Anda di halaman 1dari 38

Makalah Statistika Dasar

“ANALISIS KORELASI”

Disusun Oleh :

Kelompok: V
Anggota : 1. Viviani Sianipar (2182131009)
2. Keren Luber (2182131017)
3. Pebrini Ginting (2182131007)
4. Fitri Afriani (2182131018)
5. Putri Selvia (2182131004)

Dosen Pengampuh : Arnah Ritonga , S.Pd, M.Si.

PENDIDIKAN BAHASA PERANCIS


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020
P a g e |i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Analisis Korelasi” dengan
tepat waktu. Tujuan utama penyusunan makalah ini adalah selain untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Statistika.
Dalam penyusunan makalah ini kami mengucapkan terima kasih kepada Dosen
Pengampuh Mata Kuliah Statistika Ibu Arnah Ritonga , S.Pd, M.Si. Kedua orang tua
kami yang senantiasa memberikan dukungan dan nasihatnya, yang selalu memberikan
dukungan serta semangatnya dalam penyusunan makalah ini.
Meskipun kami telah berusaha dengan segenap kemampuan, namun kami menyadari
bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
kritik, serta saran yang membangun guna perbaikan pada masa yang akan datang.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para
pembaca.

Medan, 15 November 2020

Penyusun.
P a g e | ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i


DAFTAR ISI .........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1.Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2. Tujuan Penulisan ........................................................................................1
1.3.Rumusan Masalah ..................................................................................... .1
1.4. Manfaat Penulisan ......................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
2.1. Pengertian Korelasi.....................................................................................3
2.2. Arah Korelasi..............................................................................................3
2.3. Peta Korelasi...............................................................................................4
2.4. Angka Korelasi............................................................................................7
2.5 Teknik Analisis Korelasi..............................................................................9
2.6 Langkah-langkah Teknik Analisis Korelasi...............................................30
2.7 Kelebihan dan kelemahan teknik analisis kolerasi....................................31
BAB III PENUTUP..............................................................................................33
3.1 KESIMPULAN...............................................................................................33
3.2 SARAN............................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................35
Page |1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Dalam kehidupan tidak ada manusia yang bisa hidup sendiri, pasti tergantung atau
berhubungan dengan yang lain. Baik itu berhubungan dengan sesama manusia, maupun dengan alam
sekitar.
Misalnya: Kalau kita ingin hidup sehat banyak faktor yang berkaitan/ berpengaruh, antara lain:
lingkungan rumah, jam istirahat, jam kerja, cuaca dll.
Konsep pemikiran tentang hubungan adalah untuk menjawab pertanyaan tentang apakah
kemunculan suatu gejala akan diikuti oleh gejala-gejala lain, atau lebih spesifik apakah perubahan
suatu variabel akan diikuti oleh perubahan variabel lain. Perubahan suatu variabel diikuti oleh
perubahan variabel lain menandakan adanya hubungan (korelasi) antar variabel.

1.2. Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisannya adalah :
• Pembelajar mampu:
1. Menjelaskan konsep korelasi
2. Menjelaskan macam-macam korelasi dan perbedaannya
3. Menjelaskan teknik-teknik korelasi.
4. Menjelaskan langkah - langkah teknik analisis korelasi
5. Menjelaskan kelebihan dan kekurangan teknik korelasi
1.3. Rumusan Masalah
- Bagaimana menjelaskan konsep korelasi ?
- Bagaimana menjelaskan macam-macam korelasi ?
- Apakah perbedaannya dari setiap macam-macam korelasi ?
- Bagaimana menjelaskan teknik-teknik korelasi?
- Bagaimana menjelaskan langkah - langkah teknik analisis korelasi?
- Bagaimana menjelaskan kelebihan dan kekurangan teknik korelasi ?
1.4. Manfaat Penulisan
Adapun setelah disusunnya makalah ini, kami berharap dapat bermanfaat bagi pembaca
sebagaimana yang kami jadikan tujuan. Yakni memberikan informasi dan pengetahuan tentang
Analisis Korelasi, mengetahui beberapa masalah terkait dengan penggolongan dan macam-
macamnya, serta terpenuhinya tugas mandiri mata kuliah Statistika Dasar.
Page |2

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Korelasi

Kata “ korelasi” berasal dari bahasa inggris correlation. Dalam bahasa indonesia sering
diterjemahkan dengan ; “ hubungan” atau “ saling hubungan” atau “ hubungan timbal balik”. Dalam
ilmu statistik istilah”korelasi” diberi pengertian sebagai hubungan antardua variabel atau lebih”

Selain itu, Korelasi juga dapat diartikan sebagai salah satu teknik statistik yang digunakan
untuk untuk mencari hubungan antara dua variabel atau lebih yang sifatnya kuantitatif. Korelasi
merupakan teknik analisis yang termasuk dalam salah satu teknik pengukuran asosiasi / hubungan
(measures of association).

2.2 Arah Korelasi

Hubungan antarvariabel itu jika ditilik dari segi arahnya, dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu hubungan yang sifatnya satu arah yang disebut korelasi positif dan hubungan yang
sifatnya berlawanan arah yang disebut korelasi negatif.

Disebut korelasi positif, jika dua variabel (atau lebih) yang berkorelasi, berjalan paralel;
artinya bahwa hubungan antardua variabel (atau lebih) itu menunjukkan arah yang sama.

Contoh : kenaikan harga BBm yang diikuti dengan kenaikan ongkos angkutan.

Disebut korelasi negatif, jika dua variabel (atau lebih) yang berkorelasi itu berjalan dengan
arah yang berlawanan, bertentangan, atau berkebalikan.

Contoh : makin meningkatnya kesadaran hukum di kalangan masyarakat diikuti dengan makin
menurunnya angka kejahatan atau angka pelanggaran.

Bagan korelasi

Korelasi Positif Korelasi Negatif

Var X Var Y Var X Var Y


Page |3

2.3 Peta Korelasi

Arah hubungan variabel yang kita cari korelasinya, dapat kita amati melalui sebuah peta atau
diagram yang dikenal dengan nama Peta Korelasi.

Menurut Sudijono (1987), Ciri yang terkandung pada peta korelasi itu adalah:

 Jika korelasi antara variabel X dan variabel Y merupakan korelasi positif maksimal, atau
korelasi positif tertinggi, atau korelasi positif sempurna, maka pencarian titik yang terdapat
pada peta korelasi apabila dihubungkan antara satu dengan yang lain, akan membentuk satu
buah garis lurus yang condong ke arah kanan.

Diagram Korelasi Positif Maksimal


 Jika korelasi antara variabel X dan variabel Y merupakan korelasi negatif maksimal atau
korelasi negatif tertinggi atau korelasi negatif sempurna maka pencaran titik yang terdapat
pada peta korelasi akan membentuk satu garis lurus dengan yang condong ke arah kiri.

Diagram Korelasi Negatif Maksimal


Page |4

 Jika korelasi antara variabel X dan variabel Y termasuk korelasi positif yang tinggi atau kuat,
maka pencaran titik yang terdapat pada peta korelasi sedikit atau beberapa mulai menjauhi
garis lurus, yaitu titik-titik tersebut terpencar atau berada di sekitar garis lurus tersebut
dengan kecondongan ke arah kanan.

Diagram Korelasi Positif Tinggi

 Jika korelasi antara variabel X dan variabel Y termasuk korelasi negatif yang tinggi atau kuat,
maka pencaran titik yang terdapat pada peta korelasi itu sedikit menjauhi garis lurus dengan
kecondongan ke arah kiri.

Diagram Korelasi Negatif Tinggi


Page |5

 Korelasi positif atau korelasi negatif yang menunjukkan korelasi yang rendah atau kecil,
maka pencaran titik yang terdapat pada peta korelasi akan semakin jauh tersebar atau
menjauhi dari garis lurus

Diagram Korelasi Positif Lemah

Diagram Korelasi negatif Lemah

2.4 Angka Korelasi

1. Pengertian

Sejauhmana tinggi-rendah, kuat-lemah, atau besar-kecilnya suatu korelasi dapat diketahui


dengan melihat angka korelasi hasil perhitungan yang dinamakan Angka Indeks Korelasi atau
Koefisien Korelasi. Angka Indeks Korelasi adalah suatu angka yang dapat dijadikan petunjuk untuk
mengetahui seberapa besar kekuatan korelasi di antara variabel yang sedang dikorelasikan.
Page |6

2. Lambangnya

Angka indeks korelasi biasanya diberi lambang dengan huruf tertentu. Misalnya rxy sebagai
lambang koefisien korelasi pada teknik korelasi Product Moment. Lambang (Rho) sebagai simbol
koefisien korelasi pada teknik korelasi Tata Jenjang. Lambang (Phi) sebagai simbol koefisien
korelasi Phi untuk variabel diskirt murni, Lambang C atau KK sebagai koefisien korelasi pada teknik
korelasi Kontigensi, dan lain – lain.

3. Besarnya

Besarnya angka indeks korelasi berkisar antara – 1,00 sampai dengan 1,00. Hasil korelasi
yang sempurna sebesar - 1,00 dan 1,00. Bila tidak ada korelasi maka angka indeks korelasi
menunjukkan angka 0. Apabila hasil perhitungan korelasi lebih dari ± 1,00, maka hal ini
menunjukkan telah terjadi kesalahan dalam perhitungan. Untuk memudahkan melakukan
interpretasi, mengenai kekuatan hubungan antara dua variabel, penulis memberikan kriteria sebagai
berikut.(Sarwono : 2006)

0 : tidak ada korelasi antara dua variabel

0 – 0,25 : korelasi sangat lemah

0,25 – 0,5 : korelasi cukup

0,5 – 0,75 : korelasi kuat

0,75 – 0,99 : korelasi sangat kuat

1 : korelasi sempurna

4. Tandanya

Bila angka indeks korelasi bertanda minus (-) berarti korelasi tersebut mempunyai arah
korelasi negatif. Bila angka indeks korelasi diberi tanda plus (+) atau tidak diberi tanda apapun
menunjukkan arah korelasi tersebut adalah korelasi positif.

5.Fungsi dan Sifat hubungan


Hubungan antara dua variabel dapat dinyatakan dalam dua fungsi yaitu fungsi matematis dan
fungsi statistic. Dalam fungsi matematis, bila terjadi perubahan pada suatu variabel selalu diikuti
perubahan pada variabel lainnya.
Page |7

Variabel Y adalah fungsi variabel X (Y = f (X)). Fungsi matematis menggambarkan korelasi


sempurna. Bila nilai variabel X diketahui maka nilai variabel Y dapat ditentukan dengan pasti dan
berlaku universal. Korelasi dalam fungsi statistik menggambarkan korelasi yang tidak sempurna.
Nilai variabel Y diperkirakan bila nilai variabel X diketahui dan tidak berlaku universal. Hubungan
dalam fungsi statistik adalah suatu kecenderungan yang tidak berlaku bagi setiap individu dalam
kelompok, berlaku bagi sebagian besar kelompok. Hubungan antara kedua variabel yang berkorelasi
tidak boleh langsung disimpulkan adanya hubungan kausal. Sifat hubungan tersebut bukan hubungan
sebab akibat di antara kedua variabel tersebut. Variabel X bukan penyebab dari variabel Y atau variabel
Y belum dapat diartikan sebagai akibat dari variabel X.
Angka indeks korelasi yang diperoleh dari proses perhitungan itu bersifat relatif, yaitu angka
yang fungsinya melambangkan indeks hubungan antar variabel yang dicari korelasinya. Jadi, angka
indeks korelasi itu bukanlah angka yang bersifat eksak atau angka yang merupakan ukuran pada skala
linier yang memiliki unit-unit yang sama besar. Misalkan angka indeks korelasi antara variabel X dan
variabel Y sebesar 0,80 (rxy = 0,80), dan angka indeks korelasi antara variabel Y dan variabel Z sebesar
0,20 (ryz = 0,20). Hal ini tidak dapat dikatakan bahwa r xy sebesar 4 kali ryz.

2.5 Teknik Analisis Koresional


1. Pengertian
Teknik analisis korelasi ialah teknik analisis statistik mengenai hubungan antardua variabel
atau lebih.

2. Tujuannya
Teknik analisis korelasional memiliki tiga macam tujuan, yaitu :

 Ingin mencari bukti (berlandasan pada data yang ada), apakah memang benar antara variabel
yang satu dan variabel yang lain terdapat hubungan atau korelasi.
 Ingin menjawab pertanyaan apakah hubungan antar variabel itu ( jika memang ada
ubungannya ) termasuk hubungan yang kuat, cukupan, ataukah lemah.
 Ingin memperoleh kejelasan dan kepastian ( secara matematik ) apakah hubungan antar
variabel itu merupakan hubungan yang berarti atau menyakinkan ( signifikan ) ataukah
hubungan yang tidak berarti atau tidk meyakinkan.
2. Penggolongannya
Teknik analisis korelasional dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu teknik analisis
korelasional bivariat dan teknik analisis korelasional multivariat.
Page |8

Teknik Analisis Koresional Bivariat ialah teknik analisis korelasi yang mendasarkan diri pada
dua buah variabel. Contoh : Korelasi antara prestasi belajar dalam bidang studi Agama Islam
(Variabel X) dan sikap keagaman siswa (Variabel Y).

Teknik Analisis Koresional Multivariat ialah teknik analisis korelasi yang mendasarkan diri
pada lebih dari dua variabel. Contoh : Korelasi antara sikap Keagaman Siswa (Variabel X1) dengan
Suasana Keagaman di lingkungan Keluarga (Variabel X2), Lingkungan Keagamaan Siswa di
Masyarakat (Variabel X3), Tingkat Pengetahuan Agama Orang Tua Siswa (Variabel X4, dan Prestasi
Belajar Siswa dalam bidang studi Agama Islam (Variabel X5).

4. Cara mencari korelasi pada teknik analisis korelasional bivariat

Sebagaimana dikemukakan oleh borg dan gall dalam bukunya educational research terdapat
10 macam teknik perhitungan korelasi yang termasuk dalam teknik analisis korelasional bivariat
yaitu :

1. Teknik Korelasional Produk Momen (Product Moment Correlation)


2. Teknik Korelasional Tata Jenjang (Rank Different Correlation atau Rank Order
Correlation)
3. Teknik korelasional Koefisien Phi (Phi Coeffisient Correlation)
4. Teknik Korelasional Kontingensi (Contingency Coefficient Correlation)
5. Teknik Korelasional Poin Biserial (Point Biserial Correlation)
6. Teknik Korelasinal Biserial (Biserial Correlation)
7. Teknik Korelasional Kendall Tau (Kendall’s Tau Correlation)
8. Teknik Korelasional Rasio (Correlation Ratio)
9. Teknik The Widespread Correlation
10. Teknik Korelasional Tetrakorik (Tetrachoric Correlation)

Penggunaan teknik korelasi tersebut di atas akan sangat tergantung kepada jenis data statistik
yang akan dicari korelasinya, di samping pertimbangan atau alasan tertentu yang harus dipenuhi.

2.5.1Teknik Korelasi Product Moment

1. Pengertiannya

Product moment correlation – atau lengkapnya product of the moment correlation – adalah
salah satu teknik untuk mencari korelasi antar dua variabel yang kerap kali digunakan.
Page |9

2. Penggunaannya

Teknik korelasi product moment kita pergunakan apabila kita berhadapan dengan keyataan
berikut ini :

1. Variabel yang kita korelasikan berbentuk gejala atau data yang bersifat kontinu.
2. Sampel yang diteliti mempunyai sifat homogen, atau setidak – tidaknya mendekati
homogenya.
3. Regresinya merupakan regresi linear

3. Lambangnya

Kuat lemah atau tinggi rendahnya korelasi antardua variabel yang sudah kita teliti dapat
diketahui dengan melihat besar kecilnya angka indeks korelasi, yang pada teknik korelasi product
moment diberi lambang “r” ( sering disebut”r” product moment). Angka indeks korelasi Product
Moment ini diberi indeks dengan huruf kecil dari huruf – huruf yang dipergunakan untuk dua buah
variabel yang sedang dicari korelasinya. Jadi apabila variabel pertama diberi lambang x dan variabel
kedua diberi lambang y, maka angka indeks korelasinya dinyatakan dengan lambang r xy.

4. Cara Mencari Angka Indeks Korelasi Product Moment

Ada berapa macam cara yang dapat dipergunakan untuk mencari angka indeks korelasi
produk moment yaitu :

Apabila data yang dihadapi adalah data tunggal yamg number of casesnya < 30 :

1. Dengan cara menghitung deviasi standarnya lebih dahulu


2. Dengan cara yang lebih tingkat, yaitu tanpa menghitung deviasi standarnya
3. Dengan cara memperhitungkan skor – skor aslinya atau ukuran – ukuran kasarnya
4. Dengan cara memperhitung mean 9 yaitu mencari nalia rata – rata hitung dari variabel yang
dicari korelasinya )
5. Dengan cara memperhitungkan selisih dviasi dan variabel yan dikerolesasikan, terhadap
meannya
6. Dengan cara memperhitungkan selisih dari masing – masing skor aslinya atau angka
kasarnya.
P a g e | 10

Apabila data yang dihadapi adalah data tunggal yang number of casesnya = 30 atau > 30 dan untuk
data kelompokkan, angka indeks korelasi dapat dapat diperoleh dengan bantuan peta korelasi atau
diagram korelasi.

5. Cara Memberikan Interprestasi terhadap Angka Indeks Korelasi “r”


Product Moment
Terhadap angka indeks korelasi yang telah diperoleh dari perhitungan (proses komputasi ) kita
dapat memberikan interpretasi atau penafsiran tertentu. Dalam hubungan ini ada dua macam cara
dapat kita tempuh yaitu :
 Memberikan interpretasi terhadap angka indeks korelasi “r” product moment secara kasar
atau dengan sederhana.
 Memberikan interpretasi terhadap angka indeks korelasi “r” product moment dengan jalan
berkorealitasi ( berkonsultasi ) pada tabel nilai “r” product moment.
Prosedur yang kita lalui, yakni :
a. Merumuskan (membuat) hipotesis alternatif (Ha) dan hipotesis nihil atau hipotesis nol
(H₀).
b. Menguji kebenaran atau kepalsuan dari hipotesis yang telah kita ajukan di atas tadi.
(maksudnya : manakah yang benar Ha atau H₀).

6. Contoh Cara Mencari (Menghitung) dan Memberikan Interpretasi terhadap Angka Indeks Korelasi
“r” Product Moment

A.Cara Mencari (menghitung) dan memberikan interpretasi terhadap angka indeks korelasi “r”
product moment untuk data tunggal dimana N < 30 dengan terlebih dahulu memperhitungkan
Deviasi Standarnya

1. Rumus

∑ xy
r xy =
NS D x S D y

Dimana : r xy = angka indeks korelasi antara variabel X dan variabel Y

∑ xy = jumlah dari hasil perkalian antara deviasi skor – skor variabel x dari skor – skor
variabel

S Dx = deviasi standar dari variabel x


P a g e | 11

S D y = deviasi standar dari variabel y

N = number of cases

2. Langkahnya
a. Menyiapkan tabel kerja atau tabel perhitungan yang terdiri dari 8 kolom. Kolom 1 :
Subjek penelitian, kolom 2 : skor variabel x, kolom 3 : skor variabel y, kolom 4 : deviasi
skor x terhadap mean grupnya (Mx), kolom 5 : deviasi skor y terhadap mean grupnya
(My), kolom 6 : hasil perkalian deviasi x dan deviasi y, kolom 7 : hasil pengkuadratan
deviasi x, kolom 8 : hasil pengkuadratan deviasi y.
b. Menghitung mean dari variabel x dan y dengan rumus :
∑X ∑Y
Mx= My =
N N
c. Menghitung deviasi standar variabel x dan y dengan rumus :
∑X ∑Y
SDx=
√ N
SDy=
√ N
d. Menghitung angka indeks korelasi dengan rumus pada nomor 1.

B.Cara mencari (menghitung dan memberikan interpretasi terhadap angka indeks korelasi “r”
product moment untuk data tunggal dimana N < 30, dengan tidak mencari deviasi standarnya

1. Rumus

∑ xy
r xy =
√(¿ ∑ x 2)(∑ y 2 )¿
Dimana : r xy = angka indeks korelasi antara variabel X dan variabel Y

∑ x 2 = jumlah deviasi skor x setelah terlebih dahulu dikuadratkan

∑ y 2=¿ jumlah deviasi skor y setelah terlebih dahulu dikuadratkan

2.Langkahnya
a. Menyiapkan tabel kerja atau tabel perhitungan seperti pada A sub 2a,
b. Mencari deviasi skor x terhadp Mx dan skor y terhadap My dengan rumus : x = X – Mx
, y = Y – My
c. Menghitung angka indeks korelasi dengan rumus pada nomor 1.
P a g e | 12

C. Cara mencari (menghitung) angka indeks korelasi “r” product moment di mana N < 30, dengan
mendasarkan diri pada skor aslinya atau angka kasarnya

1. Rumus
N ∑ XY −( ∑ X )( ∑Y )
r xy =
√ N ∑ X 2−(∑ X 2) ¿ ¿
Dimana : : r xy = angka indeks korelasi antara variabel X dan variabel Y

N = number of cases

∑ XY =¿jumlah hasil perkalian antara skor x dan skor y

∑ X = jumlah seluruh skor x

∑ Y = jumlah seluruh skor y

2. Langkah
a. Menyiapkan tabel kerja atau tabel perhitungan yang terdiri dari 6 kolom. Kolom 1, 2 dn 3
sama seperti sebelumnya sedangkan kolom 4 : hasil perkalian deviasi x dan deviasi y,
kolom 5 : hasil pengkuadratan deviasi x, kolom 6 : hasil pengkuadratan deviasi y.
b. Menghitung angka indeks korelasi dengan rumus pada nomor 1.

D. Cara mencari (menghitung) Angka Indeks Korelasi “r” Product Moment di mana N < 30, dengan
memperhitungkan Meannya

1. Rumus

∑ XY −N . Mx . My
r xy =
√ ∑ X 2−N . Mx¿ 2 ¿ ¿
Dimana : r xy = angka indeks korelasi antara variabel X dan variabel Y

N = number of cases

∑ x 2 = jumlah deviasi skor x setelah terlebih dahulu dikuadratkan

∑ y 2=¿ jumlah deviasi skor y setelah terlebih dahulu dikuadratkan

Mx = mean dari skor variabel x

My = mean dari variabel y


P a g e | 13

Mx 2=kuadrat dari mean skor variabel x

My 2=kuadrat dari mean skor variabel y

2.Langkah

a. Menyiapkan tabel kerja atau tabel perhitungan seperti pada C sub 2a.

b. Menghitung mean dari variabel x dan y dengan rumus :

∑X ∑Y
Mx= My =
N N

c.Menghitung angka indeks korelasi dengan rumus pada nomor 1.

E. Cara mencari (menghitung) angka indeks korelasi “r” Product Moment, dimana N < 30, dengan
didasarkan pada selisih deviasinya

1. Rumus

∑ x 2+∑ y2 −∑ d 2
r xy =
2 √ ( ∑ X 2 ) (∑Y 2 )

Dimana : r xy = angka indeks korelasi antara variabel X dan variabel Y

∑ x 2 = jumlah deviasi skor x setelah terlebih dahulu dikuadratkan

∑ y 2=¿ jumlah deviasi skor y setelah terlebih dahulu dikuadratkan

d = selisih antara deviasi skor variabel x dan deviasi variabel y, atau d=x–y

2 = bilangan konstan ( tidak dapat diubah – ubah)

∑ d 2 = jumlah selisih antara deviasi skor variabel x dan deviasi variabel y setelah
dikuadratkan terlebih dahulu ∑ d 2=∑ ¿ ¿

2.Langkah
a. Menjumlahkan seluruh skor variabel x dan y, diperoleh ∑ X , ∑Y
b. Menghitung mean dari variabel x dan y dengan rumus :

∑X ∑Y
Mx= My =
N N
P a g e | 14

c. Mencari deviasi skor x terhadp Mx dan skor y terhadap My dengan rumus : x = X – Mx


, y = Y – My
d. Mencari d dengan rumus d = (x – y)
e. Mengkuadratkan d, setelah itu jumlahkan, hingga diperoleh ∑ d 2
f. Menghitung angka indeks korelasi dengan rumus pada nomor 1.

F. Cara mencari (menghitung) angka indeks korelasi “r” Product Moment di mana N < 30 dengan
menadasarkan pada selisih skornya (selisih skor kasarnya)

1. Rumus

N ( ∑ x 2+∑ y2 −∑ ( X−Y )2) −2(∑ X)(∑ Y )


r xy =
2 √ ¿ ¿¿

Dimana :r xy = angka indeks korelasi antara variabel X dan variabel Y

N = number of cases

∑ x 2 = jumlah deviasi skor x setelah terlebih dahulu dikuadratkan

∑ y 2=¿ jumlah deviasi skor y setelah terlebih dahulu dikuadratkan

(X – Y) = selisih antara skor variabel X dan skor variabel Y

2 = bilangan konstan ( tidak dapat diubah – ubah)

( X −Y )2=k uadrat dari selisih antara skor variabel x dan skor variabel y

(∑ x 2 ¿ = jumlah dari seluruh skor variabel X, setelah itu lalu dikuadratkan

(∑ y 2 ¿ = jumlah dari seluruh skor variabel Y, setelah itu lalu dikuadratkan

2.Langkah

a. Menyiapkan tabel kerja atau tabel perhitungan seperti pada C sub 2a, lalu tambahkan 2
kolom yang berisi selisih skor x dan y, serta kolom kuadrat x –y.

b. Menghitung angka indeks korelasi dengan rumus pada nomor 1

G. Cara mencari (menghitung) angka indeks korelasi “r” Product Moment untuk data tunggal, di
mana N = 30 atau N > 30
P a g e | 15

1. Rumus

∑ x ' y'
−( C x ' ) (C y ' )
N
r xy =
( SD x ' ) (SD y ' )

Dimana : r xy = angka indeks korelasi antara variabel X dan variabel Y

N = number of cases

∑ x ' y ' = jumlah hasil perkalian silang (product of the moment) antara frekuensi sel (f) dengan x’
dan y’

∑fx '
Cx’ = nilai koreksi pada variabel X yang dapat diperoleh dengan rumus : C x ' =
N

∑ fy '
Cy’ = nilai koreksi pada variabel Y yang dapat diperoleh dengan rumus : C y ' =
N

SDx’ = deviasi standar skor X dalam arti tiap skor sebagai 1 unit dimana i – 1

SDy’ = deviasi standar skor Y dalam arti tiap skor sebagai 1 unit dimana i – 1

2.Langkah
a. Menyiapkan Peta Korelasi ( Scatter Diagram)
∑ fx ' ∑ fy '
b. Mencari Cx’ dan Cy’ dengan rumus : ,
N N
c. Mencari SDx’ dan SDy’ dengan rumus :
2 2
SDx’ = i ∑ fx ' −¿ ¿ , SDy’ = i ∑ fy ' −¿ ¿
N√ √ N
d.Menghitung angka indeks korelasi dengan rumus pada nomor 1

H. Cara mencari (menghitung) angka indeks korelasi “r” Product Moment untuk data kelompok.

1. Rumus

∑ x ' y'
−( C x ' ) (X y ' )
N
r xy =
( SD x' ) ( SD y ' )

Dimana : r xy = angka indeks korelasi antara variabel X dan variabel Y


P a g e | 16

N = number of cases

∑ x ' y ' = jumlah hasil perkalian silang (product of the moment) antara frekuensi sel (f) dengan x’
dan y’

∑fx '
Cx’ = nilai koreksi pada variabel X yang dapat diperoleh dengan rumus : C x ' =
N

∑ fy '
Cy’ = nilai koreksi pada variabel Y yang dapat diperoleh dengan rumus : C y ' =
N

SDx’ = deviasi standar skor X dalam arti tiap skor sebagai 1 unit dimana i = 1

SDy’ = deviasi standar skor Y dalam arti tiap skor sebagai 1 unit dimana i = 1

2.Langkah
a. Merumuskan (membuat) hipotesis alternatif (Ha) dan hipotesis nihil atau hipotesis nol
(H₀).
b. Menyiapkan Peta Korelasi ( Scatter Diagram)
∑ fx ' ∑ fy '
c. Mencari Cx’ dan Cy’ dengan rumus : ,
N N
d. Mencari SDx’ dan SDy’ dengan rumus :
2 2
SDx’ = i ∑ fx ' −¿ ¿ , i = 1, SDy’ = i ∑ fy ' −¿ ¿, i = 1
√ N √ N
e.Menghitung angka indeks korelasi dengan rumus pada nomor 1

2.5.2 Teknik Korelasi Tata Jenjang (= Teknik korelasi Rank Order = Rank Order Correlation =
Rank Difference Correlation)

1. Pengertian

Teknik korelasi tata jenjang dalam dunia statistik dikenal sebagai teknik analisis koelasional
yag paling sederhana jika dibandingkan dengan teknik analisis korelasinal lainnya.

2. Penggunaanya

Teknik ini akan efektif digunakan apabila subjek yang dijadikan sampel dalam penelitian N
antara 10 – 29. Selain itu, teknik ini juga digunakan untuk mencari koefisien korelasi antara data
ordinal dan data ordinal lainnya. Teknik ini dapat digunakan untuk data interval, tetapi sebelumnya
telah diubah menjadi data ordinal.
P a g e | 17

3.Lambangnya

Pada teknik ini, angka indeks korelasi dilambangkan dengan huruf ρ (baca: rho) dengan
angka indeks korelasi berkisar antara 0,00 sampai dengan +1,00.

4. Rumusnya

Rumus korelasi ini dikembangkan oleh Charles Spearman.

6 ∑ D2 6 ∑ D2
ρ ¿ 1− 2
N ( N −1)
atau ρ ¿ 1− 3
(N −N )

Keterangan: ρ= angka indeks korelasi tata jenjang

1dan 6 = bilangan konstan


D = perbedaan antara pasangan jenjang, D = R1 – R2
N = Jumlah individu dalam sampel

Langkah penggunaan rumus ini sama dengan yang ditempuh oleh rumus-rumus korelasi
poduct moment. Namun penggunaannya, rumus ini dibedakan antara penggunaan untuk data ordinal
dan untuk data interval yang telah berubah menjadi data ordinal, akan tetapi bentuk rumusnya tetap
seperti itu, perbedaannya adalah pada tabel kerja yang digunakan.

5.Cara memberikan interpretasi terhadap angka indeks korelasi tata jenjang

Untuk memberikan interpretasi terhadap angka indeks korelasi tata jenjang, terlebih dahulu
kita rumuskan hipotesis alternatif dan hipotesis nol – nya

6.Contoh cara mencari menghitung dan memberikan interpretasi terhadap angka indeks korelasi tata
jenjang

Ada tiga macam cara mencari ( menghitung ) Rho,yaitu :

a. Cara mencari ( menghitung ) dan memberikan interpretasi terhadap angka indeks korelasi
tata jenjang, yang tidak terdapat urutan yang kembar.

b. Cara mencari ( menghitung ) dan memberikan interpretasi terhadap angka indeks korelasi
tata jenjang, yang tidak terdapat urutan yang kembar dua.

c. Cara mencari ( menghitung ) dan memberikan interpretasi terhadap angka indeks korelasi
tata jenjang, yang tidak terdapat urutan yang kembar tiga atau lebih dari tiga.
P a g e | 18

Dengan menggunakan rumus :

R n2−1
e=¿ √ M R +
2 ¿
12

Dimana : Re=¿¿urutan kedudukan

M R = mean dari urutan kedudukan skor kembar

n = banyaknya skor yang kembar

1 dan 12 = bilangan konstan (tidak dapat diubah – ubah)

2.5.3 Teknik Korelasi Phi (Phi Coefficient Correlation)


1. Pengertiannya

Teknik korelasi phi adalah salah satu teknik analisis korelasional yang dipergunakan apabila
data yang dikorelasikan adalah data yang benar – benar dikotomik ( terpisah atau dipisahkan secara
tajam ) dengan istilah lain ; variabel yang dikorelasikan itu adalah variabel diskrit murni ; misalnya :
laki – laki – perempuan, hidup – mati, lulus – tidak lulus, menjadi pengurus organisasi – tidak
menjadi pengurus organisasi mengikuti bimbingan tes – tidak mengikuti bimbingan tes, dan
seterusnya. Apabila variabelnya bukan merupakan variabel diskrit, maka variabel tersebut terlebih
dahulu harus diubah menjadi variabel diskrit.

2. Lambangya

Besar kecil, kuat lemahnya, atau tingi rendahnya, korelasi antar dua variabel yang kita selidiki
korelasinya, pada teknik korelasi phi ini, ditunjukkan oleh besar kecilnya angka indeks korelasi yang
dilambangkan dengan huruf φ ( phi ) yang besarnya berkisar antara 0,00 samapai dengan + 1,00.

3. Rumusnya
(ad −bc)
 Rumus pertama : φ=
√( a+b ) ( a+c ) ( b+ d ) (c+ d)
Rumus ini kita pergunakan apabila dalam menghitung atau mencari φ kita mendasarkan diri
pada frekuensi dari masing – masing sel yang terdapat dalam tabel kerja (tabel perhitungan).

αδ− βγ
 Rumus kedua : φ= '
√( p ) ( q ) ( p ) (q ' )
P a g e | 19

Rumus ini kita pergunakan apabila dalam menghitung φ kita mendasarkan diri pada nilai
proporsinya.

χ2
 Rumus ketiga : φ=
√ N

Rumus ini kita pergunakan apabila dalam mencari φ kita terlebih dahulu menghitung kai
kuadrat ( χ 2 ¿; kai kuadrat itu diperoleh dengan rumus :

χ 2=∑¿ ¿ dengan : f 0= frekuensi yang diperoleh dalam penelitian

f t = frekuensi secara teoritik

4. Cara memberikan interpretasi terhadap angka indeks korelasi phi (φ )

Pada dasarnya, phi merupakan product momen correlation. Oleh karena itu, dapat
diinterpretasikan dengan cara yang sama dengan “r” Product Moment dari Pearson.

∑ xy
r xy =
√(¿ ∑ x 2)(∑ y 2 )¿
5.Contoh cara mencari (menghitung) angka indeks korelasi Phi

a. Cara mencari angka indeks korelasi phi dengan mendasarkan diri pada frekuensi dari masing –

(ad −bc)
masing sel yang terdapat dalam tabel kerja (tabel perhitungan). φ=
√( a+b ) ( a+c ) ( b+ d ) (c+ d)
b. Cara mencari angka indeks korelasi phi dengan mendasarkan diri pada nilai proporsinya.

αδ− βγ
φ= '
√( p ) ( q ) ( p ) (q ' )
c. Cara mencari (menghitung) angka indeks korelasi phi dengan memperhitungkan kai kuadradat.

χ2
φ=
√ N

d. Cara mencari ( menghitung ) angka indeks korelasi phi dalam keadaan khusus

αδ−βγ
φ=
√ ( p )( q )
P a g e | 20

2.5.4 Teknik Korelasi Koefisien Kontingensi


1. Pengertiannya

Teknik korelasi koefisien kontingensi adalah salah satu teknik analisis korelasional bivariat,
yang dua buah variabel yang dikorelasikan adalah berbentuk kategori atau merupakan gejala ordinal.
Misalnya : tingkat pendidikan, tinggi, menengah, rendah : pemahaman terhadap ajaran Agama Islam:
baik, cukup, kurang, dan sebagainya.

2. Lambangnya

Kuat lemah, tinggi – rendah, atau besar – kecilnya korelasi antar dua variabel yang sedang kita
selidiki korelasinya, dapat diketahui dari besar – kecilnya angka indeks korelasi yang disebut
coefficient contingency, yang umumnya diberi lambang dengan huruf C atau KK ( singkatan dari
koefisien kontingensi).

3. Rumusnya
χ2
∁= 2
χ +N
χ 2 dapat diperoleh dengan menggunakan rumus : χ 2=∑¿ ¿

4. Cara memberikan interpretasi terhadap angka indeks korelasi kontingensi


Pemberian interpretasi terhadap angka indeks korelasi kontingensi C atau KK itu adalah dengan

C
jalan terlebih dahulu menubah harga C menjadi phi, dengan mempergunakan rumus : φ=
√1−C2
Setelah harga φ diperoleh, selanjutnya kita konsultasikan dengan tabel nilai “r” Product Moment
dengan df sebesar N – nr. Jika angka indeks korelasi yang kita peroleh dalam perhitungan (dalam hal
ini adalah C yang telah diubah menjadi phi dan dianggap “r xy“) itu sama dengan atau lebih besar
daripada r tabel , maka hipotesis nihil ditolak dan apabila lebih kecil daripada r tabel , maka hipotesis nihil
diterima atau disetujui.

5. Contoh cara mencari ( menghitung ) angka indeks korelasi kontingensi

Misalkan akan diteliti, apakah terdapat korelasi positif yang signifikan antara semangat berolah –
raga dan kegairahan belajar. Sejumlah 200 orang subjek ditetapkan sebagai sampel penelitian. Hasil
pengumpulan data menunjukan angka sebagaimana tertera pada tabel dibawah ini.
P a g e | 21

2.5.5 Teknik Korelasi Poin Biseral

1. Pegertian Dan Penggunanya

Teknik korelasi point biserial ( point biserial correlation ) adalah salah satu teknik analisis
korelasional bivariat yang biasa dipergunakan untuk mencari korelasi antara dua variabel :

Variabel 1 berbentuk variabel kontinum ( misalnya : skor hasil tes ) sedangkan Variabel 2 berbentuk
variabel diskrit murni ( misalnya betul atau salahnyacalon dalam menjawab butir – butir soal tes ).

Teknik analisis koresional poin biseral ini juga dapat dipergunakan untuk menguji validity item
(validitas soal) yang telah diajukan dalam tes, dimana skor hasil tes untuk tiap butir soal
dikorelasikan dengan skor hasil tes secara totalitas.

2. Lambangnya

Angka indeks korelasi yang menunjukan keeratan hubungan antara variabel yang satu dengan
variabel yang lain, pada teknik korelasi ini dilambangkan dengan : r pbi

3.Rumusnya

M p −M t p
r pbi =
S Dt √ q

Dimana : r pbi = angka indeks korelasi poin biseral

M p = mean skor yang dicapai oleh peserta tes yang menjawab betul, yang sedang dicari
korelasinya dengan tes secara keseluruhan.

M t = mean skor total, yang berhasil dicapai oleh seluruh peserta tes.
P a g e | 22

S Dt = deviasi standar total (dari skor total)

P = proporsi peserta tes yang menjawab betul terhadap butir soal yang sedang dicari
korelasinya dengan tes secara keseluruhan.

4.Cara memberikan interpretasi terhadap angka indeks poin beserial

Untuk memberikan interpretasi terhadap r pbi ,kita pergunakan tabel nilai “r” product moment,
dengan terlebih dahulu mencari df-nya ( df = N – nr ). Jika r pbi yang kita peroleh dalam perhitungan
ternyata sama dengan atau lebih besar daripada r tabel ,maka kita dapat mengambil kesimpulan bahwa
kedua variabel yang sedang kita cari korelasinya, ternyata secara signifikan memang berkorelasi.
Jika r pbi lebih kecil daripada r tabel berarti tidak ada korelasi yang signifikan

5.Contoh cara mencari ( menhitung ) angka indeks korelasi poin biserial

Sebagai salah satu contoh, misalnya dalam suatu penelitian yang antara lain bertujuan untuk
menuji validitas soal yang telah dikeluarkan dalam tes ( bila soal yang dikeluarkan dalam tes tersebut
berbentuk tes obkjektif ) sejumlah 10 orang calon (testee) dihadapakan kepada 10 butir soal ; skor
yang berhasil dicapai testee adalah sebagai berikut : (catatan : pada contoh ini testee yang menjawab
butir soal dengan betul diberi skor 1, sedangkan tastee yang menjawab salah diberi skor nol.

2.5.6 Teknik Korelasinal Biserial (Biserial Correlation)

1. Pengertian dan Penggunaannya

Korelasi biserial merupakan alat yang paling sering digunakan dalam dunia pendidikan, dimana
korelasi ini melihat hubungan antara skor atau hasil jawaban pada masing-masing item pertanyaan
yang diberikan dalam tes.Korelasi biserial efektif diberikan pada tipe tes multiple choice atau pilihan
berganda tetapi bisa juga untuk tipe tes lainnya.Hasilnya para pendidik dapat mengetahui karaktristik
siswa dalam memberikan jawaban terhadap soal tes yang kita berikan.

Korelasi biserial dapat digunakan untuk melihat fenomena dalam pola jawaban siswa, seringkali
pengajar dihadapkan pada kenyataan bahwa siswa tertentu akanmemberikan jawaban yang benar
terhadap pertanyaan yang sulit dan sebaliknya pada pertanyaan mudah ia akan memberikan jawaban
yang salah.

Seperti halnya pada pengujian korelasi tentunya kita mengenal istilah koefisien korelasi dan nilai
signifikansi atau p-value. Prinsipnya sama saja, pada korelasi biserial nilai koefisien yang besar dan
P a g e | 23

positif akan mengindikasikan bahwa siswa dapat menjawab dengan baik item pertanyaan tersebut,
sebaliknya poin biserial yang kecil mengindikasikan bahwa item pertanyaan tidak dapat dijawab
dengan baik oleh siswa.

2.5.7 Teknik Korelasional Kendall Tau (Kendall’s Tau Correlation)

1. Pengertian dan Penggunaanya

Korelasi Kendall Tau merupakan statistik nonparametrik. Korelasi ini digunakan pada data
sama seperti data yang digunakan pada korelasi spearman yaitu sekurang-kurangnya data ordinal.

2.Lambangnya

Simbol yang biasa digunakan pada ukuran populasinya adalah (tau) dan ukuran sampelnya
adalah T .

3.Rumusnya

Formula T adalah sebagai berikut:

dimana:

S adalah total skor seluruhnya (grand total), yang merupakan jumlah skor urutan kewajaran
pasangan data pada salah satu variabel. Jika urutan ranking wajar diberi skor +1, jika urutan ranking
tdk wajar diberi skor –1.N adalah banyaknya pasangan ranking.

Pada contoh ini, ranking pada variabel X yang diurutkan sehingga ranking pada variabel Y
mengikuti dan akan dicari nilai skor sebenarnya (S).
P a g e | 24

Mencari nilai S (lihat ranking Y):

Penggunaan formula korelasi kendall T dapat dikoreksi jika data yang digunakan banyak terdapat
angka sama yang berarti juga mempunyai ranking yang sama (untuk angka sama, ranking dirata-
ratakan). Formula dikoreksi menjadi:

Nilai dari T dan rs tidak sama, walaupun dihitung dari pasangan ranking yang sama, sehingga
kedekatan hubungan (asosiasi) variabel tidak bisa dibandingkan antara nilai T dan rs .nilai rs
biasanya lebih besar dari nilai T. namun demikian ada hubungan antara dua ukuran tersebut, yaitu:
P a g e | 25

contoh 3: (lihat data pada contoh korelasi spearman)


P a g e | 26
P a g e | 27

2.5.7 Teknik Korelasional Rasio (Correlation Ratio)

Interval/Rasio
1. Product Momen
2. Korelasi Parsial
3. Korelasi Ganda
P a g e | 28

Rumusnya korelasi ganda…


Angka yang menggambarkan arah dan kuatnya hubungan antara dua (lebih)
variabel secara bersama-sama dengan variabel lainnya

RyX1X2 =
r 2 yx1  r 2 yx 2  2ryx1ryx 2 rx1x 2
1  r 2 x1x 2
Di mana :
Ryx1x2 : korelasi antara X1 dan X2 bersama-sama dengan Y
ryx1 : korelasi product moment Y dengan X1
ryx2 : korelasi product moment Y dengan X2
rx1x2 : korelasi product meoment X1 dengan X2

36

Korelasi Parsial
Mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel
dependen, dengan salah satu variabel independen dianggap tetap
(dikendalikan)

Rumusnya…
ryx1  ryx2 rx1x2
Ry.x1x2 =
1  r 2 x1x2 1  r 2 yx2

Korelasi parsial antara X1 dengan Y; dengan X2


dianggap tetap.
37

2.5.9 Teknik The Widespread Correlation

Sering terjadi dalam penelitian yang membutuhkan pengamatan seperti cenderung memberikan nilai
rata-rata dari pada menilai sangat baik atau sangat buruk.Sehingga digunakan teknik the widespread
correlation. Dengan Rumus :
P a g e | 29

2.5.10 Teknik Korelasional Tetrakorik (Tetrachoric Correlation)

Teknik korelasi tetrakorik digunakan apabila dua variabel yang dikorelasikan sama-sama merupakan
variabel dikotomi.Bedanya, pada korelasi tetrakorik data bersifat dikotomi buatan, sedangkan pada
korelasi phi data bersifat dikotomi murni.Mula-mula datanya merupakan data kontenum yang
sebenarnya dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu:

a. Subjek yang menguasai materi

b. Subjek yang tidak menuasai materi

dengan rumus sebagai berikut :

1. Mencari nilai phi dengan rumus :


ad−bc
Ø=
(a+ b)(c +d )( b+d )
2. Menentukan besarnya korelasi tetrakorik dengan rumus :
rt : Sinus (Ø 90º)
3. Menentukan korelasi dan menguji korelasi tetrakorik dengan rumus :

r = korelasi tetrakorik x faktor koreksi x faktor koreksi

4. Tes signifikan dari koreksi tetrakorik digunakan teknik Chi kuadrat


diperoleh dari rumus X² = ز .N dengan derajat bebas (db) = 1. Rumus chi kuadrat :
N ( ad−bc ) 2
X² =
(a+ b)(c +d )( b+d )

Keterangan :
X² : Chi kuadrat
N : Jumlah Sampel
P a g e | 30

A,b,c,d : Frekuensi tiap-tiap sampel tabel 2 x 2


5. Untuk menentukan diterima atau tidaknya hipotesa yang diajukan, diuji dengan taraf
signifikasi 5%.

Untuk mengetahui tingkat korelasi yang terjadi didasarkan pada koefisien korelasi sebagai berikut :

a. 0,80 - 1,00 = korelasi yang sempurna

b. 0,60 - 0,80 = korelasi yang tinggi

c. 0,40 - 0,60 = korelasi yang sedang

d. 0,20 - 0,40 = korelasi yang rendah tapi ada

e. 0,00 - 0,20 = korelasi yang sangat rendah

(Winarno Surachman,1995:302)

2.6 Langkah-langkah Teknik Analisis Korelasi

Pada dasarnya, penelitian korelasi baik relasional, prediktif, maupun multivariat, melibatkan
perhitungan korelasii antara variabel yang kompleks (variabel kriteria) dengan variabel lain yang
dianggap mempuyai hubungan (variabel prediktor). Untuk menguji hubungan tersebut, langkah-
langkah yang ditempuh sama meski detail masing-masing langkah untuk keduanya berbeda, terutama
dalam pengumpulan dan analisis data.

1. Penentuan masalah

Sebagaimana dalam setiap penelitian, langkah awal yang harus dilakukan peneliti adalahmenentukan
masalah penelitian yang akan menjadi fokus studinya. Dalam penelitian korelasional, masalah yang
dipilih harus mempunyai nilai yang berarti dalam pola perilaku fenomena yang kompleks yang
memrlukan pemahaman.Disamping itu, variabel yang dimasukkan dalam penelitian harus didasarkan
pada pertimbangan, baik secara teoritis maupun nalar, bahwa variabel tersebut mempunyai hubungan
tertentu.Hal ini biasanya dapat diperoleh berdasarkan hasil penelitian yang terdahulu atau terdahulu.

2. Penentuan subyek

Subyek yang dilibatkan dalam penelitian ini harus dapat diukur dalam variabel-variabel yang
menjadi fokus penelitian.Subyek tersebut harus relatif homogen dalam faktor-faktor di luar variabel
P a g e | 31

yang diteliti yang mungkin dapat mempengaruhi variabel terikat.Bila subyek yang dilibatkan
mempunyai perbedaan yang berarti dalam faktor-faktor tersebut, korelasi antar variabel yang diteliti
menjadi kabur.

Untuk mengurangi heterogenitas tersebut, peneliti dapat mengklasifikasikan subyek menjadi


beberapa kelompok berdasarkan tingkat faktor tertentu dan, kemudian menguji hubungan antar
variabel penelitian untuk masing-masing kelompok.

3. Pengumpulan data

Berbagai jenis instrumen dapat digunakan untuk mengukur dan mengumpulkan data masing-masing
variabel, seperti angket, tes, pedoman interview dan pedoman observasi, tentunya disesuaikan
dengan kebutuhan.Data yang dikumpulkan dengan instrumen-instrumen tersebut harus dalam bentuk
angka. Dalam penelitian relasional, pengukuran variabel dapat dilakukan dalam waktu yang relatif
sama.

4. Analisis data

Pada dasarnya, analisis dalam penelitian korelasional dilakukan dengan cara mengkorelasikan hasil
pengukuran suatu variabel dengan hasil pengukuran variabel lain. Dalam penelitian relasional, teknik
korelasi bivariat, sesuai dengan jenis datanya, digunakan untuk menghitung tingkat hubungan antara
vaiabel yang satu dngan yang lain.

Namun demikian, dapat pula digunakan analisis korelasi biasa bila hanya melibatkan dua
variabel.Bila melibatkan lebih dari dua variabel, misalnya untuk menentukan apakah dua variabel
prediktor atau lebih dapat digunakan untuk memprediksi variabel kriteria lebih baik daripada bila
digunakan secara sendiri-sendiri, teknik analisis regresi ganda, multiple regresion atau analisis
kanonik dapat digunakan.Hasil analisis tersebut biasanya dilaporkan dalam bentuk nilai koefisien
korelasi atau koefisien regresi serta tingkat signifikansinya, disamping proporsi variansi yang
disumbangkan oleh variabel bebas terhadap variabel terikat.

2.7 Kelebihan dan kelemahan teknik analisis kolerasi

Sebelum melihat kelebihan dan kelemahan dari teknik jenis korelasi, ada beberapa hal yang kita
perhatikan. Hal tersebut adalah kesalahan-kesalahan yang kadang-kadang dilakukan oleh peneliti
dalam penelitian menggunakan teknik korelasi, antara lain :
P a g e | 32

1. Peneliti berasumsi bahwa korelasi merupakan bukti sebab akibat

2. Peneliti bertumpu pada pendekatan sekali tembak (shotgun approach)

3. Peneliti memilih statistik yang salah

4. Peneliti menggunakan analisis bivariat ketika multivariat yang lebih tepat

5. Peneliti tidak melakukan studi vasilitas silang

6. Peneliti menggunakan analisis jalur tanpa peninjauan asumsi-asumsi (teori)

7. Peneliti gagal menentukan suatu variabel kausal penting dalam

8. Perencanaan suatu analisis jalur

9. Peneliti salah tafsir terhadapsignifikansi praktis atau statistik dalam suatu studi.

Penelitian korelasional, mengandung kelemahan-kelemahan, antara lain:

1. Hasilnya cuma mengidentifikasi apa sejalan dengan apa, tidak mesti


menunjukkan saling hubungan yang bersifat kausal
2. Jika dibandingkan dengan penelitian eksperimental, penelitian korelasional
itu kurang tertib-ketat, karena kurang melakukan kontrol terhadap variabel-variabel bebas.

3. Pola saling hubungan itu sering tak menentu dan kabur

4. Sering merangsang penggunaannya sebagai semacam short-gun approach,

yaitu memasukkan berbagai data tanpa pilih-pilih dan menggunakan setiap

interpretasi yang berguna atau bermakna.

Penelitian korelasional juga mengandung kelebihan-kelebihan, antara lain:

1. Kemampuannya untuk menyelidiki hubungan antara beberapa variabel secara bersama-sama


(simultan)

2. Mampu memberikan informasi tentang derajat (kekuatan) hubungan antara

variabel-variabel yang diteliti.


P a g e | 33

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Korelasi merupakan hubungan antara dua kejadian dimana kejadian yang satu dapat
mempengaruhi eksistensi kejadian yang lain.

Adapun tujuannya adalah mengolah data hasil dari penelitian korelasional untuk menguji ada
tidaknya hubungan itu dan mengungkapkan seberapa besar kekuatan hubungan antarvariabel yang
dimaksud .

Terdapat 10 macam teknik perhitungan korelasi yang termasuk dalam teknik analisis
korelasional bivariat yaitu :

1. Teknik Korelasional Produk Momen (Product Moment Correlation)

2. Teknik Korelasional Tata Jenjang (Rank Different Correlation atau Rank Order Correlation)

3. Teknik korelasional Koefisien Phi (Phi Coeffisient Correlation)

4. Teknik Korelasional Kontingensi (Contingency Coefficient Correlation)

5. Teknik Korelasional Poin Biserial (Point Biserial Correlation)

6. Teknik Korelasinal Biserial (Biserial Correlation)

7. Teknik Korelasional Kendall Tau (Kendall’s Tau Correlation)

8. Teknik Korelasional Rasio (Correlation Ratio)

9. Teknik The Widespread Correlation

10. Teknik Korelasional Tetrakorik (Tetrachoric Correlation

Teknik analisis Korelasi memiliki kelemahan dan kelebihan yakni ,

Penelitian korelasional, mengandung kelemahan-kelemahan, antara lain:

1. Hasilnya cuma mengidentifikasi apa sejalan dengan apa, tidak mesti


menunjukkan saling hubungan yang bersifat kausal
P a g e | 34

2. Jika dibandingkan dengan penelitian eksperimental, penelitian korelasional


itu kurang tertib-ketat, karena kurang melakukan kontrol terhadap variabel-variabel bebas.

3. Pola saling hubungan itu sering tak menentu dan kabur

4. Sering merangsang penggunaannya sebagai semacam short-gun approach,

yaitu memasukkan berbagai data tanpa pilih-pilih dan menggunakan setiap

interpretasi yang berguna atau bermakna.

Penelitian korelasional juga mengandung kelebihan-kelebihan, antara lain:

1. Kemampuannya untuk menyelidiki hubungan antara beberapa variabel secara bersama-sama


(simultan)

2. Mampu memberikan informasi tentang derajat (kekuatan) hubungan antara

variabel-variabel yang diteliti.

3.2 Saran

Makalah ini kami susun agar memberikan manfaat yang besar bagi para pembaca. Kami
berharap makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan kajian sehingga dapat memberikan lebih
kejelasan bagi para pembaca tentang sub bab yang telah kami bahas. Kemudian menurut hemat kami,
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kami berharap kesedian bagi para pembaca
untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun, penulis harapkan semoga menjadi
hasil yang terbaik dan lebih sempurna di kemudian hari.
P a g e | 35

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Muhammad Zainal. 2008. Penelitian Korelasional. (artikel). Dalam www.Muhammad Zainal
Abidin Personal Blog.htm.di akses tanggal 25 September 2010.

Atmodjo, J. Tri. 2005. Modul Penelitian Korelasi (artikel). Jakarta: Fikom Universitas Mercubuana
Jakarta

Emzir.2009. Metodologi Penelitian Pendidikan Kualitatif dan Kuantitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo
Pergoda.

Fraenkel, J.R dan Wellen, N.E. 2008.How to Design and Evaluate research in Education. New York:
McGraw-Hill.

McMilan, J dan Schumacher, S. 2003. Research in Education. New York: Longman.

Nurgiantoro, Burhan. 2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra edisi ketiga. Yogyakarta:
BPFE-Yogyakarta.

Ruseffendi. 1993. Statistika untuk Penelitian Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan
Perguruan Tinggi.

Sukardi.2004. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara.

Syamsuddin dan Vismaia S. Damaianti. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.

Shavelson, R. J. (1996). Statistical Reasoning for theBbehavioral Sciences.


Boston: Allyn and Bacon.
Sudijono, A. (2004). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.
Sutrisno Hadi. (1987). Statistik. Jilid II. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM.

Anda mungkin juga menyukai