OLEH KELOMPOK 2
1. RIMAN JAYADI
2. L. WIRADININGRAT
3. L.IMAN SAPTAHADI
4. ARIP USMAN
5. DARMO KARNO
6. H. MUSLIM TASIM
7. HERU PURNAMA
8. MURSAKA
9. AKMAL ROSAMALI
10. L. WIRENTANUS
11. MOH. AMALI
12. SUKARDI
13. PUTU ARTAWAN
14. YAHYA ULUMUDIN
15. IMAN SURIHARTINI
16. LINDA AZIZAH
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum, wr.wb.
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah swt, karena atas berkat
dan rahmat-Nya lah penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Analisis Korelasi” dengan tepat waktu.Tujuan utama penyusunan makalah ini
adalah selain untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Biostatistika.
Dalam penyusunan makalah ini penyusun mengucapkan terima kasih
kepada Dosen Pengasuh Mata Kuliah Statistika Dasar Bapak Dr. lalu
Sulaiman, SKM, M.kes. Kedua orang tua kami yang senantiasa memberikan
dukungan dan nasihatnya, serta sahabat-sahabat kami tercinta keluarga besar
magister Administrasi dan Kebijakan Kesehatan 2019 yang selalu memberikan
dukungan serta semangatnya dalam penyusunan makalah ini.
Meskipun telah berusaha dengan segenap kemampuan, namun penyusun
menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, segala
tegur sapa, kritik, serta saran yang diberikan pembaca akan penyusun terima
dengan kelapangan hati guna perbaikan pada masa yang akan datang.
Akhir kata, penyusun berharap semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi para pembaca.
Wassalamualaikum, wr.wb.
Penyusun.
P a g e | ii
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
Selain itu, Korelasi juga dapat diartikan sebagai salah satu teknik statistik
yang digunakan untuk untuk mencari hubungan antara dua variabel atau lebih
yang sifatnya kuantitatif. Korelasi merupakan teknik analisis yang termasuk
dalam salah satu teknik pengukuran asosiasi / hubungan (measures of
association).
Hubungan antarvariabel itu jika ditilik dari segi arahnya, dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu hubungan yang sifatnya satu arah yang disebut korelasi
positif dan hubungan yang sifatnya berlawanan arah yang disebut korelasi negatif.
Disebut korelasi positif, jika dua variabel (atau lebih) yang berkorelasi,
berjalan paralel; artinya bahwa hubungan antardua variabel (atau lebih) itu
menunjukkan arah yang sama.
Contoh : kenaikan harga BBm yang diikuti dengan kenaikan ongkos angkutan.
Disebut korelasi negatif, jika dua variabel (atau lebih) yang berkorelasi itu
berjalan dengan arah yang berlawanan, bertentangan, atau berkebalikan.
Bagan korelasi
Arah hubungan variabel yang kita cari korelasinya, dapat kita amati melalui
sebuah peta atau diagram yang dikenal dengan nama Peta Korelasi.
Menurut Sudijono (1987), Ciri yang terkandung pada peta korelasi itu
adalah:
1. Pengertian
2. Lambangnya
3. Besarnya
Besarnya angka indeks korelasi berkisar antara – 1,00 sampai dengan 1,00.
Hasil korelasi yang sempurna sebesar - 1,00 dan 1,00. Bila tidak ada korelasi
maka angka indeks korelasi menunjukkan angka 0. Apabila hasil perhitungan
korelasi lebih dari ± 1,00, maka hal ini menunjukkan telah terjadi kesalahan dalam
perhitungan. Untuk memudahkan melakukan interpretasi, mengenai kekuatan
hubungan antara dua variabel, penulis memberikan kriteria sebagai berikut.
(Sarwono : 2006)
1 : korelasi sempurna
4. Tandanya
Bila angka indeks korelasi bertanda minus (-) berarti korelasi tersebut
mempunyai arah korelasi negatif. Tanda – yang terdapat di depan angka indeks
korelasi tidak dapat diartikan bahwa korelasi antara variabel itu besarnya kurang
dari nol, karena angka indeks korelasi yang paling kecil adalah nol. Bila angka
indeks korelasi diberi tanda plus (+) atau tidak diberi tanda apapun menunjukkan
arah korelasi tersebut adalah korelasi positif. Hal yang perlu diingat bahwa tanda
+ dan – di depan angka indeks korelasi itu bukanlah tanda aritmatika.
1. Pengertian
Teknik analisis korelasi ialah teknik analisis statistik mengenai hubungan
antardua variabel atau lebih.
2. Tujuannya
Teknik analisis korelasional memiliki tiga macam tujuan, yaitu :
Ingin mencari bukti (berlandasan pada data yang ada), apakah memang
benar antara variabel yang satu dan variabel yang lain terdapat hubungan
atau korelasi.
P a g e | 10
3. Penggolongannya
1. Pengertiannya
2. Penggunaannya
1. Variabel yang kita korelasikan berbentuk gejala atau data yang bersifat
kontinu.
2. Sampel yang diteliti mempunyai sifat homogen, atau setidak – tidaknya
mendekati homogenya.
3. Regresinya merupakan regresi linear
3. Lambangnya
Kuat lemah atau tinggi rendahnya korelasi antardua variabel yang sudah
kita teliti dapat diketahui dengan melihat besar kecilnya angka indeks korelasi,
yang pada teknik korelasi product moment diberi lambang “r” ( sering disebut”r”
P a g e | 12
product moment). Angka indeks korelasi Product Moment ini diberi indeks
dengan huruf kecil dari huruf – huruf yang dipergunakan untuk dua buah variabel
yang sedang dicari korelasinya. Jadi apabila variabel pertama diberi lambang x
dan variabel kedua diberi lambang y, maka angka indeks korelasinya dinyatakan
dengan lambang r xy.
Ada berapa macam cara yang dapat dipergunakan untuk mencari angka
indeks korelasi produk moment yaitu :
Apabila data yang dihadapi adalah data tunggal yamg number of casesnya < 30 :
Apabila data yang dihadapi adalah data tunggal yang number of casesnya = 30
atau > 30 dan untuk data kelompokkan, angka indeks korelasi dapat dapat
diperoleh dengan bantuan peta korelasi atau diagram korelasi.
1. Rumus
∑ xy
r xy =
NS D x S D y
N = number of cases
2. Langkahnya
P a g e | 14
SDx=
√ ∑X
N
SDy=
√ ∑Y
N
d. Menghitung angka indeks korelasi dengan rumus pada nomor 1.
1. Rumus
∑ xy
r xy =
√(¿ ∑ x 2)(∑ y 2 )¿
Dimana : r xy = angka indeks korelasi antara variabel X dan variabel Y
2
∑ y =¿ jumlah deviasi skor y setelah terlebih dahulu dikuadratkan
2.Langkahnya
a. Menyiapkan tabel kerja atau tabel perhitungan seperti pada A sub 2a,
b. Mencari deviasi skor x terhadp Mx dan skor y terhadap My dengan
rumus : x = X – Mx , y = Y – My
c. Menghitung angka indeks korelasi dengan rumus pada nomor 1.
P a g e | 15
C. Cara mencari (menghitung) angka indeks korelasi “r” product moment di mana
N < 30, dengan mendasarkan diri pada skor aslinya atau angka kasarnya
1. Rumus
N ∑ XY −( ∑ X ) (∑ Y )
r xy =
√ N ∑ X 2−( ∑ X 2 )¿ ¿
Dimana : : r xy = angka indeks korelasi antara variabel X dan variabel Y
N = number of cases
2. Langkah
a. Menyiapkan tabel kerja atau tabel perhitungan yang terdiri dari 6
kolom. Kolom 1, 2 dn 3 sama seperti sebelumnya sedangkan kolom 4 :
hasil perkalian deviasi x dan deviasi y, kolom 5 : hasil pengkuadratan
deviasi x, kolom 6 : hasil pengkuadratan deviasi y.
b. Menghitung angka indeks korelasi dengan rumus pada nomor 1.
1. Rumus
∑ XY −N . Mx . My
r xy =
√ ∑ X 2−N . Mx ¿ 2 ¿ ¿
Dimana : r xy = angka indeks korelasi antara variabel X dan variabel Y
N = number of cases
2
∑ x = jumlah deviasi skor x setelah terlebih dahulu dikuadratkan
P a g e | 16
2
∑ y =¿ jumlah deviasi skor y setelah terlebih dahulu dikuadratkan
2
Mx =kuadrat dari mean skor variabel x
2.Langkah
a. Menyiapkan tabel kerja atau tabel perhitungan seperti pada C sub 2a.
∑X ∑Y
Mx= My=
N N
E. Cara mencari (menghitung) angka indeks korelasi “r” Product Moment, dimana
N < 30, dengan didasarkan pada selisih deviasinya
1. Rumus
2 2 2
∑ x +∑ y −∑d
r xy =
2 √( ∑ X ) (∑ Y )
2 2
2
∑ x = jumlah deviasi skor x setelah terlebih dahulu dikuadratkan
2
∑ y =¿ jumlah deviasi skor y setelah terlebih dahulu dikuadratkan
2
∑d = jumlah selisih antara deviasi skor variabel x dan deviasi variabel y
setelah dikuadratkan terlebih dahulu ∑ d 2=∑ ¿ ¿
2.Langkah
a. Menjumlahkan seluruh skor variabel x dan y, diperoleh ∑ X , ∑Y
b. Menghitung mean dari variabel x dan y dengan rumus :
∑X ∑Y
Mx= My=
N N
c. Mencari deviasi skor x terhadp Mx dan skor y terhadap My dengan
rumus : x = X – Mx , y = Y – My
d. Mencari d dengan rumus d = (x – y)
e. Mengkuadratkan d, setelah itu jumlahkan, hingga diperoleh ∑d 2
f. Menghitung angka indeks korelasi dengan rumus pada nomor 1.
F. Cara mencari (menghitung) angka indeks korelasi “r” Product Moment di mana
N < 30 dengan menadasarkan pada selisih skornya (selisih skor kasarnya)
1. Rumus
N = number of cases
2
∑ y =¿ jumlah deviasi skor y setelah terlebih dahulu dikuadratkan
( X −Y )2=k uadrat dari selisih antara skor variabel x dan skor variabel y
P a g e | 18
2.Langkah
G. Cara mencari (menghitung) angka indeks korelasi “r” Product Moment untuk
data tunggal, di mana N = 30 atau N > 30
1. Rumus
∑ x ' y'
−( C x ) (C y )
' '
N
r xy=
( SD x ' ) (SD y ' )
N = number of cases
∑ x ' y ' = jumlah hasil perkalian silang (product of the moment) antara frekuensi
sel (f) dengan x’ dan y’
SDx’ = deviasi standar skor X dalam arti tiap skor sebagai 1 unit
dimana i – 1
P a g e | 19
SDy’ = deviasi standar skor Y dalam arti tiap skor sebagai 1 unit
dimana i – 1
2.Langkah
a. Menyiapkan Peta Korelasi ( Scatter Diagram)
∑ fx ' ∑fy '
b. Mencari Cx’ dan Cy’ dengan rumus : ,
N N
c. Mencari SDx’ dan SDy’ dengan rumus :
√ √
2 2
SDx’ = i ∑ fx ' −¿ ¿ , SDy’ = i ∑ fy ' −¿ ¿
N N
d.Menghitung angka indeks korelasi dengan rumus pada nomor 1
H. Cara mencari (menghitung) angka indeks korelasi “r” Product Moment untuk
data kelompokkan
1. Rumus
∑ x ' y'
−( C x ' ) ( X y ' )
N
r xy =
( SD x' ) ( SD y ' )
N = number of cases
∑ x ' y ' = jumlah hasil perkalian silang (product of the moment) antara frekuensi
sel (f) dengan x’ dan y’
SDx’ = deviasi standar skor X dalam arti tiap skor sebagai 1 unit
dimana i = 1
SDy’ = deviasi standar skor Y dalam arti tiap skor sebagai 1 unit
dimana i = 1
2.Langkah
a. Merumuskan (membuat) hipotesis alternatif (Ha) dan hipotesis nihil
atau hipotesis nol (H₀).
b. Menyiapkan Peta Korelasi ( Scatter Diagram)
∑ fx ' ∑ fy '
c. Mencari Cx’ dan Cy’ dengan rumus : ,
N N
d. Mencari SDx’ dan SDy’ dengan rumus :
√ √
2 2
SDx’ = i ∑ fx ' −¿ ¿ , i = 1, SDy’ = i ∑ fy ' −¿ ¿ , i = 1
N N
e.Menghitung angka indeks korelasi dengan rumus pada nomor 1
2.5.2 Teknik Korelasi Tata Jenjang (= Teknik korelasi Rank Order = Rank
Order Correlation = Rank Difference Correlation)
1. Pengertian
Teknik korelasi tata jenjang dalam dunia statistik dikenal sebagai teknik
analisis koelasional yag paling sederhana jika dibandingkan dengan teknik analisis
korelasinal lainnya.
2. Penggunaanya
Teknik ini akan efektif digunakan apabila subjek yang dijadikan sampel
dalam penelitian N antara 10 – 29. Selain itu, teknik ini juga digunakan untuk
mencari koefisien korelasi antara data ordinal dan data ordinal lainnya. Teknik ini
dapat digunakan untuk data interval, tetapi sebelumnya telah diubah menjadi data
ordinal.
3.Lambangnya
P a g e | 21
4. Rumusnya
2 2
6∑D 6∑D
ρ ¿ 1− 2
N (N −1)
atau ρ ¿ 1− 3
( N −N )
Langkah penggunaan rumus ini sama dengan yang ditempuh oleh rumus-
rumus korelasi poduct moment. Namun penggunaannya, rumus ini dibedakan
antara penggunaan untuk data ordinal dan untuk data interval yang telah berubah
menjadi data ordinal, akan tetapi bentuk rumusnya tetap seperti itu, perbedaannya
adalah pada tabel kerja yang digunakan.
R n2−1
e=¿ √ M R +
2 ¿
12
Teknik korelasi phi adalah salah satu teknik analisis korelasional yang
dipergunakan apabila data yang dikorelasikan adalah data yang benar – benar
dikotomik ( terpisah atau dipisahkan secara tajam ) dengan istilah lain ; variabel
yang dikorelasikan itu adalah variabel diskrit murni ; misalnya : laki – laki –
perempuan, hidup – mati, lulus – tidak lulus, menjadi pengurus organisasi – tidak
menjadi pengurus organisasi mengikuti bimbingan tes – tidak mengikuti
bimbingan tes, dan seterusnya. Apabila variabelnya bukan merupakan variabel
diskrit, maka variabel tersebut terlebih dahulu harus diubah menjadi variabel
diskrit.
2. Lambangya
Besar kecil, kuat lemahnya, atau tingi rendahnya, korelasi antar dua variabel
yang kita selidiki korelasinya, pada teknik korelasi phi ini, ditunjukkan oleh besar
P a g e | 23
kecilnya angka indeks korelasi yang dilambangkan dengan huruf φ ( phi ) yang
besarnya berkisar antara 0,00 samapai dengan + 1,00.
3. Rumusnya
( ad−bc)
Rumus pertama : φ=
√( a+b ) ( a+ c ) ( b+ d )( c+ d)
Rumus ini kita pergunakan apabila dalam menghitung atau mencari φ kita
mendasarkan diri pada frekuensi dari masing – masing sel yang terdapat dalam
tabel kerja (tabel perhitungan).
αδ −βγ
Rumus kedua : φ=
√( p ) ( q ) ( p ) (q ')
'
Rumus ketiga : φ=
√ χ2
N
Rumus ini kita pergunakan apabila dalam mencari φ kita terlebih dahulu
menghitung kai kuadrat ( χ 2 ¿; kai kuadrat itu diperoleh dengan rumus :
2
χ =∑ ¿ ¿ dengan : f 0= frekuensi yang diperoleh dalam penelitian
a. Cara mencari angka indeks korelasi phi dengan mendasarkan diri pada
frekuensi dari masing – masing sel yang terdapat dalam tabel kerja (tabel
( ad−bc)
perhitungan). φ=
√( a+b ) ( a+ c ) ( b+ d )( c+ d)
b. Cara mencari angka indeks korelasi phi dengan mendasarkan diri pada nilai
αδ −βγ
proporsinya. φ=
√( p ) ( q ) ( p ) (q ')
'
√
2
memperhitungkan kai kuadradat. χ
φ=
N
d. Cara mencari ( menghitung ) angka indeks korelasi phi dalam keadaan khusus
αδ−βγ
φ=
√ ( p) (q)
2.5.4 Teknik Korelasi Koefisien Kontingensi
1. Pengertiannya
2. Lambangnya
Kuat lemah, tinggi – rendah, atau besar – kecilnya korelasi antar dua variabel
yang sedang kita selidiki korelasinya, dapat diketahui dari besar – kecilnya angka
indeks korelasi yang disebut coefficient contingency, yang umumnya diberi
lambang dengan huruf C atau KK ( singkatan dari koefisien kontingensi).
3. Rumusnya
2
χ
∁= 2
χ +N
P a g e | 25
2
χ dapat diperoleh dengan menggunakan rumus : 2
χ =∑¿ ¿
Misalkan akan diteliti, apakah terdapat korelasi positif yang signifikan antara
semangat berolah – raga dan kegairahan belajar. Sejumlah 200 orang subjek
ditetapkan sebagai sampel penelitian. Hasil pengumpulan data menunjukan angka
sebagaimana tertera pada tabel dibawah ini.
Teknik korelasi point biserial ( point biserial correlation ) adalah salah satu
teknik analisis korelasional bivariat yang biasa dipergunakan untuk mencari
korelasi antara dua variabel :
Teknik analisis koresional poin biseral ini juga dapat dipergunakan untuk
menguji validity item (validitas soal) yang telah diajukan dalam tes, dimana skor
hasil tes untuk tiap butir soal dikorelasikan dengan skor hasil tes secara totalitas.
2. Lambangnya
3.Rumusnya
r pbi =
M p−M t
S Dt √ p
q
M p = mean skor yang dicapai oleh peserta tes yang menjawab betul,
yang sedang dicari korelasinya dengan tes secara keseluruhan.
M t = mean skor total, yang berhasil dicapai oleh seluruh peserta tes.
P = proporsi peserta tes yang menjawab betul terhadap butir soal yang
sedang dicari korelasinya dengan tes secara keseluruhan.
Sebagai salah satu contoh, misalnya dalam suatu penelitian yang antara
lain bertujuan untuk menuji validitas soal yang telah dikeluarkan dalam tes ( bila
soal yang dikeluarkan dalam tes tersebut berbentuk tes obkjektif ) sejumlah 10
orang calon (testee) dihadapakan kepada 10 butir soal ; skor yang berhasil dicapai
testee adalah sebagai berikut : (catatan : pada contoh ini testee yang menjawab
butir soal dengan betul diberi skor 1, sedangkan tastee yang menjawab salah
diberi skor nol.
Korelasi biserial merupakan alat yang paling sering digunakan dalam dunia
pendidikan, dimana korelasi ini melihat hubungan antara skor atau hasil jawaban
pada masing-masing item pertanyaan yang diberikan dalam tes.Korelasi biserial
efektif diberikan pada tipe tes multiple choice atau pilihan berganda tetapi bisa
juga untuk tipe tes lainnya.Hasilnya para pendidik dapat mengetahui karaktristik
siswa dalam memberikan jawaban terhadap soal tes yang kita berikan.
Korelasi biserial dapat digunakan untuk melihat fenomena dalam pola jawaban
siswa, seringkali pengajar dihadapkan pada kenyataan bahwa siswa tertentu
akanmemberikan jawaban yang benar terhadap pertanyaan yang sulit dan
sebaliknya pada pertanyaan mudah ia akan memberikan jawaban yang salah.
P a g e | 28
Seperti halnya pada pengujian korelasi tentunya kita mengenal istilah koefisien
korelasi dan nilai signifikansi atau p-value. Prinsipnya sama saja, pada korelasi
biserial nilai koefisien yang besar dan positif akan mengindikasikan bahwa siswa
dapat menjawab dengan baik item pertanyaan tersebut, sebaliknya poin biserial
yang kecil mengindikasikan bahwa item pertanyaan tidak dapat dijawab dengan
baik oleh siswa.
2.Lambangnya
Simbol yang biasa digunakan pada ukuran populasinya adalah (tau) dan
ukuran sampelnya adalah T .
3.Rumusnya
dimana:
S adalah total skor seluruhnya (grand total), yang merupakan jumlah skor urutan
kewajaran pasangan data pada salah satu variabel. Jika urutan ranking wajar diberi
skor +1, jika urutan ranking tdk wajar diberi skor –1.N adalah banyaknya
pasangan ranking.
P a g e | 29
Pada contoh ini, ranking pada variabel X yang diurutkan sehingga ranking pada
variabel Y mengikuti dan akan dicari nilai skor sebenarnya (S).
Penggunaan formula korelasi kendall T dapat dikoreksi jika data yang digunakan
banyak terdapat angka sama yang berarti juga mempunyai ranking yang sama
(untuk angka sama, ranking dirata-ratakan). Formula dikoreksi menjadi:
P a g e | 30
Nilai dari T dan rs tidak sama, walaupun dihitung dari pasangan ranking yang
sama, sehingga kedekatan hubungan (aso
P a g e | 31
siasi) variabel tidak bisa dibandingkan antara nilai T dan rs .nilai rs biasanya lebih
besar dari nilai T. namun demikian ada hubungan antara dua ukuran tersebut,
yaitu:
P a g e | 32
Interval/Rasio
1. Product Momen
2. Korelasi Parsial
3. Korelasi Ganda
P a g e | 34
Keterangan :
X² : Chi kuadrat
N : Jumlah Sampel
A,b,c,d : Frekuensi tiap-tiap sampel tabel 2 x 2
5. Untuk menentukan diterima atau tidaknya hipotesa yang diajukan, diuji
dengan taraf signifikasi 5%.
Untuk mengetahui tingkat korelasi yang terjadi didasarkan pada koefisien korelasi
sebagai berikut :
(Winarno Surachman,1995:302)
1. Penentuan masalah
Sebagaimana dalam setiap penelitian, langkah awal yang harus dilakukan peneliti
adalahmenentukan masalah penelitian yang akan menjadi fokus studinya. Dalam
penelitian korelasional, masalah yang dipilih harus mempunyai nilai yang berarti
dalam pola perilaku fenomena yang kompleks yang memrlukan
pemahaman.Disamping itu, variabel yang dimasukkan dalam penelitian harus
didasarkan pada pertimbangan, baik secara teoritis maupun nalar, bahwa variabel
tersebut mempunyai hubungan tertentu.Hal ini biasanya dapat diperoleh
berdasarkan hasil penelitian yang terdahulu atau terdahulu.
2. Penentuan subyek
Subyek yang dilibatkan dalam penelitian ini harus dapat diukur dalam variabel-
variabel yang menjadi fokus penelitian.Subyek tersebut harus relatif homogen
dalam faktor-faktor di luar variabel yang diteliti yang mungkin dapat
mempengaruhi variabel terikat.Bila subyek yang dilibatkan mempunyai perbedaan
yang berarti dalam faktor-faktor tersebut, korelasi antar variabel yang diteliti
menjadi kabur.
3. Pengumpulan data
4. Analisis data
Namun demikian, dapat pula digunakan analisis korelasi biasa bila hanya
melibatkan dua variabel.Bila melibatkan lebih dari dua variabel, misalnya untuk
menentukan apakah dua variabel prediktor atau lebih dapat digunakan untuk
memprediksi variabel kriteria lebih baik daripada bila digunakan secara sendiri-
sendiri, teknik analisis regresi ganda, multiple regresion atau analisis kanonik
dapat digunakan.Hasil analisis tersebut biasanya dilaporkan dalam bentuk nilai
koefisien korelasi atau koefisien regresi serta tingkat signifikansinya, disamping
proporsi variansi yang disumbangkan oleh variabel bebas terhadap variabel
terikat.
1. Korelasi Bivariat
Arah hubungan diindikasikan olh simbol “-“ dan “+”. Suatu korelasi negatif
berarti bahwa semakin tinggi skor pada suatu variabel, semakin rendah pula skor
pada variabel lain atau sebaliknya. Korelasi positif mengindikasikan bahwa
semakin tinggi skor pada suatu variabel, semakin tinggi pula skor pada variabel
lain atau sebaliknya.
Jika terdapat korelasi antara dua variabel dan kita mengetahui skor pada salah satu
variabel, skor pada variabel kedua dapat diprediksikan.Regresi merujuk pada
seberapa baik kita dapat membuat prediksi ini. Sebagaimana pendekatan koefisien
korelasi baik -1,00 maupun +1,00, prediksi kita dapat lebih baik.
4. Analisis Faktor
Analisis jalur digunakan untuk menentukan mana dari sejumlah jalur yang
menghubungkan satu variabel dengan variabel lainnya.Sedangkan desain panel
lintas akhir mengukur dua variabel pada dua titik sekaligus.
Sebelum melihat kelebihan dan kelemahan dari teknik jenis korelasi, ada beberapa
hal yang kita perhatikan. Hal tersebut adalah kesalahan-kesalahan yang kadang-
kadang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian menggunakan teknik korelasi,
antara lain :
9. Peneliti salah tafsir terhadapsignifikansi praktis atau statistik dalam suatu studi.
BAB III
P a g e | 42
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Korelasi merupakan hubungan antara dua kejadian dimana kejadian yang
satu dapat mempengaruhi eksistensi kejadian yang lain.
3.2 Saran
Makalah ini kami susun agar memberikan manfaat yang besar bagi para
pembaca. Kami berharap makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan kajian
sehingga dapat memberikan lebih kejelasan bagi para pembaca tentang sub bab
yang telah kami bahas. Kemudian menurut hemat kami, makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan. Untuk itu kami berharap kesedian bagi para pembaca untuk
memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun, penulis harapkan semoga
menjadi hasil yang terbaik dan lebih sempurna di kemudian hari.
3.3 LAMPIRAN
P a g e | 44
1. Bagaimana cara mengubah data interval menjadi data ordinal bila ada data yang
sama dari beberapa siswa?
3. Berikan contoh dua variabel (selain bentuk butir tes) yang dapat dianalisis
dengan korelasi point biserial?
5. Bila Anda ingin menggunakan teknik korelasi point biserial, bagaimana data
yang akan dipersiapkan agar dapatdianalisis dengan tepat?
10. Berikan contoh dua variabel yang dapat dikorelasikan dengan teknik korelasi
Product Moment?
1. Bila Anda akan menguji hubungan dua variabel maka analisis yang Anda
lakukan termasuk ...
A. hubungan searah
C. korelasi bivariat
4. Diagram pencar yang menunjukkan arah garis lurus condong ke arah kiri
menunjukkan arah korelasi yang ...
A. positif sempurna
B. negatif sempurna
C. positif tinggi
D. negatif tinggi
5. Bila pencaran titik yang terdapat pada peta korelasi semakin menjauh dari garis
lurus menunjukkan ...
P a g e | 46
7. Angka perhitungan korelasi bersifat relatif, maksud pernyataan ini bahwa ...
A. hubungan korelasi bukan hubungan kausal
B. negatif tinggi
C. positif
D. negatif
9. Pencaran titik yang berada di sekitar garis lurus ke arah kanan menunjukkan
korelasi
A. negatif tertinggi
B. negatif tinggi
P a g e | 47
C. positif tinggi
D. positif tertinggi
10. Angka indeks korelasi dapat dijadikan petunjuk untuk mengetahui ...
A. signifikansi hubungan dua variabel
14. Rumus jumlah subjek yang diteliti dikurangi dua untuk mencari ...
A. taraf signifikansi
B. derajad kebebasan
C. nilai dalam tabel
D. taraf kepercayaan
15. Perhitungan korelasi yang lebih kecil dari nilai tabel korelasi menunjukkan
hasil korelasi yang ...
A. positif dan signifikan
B. negatif dan signifikan
C. signifikan
D. non signifikan
16. Keputusan yang dapat diambil apabila hasil korelasi lebih besar dari nilai tabel
korelasi adalah ...
A. hipotesis nol diterima
B. hipotesis ditolak
17. Sumbangan salah satu variabel terhadap variabel lainnya dapat diketahui dari
besarnya ...
A. kwadrat variansi bersama
B. koefisen determinasi
D. korelasi dikwadratkan
19. Hal yang harus dilakukan untuk mengetahui kebermaknaan hasil korelasi
adalah ...
A. membandingkan hasil hitung dengan nilai tabel
20. Untuk menginterpretasikan hasil koefisen determinasi sebesar 49%, antara lain
...
A. variabel X mempengaruhi variabel Y sebesar 49%
DAFTAR PUSTAKA
P a g e | 50
Fraenkel, J.R dan Wellen, N.E. 2008.How to Design and Evaluate research in
Education. New York: McGraw-Hill.
Nurgiantoro, Burhan. 2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra edisi
ketiga. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.