ada korelasi yang signifikan
Sebagai salah satu contoh, misalnya dalam suatu penelitian yang antara lain
bertujuan untuk menuji validitas soal yang telah dikeluarkan dalam tes ( bila soal
yang dikeluarkan dalam tes tersebut berbentuk tes obkjektif ) sejumlah 10 orang
calon (testee) dihadapakan kepada 10 butir soal ; skor yang berhasil dicapai testee
adalah sebagai berikut : (catatan : pada contoh ini testee yang menjawab butir soal
dengan betul diberi skor 1, sedangkan tastee yang menjawab salah diberi skor
nol.
21
biserial nilai koefisien yang besar dan positif akan mengindikasikan bahwa siswa
dapat menjawab dengan baik item pertanyaan tersebut, sebaliknya poin biserial
yang kecil mengindikasikan bahwa item pertanyaan tidak dapat dijawab dengan
baik oleh siswa.
2. Lambangnya
Simbol yang biasa digunakan pada ukuran populasinya adalah (tau) dan ukuran
sampelnya adalah T .
3. Rumusnya
dimana:
S adalah total skor seluruhnya (grand total), yang merupakan jumlah skor urutan
kewajaran pasangan data pada salah satu variabel. Jika urutan ranking wajar diberi
skor +1, jika urutan ranking tdk wajar diberi skor –1.N adalah banyaknya
pasangan ranking.
22
Pada contoh ini, ranking pada variabel X yang diurutkan sehingga ranking pada
variabel Y mengikuti dan akan dicari nilai skor sebenarnya (S).
23
Rumusnya korelasi ganda…
Angka yang menggambarkan arah dan kuatnya hubungan antara dua (lebih)
variabel secara bersama-sama dengan variabel lainnya
RyX1X2 =
r 2 yx1 r 2 yx 2 2ryx1ryx 2 rx1x 2
1 r 2 x1x 2
Di mana :
Ryx1x2 : korelasi antara X1 dan X2 bersama-sama dengan Y
ryx1 : korelasi product moment Y dengan X1
ryx2 : korelasi product moment Y dengan X2
rx1x2 : korelasi product meoment X1 dengan X2
36
Korelasi Parsial
Mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel
dependen, dengan salah satu variabel independen dianggap tetap
(dikendalikan)
Rumusnya…
ryx1 ryx2 rx1x2
Ry.x1x2 =
1 r 2 x1x2 1 r 2 yx2
24
J. Teknik Korelasional Tetrakorik (Tetrachoric Correlation)
Teknik korelasi tetrakorik digunakan apabila dua variabel yang dikorelasikan sama-
sama merupakan variabel dikotomi.Bedanya, pada korelasi tetrakorik data bersifat
dikotomi buatan, sedangkan pada korelasi phi data bersifat dikotomi murni.Mula-
mula datanya merupakan data kontenum yang sebenarnya dikelompokkan menjadi
dua kelompok yaitu:
Keterangan :
25
X² : Chi kuadrat
N : Jumlah Sampel
A,b,c,d : Frekuensi tiap-tiap sampel tabel 2 x 2
5) Untuk menentukan diterima atau tidaknya hipotesa yang diajukan, diuji
dengan taraf signifikasi 5%.
Untuk mengetahui tingkat korelasi yang terjadi didasarkan pada koefisien
korelasi sebagai berikut :
(Winarno Surachman,1995:302)
1. Penentuan masalah
Sebagaimana dalam setiap penelitian, langkah awal yang harus dilakukan peneliti
adalahmenentukan masalah penelitian yang akan menjadi fokus studinya. Dalam
penelitian korelasional, masalah yang dipilih harus mempunyai nilai yang berarti
dalam pola perilaku fenomena yang kompleks yang memrlukan
pemahaman.Disamping itu, variabel yang dimasukkan dalam penelitian harus
didasarkan pada pertimbangan, baik secara teoritis maupun nalar, bahwa variabel
tersebut mempunyai hubungan tertentu.Hal ini biasanya dapat diperoleh berdasarkan
hasil penelitian yang terdahulu atau terdahulu.
26
2. Penentuan subyek
Subyek yang dilibatkan dalam penelitian ini harus dapat diukur dalam variabel-
variabel yang menjadi fokus penelitian.Subyek tersebut harus relatif homogen dalam
faktor-faktor di luar variabel yang diteliti yang mungkin dapat mempengaruhi variabel
terikat.Bila subyek yang dilibatkan mempunyai perbedaan yang berarti dalam faktor-
faktor tersebut, korelasi antar variabel yang diteliti menjadi kabur. Untuk mengurangi
heterogenitas tersebut, peneliti dapat mengklasifikasikan subyek menjadi beberapa
kelompok berdasarkan tingkat faktor tertentu dan, kemudian menguji hubungan antar
variabel penelitian untuk masing-masing kelompok.
3. Pengumpulan data
Berbagai jenis instrumen dapat digunakan untuk mengukur dan mengumpulkan data
masing-masing variabel, seperti angket, tes, pedoman interview dan pedoman
observasi, tentunya disesuaikan dengan kebutuhan.Data yang dikumpulkan dengan
instrumen-instrumen tersebut harus dalam bentuk angka. Dalam penelitian relasional,
pengukuran variabel dapat dilakukan dalam waktu yang relatif sama.
4. Analisis data
Pada dasarnya, analisis dalam penelitian korelasional dilakukan dengan cara
mengkorelasikan hasil pengukuran suatu variabel dengan hasil pengukuran variabel
lain. Dalam penelitian relasional, teknik korelasi bivariat, sesuai dengan jenis datanya,
digunakan untuk menghitung tingkat hubungan antara vaiabel yang satu dngan yang
lain.
Namun demikian, dapat pula digunakan analisis korelasi biasa bila hanya melibatkan
dua variabel.Bila melibatkan lebih dari dua variabel, misalnya untuk menentukan
apakah dua variabel prediktor atau lebih dapat digunakan untuk memprediksi variabel
kriteria lebih baik daripada bila digunakan secara sendiri-sendiri, teknik analisis
regresi ganda, multiple regresion atau analisis kanonik dapat digunakan.Hasil analisis
tersebut biasanya dilaporkan dalam bentuk nilai koefisien korelasi atau koefisien
regresi serta tingkat signifikansinya, disamping proporsi variansi yang disumbangkan
oleh variabel bebas terhadap variabel terikat.
27
2.7 Rancangan Teknik Analisis Korelasi
1. Korelasi Bivariat
Rancangan teknik analisis penelitian korelasi bivariat adalah suatu rancangan
penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan hubungan antara dua
variabel.Hubungan antara dua variabel diukur.Hubungan tersebut mempunyai
tingkatan dan arah.
Tingkat hubungan (bagaimana kuatnya hubungan) biasanya diungkapkan dalam
angka antar -1,00 dan +1,00, yang dinamakan foefisien korelasi. Korelasi zero (0)
mengindikasikan tidak ada hubungan. Koefisien korelasi yang bergerak ke arah -1,00
atau +1,00, merupakan korelasi sempurna pada kedua ekstrem.
Arah hubungan diindikasikan olh simbol “-“ dan “+”. Suatu korelasi negatif berarti
bahwa semakin tinggi skor pada suatu variabel, semakin rendah pula skor pada
variabel lain atau sebaliknya. Korelasi positif mengindikasikan bahwa semakin tinggi
skor pada suatu variabel, semakin tinggi pula skor pada variabel lain atau sebaliknya.
2. Regresi dan Prediksi
Jika terdapat korelasi antara dua variabel dan kita mengetahui skor pada salah satu
variabel, skor pada variabel kedua dapat diprediksikan.Regresi merujuk pada seberapa
baik kita dapat membuat prediksi ini. Sebagaimana pendekatan koefisien korelasi baik
-1,00 maupun +1,00, prediksi kita dapat lebih baik.
3. Regresi Jamak (Multiple Regresion)
Regresi jamak merupakan perluasan regresi dan prediksi sederhana dengan
penambahan beberapa variabel.Kombinasi beberapa variabel ini memberikan lebih
banyak kekuatan kepada kita untuk membuat prediksi yang akurat.Apa yang kita
prediksikan disebut variabel kriteria (criterion variable). Apa yang kita gunakan untuk
membuat prediksi, variabel-variabel yang sudah diketahui disebut variabel prediktor
(predictor variables).
4. Analisis Faktor
Prosedur statistik ini mengidentifikasi pola variabel yang ada.Sejumlah besar variabel
dikorelasikan dan terdapatnya antarkorelasi yang tinggi mengindikasikan suatu faktor
penting yang umum.
5. Rancangan korelasional yang digunakan untuk menarik kesimpulan kausal
28
Terdapat dua rancangan yang dapat digunakan untuk membuat pernyataan-pernyataan
tentang sebab dan akibat menggunakan metode korelasional.Rancangan tersebut
adalah rancangan analisis jalur (path analysis design) dan rancangan panel lintas-akhir
(cross-lagged panel design).
Analisis jalur digunakan untuk menentukan mana dari sejumlah jalur yang
menghubungkan satu variabel dengan variabel lainnya.Sedangkan desain panel lintas
akhir mengukur dua variabel pada dua titik sekaligus.
6. Analisis sistem (System Analysis)
Desain ini melibatkan penggunaan prosedur matematik yang kompleks/rumit untuk
menentukan proses dinamik, seperti perubahan sepanjang waktu, jerat umpan balik
serta unsur dan aliran hubungan.
29
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Korelasi merupakan hubungan antara dua kejadian dimana kejadian yang satu
dapat mempengaruhi eksistensi kejadian yang lain. Adapun tujuannya adalah mengolah
data hasil dari penelitian korelasional untuk menguji ada tidaknya hubungan itu dan
mengungkapkan seberapa besar kekuatan hubungan antarvariabel yang dimaksud .
Terdapat 10 macam teknik perhitungan korelasi yang termasuk dalam teknik
analisis korelasional bivariat yaitu :
1. Teknik Korelasional Produk Momen (Product Moment Correlation)
2. Teknik Korelasional Tata Jenjang (Rank Different Correlation atau Rank Order
Correlation)
3. Teknik korelasional Koefisien Phi (Phi Coeffisient Correlation)
4. Teknik Korelasional Kontingensi (Contingency Coefficient Correlation)
5. Teknik Korelasional Poin Biserial (Point Biserial Correlation)
6. Teknik Korelasinal Biserial (Biserial Correlation)
7. Teknik Korelasional Kendall Tau (Kendall’s Tau Correlation)
8. Teknik Korelasional Rasio (Correlation Ratio)
9. Teknik The Widespread Correlation
10.Teknik Korelasional Tetrakorik (Tetrachoric Correlation
3.2 Saran
Paper ini kami susun agar memberikan manfaat yang besar bagi para pembaca.
Kami berharap makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan kajian sehingga dapat
memberikan lebih kejelasan bagi para pembaca tentang sub bab yang telah kami bahas.
Kemudian menurut hemat kami, makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu
kami berharap kesedian bagi para pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang
bersifat membangun, penulis harapkan semoga menjadi hasil yang terbaik dan lebih
sempurna di kemudian hari.
30
DAFTAR PUSTAKA
Atmodjo, J. Tri. 2005. Modul Penelitian Korelasi (artikel). Jakarta: Fikom Universitas
Mercubuana Jakarta
Nurgiantoro, Burhan. 2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra edisi ketiga.
Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
31