Anda di halaman 1dari 53

MAKALAH UJI KORELASI PEARSON (PRODUCT MOMENT)

SEBAGAI TUGAS MATA KULIAH BIOSTATISTIKA

OLEH KELOMPOK 2

1. RIMAN JAYADI
2. L. WIRADININGRAT
3. L.IMAN SAPTAHADI
4. ARIP USMAN
5. DARMO KARNO
6. H. MUSLIM TASIM
7. HERU PURNAMA
8. MURSAKA
9. AKMAL ROSAMALI
10. L. WIRENTANUS
11. MOH. AMALI
12. SUKARDI
13. PUTU ARTAWAN
14. YAHYA ULUMUDIN
15. IMAN SURIHARTINI
16. LINDA AZIZAH

PROGRAM STUDY MAGISTER

FAKULTAS PASCA SARJANA ADMINISTRASI DAN KEBIJAKAN


KESEHATAN UNIVERSITAS QOMARUL HUDA BADARUDDIN BAGU
P a ge |i

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum, wr.wb.
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah swt, karena atas berkat
dan rahmat-Nya lah penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Analisis Korelasi” dengan tepat waktu.Tujuan utama penyusunan makalah ini
adalah selain untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Biostatistika.
Dalam penyusunan makalah ini penyusun mengucapkan terima kasih
kepada Dosen Pengasuh Mata Kuliah Statistika Dasar Bapak Dr. lalu

Sulaiman, SKM, M.kes. Kedua orang tua kami yang senantiasa memberikan
dukungan dan nasihatnya, serta sahabat-sahabat kami tercinta keluarga besar
magister Administrasi dan Kebijakan Kesehatan 2019 yang selalu memberikan
dukungan serta semangatnya dalam penyusunan makalah ini.
Meskipun telah berusaha dengan segenap kemampuan, namun penyusun
menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, segala
tegur sapa, kritik, serta saran yang diberikan pembaca akan penyusun terima
dengan kelapangan hati guna perbaikan pada masa yang akan datang.
Akhir kata, penyusun berharap semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi para pembaca.
Wassalamualaikum, wr.wb.

Penyusun.
P a g e | ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i


DAFTAR ISI .........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1.Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2. Tujuan Penulisan ........................................................................................1
1.3.Rumusan Masalah ..................................................................................... .1
1.4. Metodelogi Penyusunan .............................................................................2
1.5. Manfaat Penulisan ......................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
2.1. Pengertian Korelasi.....................................................................................3
2.2. Arah Korelasi..............................................................................................3
2.3. Peta Korelasi...............................................................................................4
2.4. Angka Korelasi............................................................................................7
2.5 Teknik Analisis Korelasi..............................................................................9
2.6 Langkah-langkah Teknik Analisis Korelasi...............................................36
2.7 Rancangan Teknik Analisis Korelasi........................................................38
2.8 Kelebihan dan kelemahan teknik analisis kolerasi....................................40
BAB III PENUTUP..............................................................................................42
3.1 KESIMPULAN...............................................................................................42
3.2 SARAN............................................................................................................43
3.3 LAMPIRAN....................................................................................................44
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................50
Page |1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Dalam kehidupan tidak ada manusia yang bisa hidup sendiri, pasti
tergantung atau berhubungan dengan yang lain. Baik itu berhubungan dengan
sesama manusia, maupun dengan alam sekitar.
Misalnya: Kalau kita ingin hidup sehat banyak faktor yang berkaitan/
berpengaruh, antara lain: lingkungan rumah, jam istirahat, jam kerja, cuaca dll.
Konsep pemikiran tentang hubungan adalah untuk menjawab pertanyaan
tentang apakah kemunculan suatu gejala akan diikuti oleh gejala-gejala lain, atau
lebih spesifik apakah perubahan suatu variabel akan diikuti oleh perubahan
variabel lain. Perubahan suatu variabel diikuti oleh perubahan variabel lain
menandakan adanya hubungan (korelasi) antar variabel.

1.2. Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisannya adalah :
• Pemelajar mampu:
1. Menjelaskan konsep korelasi
2. Menjelaskan macam-macam korelasi dan perbedaannya
3. Menjelaskan teknik-teknik korelasi.
4. Menjelaskan langkah - langkah teknik analisis korelasi
5. Menjelaskan rancangan teknik analisis korelasi
6. Menjelaskan kelebihan dan kekurangan teknik korelasi

1.3. Rumusan Masalah


- Bagaimana menjelaskan konsep korelasi ?
- Bagaimana menjelaskan macam-macam korelasi ?
- Apakah perbedaannya dari setiap macam-macam korelasi ?
- Bagaimana menjelaskan teknik-teknik korelasi?
Page |2

- Bagaimana menjelaskan langkah - langkah teknik analisis korelasi?


- Bagaimana menjelaskan rancangan teknik analisis korelasi?
- Bagaimana menjelaskan kelebihan dan kekurangan teknik korelasi ?

1.4. Metodelogi Penyusunan


Adapun metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah
studi pustaka. Yakni dengan mengumpulkan sumber-sumber, baik dari buku
ataupun internet tentang faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil
belajar, yang kemudian kami gabungkan menjadi satu dalam satu makalah.

1.5. Manfaat Penulisan


Adapun setelah disusunnya makalah ini, kami berharap dapat bermanfaat
bagi pembaca sebagaimana yang kami jadikan tujuan. Yakni memberikan
informasi dan pengetahuan tentang Analisis Korelasi, mengetahui beberapa
masalah terkait dengan penggolongan dan macam-macamnya, serta terpenuhinya
tugas mandiri mata kuliah Statistika Dasar.
Page |3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Korelasi

Kata “ korelasi” berasal dari bahasa inggris correlation. Dalam bahasa


indonesiA sering diterjemahkan dengan ; “ hubungan” atau “ saling hubungan”
atau “ hubungan timbal balik”. Dalam ilmu statistik istilah”korelasi” diberi
pengertian sebagai hubungan antardua variabel atau lebih”

Selain itu, Korelasi juga dapat diartikan sebagai salah satu teknik statistik
yang digunakan untuk untuk mencari hubungan antara dua variabel atau lebih
yang sifatnya kuantitatif. Korelasi merupakan teknik analisis yang termasuk
dalam salah satu teknik pengukuran asosiasi / hubungan (measures of
association).

2.2 Arah Korelasi

Hubungan antarvariabel itu jika ditilik dari segi arahnya, dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu hubungan yang sifatnya satu arah yang disebut korelasi
positif dan hubungan yang sifatnya berlawanan arah yang disebut korelasi negatif.

Disebut korelasi positif, jika dua variabel (atau lebih) yang berkorelasi,
berjalan paralel; artinya bahwa hubungan antardua variabel (atau lebih) itu
menunjukkan arah yang sama.

Contoh : kenaikan harga BBm yang diikuti dengan kenaikan ongkos angkutan.

Disebut korelasi negatif, jika dua variabel (atau lebih) yang berkorelasi itu
berjalan dengan arah yang berlawanan, bertentangan, atau berkebalikan.

Contoh : makin meningkatnya kesadaran hukum di kalangan masyarakat diikuti


dengan makin menurunnya angka kejahatan atau angka pelanggaran.
Page |4

Bagan korelasi

Korelasi Positif Korelasi Negatif

Var X Var Y Var X Var Y

2.3 Peta Korelasi

Arah hubungan variabel yang kita cari korelasinya, dapat kita amati melalui
sebuah peta atau diagram yang dikenal dengan nama Peta Korelasi.

Menurut Sudijono (1987), Ciri yang terkandung pada peta korelasi itu
adalah:

 Jika korelasi antara variabel X dan variabel Y merupakan korelasi positif


maksimal, atau korelasi positif tertinggi, atau korelasi positif sempurna,
maka pencarian titik yang terdapat pada peta korelasi apabila dihubungkan
antara satu dengan yang lain, akan membentuk satu buah garis lurus yang
condong ke arah kanan.

Diagram Korelasi Positif Maksimal


Page |5

 Jika korelasi antara variabel X dan variabel Y merupakan korelasi negatif


maksimal atau korelasi negatif tertinggi atau korelasi negatif sempurna
maka pencaran titik yang terdapat pada peta korelasi akan membentuk satu
garis lurus dengan yang condong ke arah kiri.

Diagram Korelasi Negatif Maksimal

 Jika korelasi antara variabel X dan variabel Y termasuk korelasi positif


yang tinggi atau kuat, maka pencaran titik yang terdapat pada peta korelasi
sedikit atau beberapa mulai menjauhi garis lurus, yaitu titik-titik tersebut
terpencar atau berada di sekitar garis lurus tersebut dengan kecondongan
ke arah kanan.
Page |6

Diagram Korelasi Positif Tinggi

 Jika korelasi antara variabel X dan variabel Y termasuk korelasi negatif


yang tinggi atau kuat, maka pencaran titik yang terdapat pada peta korelasi
itu sedikit menjauhi garis lurus dengan kecondongan ke arah kiri.

Diagram Korelasi Negatif Tinggi

 Korelasi positif atau korelasi negatif yang menunjukkan korelasi yang


rendah atau kecil, maka pencaran titik yang terdapat pada peta korelasi
akan semakin jauh tersebar atau menjauhi dari garis lurus
Page |7

Diagram Korelasi Positif Lemah

Diagram Korelasi negatif Lemah

2.4 Angka Korelasi

1. Pengertian

Sejauhmana tinggi-rendah, kuat-lemah, atau besar-kecilnya suatu korelasi


dapat diketahui dengan melihat angka korelasi hasil perhitungan yang dinamakan
Angka Indeks Korelasi atau Koefisien Korelasi. Angka Indeks Korelasi adalah
suatu angka yang dapat dijadikan petunjuk untuk mengetahui seberapa besar
kekuatan korelasi di antara variabel yang sedang dikorelasikan.

2. Lambangnya

Angka indeks korelasi biasanya diberi lambang dengan huruf tertentu.


Misalnya rxy sebagai lambang koefisien korelasi pada teknik korelasi Product
Moment. Lambang (Rho) sebagai simbol koefisien korelasi pada teknik korelasi
Tata Jenjang. Lambang (Phi) sebagai simbol koefisien korelasi Phi untuk variabel
diskirt murni, Lambang C atau KK sebagai koefisien korelasi pada teknik korelasi
Kontigensi, dan lain – lain.
Page |8

3. Besarnya

Besarnya angka indeks korelasi berkisar antara – 1,00 sampai dengan 1,00.
Hasil korelasi yang sempurna sebesar - 1,00 dan 1,00. Bila tidak ada korelasi
maka angka indeks korelasi menunjukkan angka 0. Apabila hasil perhitungan
korelasi lebih dari ± 1,00, maka hal ini menunjukkan telah terjadi kesalahan dalam
perhitungan. Untuk memudahkan melakukan interpretasi, mengenai kekuatan
hubungan antara dua variabel, penulis memberikan kriteria sebagai berikut.
(Sarwono : 2006)

0 : tidak ada korelasi antara dua variabel

0 – 0,25 : korelasi sangat lemah

0,25 – 0,5 : korelasi cukup

0,5 – 0,75 : korelasi kuat

0,75 – 0,99 : korelasi sangat kuat

1 : korelasi sempurna

4. Tandanya

Bila angka indeks korelasi bertanda minus (-) berarti korelasi tersebut
mempunyai arah korelasi negatif. Tanda – yang terdapat di depan angka indeks
korelasi tidak dapat diartikan bahwa korelasi antara variabel itu besarnya kurang
dari nol, karena angka indeks korelasi yang paling kecil adalah nol. Bila angka
indeks korelasi diberi tanda plus (+) atau tidak diberi tanda apapun menunjukkan
arah korelasi tersebut adalah korelasi positif. Hal yang perlu diingat bahwa tanda
+ dan – di depan angka indeks korelasi itu bukanlah tanda aritmatika.

5.Fungsi dan Sifat hubungan


Hubungan antara dua variabel dapat dinyatakan dalam dua fungsi yaitu
fungsi matematis dan fungsi statistic. Dalam fungsi matematis, bila terjadi
perubahan pada suatu variabel selalu diikuti perubahan pada variabel lainnya.
Page |9

Variabel Y adalah fungsi variabel X (Y = f (X)). Fungsi matematis


menggambarkan korelasi sempurna. Bila nilai variabel X diketahui maka nilai
variabel Y dapat ditentukan dengan pasti dan berlaku universal. Korelasi dalam
fungsi statistik menggambarkan korelasi yang tidak sempurna. Nilai variabel Y
diperkirakan bila nilai variabel X diketahui dan tidak berlaku universal. Hubungan
dalam fungsi statistik adalah suatu kecenderungan yang tidak berlaku bagi setiap
individu dalam kelompok, berlaku bagi sebagian besar kelompok. Hubungan
antara kedua variabel yang berkorelasi tidak boleh langsung disimpulkan adanya
hubungan kausal. Sifat hubungan tersebut bukan hubungan sebab akibat di antara
kedua variabel tersebut. Variabel X bukan penyebab dari variabel Y atau variabel Y
belum dapat diartikan sebagai akibat dari variabel X.
Angka indeks korelasi yang diperoleh dari proses perhitungan itu bersifat
relatif, yaitu angka yang fungsinya melambangkan indeks hubungan antar variabel
yang dicari korelasinya. Jadi, angka indeks korelasi itu bukanlah angka yang bersifat
eksak atau angka yang merupakan ukuran pada skala linier yang memiliki unit-unit
yang sama besar. Misalkan angka indeks korelasi antara variabel X dan variabel Y
sebesar 0,80 (rxy = 0,80), dan angka indeks korelasi antara variabel Y dan variabel Z
sebesar 0,20 (ryz = 0,20). Hal ini tidak dapat dikatakan bahwa r xy sebesar 4 kali ryz.

2.5 Teknik Analisis Koresional

1. Pengertian
Teknik analisis korelasi ialah teknik analisis statistik mengenai hubungan
antardua variabel atau lebih.

2. Tujuannya
Teknik analisis korelasional memiliki tiga macam tujuan, yaitu :

 Ingin mencari bukti (berlandasan pada data yang ada), apakah memang
benar antara variabel yang satu dan variabel yang lain terdapat hubungan
atau korelasi.
P a g e | 10

 Ingin menjawab pertanyaan apakah hubungan antar variabel itu ( jika


memang ada ubungannya ) termasuk hubungan yang kuat, cukupan,
ataukah lemah.
 Ingin memperoleh kejelasan dan kepastian ( secara matematik ) apakah
hubungan antar variabel itu merupakan hubungan yang berarti atau
menyakinkan ( signifikan ) ataukah hubungan yang tidak berarti atau tidk
meyakinkan.

3. Penggolongannya

Teknik analisis korelasional dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu


teknik analisis korelasional bivariat dan teknik analisis korelasional multivariat.

Teknik Analisis Koresional Bivariat ialah teknik analisis korelasi yang


mendasarkan diri pada dua buah variabel. Contoh : Korelasi antara prestasi belajar
dalam bidang studi Agama Islam (Variabel X) dan sikap keagaman siswa
(Variabel Y).

Teknik Analisis Koresional Multivariat ialah teknik analisis korelasi yang


mendasarkan diri pada lebih dari dua variabel. Contoh : Korelasi antara sikap
Keagaman Siswa (Variabel X1) dengan Suasana Keagaman di lingkungan
Keluarga (Variabel X2), Lingkungan Keagamaan Siswa di Masyarakat (Variabel
X3), Tingkat Pengetahuan Agama Orang Tua Siswa (Variabel X4, dan Prestasi
Belajar Siswa dalam bidang studi Agama Islam (Variabel X5).

4. Cara mencari korelasi pada teknik analisis korelasional bivariat

Sebagaimana dikemukakan oleh borg dan gall dalam bukunya educational


research terdapat 10 macam teknik perhitungan korelasi yang termasuk dalam
teknik analisis korelasional bivariat yaitu :

1. Teknik Korelasional Produk Momen (Product Moment Correlation)


2. Teknik Korelasional Tata Jenjang (Rank Different Correlation atau Rank
Order Correlation)
3. Teknik korelasional Koefisien Phi (Phi Coeffisient Correlation)
P a g e | 11

4. Teknik Korelasional Kontingensi (Contingency Coefficient Correlation)


5. Teknik Korelasional Poin Biserial (Point Biserial Correlation)
6. Teknik Korelasinal Biserial (Biserial Correlation)
7. Teknik Korelasional Kendall Tau (Kendall’s Tau Correlation)
8. Teknik Korelasional Rasio (Correlation Ratio)
9. Teknik The Widespread Correlation
10. Teknik Korelasional Tetrakorik (Tetrachoric Correlation)

Penggunaan teknik korelasi tersebut di atas akan sangat tergantung kepada


jenis data statistik yang akan dicari korelasinya, di samping pertimbangan atau
alasan tertentu yang harus dipenuhi.

2.5.1Teknik Korelasi Product Moment

1. Pengertiannya

Product moment correlation – atau lengkapnya product of the moment


correlation – adalah salah satu teknik untuk mencari korelasi antar dua variabel
yang kerap kali digunakan.

2. Penggunaannya

Teknik korelasi product moment kita pergunakan apabila kita berhadapan


dengan keyataan berikut ini :

1. Variabel yang kita korelasikan berbentuk gejala atau data yang bersifat
kontinu.
2. Sampel yang diteliti mempunyai sifat homogen, atau setidak – tidaknya
mendekati homogenya.
3. Regresinya merupakan regresi linear

3. Lambangnya

Kuat lemah atau tinggi rendahnya korelasi antardua variabel yang sudah
kita teliti dapat diketahui dengan melihat besar kecilnya angka indeks korelasi,
yang pada teknik korelasi product moment diberi lambang “r” ( sering disebut”r”
P a g e | 12

product moment). Angka indeks korelasi Product Moment ini diberi indeks
dengan huruf kecil dari huruf – huruf yang dipergunakan untuk dua buah variabel
yang sedang dicari korelasinya. Jadi apabila variabel pertama diberi lambang x
dan variabel kedua diberi lambang y, maka angka indeks korelasinya dinyatakan
dengan lambang r xy.

4. Cara Mencari Angka Indeks Korelasi Product Moment

Ada berapa macam cara yang dapat dipergunakan untuk mencari angka
indeks korelasi produk moment yaitu :

Apabila data yang dihadapi adalah data tunggal yamg number of casesnya < 30 :

1. Dengan cara menghitung deviasi standarnya lebih dahulu


2. Dengan cara yang lebih tingkat, yaitu tanpa menghitung deviasi
standarnya
3. Dengan cara memperhitungkan skor – skor aslinya atau ukuran – ukuran
kasarnya
4. Dengan cara memperhitung mean 9 yaitu mencari nalia rata – rata hitung
dari variabel yang dicari korelasinya )
5. Dengan cara memperhitungkan selisih dviasi dan variabel yan
dikerolesasikan, terhadap meannya
6. Dengan cara memperhitungkan selisih dari masing – masing skor aslinya
atau angka kasarnya.

Apabila data yang dihadapi adalah data tunggal yang number of casesnya = 30
atau > 30 dan untuk data kelompokkan, angka indeks korelasi dapat dapat
diperoleh dengan bantuan peta korelasi atau diagram korelasi.

5. Cara Memberikan Interprestasi terhadap Angka Indeks Korelasi “r”


Product Moment
Terhadap angka indeks korelasi yang telah diperoleh dari perhitungan (proses
komputasi ) kita dapat memberikan interpretasi atau penafsiran tertentu. Dalam
hubungan ini ada dua macam cara dapat kita tempuh yaitu :
P a g e | 13

 Memberikan interpretasi terhadap angka indeks korelasi “r” product


moment secara kasar atau dengan sederhana.
 Memberikan interpretasi terhadap angka indeks korelasi “r” product
moment dengan jalan berkorealitasi ( berkonsultasi ) pada tabel nilai “r”
product moment.
Prosedur yang kita lalui, yakni :
a. Merumuskan (membuat) hipotesis alternatif (Ha) dan hipotesis nihil
atau hipotesis nol (H₀).
b. Menguji kebenaran atau kepalsuan dari hipotesis yang telah kita ajukan
di atas tadi. (maksudnya : manakah yang benar Ha atau H₀).

6. Contoh Cara Mencari (Menghitung) dan Memberikan Interpretasi terhadap


Angka Indeks Korelasi “r” Product Moment

A.Cara Mencari (menghitung) dan memberikan interpretasi terhadap angka indeks


korelasi “r” product moment untuk data tunggal dimana N < 30 dengan terlebih
dahulu memperhitungkan Deviasi Standarnya

1. Rumus

∑ xy
r xy =
NS D x S D y

Dimana : r xy = angka indeks korelasi antara variabel X dan variabel Y

∑ xy = jumlah dari hasil perkalian antara deviasi skor – skor variabel x


dari skor – skor variabel

S Dx = deviasi standar dari variabel x

S D y = deviasi standar dari variabel y

N = number of cases

2. Langkahnya
P a g e | 14

a. Menyiapkan tabel kerja atau tabel perhitungan yang terdiri dari 8


kolom. Kolom 1 : Subjek penelitian, kolom 2 : skor variabel x, kolom
3 : skor variabel y, kolom 4 : deviasi skor x terhadap mean grupnya
(Mx), kolom 5 : deviasi skor y terhadap mean grupnya (My), kolom 6 :
hasil perkalian deviasi x dan deviasi y, kolom 7 : hasil pengkuadratan
deviasi x, kolom 8 : hasil pengkuadratan deviasi y.
b. Menghitung mean dari variabel x dan y dengan rumus :
∑X ∑Y
Mx= My=
N N
c. Menghitung deviasi standar variabel x dan y dengan rumus :

SDx=
√ ∑X
N
SDy=
√ ∑Y
N
d. Menghitung angka indeks korelasi dengan rumus pada nomor 1.

B.Cara mencari (menghitung dan memberikan interpretasi terhadap angka indeks


korelasi “r” product moment untuk data tunggal dimana N < 30, dengan tidak
mencari deviasi standarnya

1. Rumus

∑ xy
r xy =
√(¿ ∑ x 2)(∑ y 2 )¿
Dimana : r xy = angka indeks korelasi antara variabel X dan variabel Y

∑ x 2 = jumlah deviasi skor x setelah terlebih dahulu dikuadratkan

2
∑ y =¿ jumlah deviasi skor y setelah terlebih dahulu dikuadratkan

2.Langkahnya
a. Menyiapkan tabel kerja atau tabel perhitungan seperti pada A sub 2a,
b. Mencari deviasi skor x terhadp Mx dan skor y terhadap My dengan
rumus : x = X – Mx , y = Y – My
c. Menghitung angka indeks korelasi dengan rumus pada nomor 1.
P a g e | 15

C. Cara mencari (menghitung) angka indeks korelasi “r” product moment di mana
N < 30, dengan mendasarkan diri pada skor aslinya atau angka kasarnya

1. Rumus
N ∑ XY −( ∑ X ) (∑ Y )
r xy =
√ N ∑ X 2−( ∑ X 2 )¿ ¿
Dimana : : r xy = angka indeks korelasi antara variabel X dan variabel Y

N = number of cases

∑ XY =¿jumlah hasil perkalian antara skor x dan skor y

∑ X = jumlah seluruh skor x

∑ Y = jumlah seluruh skor y

2. Langkah
a. Menyiapkan tabel kerja atau tabel perhitungan yang terdiri dari 6
kolom. Kolom 1, 2 dn 3 sama seperti sebelumnya sedangkan kolom 4 :
hasil perkalian deviasi x dan deviasi y, kolom 5 : hasil pengkuadratan
deviasi x, kolom 6 : hasil pengkuadratan deviasi y.
b. Menghitung angka indeks korelasi dengan rumus pada nomor 1.

D. Cara mencari (menghitung) Angka Indeks Korelasi “r” Product Moment di


mana N < 30, dengan memperhitungkan Meannya

1. Rumus

∑ XY −N . Mx . My
r xy =
√ ∑ X 2−N . Mx ¿ 2 ¿ ¿
Dimana : r xy = angka indeks korelasi antara variabel X dan variabel Y

N = number of cases

2
∑ x = jumlah deviasi skor x setelah terlebih dahulu dikuadratkan
P a g e | 16

2
∑ y =¿ jumlah deviasi skor y setelah terlebih dahulu dikuadratkan

Mx = mean dari skor variabel x

My = mean dari variabel y

2
Mx =kuadrat dari mean skor variabel x

My 2=kuadrat dari mean skor variabel y

2.Langkah

a. Menyiapkan tabel kerja atau tabel perhitungan seperti pada C sub 2a.

b. Menghitung mean dari variabel x dan y dengan rumus :

∑X ∑Y
Mx= My=
N N

c.Menghitung angka indeks korelasi dengan rumus pada nomor 1.

E. Cara mencari (menghitung) angka indeks korelasi “r” Product Moment, dimana
N < 30, dengan didasarkan pada selisih deviasinya

1. Rumus

2 2 2
∑ x +∑ y −∑d
r xy =
2 √( ∑ X ) (∑ Y )
2 2

Dimana : r xy = angka indeks korelasi antara variabel X dan variabel Y

2
∑ x = jumlah deviasi skor x setelah terlebih dahulu dikuadratkan

2
∑ y =¿ jumlah deviasi skor y setelah terlebih dahulu dikuadratkan

d = selisih antara deviasi skor variabel x dan deviasi variabel y, atau


d=x–y

2 = bilangan konstan ( tidak dapat diubah – ubah)


P a g e | 17

2
∑d = jumlah selisih antara deviasi skor variabel x dan deviasi variabel y
setelah dikuadratkan terlebih dahulu ∑ d 2=∑ ¿ ¿

2.Langkah
a. Menjumlahkan seluruh skor variabel x dan y, diperoleh ∑ X , ∑Y
b. Menghitung mean dari variabel x dan y dengan rumus :

∑X ∑Y
Mx= My=
N N
c. Mencari deviasi skor x terhadp Mx dan skor y terhadap My dengan
rumus : x = X – Mx , y = Y – My
d. Mencari d dengan rumus d = (x – y)
e. Mengkuadratkan d, setelah itu jumlahkan, hingga diperoleh ∑d 2
f. Menghitung angka indeks korelasi dengan rumus pada nomor 1.

F. Cara mencari (menghitung) angka indeks korelasi “r” Product Moment di mana
N < 30 dengan menadasarkan pada selisih skornya (selisih skor kasarnya)

1. Rumus

N ( ∑ x 2+∑ y 2−∑ ( X−Y )2) −2(∑ X)( ∑Y )


r xy=
2 √¿ ¿ ¿

Dimana :r xy = angka indeks korelasi antara variabel X dan variabel Y

N = number of cases

∑ x 2 = jumlah deviasi skor x setelah terlebih dahulu dikuadratkan

2
∑ y =¿ jumlah deviasi skor y setelah terlebih dahulu dikuadratkan

(X – Y) = selisih antara skor variabel X dan skor variabel Y

2 = bilangan konstan ( tidak dapat diubah – ubah)

( X −Y )2=k uadrat dari selisih antara skor variabel x dan skor variabel y
P a g e | 18

(∑ x 2 ¿ = jumlah dari seluruh skor variabel X, setelah itu lalu dikuadratkan

(∑ y 2 ¿ = jumlah dari seluruh skor variabel Y, setelah itu lalu dikuadratkan

2.Langkah

a. Menyiapkan tabel kerja atau tabel perhitungan seperti pada C sub


2a, lalu tambahkan 2 kolom yang berisi selisih skor x dan y, serta
kolom kuadrat x –y.

b. Menghitung angka indeks korelasi dengan rumus pada nomor 1

G. Cara mencari (menghitung) angka indeks korelasi “r” Product Moment untuk
data tunggal, di mana N = 30 atau N > 30

1. Rumus

∑ x ' y'
−( C x ) (C y )
' '
N
r xy=
( SD x ' ) (SD y ' )

Dimana : r xy = angka indeks korelasi antara variabel X dan variabel Y

N = number of cases

∑ x ' y ' = jumlah hasil perkalian silang (product of the moment) antara frekuensi
sel (f) dengan x’ dan y’

Cx’ = nilai koreksi pada variabel X yang dapat diperoleh dengan


∑fx '
rumus : C x ' =
N

Cy’ = nilai koreksi pada variabel Y yang dapat diperoleh dengan


∑ f y'
rumus : C y ' =
N

SDx’ = deviasi standar skor X dalam arti tiap skor sebagai 1 unit
dimana i – 1
P a g e | 19

SDy’ = deviasi standar skor Y dalam arti tiap skor sebagai 1 unit
dimana i – 1

2.Langkah
a. Menyiapkan Peta Korelasi ( Scatter Diagram)
∑ fx ' ∑fy '
b. Mencari Cx’ dan Cy’ dengan rumus : ,
N N
c. Mencari SDx’ dan SDy’ dengan rumus :

√ √
2 2
SDx’ = i ∑ fx ' −¿ ¿ , SDy’ = i ∑ fy ' −¿ ¿
N N
d.Menghitung angka indeks korelasi dengan rumus pada nomor 1

H. Cara mencari (menghitung) angka indeks korelasi “r” Product Moment untuk
data kelompokkan

1. Rumus

∑ x ' y'
−( C x ' ) ( X y ' )
N
r xy =
( SD x' ) ( SD y ' )

Dimana : r xy = angka indeks korelasi antara variabel X dan variabel Y

N = number of cases

∑ x ' y ' = jumlah hasil perkalian silang (product of the moment) antara frekuensi
sel (f) dengan x’ dan y’

Cx’ = nilai koreksi pada variabel X yang dapat diperoleh dengan


∑fx '
rumus : C x ' =
N

Cy’ = nilai koreksi pada variabel Y yang dapat diperoleh dengan


∑ fy '
rumus : C y ' =
N
P a g e | 20

SDx’ = deviasi standar skor X dalam arti tiap skor sebagai 1 unit
dimana i = 1

SDy’ = deviasi standar skor Y dalam arti tiap skor sebagai 1 unit
dimana i = 1

2.Langkah
a. Merumuskan (membuat) hipotesis alternatif (Ha) dan hipotesis nihil
atau hipotesis nol (H₀).
b. Menyiapkan Peta Korelasi ( Scatter Diagram)
∑ fx ' ∑ fy '
c. Mencari Cx’ dan Cy’ dengan rumus : ,
N N
d. Mencari SDx’ dan SDy’ dengan rumus :

√ √
2 2
SDx’ = i ∑ fx ' −¿ ¿ , i = 1, SDy’ = i ∑ fy ' −¿ ¿ , i = 1
N N
e.Menghitung angka indeks korelasi dengan rumus pada nomor 1

2.5.2 Teknik Korelasi Tata Jenjang (= Teknik korelasi Rank Order = Rank
Order Correlation = Rank Difference Correlation)

1. Pengertian

Teknik korelasi tata jenjang dalam dunia statistik dikenal sebagai teknik
analisis koelasional yag paling sederhana jika dibandingkan dengan teknik analisis
korelasinal lainnya.

2. Penggunaanya

Teknik ini akan efektif digunakan apabila subjek yang dijadikan sampel
dalam penelitian N antara 10 – 29. Selain itu, teknik ini juga digunakan untuk
mencari koefisien korelasi antara data ordinal dan data ordinal lainnya. Teknik ini
dapat digunakan untuk data interval, tetapi sebelumnya telah diubah menjadi data
ordinal.

3.Lambangnya
P a g e | 21

Pada teknik ini, angka indeks korelasi dilambangkan dengan huruf ρ


(baca: rho) dengan angka indeks korelasi berkisar antara 0,00 sampai dengan
+1,00.

4. Rumusnya

Rumus korelasi ini dikembangkan oleh Charles Spearman.

2 2
6∑D 6∑D
ρ ¿ 1− 2
N (N −1)
atau ρ ¿ 1− 3
( N −N )

Keterangan: ρ = angka indeks korelasi tata jenjang

1dan 6 = bilangan konstan


D = perbedaan antara pasangan jenjang, D = R1 – R2
N = Jumlah individu dalam sampel

Langkah penggunaan rumus ini sama dengan yang ditempuh oleh rumus-
rumus korelasi poduct moment. Namun penggunaannya, rumus ini dibedakan
antara penggunaan untuk data ordinal dan untuk data interval yang telah berubah
menjadi data ordinal, akan tetapi bentuk rumusnya tetap seperti itu, perbedaannya
adalah pada tabel kerja yang digunakan.

5.Cara memberikan interpretasi terhadap angka indeks korelasi tata jenjang

Untuk memberikan interpretasi terhadap angka indeks korelasi tata


jenjang, terlebih dahulu kita rumuskan hipotesis alternatif dan hipotesis nol – nya

6.Contoh cara mencari menghitung dan memberikan interpretasi terhadap angka


indeks korelasi tata jenjang

Ada tiga macam cara mencari ( menghitung ) Rho,yaitu :

a. Cara mencari ( menghitung ) dan memberikan interpretasi terhadap


angka indeks korelasi tata jenjang, yang tidak terdapat urutan yang kembar.
P a g e | 22

b. Cara mencari ( menghitung ) dan memberikan interpretasi terhadap


angka indeks korelasi tata jenjang, yang tidak terdapat urutan yang kembar dua.

c. Cara mencari ( menghitung ) dan memberikan interpretasi terhadap


angka indeks korelasi tata jenjang, yang tidak terdapat urutan yang kembar tiga
atau lebih dari tiga.

Dengan menggunakan rumus :

R n2−1
e=¿ √ M R +
2 ¿
12

Dimana : Re=¿¿ urutan kedudukan

M R = mean dari urutan kedudukan skor kembar

n = banyaknya skor yang kembar

1 dan 12 = bilangan konstan (tidak dapat diubah – ubah)

2.5.3 Teknik Korelasi Phi (Phi Coefficient Correlation)


1. Pengertiannya

Teknik korelasi phi adalah salah satu teknik analisis korelasional yang
dipergunakan apabila data yang dikorelasikan adalah data yang benar – benar
dikotomik ( terpisah atau dipisahkan secara tajam ) dengan istilah lain ; variabel
yang dikorelasikan itu adalah variabel diskrit murni ; misalnya : laki – laki –
perempuan, hidup – mati, lulus – tidak lulus, menjadi pengurus organisasi – tidak
menjadi pengurus organisasi mengikuti bimbingan tes – tidak mengikuti
bimbingan tes, dan seterusnya. Apabila variabelnya bukan merupakan variabel
diskrit, maka variabel tersebut terlebih dahulu harus diubah menjadi variabel
diskrit.

2. Lambangya

Besar kecil, kuat lemahnya, atau tingi rendahnya, korelasi antar dua variabel
yang kita selidiki korelasinya, pada teknik korelasi phi ini, ditunjukkan oleh besar
P a g e | 23

kecilnya angka indeks korelasi yang dilambangkan dengan huruf φ ( phi ) yang
besarnya berkisar antara 0,00 samapai dengan + 1,00.

3. Rumusnya
( ad−bc)
 Rumus pertama : φ=
√( a+b ) ( a+ c ) ( b+ d )( c+ d)
Rumus ini kita pergunakan apabila dalam menghitung atau mencari φ kita
mendasarkan diri pada frekuensi dari masing – masing sel yang terdapat dalam
tabel kerja (tabel perhitungan).

αδ −βγ
 Rumus kedua : φ=
√( p ) ( q ) ( p ) (q ')
'

Rumus ini kita pergunakan apabila dalam menghitung φ kita mendasarkan


diri pada nilai proporsinya.

 Rumus ketiga : φ=
√ χ2
N

Rumus ini kita pergunakan apabila dalam mencari φ kita terlebih dahulu
menghitung kai kuadrat ( χ 2 ¿; kai kuadrat itu diperoleh dengan rumus :

2
χ =∑ ¿ ¿ dengan : f 0= frekuensi yang diperoleh dalam penelitian

f t = frekuensi secara teoritik

4. Cara memberikan interpretasi terhadap angka indeks korelasi phi (φ )

Pada dasarnya, phi merupakan product momen correlation. Oleh karena


itu, dapat diinterpretasikan dengan cara yang sama dengan “r” Product Moment
dari Pearson.
∑ xy
r xy =
√(¿ ∑ x 2)(∑ y 2 )¿
5.Contoh cara mencari (menghitung) angka indeks korelasi Phi
P a g e | 24

a. Cara mencari angka indeks korelasi phi dengan mendasarkan diri pada
frekuensi dari masing – masing sel yang terdapat dalam tabel kerja (tabel
( ad−bc)
perhitungan). φ=
√( a+b ) ( a+ c ) ( b+ d )( c+ d)
b. Cara mencari angka indeks korelasi phi dengan mendasarkan diri pada nilai
αδ −βγ
proporsinya. φ=
√( p ) ( q ) ( p ) (q ')
'

c. Cara mencari (menghitung) angka indeks korelasi phi dengan


2
memperhitungkan kai kuadradat. χ
φ=
N

d. Cara mencari ( menghitung ) angka indeks korelasi phi dalam keadaan khusus

αδ−βγ
φ=
√ ( p) (q)
2.5.4 Teknik Korelasi Koefisien Kontingensi
1. Pengertiannya

Teknik korelasi koefisien kontingensi adalah salah satu teknik analisis


korelasional bivariat, yang dua buah variabel yang dikorelasikan adalah berbentuk
kategori atau merupakan gejala ordinal. Misalnya : tingkat pendidikan, tinggi,
menengah, rendah : pemahaman terhadap ajaran Agama Islam: baik, cukup,
kurang, dan sebagainya.

2. Lambangnya

Kuat lemah, tinggi – rendah, atau besar – kecilnya korelasi antar dua variabel
yang sedang kita selidiki korelasinya, dapat diketahui dari besar – kecilnya angka
indeks korelasi yang disebut coefficient contingency, yang umumnya diberi
lambang dengan huruf C atau KK ( singkatan dari koefisien kontingensi).

3. Rumusnya
2
χ
∁= 2
χ +N
P a g e | 25

2
χ dapat diperoleh dengan menggunakan rumus : 2
χ =∑¿ ¿

4. Cara memberikan interpretasi terhadap angka indeks korelasi kontingensi


Pemberian interpretasi terhadap angka indeks korelasi kontingensi C atau KK
itu adalah dengan jalan terlebih dahulu menubah harga C menjadi phi, dengan
C
mempergunakan rumus : φ=
√1−C2
Setelah harga φ diperoleh, selanjutnya kita konsultasikan dengan tabel nilai
“r” Product Moment dengan df sebesar N – nr. Jika angka indeks korelasi yang
kita peroleh dalam perhitungan (dalam hal ini adalah C yang telah diubah menjadi
phi dan dianggap “r xy“) itu sama dengan atau lebih besar daripada r tabel , maka
hipotesis nihil ditolak dan apabila lebih kecil daripada r tabel , maka hipotesis nihil
diterima atau disetujui.

5. Contoh cara mencari ( menghitung ) angka indeks korelasi kontingensi

Misalkan akan diteliti, apakah terdapat korelasi positif yang signifikan antara
semangat berolah – raga dan kegairahan belajar. Sejumlah 200 orang subjek
ditetapkan sebagai sampel penelitian. Hasil pengumpulan data menunjukan angka
sebagaimana tertera pada tabel dibawah ini.

2.5.5 Teknik Korelasi Poin Biseral

1. Pegertian Dan Penggunanya


P a g e | 26

Teknik korelasi point biserial ( point biserial correlation ) adalah salah satu
teknik analisis korelasional bivariat yang biasa dipergunakan untuk mencari
korelasi antara dua variabel :

Variabel 1 berbentuk variabel kontinum ( misalnya : skor hasil tes ) sedangkan


Variabel 2 berbentuk variabel diskrit murni ( misalnya betul atau salahnyacalon
dalam menjawab butir – butir soal tes ).

Teknik analisis koresional poin biseral ini juga dapat dipergunakan untuk
menguji validity item (validitas soal) yang telah diajukan dalam tes, dimana skor
hasil tes untuk tiap butir soal dikorelasikan dengan skor hasil tes secara totalitas.

2. Lambangnya

Angka indeks korelasi yang menunjukan keeratan hubungan antara variabel


yang satu dengan variabel yang lain, pada teknik korelasi ini dilambangkan
dengan : r pbi

3.Rumusnya

r pbi =
M p−M t
S Dt √ p
q

Dimana : r pbi = angka indeks korelasi poin biseral

M p = mean skor yang dicapai oleh peserta tes yang menjawab betul,
yang sedang dicari korelasinya dengan tes secara keseluruhan.

M t = mean skor total, yang berhasil dicapai oleh seluruh peserta tes.

S Dt = deviasi standar total (dari skor total)

P = proporsi peserta tes yang menjawab betul terhadap butir soal yang
sedang dicari korelasinya dengan tes secara keseluruhan.

4.Cara memberikan interpretasi terhadap angka indeks poin beserial


P a g e | 27

Untuk memberikan interpretasi terhadap r pbi ,kita pergunakan tabel nilai


“r” product moment, dengan terlebih dahulu mencari df-nya ( df = N – nr ). Jika
r pbi yang kita peroleh dalam perhitungan ternyata sama dengan atau lebih besar
daripada r tabel ,maka kita dapat mengambil kesimpulan bahwa kedua variabel yang
sedang kita cari korelasinya, ternyata secara signifikan memang berkorelasi. Jika
r pbilebih kecil daripada r tabel berarti tidak ada korelasi yang signifikan

5.Contoh cara mencari ( menhitung ) angka indeks korelasi poin biserial

Sebagai salah satu contoh, misalnya dalam suatu penelitian yang antara
lain bertujuan untuk menuji validitas soal yang telah dikeluarkan dalam tes ( bila
soal yang dikeluarkan dalam tes tersebut berbentuk tes obkjektif ) sejumlah 10
orang calon (testee) dihadapakan kepada 10 butir soal ; skor yang berhasil dicapai
testee adalah sebagai berikut : (catatan : pada contoh ini testee yang menjawab
butir soal dengan betul diberi skor 1, sedangkan tastee yang menjawab salah
diberi skor nol.

2.5.6 Teknik Korelasinal Biserial (Biserial Correlation)

1. Pengertian dan Penggunaannya

Korelasi biserial merupakan alat yang paling sering digunakan dalam dunia
pendidikan, dimana korelasi ini melihat hubungan antara skor atau hasil jawaban
pada masing-masing item pertanyaan yang diberikan dalam tes.Korelasi biserial
efektif diberikan pada tipe tes multiple choice atau pilihan berganda tetapi bisa
juga untuk tipe tes lainnya.Hasilnya para pendidik dapat mengetahui karaktristik
siswa dalam memberikan jawaban terhadap soal tes yang kita berikan.

Korelasi biserial dapat digunakan untuk melihat fenomena dalam pola jawaban
siswa, seringkali pengajar dihadapkan pada kenyataan bahwa siswa tertentu
akanmemberikan jawaban yang benar terhadap pertanyaan yang sulit dan
sebaliknya pada pertanyaan mudah ia akan memberikan jawaban yang salah.
P a g e | 28

Seperti halnya pada pengujian korelasi tentunya kita mengenal istilah koefisien
korelasi dan nilai signifikansi atau p-value. Prinsipnya sama saja, pada korelasi
biserial nilai koefisien yang besar dan positif akan mengindikasikan bahwa siswa
dapat menjawab dengan baik item pertanyaan tersebut, sebaliknya poin biserial
yang kecil mengindikasikan bahwa item pertanyaan tidak dapat dijawab dengan
baik oleh siswa.

2.5.7 Teknik Korelasional Kendall Tau (Kendall’s Tau Correlation)

1. Pengertian dan Penggunaanya

Korelasi Kendall Tau merupakan statistik nonparametrik. Korelasi ini


digunakan pada data sama seperti data yang digunakan pada korelasi spearman
yaitu sekurang-kurangnya data ordinal.

2.Lambangnya

Simbol yang biasa digunakan pada ukuran populasinya adalah (tau) dan
ukuran sampelnya adalah T .

3.Rumusnya

Formula T adalah sebagai berikut:

dimana:

S adalah total skor seluruhnya (grand total), yang merupakan jumlah skor urutan
kewajaran pasangan data pada salah satu variabel. Jika urutan ranking wajar diberi
skor +1, jika urutan ranking tdk wajar diberi skor –1.N adalah banyaknya
pasangan ranking.
P a g e | 29

Pada contoh ini, ranking pada variabel X yang diurutkan sehingga ranking pada
variabel Y mengikuti dan akan dicari nilai skor sebenarnya (S).

Mencari nilai S (lihat ranking Y):

Penggunaan formula korelasi kendall T dapat dikoreksi jika data yang digunakan
banyak terdapat angka sama yang berarti juga mempunyai ranking yang sama
(untuk angka sama, ranking dirata-ratakan). Formula dikoreksi menjadi:
P a g e | 30

Nilai dari T dan rs tidak sama, walaupun dihitung dari pasangan ranking yang
sama, sehingga kedekatan hubungan (aso
P a g e | 31

siasi) variabel tidak bisa dibandingkan antara nilai T dan rs .nilai rs biasanya lebih
besar dari nilai T. namun demikian ada hubungan antara dua ukuran tersebut,
yaitu:
P a g e | 32

contoh 3: (lihat data pada contoh korelasi spearman)


P a g e | 33

2.5.7 Teknik Korelasional Rasio (Correlation Ratio)

Interval/Rasio
1. Product Momen
2. Korelasi Parsial
3. Korelasi Ganda
P a g e | 34

2.5.9 Teknik The Widespread Correlation


P a g e | 35

Sering terjadi dalam penelitian yang membutuhkan pengamatan seperti cenderung


memberikan nilai rata-rata dari pada menilai sangat baik atau sangat
buruk.Sehingga digunakan teknik the widespread correlation. Dengan Rumus :

2.5.10 Teknik Korelasional Tetrakorik (Tetrachoric Correlation)

Teknik korelasi tetrakorik digunakan apabila dua variabel yang dikorelasikan


sama-sama merupakan variabel dikotomi.Bedanya, pada korelasi tetrakorik data
bersifat dikotomi buatan, sedangkan pada korelasi phi data bersifat dikotomi
murni.Mula-mula datanya merupakan data kontenum yang sebenarnya
dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu:

a. Subjek yang menguasai materi

b. Subjek yang tidak menuasai materi

dengan rumus sebagai berikut :

1. Mencari nilai phi dengan rumus :


ad−bc
Ø=
(a+ b)(c +d )(b+d )
2. Menentukan besarnya korelasi tetrakorik dengan rumus :
rt : Sinus (Ø 90º)
3. Menentukan korelasi dan menguji korelasi tetrakorik dengan rumus :

r = korelasi tetrakorik x faktor koreksi x faktor koreksi

4. Tes signifikan dari koreksi tetrakorik digunakan teknik Chi kuadrat


P a g e | 36

diperoleh dari rumus X² = ز .N dengan derajat bebas (db) = 1. Rumus chi


kuadrat :
N ( ad−bc ) 2
X² =
(a+ b)(c +d )(b+d )

Keterangan :
X² : Chi kuadrat
N : Jumlah Sampel
A,b,c,d : Frekuensi tiap-tiap sampel tabel 2 x 2
5. Untuk menentukan diterima atau tidaknya hipotesa yang diajukan, diuji
dengan taraf signifikasi 5%.

Untuk mengetahui tingkat korelasi yang terjadi didasarkan pada koefisien korelasi
sebagai berikut :

a. 0,80 - 1,00 = korelasi yang sempurna

b. 0,60 - 0,80 = korelasi yang tinggi

c. 0,40 - 0,60 = korelasi yang sedang

d. 0,20 - 0,40 = korelasi yang rendah tapi ada

e. 0,00 - 0,20 = korelasi yang sangat rendah

(Winarno Surachman,1995:302)

2.6 Langkah-langkah Teknik Analisis Korelasi

Pada dasarnya, penelitian korelasi baik relasional, prediktif, maupun multivariat,


melibatkan perhitungan korelasii antara variabel yang kompleks (variabel kriteria)
dengan variabel lain yang dianggap mempuyai hubungan (variabel prediktor).
Untuk menguji hubungan tersebut, langkah-langkah yang ditempuh sama meski
P a g e | 37

detail masing-masing langkah untuk keduanya berbeda, terutama dalam


pengumpulan dan analisis data.

1. Penentuan masalah

Sebagaimana dalam setiap penelitian, langkah awal yang harus dilakukan peneliti
adalahmenentukan masalah penelitian yang akan menjadi fokus studinya. Dalam
penelitian korelasional, masalah yang dipilih harus mempunyai nilai yang berarti
dalam pola perilaku fenomena yang kompleks yang memrlukan
pemahaman.Disamping itu, variabel yang dimasukkan dalam penelitian harus
didasarkan pada pertimbangan, baik secara teoritis maupun nalar, bahwa variabel
tersebut mempunyai hubungan tertentu.Hal ini biasanya dapat diperoleh
berdasarkan hasil penelitian yang terdahulu atau terdahulu.

2. Penentuan subyek

Subyek yang dilibatkan dalam penelitian ini harus dapat diukur dalam variabel-
variabel yang menjadi fokus penelitian.Subyek tersebut harus relatif homogen
dalam faktor-faktor di luar variabel yang diteliti yang mungkin dapat
mempengaruhi variabel terikat.Bila subyek yang dilibatkan mempunyai perbedaan
yang berarti dalam faktor-faktor tersebut, korelasi antar variabel yang diteliti
menjadi kabur.

Untuk mengurangi heterogenitas tersebut, peneliti dapat mengklasifikasikan


subyek menjadi beberapa kelompok berdasarkan tingkat faktor tertentu dan,
kemudian menguji hubungan antar variabel penelitian untuk masing-masing
kelompok.

3. Pengumpulan data

Berbagai jenis instrumen dapat digunakan untuk mengukur dan mengumpulkan


data masing-masing variabel, seperti angket, tes, pedoman interview dan pedoman
observasi, tentunya disesuaikan dengan kebutuhan.Data yang dikumpulkan
dengan instrumen-instrumen tersebut harus dalam bentuk angka. Dalam penelitian
relasional, pengukuran variabel dapat dilakukan dalam waktu yang relatif sama.
P a g e | 38

4. Analisis data

Pada dasarnya, analisis dalam penelitian korelasional dilakukan dengan cara


mengkorelasikan hasil pengukuran suatu variabel dengan hasil pengukuran
variabel lain. Dalam penelitian relasional, teknik korelasi bivariat, sesuai dengan
jenis datanya, digunakan untuk menghitung tingkat hubungan antara vaiabel yang
satu dngan yang lain.

Namun demikian, dapat pula digunakan analisis korelasi biasa bila hanya
melibatkan dua variabel.Bila melibatkan lebih dari dua variabel, misalnya untuk
menentukan apakah dua variabel prediktor atau lebih dapat digunakan untuk
memprediksi variabel kriteria lebih baik daripada bila digunakan secara sendiri-
sendiri, teknik analisis regresi ganda, multiple regresion atau analisis kanonik
dapat digunakan.Hasil analisis tersebut biasanya dilaporkan dalam bentuk nilai
koefisien korelasi atau koefisien regresi serta tingkat signifikansinya, disamping
proporsi variansi yang disumbangkan oleh variabel bebas terhadap variabel
terikat.

2.7 Rancangan Teknik Analisis Korelasi

Teknik analisi korelasional mempunyai berbagai jenis rancangan, yaitu:

1. Korelasi Bivariat

Rancangan teknik analisis penelitian korelasi bivariat adalah suatu rancangan


penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan hubungan antara dua
variabel.Hubungan antara dua variabel diukur.Hubungan tersebut mempunyai
tingkatan dan arah.

Tingkat hubungan (bagaimana kuatnya hubungan) biasanya diungkapkan dalam


angka antar -1,00 dan +1,00, yang dinamakan foefisien korelasi. Korelasi zero (0)
mengindikasikan tidak ada hubungan. Koefisien korelasi yang bergerak ke arah -
1,00 atau +1,00, merupakan korelasi sempurna pada kedua ekstrem.
P a g e | 39

Arah hubungan diindikasikan olh simbol “-“ dan “+”. Suatu korelasi negatif
berarti bahwa semakin tinggi skor pada suatu variabel, semakin rendah pula skor
pada variabel lain atau sebaliknya. Korelasi positif mengindikasikan bahwa
semakin tinggi skor pada suatu variabel, semakin tinggi pula skor pada variabel
lain atau sebaliknya.

2. Regresi dan Prediksi

Jika terdapat korelasi antara dua variabel dan kita mengetahui skor pada salah satu
variabel, skor pada variabel kedua dapat diprediksikan.Regresi merujuk pada
seberapa baik kita dapat membuat prediksi ini. Sebagaimana pendekatan koefisien
korelasi baik -1,00 maupun +1,00, prediksi kita dapat lebih baik.

3. Regresi Jamak (Multiple Regresion)

Regresi jamak merupakan perluasan regresi dan prediksi sederhana dengan


penambahan beberapa variabel.Kombinasi beberapa variabel ini memberikan
lebih banyak kekuatan kepada kita untuk membuat prediksi yang akurat.Apa yang
kita prediksikan disebut variabel kriteria (criterion variable). Apa yang kita
gunakan untuk membuat prediksi, variabel-variabel yang sudah diketahui disebut
variabel prediktor (predictor variables).

4. Analisis Faktor

Prosedur statistik ini mengidentifikasi pola variabel yang ada.Sejumlah besar


variabel dikorelasikan dan terdapatnya antarkorelasi yang tinggi mengindikasikan
suatu faktor penting yang umum.

5. Rancangan korelasional yang digunakan untuk menarik kesimpulan kausal

Terdapat dua rancangan yang dapat digunakan untuk membuat pernyataan-


pernyataan tentang sebab dan akibat menggunakan metode
korelasional.Rancangan tersebut adalah rancangan analisis jalur (path analysis
design) dan rancangan panel lintas-akhir (cross-lagged panel design).
P a g e | 40

Analisis jalur digunakan untuk menentukan mana dari sejumlah jalur yang
menghubungkan satu variabel dengan variabel lainnya.Sedangkan desain panel
lintas akhir mengukur dua variabel pada dua titik sekaligus.

6. Analisis sistem (System Analysis)

Desain ini melibatkan penggunaan prosedur matematik yang kompleks/rumit


untuk menentukan proses dinamik, seperti perubahan sepanjang waktu, jerat
umpan balik serta unsur dan aliran hubungan.

2.8 Kelebihan dan kelemahan teknik analisis kolerasi

Sebelum melihat kelebihan dan kelemahan dari teknik jenis korelasi, ada beberapa
hal yang kita perhatikan. Hal tersebut adalah kesalahan-kesalahan yang kadang-
kadang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian menggunakan teknik korelasi,
antara lain :

1. Peneliti berasumsi bahwa korelasi merupakan bukti sebab akibat

2. Peneliti bertumpu pada pendekatan sekali tembak (shotgun approach)

3. Peneliti memilih statistik yang salah

4. Peneliti menggunakan analisis bivariat ketika multivariat yang lebih tepat

5. Peneliti tidak melakukan studi vasilitas silang

6. Peneliti menggunakan analisis jalur tanpa peninjauan asumsi-asumsi (teori)

7. Peneliti gagal menentukan suatu variabel kausal penting dalam

8. Perencanaan suatu analisis jalur

9. Peneliti salah tafsir terhadapsignifikansi praktis atau statistik dalam suatu studi.

Penelitian korelasional, mengandung kelemahan-kelemahan, antara lain:


P a g e | 41

1. Hasilnya cuma mengidentifikasi apa sejalan dengan apa, tidak mesti


menunjukkan saling hubungan yang bersifat kausal
2. Jika dibandingkan dengan penelitian eksperimental, penelitian korelasional
itu kurang tertib-ketat, karena kurang melakukan kontrol terhadap
variabel-variabel bebas.

3. Pola saling hubungan itu sering tak menentu dan kabur

4. Sering merangsang penggunaannya sebagai semacam short-gun approach,

yaitu memasukkan berbagai data tanpa pilih-pilih dan menggunakan setiap

interpretasi yang berguna atau bermakna.

Penelitian korelasional juga mengandung kelebihan-kelebihan, antara lain:

1. Kemampuannya untuk menyelidiki hubungan antara beberapa variabel


secara bersama-sama (simultan)

2. Mampu memberikan informasi tentang derajat (kekuatan) hubungan antara

variabel-variabel yang diteliti.

BAB III
P a g e | 42

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Korelasi merupakan hubungan antara dua kejadian dimana kejadian yang
satu dapat mempengaruhi eksistensi kejadian yang lain.

Adapun tujuannya adalah mengolah data hasil dari penelitian korelasional


untuk menguji ada tidaknya hubungan itu dan mengungkapkan seberapa besar
kekuatan hubungan antarvariabel yang dimaksud .

Terdapat 10 macam teknik perhitungan korelasi yang termasuk dalam


teknik analisis korelasional bivariat yaitu :

1. Teknik Korelasional Produk Momen (Product Moment Correlation)

2. Teknik Korelasional Tata Jenjang (Rank Different Correlation atau Rank


Order Correlation)

3. Teknik korelasional Koefisien Phi (Phi Coeffisient Correlation)

4. Teknik Korelasional Kontingensi (Contingency Coefficient Correlation)

5. Teknik Korelasional Poin Biserial (Point Biserial Correlation)

6. Teknik Korelasinal Biserial (Biserial Correlation)

7. Teknik Korelasional Kendall Tau (Kendall’s Tau Correlation)

8. Teknik Korelasional Rasio (Correlation Ratio)

9. Teknik The Widespread Correlation

10. Teknik Korelasional Tetrakorik (Tetrachoric Correlation

Teknik analisis Korelasi memiliki kelemahan dan kelebihan yakni ,

Penelitian korelasional, mengandung kelemahan-kelemahan, antara lain:

1. Hasilnya cuma mengidentifikasi apa sejalan dengan apa, tidak mesti


P a g e | 43

menunjukkan saling hubungan yang bersifat kausal


2. Jika dibandingkan dengan penelitian eksperimental, penelitian korelasional
itu kurang tertib-ketat, karena kurang melakukan kontrol terhadap
variabel-variabel bebas.

3. Pola saling hubungan itu sering tak menentu dan kabur

4. Sering merangsang penggunaannya sebagai semacam short-gun approach,

yaitu memasukkan berbagai data tanpa pilih-pilih dan menggunakan setiap

interpretasi yang berguna atau bermakna.

Penelitian korelasional juga mengandung kelebihan-kelebihan, antara lain:

1. Kemampuannya untuk menyelidiki hubungan antara beberapa variabel


secara bersama-sama (simultan)

2. Mampu memberikan informasi tentang derajat (kekuatan) hubungan antara

variabel-variabel yang diteliti.

3.2 Saran

Makalah ini kami susun agar memberikan manfaat yang besar bagi para
pembaca. Kami berharap makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan kajian
sehingga dapat memberikan lebih kejelasan bagi para pembaca tentang sub bab
yang telah kami bahas. Kemudian menurut hemat kami, makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan. Untuk itu kami berharap kesedian bagi para pembaca untuk
memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun, penulis harapkan semoga
menjadi hasil yang terbaik dan lebih sempurna di kemudian hari.

3.3 LAMPIRAN
P a g e | 44

TES FORMATIF ESSAY

1. Bagaimana cara mengubah data interval menjadi data ordinal bila ada data yang
sama dari beberapa siswa?

2. Bagaimana cara menginter pretasikan indeks korelasi tata jenjang?

3. Berikan contoh dua variabel (selain bentuk butir tes) yang dapat dianalisis
dengan korelasi point biserial?

4. Seorang peneliti mempunyai data tentang skor kemandirian. Skor tersebut


diperoleh dari 40 siswa yang terdiri dari 22 anak sulung dan 18 anak
bungsu.Menurut Anda bagaimana menganalisis data tersebut bila akan diketahui
keterkaitan dua variable tersebut?

5. Bila Anda ingin menggunakan teknik korelasi point biserial, bagaimana data
yang akan dipersiapkan agar dapatdianalisis dengan tepat?

6. Jelaskan persyaratan yang harus dipenuhi bila akan menggunakan teknik


korelasi Product Moment?

7. Bagaimana mengetahui peranan atau sumbangan dari hasil korelasi?

8. Mengapa hasil korelasi tidak selalu menunjukkan hubungan kausal?


9. Bandingkan antara korelasi positif dan korelasi negatif ?

10. Berikan contoh dua variabel yang dapat dikorelasikan dengan teknik korelasi
Product Moment?

TES FORMATIF PILIHAN GANDA


P a g e | 45

1. Bila Anda akan menguji hubungan dua variabel maka analisis yang Anda
lakukan termasuk ...
A. hubungan searah

B. hubungan dua arah

C. korelasi bivariat

D. korelasi Product Moment

2. Salah satu persyaratan penggunaan statistik parametrik adalah...


A. distribusi data mendekati kurve normal

B. sampel diambil dari populasi tertentu

C. keadaan kelompok sampel homogen

D. pengujian persyaratan asumsi

3. Contoh arah korelasi yang positif berikut ini ...


A. Semakin tinggi kemandirian siswa semakin rendah persentase ketidakhadiran.

B. Semakin tinggi kemandirian siswa semakin rendah tingkat kecemasannya.

C. Semakin rendah kemandirian siswa semakin tinggi kedisiplinannya.

D. Semakin rendah kemandirian siswa semakin rendah ketergantungan pada guru.

4. Diagram pencar yang menunjukkan arah garis lurus condong ke arah kiri
menunjukkan arah korelasi yang ...
A. positif sempurna

B. negatif sempurna

C. positif tinggi

D. negatif tinggi

5. Bila pencaran titik yang terdapat pada peta korelasi semakin menjauh dari garis
lurus menunjukkan ...
P a g e | 46

A. korelasi positif yang rendah

B. korelasi negatif yang rendah

C. korelasi yang rendah dan kecil

D. korelasi yang tidak signifikan

6. Angka indeks korelasi berkisar antara ...


A. 0 sampai dengan 1
B. 0 sampai dengan 1
C. – 1 sampai dengan 0
D. < 1

7. Angka perhitungan korelasi bersifat relatif, maksud pernyataan ini bahwa ...
A. hubungan korelasi bukan hubungan kausal

B. berfungsi sebagai lambang indeks hubungan antar variabel

C. korelasi bukanlah angka yang eksak

D. berlaku bagi sebagian subjek dalam kelompok

8. Semakin tinggi kecerdasan emosional, semakin rendah penyesuaian sosial


siswa. Hal ini menunjukkan arah korelasi yang ...
A. positif tinggi

B. negatif tinggi

C. positif

D. negatif

9. Pencaran titik yang berada di sekitar garis lurus ke arah kanan menunjukkan
korelasi
A. negatif tertinggi

B. negatif tinggi
P a g e | 47

C. positif tinggi

D. positif tertinggi

10. Angka indeks korelasi dapat dijadikan petunjuk untuk mengetahui ...
A. signifikansi hubungan dua variabel

B. arah korelasi variabel X dan variabel Y

C. penerimaan atau penolakan hipotesis nol

D. kekuatan korelasi antara dua variabel

11. Salah satu tujuan analisis korelasional adalah ...


A. membuktikan adanya arah korelasi dua variabel tersebut

B. menguji signifikansi kekuatan dan kelemahan hubungan antar korelasi dua


variabel

C. melihat keeratan korelasi bivariat dan multivariat

D. mengetahui kebermaknaan hubungan antara dua variabel

12. Persyaratan yang harus dipenuhi dalam penggunaan korelasi PM adalah...


A. variabel yang dikorelasikan merupakan variabel kontinu

B. variabel independen berupa data inerval

C. variabel dependen berupa data interval

D. kedua variabel merupakan variabel interval

13. Pada hakikatnya koefisien korelasi yang diperoleh hanya menunjukkan


fenomena ...
A. pengaruh variabel X terhadap variabel Y

B. korelasi yang berbanding terbalik antara variabel X dan variabel Y

C. arah hubungan antara dua gejala yang dikorelasikan

D. garis linier dari sebaran data interval


P a g e | 48

14. Rumus jumlah subjek yang diteliti dikurangi dua untuk mencari ...
A. taraf signifikansi
B. derajad kebebasan
C. nilai dalam tabel
D. taraf kepercayaan

15. Perhitungan korelasi yang lebih kecil dari nilai tabel korelasi menunjukkan
hasil korelasi yang ...
A. positif dan signifikan
B. negatif dan signifikan
C. signifikan
D. non signifikan

16. Keputusan yang dapat diambil apabila hasil korelasi lebih besar dari nilai tabel
korelasi adalah ...
A. hipotesis nol diterima

B. hipotesis ditolak

C. hipotesis alternatif diterima

D. hipotesis alternatif ditolak

17. Sumbangan salah satu variabel terhadap variabel lainnya dapat diketahui dari
besarnya ...
A. kwadrat variansi bersama

B. koefisen determinasi

C. nilai dalam tabel

D. korelasi dikwadratkan

18. Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam menginterpretasikan hasil korelasi,


antara lain ...
P a g e | 49

A. taraf kepercayaan dan jumlah subjek

B. taraf signifikansi dan nilai tabel

C. jumlah variabel yang dikorelasikan

D. persyaratan uji asumsi terpenuhi

19. Hal yang harus dilakukan untuk mengetahui kebermaknaan hasil korelasi
adalah ...
A. membandingkan hasil hitung dengan nilai tabel

B. menguji hipotesis nol dan hipotesis alternatif

C. menentukan taraf kepercayaan dan derajad kebebasan

D. merumuskan hipotesis terlebih dahulu

20. Untuk menginterpretasikan hasil koefisen determinasi sebesar 49%, antara lain
...
A. variabel X mempengaruhi variabel Y sebesar 49%

B. variabel Y dijelaskan oleh variabel X sebesar 49%

C. variabel X dijelaskan oleh variabel Y sebesar 51%

D. sumbangan variabel Y terhadap X sebesar 49%

DAFTAR PUSTAKA
P a g e | 50

Abidin, Muhammad Zainal. 2008. Penelitian Korelasional. (artikel). Dalam


www.Muhammad Zainal Abidin Personal Blog.htm.di akses tanggal 25
September 2010.

Atmodjo, J. Tri. 2005. Modul Penelitian Korelasi (artikel). Jakarta: Fikom


Universitas Mercubuana Jakarta

Emzir.2009. Metodologi Penelitian Pendidikan Kualitatif dan Kuantitatif. Jakarta:


PT Raja Grafindo Pergoda.

Fraenkel, J.R dan Wellen, N.E. 2008.How to Design and Evaluate research in
Education. New York: McGraw-Hill.

McMilan, J dan Schumacher, S. 2003. Research in Education. New York:


Longman.

Nurgiantoro, Burhan. 2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra edisi
ketiga. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.

Ruseffendi. 1993. Statistika untuk Penelitian Pendidikan. Jakarta: Departemen


Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi Proyek
Pembinaan Tenaga Kependidikan Perguruan Tinggi.

Sukardi.2004. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya.


Jakarta: Bumi Aksara.

Syamsuddin dan Vismaia S. Damaianti. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan


Bahasa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Shavelson, R. J. (1996). Statistical Reasoning for theBbehavioral Sciences.


Boston: Allyn and Bacon.
Sudijono, A. (2004). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.
Sutrisno Hadi. (1987). Statistik. Jilid II. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM.

Anda mungkin juga menyukai