Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KOLERASI

DISUSUN OLEH
KELOMPOK I
HERAWATI (E711911013)
TRI SUCI RAMADHANI (E711911026)
ROMLI DARUSALAM

RMIK 4A
PROGRAM STUDI REKAM MEDIK DAN INFORMASI KESEHATAN
POLITEKNIK TEDC BANDUNG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah, kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang


telah melimpahkan rahmat dan karunia serta hidayah-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan penulisan makalah ini dengan judul “Macam – macam korelasi
“.
Shalawat serta salam, terlimpahkan kepada Rosulullah SAW. yang
telah membawa kita dari zaman jahiliyah menuju zaman Islamiyah. Penulisan
makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam
menyelesaikan Tugas Metode Penelitian. Semoga Allah SWT. melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua. Saya menyadari sepenuhnya
bawha dalam penulisan makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangan.
Oleh karena itu demi kesempurnaanya, penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran yang sifatnya membangun. Dan semoga dengan selesainya makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman- teman.
Akhir kata penulis menyampaikan terimakasih atas bantuan teman-
teman yang telah memberikan masukan yang berharga dalam penyusunan
makalah ini serta dari semua pihak yang telah membantu baik secara langsung
maupun tidak langsung. Semoga ALLAH SWT memberi balasan yang lebih
baik.

Wabilahi taufik walhidayah, wassalamu allaikum warrahmatulahi wabarakatuh

Cimahi, 23 Maret 2021

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................................ii
BAB I.....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................................1
A. LatarBelakang...................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................2
C. Tujuan Masalah......................................................................................................................2
BAB II.................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN...............................................................................................................................3
A. Pengertian Korelasi..........................................................................................................3
B. Arah Korelasi....................................................................................................................4
C. Jenis –  Jenis Korelasi......................................................................................................5
D. Karakteristik Korelasi..................................................................................................14
BAB III..............................................................................................................................................15
PENUTUP.........................................................................................................................................15
A. KESIMPULAN...............................................................................................................15
B. Saran....................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LatarBelakang
Banyak analisis statistika bertujuan untuk mengetahui apakah ada
hubungan antara dua atau lebih peubah. Bila hubungan demikian ini dapat
dinyatakan dalam bentuk rumus matematik, maka kita akan dapat
menggunakannya untuk keperluan peramalan.
Kata “ Korelasi” berasal dari bahasa inggris yaitu “ Correlation” yang
dalam bahasa Indonesia artinnya hubungan atau saling hubung atau hubungan
timbale balik. Dalam dunia statistik pendidikan korelasi adalah hubungan
antara dua variable atau lebih yang sifatnnya kuantitatif. Lambang yang
digunakan korelasi adalah rxy artinnya korelasi antara variable X dan variable
Y. Nilai korelasi berkisar antara 0 (nol) sampai dengan 1.00 artinya nilai
korelasi paling rendah adalah nol dan paling tinggi adalah 1.00.
Hubungan antara variable itu jika ditilik dari segi arahnya, dapat
dibedakan menjadi dua macam yaitu hubungan yang sifatnya satu arah dan
hubungan yang sifatnya berlawanan arah. Hubungan yang sifatnya searah
diberi nama korelasi positif, sedangkan yang berlawanan arah disebut
korelasi negative. Disebut korelasi positif, jika dua variable (atau
lebih) yang berkolerasi berjalan parallel, artinya bahwa hubungan antara dua
variable (atau lebih) itu menunjukan arah yang sama. Jadi apabila variable X
mengalami kenaikan atau pertambahan akan diikuti pula dengan kenaikan
atau pertambahan, akan diikuti pula dengan kenaikan atau pertambahan pada
variable Y atau sebaliknya, penurunan dan pengurangan pada variable X akan
akan diikuti pula dengan penurunan dan pengurangan pada variable Y.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan korelasi?
2. Bagaimaan Arah Korelasi ?
3. Apa-apa saja jenis-jenis korelasi?
4. Apa-apa saja karakteristik korelasi?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui Apa yang dimaksud dengan kolerasi.
2. Untuk mengetahui Arah kolerasi.
3. Untuk mengetahui Jenis-jenis kolerasi.
4. Untuk mengetahui Karakteristik kolerasi.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Korelasi
(Darwyan Syah: 91: 2007) Dalam kegiatan statistik khususnya
statistik inferensial, analisis korelasi merupakan hubungan antara dua
variabel atau lebih, yaitu antara variable bebas dan variable terikat.
Hubungan korelasi terdiri atas dua jenis yakni bivariate dan multivariate
correlation. Bevariated correlation yaitu analisis terhadap hubungan antara
dua variable, satu varaiabel bebas dengan satu variable terikat, sedangkan
multivariate correlation yaitu analisis hubungan antara lebih dua variable
bebas.
Variabel yang dikorelasikan dalam analisis korelasional adalah
hubungan antara dua variable yang terdiri dependend variable terikat atau
varaibel yang dipengaruhi dan independend vriabel yang mempengaruhi
atau disebut juga variable bebas.
(Moh Hariadi: 132: 2009) Kata “ Korelasi” berasal dari bahasa
inggris yaitu “ Correlation” yang dalam bahasa Indonesia artinnya hubungan
atau saling hubung atau hubungan timbale balik. Dalam dunia statistik
pendidikan korelasi adalah hubungan antara dua variable atau lebih yang
sifatnnya kuantitatif. Lambang yang digunakan korelasi adalah rxy artinnya
korelasi antara variable X dan variable Y. Nilai korelasi berkisar antara 0
(nol) sampai dengan 1.00 artinya nilai korelasi paling rendah adalah nol dan
paling tinggi adalah 1.00.
(Husaini Usman: 197: 2006) Korelasi adalah istilah statistic yang
menyatakan derajat hubungan linear antara dua variable atau lebih, yang
ditemukan oleh Karl Pearson pada awal 1900 oleh itu terkenal dengan
sebutan korelasi pearson product moment (PPM) Korelasi adalah salah satu
teknik analisis statistic yang paling banyak digunakan oleh para peneliti,
karena peneliti pada umumnya tertarik terhadap peristiwa-peristiwa yang
terjadi dan mencoba untuk menghubungkannya. Misalnnya kita ingin

3
menghubungkan antara tinggi badan dan  berat badan, antara umur dengan
tekanan darahnya, antara motivasi dengan prestasi belajar atau bekerja dan
seterusnya. Hubungan antara dua variable didalam teknik korelasi bukanlah
dalam arti hubungan sebab akibat melainkan hanya hubungan searah saja.

B. Arah Korelasi

(Anas Sudijono: 180: 2009) Hubungan antara variable itu jika ditilik
dari segi arahnya, dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu hubungan yang
sifatnya satu arah dan hubungan yang sifatnya berlawanan arah. Hubungan
yang sifatnya searah diberi nama korelasi positif, sedangkan yang
berlawanan arah disebut korelasi negative.

Disebut korelasi  positif, jika dua variable (atau lebih) yang


berkolerasi berjalan parallel, artinya bahwa hubungan antara dua variable (atau
lebih) itu menunjukan arah yang sama. Jadi apabila variable X mengalami
kenaikan atau pertambahan akan diikuti pula dengan kenaikan atau
pertambahan, akan diikuti pula dengan kenaikan atau pertambahan pada
variable Y atau sebaliknya, penurunan dan pengurangan pada variable X akan
akan diikuti pula dengan  penurunan dan pengurangan pada variable Y.

Contoh: Makin meningkatnya kesadaran hokum dikalangan


masyarakat dikuti dengan makin menurunnya angka kejahatan atau angka
pelanggaran. Makin giatnya orang berlatih makin sedikit pula kesalahan yang
diperbuat oleh seseorang, makin meningkatnya jumlah aseptor keluarga
berencana diikuti dengan makin menurunnya angka kelahiran atau sebaliknya,
dalam dunia pendidikan misalnya, makin kurang dihayati dan diamalkannya
ajaran agama islam oleh para remaja akan diikuti oleh makin meningkatnya
frekuensi kenakalan remaja atau sebaliknya.

Teknik korelasi merupakan teknik analisis yang melihat


kecenderungan pola dalam satu variabel berdasarkan kecenderungan pola
dalam variabel yang lain. Maksudnya, ketika satu variabel memiliki
kecenderungan untuk naik maka kita melihat kecenderungan dalam variabel
yang lain apakah juga naik atau turun atau tidak menentu. Jika kecenderungan
dalam satu variabel selalu diikuti oleh kecenderungan dalam variabel lain,

4
kita dapat mengatakan bahwa kedua variabel ini memiliki hubungan atau
korelasi. Jika data hasil pengamatan terdiri dari banyak variabel , ialah
beberapa kuat hubungan antara-antara variabel itu terjadi. Dalam kata-kata
lain perlu ditentukan derajat hubungan antara variabel-variabel. Studi yang
membahas tentang derajat hubungan antara variabel- variabel dikenal dengan
nama korelasi. Ukuran yang dipakai untuk mengetahui derajat hubungan,
terutama untuk data kuantitatif dinamakan koefisien korelasi.

C. Jenis –  Jenis Korelasi

Korelasi yang menyatakan tingkat hubungan variabel bebas dan


variabel terikat dapat dibedakan berdasarkan banyaknya variabel bebas yang
mempengaruhi nilai dari variabel terikat.

1. Korelasi Linier

Angka yang digunakan untuk menggambarkan derajat hubungan


ini disebut koefisien korelasi dengan lambang rxy. Teknik yang paling
sering digunakan untuk menghitung koefisien korelasi selama ini adalah
teknik Korelasi Product Momen Pearson. Teknik ini sebenarnya tidak
terbatas untuk menghitung koefisien korelasi dari variabel dengan skala
pengukuran interval saja, hanya saja interpretasi dari hasil hitungnya
harus dilakukan dengan hati-hati. Pemikiran utama korelasi product
momen adalah seperti ini:

a. Jika kenaikan kuantitas dari suatu variabel diikuti dengan kenaikan


kuantitas dari variabel lain, maka dapat kita katakana kedua
variabel ini memiliki korelasi yang positif.

b. Jika kenaikan kuantitas dari suatu variabel sama besar atau


mendekati besarnya kenaikan kuantitas dari suatu variabel lain
dalam satuan SD, maka korelasi kedua variabel akan mendekati 1.

c. Jika kenaikan kuantitas dari suatu variabel diikuti dengan


penurunan kuantitas dari variabel lain, maka dapat kita katakana
kedua variabel ini memiliki korelasi yang negatif.

d. Jika kenaikan kuantitas dari suatu variabel sama besar atau

5
mendekati besarnya penurunan kuantitas dari variabel lain dalam
satuan SD, maka korelasi kedua variabel akan mendekati - 1.

e. Jika kenaikan kuantitas dari suatu variabel diikuti oleh kenaikan


dan penurunan kuantitas secara random dari variabel lain atau jika
kenaikan suatu variabel tidak diikuti oleh kenaikan atau penurunan
kuantitas variabel lain (nilai dari variabel lain stabil), maka dapat
dikatakan kedua variabel itu tidak berkorelasi atau memiliki
korelasi yang mendekati nol.
Koefisien korelasi antara dua peubah sehingga nilai r = 0 berimplikasi
tidak ada hubungan linear, bukan bahwa antara peubah itu pasti tidak terdapat
hubungan.Ukuran korelasi linear antara dua peubah yang paling banyak
digunakan adalah koefisien karelasi momen-hasilkali pearson atau ringkasnya
koefisien korelasi.

1. Macam-macam Korelasi

a. Korelasi positip : Korelasi positif adalah tingkat hubungan antara


dua variabel yang mempunyai ciri, bahwa perubahan variabel
independent x (variabel bebas x) diikuti oleh perubahan variable
dependent y (variabel tidak bebas y) secara “searah.”.

b. Korelasi negatip: Korelasi negatif adalah tingkat hubungan antara


dua variabel yang mempunyai ciri, bahwa perubahan variabel
independent x (variabel bebas x) diikuti oleh perubahan variabel
dependent y (variabel tidak bebas y) secara “Berlawanan”.

c. Korelasi sederhana (simple corelation) : Adalah tingkat hubungan


yang terjadi antara 2 (dua) variabel saja.

d. Korelasi Multiple (Multiple Corelation) : Yaitu tingkat hubungan


yang tejadi antara 2 (dua) variable atau lebih. Misalkan pada model
regrsi linier multiple ( y = a0 + a1x1 + a2x2 + e ), maka maksud
dan pengertian dari pernyataan di atas adalah: Tingkat hubungan
antara y dengan x1 atau tingkat hubungan antara y dengan x2 atau
tingkat hubungan antara x1 dan x2.

6
e. Korelasi sempurna (perfect corelation) : Maksud dan pengertian
dari Korelasi sempurna antara 2 variabel, yaitu suatu kondisi bahwa
setiap nilai variabel bebas x akan terdapat pada setiap nilai variabel
tidak bebas y nya. Hal ini dapat diartikan pula, bahwa garis regresi
yang terbentuk dari data yang tersebar (terdistribusi) adalah
merupakan tempat kedudukan dari data – data dimaksud, sehingga
nilai r nya =1 atau r = -1

f. Korelasi Tidak Sempurna (Imperfect Corelation) : Korelasi antara 2


(dua) variabel dikatakan tidak sempurna, jika titik  – titik yang
tersebar tidak terdistribusi tepat pada satu garis lurus.

g. Korelasi yang mustahil (nonsense corelation): Korelasi antara dua


variabel yang seolah-olah ada tetapi tidak ada.

Diatas sudah dijelaskan macam-macam korelasi, berikut ini akan


dijelaskan satu persatu dengan contoh seperlunya.
a. Korelasi Product Moment

Korelasi Product Moment merupakan salah satu teknik


korelasi yang sering digunakan untuk mencari korelasi antar dua
variable. Korelasi Product Moment dikembangkan oleh Karl
Pearson yang kemudian teknik ini dinamakan dengan teknik
korelasi pearson, disebut juga Korelasi Product Moment karena
koefisien korelasinya didapatkan dengan mengalihkan antara
moment-moment variable yang dikorelasikan. (Moh Hariadi: 132:
2009)

(Tulus Winarsunu: 68: 2009) Korelasi Product Moment


ditemukan oleh Karl Pearson digunakan untuk melukiskan
hubungan antara dua buah variable yang sama – sama berjenis
interval atau rasio. Analisis korelasi digunakan untuk menjelaskan
kekuatan dan arah hubungan antara dua variabel. Korelasi bersifat
undirectional yang artinya tidak ada yang ditempatkan sebagai
predictor dan respon (IV dan DV).

7
Angka korelasi berkisar antara -1 s/d +1. Semakin
mendekati 1 maka korelasi semakin mendekati sempurna.
Sementara nilai negative dan positif mengindikasikan arah
hubungan. Arah hubungan yang positif menandakan bahwa pola
hubungan searah atau semakin tinggi A menyebabkan kenaikan
pula B (A dan B ditempatkan sebagai variabel)
Interprestasi angka korelasi menurut Prof. Sugiyono (2007)

 0 - 0,199 : Sangat lemah


0,20 - 0,399 : Lemah

0,40 - 0,599 : Sedang

0,60 - 0,799 : Kuat

0,80 - 1,0 : Sangat kuat

Dalam Bivariate model, korelasi yang umum digunakan adalah Pearson,


Kendall, dan Rank Spearman, namun yang dibahas kali ini adalah Pearson r
Correlation aja..

Pearson r correlation:

Pearson r correlation biasa digunakan untuk mengetahui hubungan pada dua


variabel. Korelasi dengan Pearson ini mensyaratkan data berdistribusi normal.
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

8
Contoh Soal:

Sebuah penelitian dilakukan terhadap 10 sampel, dengan mengukur Berat


Badan dan Tinggi Badan didapatkan data berikut:

Data Fiftive
 NoBerat Badan / Tinggi Badan/
kg cm

1 64 130
2 65 148
3 71 180
4 67 175
5 63 120
6 62 127
7 67 141
8 64 118

965 120
1064 119

9
 Nah, dari data diatas. Apakah dapat dibuktikan bahwa adakah korelasi antara
Berat Badan dengan Tinggi Badan.?
Hipotesis Penelitian

- Ho R = 0 (tidak ada korelasi antara BB dengan TB)

- Ho R ≠ 0 (Ada korelasi antara BB dengan TB)

Kriteria penolakan Ho:

- Ho ditolak jika nilai Rh > Rt

- Nilai R, Untuk df = n – 2 (df = 10 – 2 = 8 adalah 0,632. “lihat tabel r”)
b. Korelasi Tata Jenjang

Teknik korelasi data jenjang dalam dunia statistik dikenal


sebagi teknik analisis korelasional yang paling sederhana jika
dibandingkan dengan teknik analisis korelasional lainnya. Variabel
yang sedang kita selidiki korelasinya, kita ukur berdasarkan perbedaan
urutan kedudukan skornya, jadi bukan didasarkan pada skor hasil
pengukuran yang sebenarnya. Dengan kata lain, datanya adalah data
ordinal/data jenjang/data urutan. Teknik analisis korelasional tata jejang
ini dapat efektif digunakan apabila subjek yang dijadikan sampel dalam
penelitian lebih dari 9 tetapi kurang dari 30, dengan kata lain (N) antara
10  – 29. Karena itu apabila N sama dengan/lebih dari 30, sebaiknya
jangan digunakan teknik korelasi ini. Berikut rumus Korelasi Tata
Jenjang:

10
c. Teori Korelasi

1. Korelasi dan Kausalitas


Ada perbedaan mendasar antara korelasi dan kausalitas. Jika
kedua variabel dikatakan  berkorelasi, maka kita tergoda untuk
mengatakan bahwa variabel yang satu mempengaruhi variabel yang
lain atau dengan kata lain terdapat hubungan kausalitas.
Kenyataannya belum tentu. Hubungan kausalitas terjadi jika
variabel X mempengaruhi Y. Jika kedua variabel diperlakukan
secara simetris (nilai pengukuran tetap sama seandainya
peranan variabel-variabel tersebut ditukar) maka meski kedua
variabel berkorelasi tidak dapat dikatakan mempunyai hubungan
kausalitas. Dengan demikian, jika terdapat dua variabel yang
berkorelasi, tidak harus terdapat hubungan kausalitas.
Terdapat dictum yang mengatakan “correlation does not
imply causation”. Artinya korelasi tidak dapat digunakan secara
valid untuk melihat adanya hubungan kausalitas dalam variabel-
variabel. Dalam korelasi aspek-aspek yang melandasi terdapatnya
hubungan antar variabel mungkin tidak diketahui atau tidak
langsung. Oleh karena itu dengan menetapkan korelasi dalam
hubungannya dengan variabel-variabel yang diteliti tidak akan
memberikan persyaratan yang memadai untuk menetapkan
hubungan kausalitas kedalam variabel- variabel tersebut.
Sekalipun demikian bukan berarti bahwa korelasi tidak dapat
digunakan sebagai indikasi adanya hubungan kausalitas antar
variabel. Korelasi dapat digunakan sebagai salah satu bukti adanya
kemungkinan terdapatnya hubungan kausalitas tetapi tidak dapat
memberikan indikasi hubungan kausalitas seperti apa jika memang
itu terjadi dalam variabel- variabel yang diteliti, misalnya model
recursive, dimana X mempengaruhi Y atau non- recursive,
misalnya X mempengaruhi Y dan Y mempengaruhi X.

11
Dengan untuk mengidentifikasi hubungan kausalitas tidak dapat
begitu saja dilihat dengan kaca mata korelasi tetapi sebaiknya
menggunakan model-model yang lebih tepat, misalnya regresi, analisis
jalur atau structural equation model .
2. Korelasi dan Linieritas
Terdapat hubungan erat antara pengertian korelasi dan linieritas.
Korelasi Pearson, misalnya, menunjukkan adanya kekuatan hubungan
linier dalam dua variabel. Sekalipun demikian jika asumsi normalitas
salah maka nilai korelasi tidak akan memadai untuk membuktikan
adanya hubungan linieritas. Linieritas artinya asumsi adanya hubungan
dalam bentuk garis lurus antara variabel. Linearitas antara dua variabel
dapat dinilai melalui observasi Kami merasa pada makalah kami banyak
kekurangan, karena kurangnya referensi dan pengetahuan pada saat pembuatan
makalah ini, kami sebagai penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun pada pembaca agar kami dapat membuat makalah yang lebih baik
lagi. Demikian makalah ini kami buat untuk menambah pengetahuan dan
informasi yang bener guna mendapatkan apresiasi yang bisa digunakan untuk
perbaikan demi kepentingan bersama, sekian dan terimah kasih scatterplots 
bivariat. Jika kedua variabel berdistribusi normal dan behubungan
secara linier, maka scatterplot berbentuk oval; jika tidak berdistribusi
normal scatterplot tidak berbentuk oval.
Dalam praktinya kadang data yang digunakan akan
menghasilkan korelasi tinggi tetapi hubungan tidak linier; atau
sebaliknya korelasi rendah tetapi hubungan linier. Dengan demikian
agar linieritas hubungan dipenuhi, maka data yang digunakan harus
mempunyai distribusi normal. Dengan kata lain, koefesien korelasi
hanya merupakan statistik ringkasan sehingga tidak dapat digunakan
sebagai sarana untuk memeriksa data secara individual.
3. Asumsi

Asumsi dasar korelasi diantaranya seperti tertera di bawah ini:

a. Kedua variabel bersifat independen satu dengan lainnya, artinya


masing-masing variabel berdiri sendiri dan tidak tergantung satu

12
dengan lainnya. Tidak ada istilah variabel bebas dan variabel
tergantung.

b. Data untuk kedua variabel berdistribusi normal. Data yang


mempunyai distribusi normal artinya data yang distribusinya
simetris sempurna. Jika digunakan bahasa umum disebut
berbentuk kurva bel. Menurut Johnston (2004) ciri-ciri data yang
mempunyai distribusi normal ialah sebagai berikut:

a. Kurva frekuensi normal menunjukkan frekuensi tertinggi


berada di tengah-tengah, yaitu  berada pada rata-rata
(mean) nilai distribusi dengan kurva sejajar dan tepat sama
pada bagian sisi kiri dan kanannya. Kesimpulannya, nilai
yang paling sering muncul dalam distribusi normal ialah
rata-rata (average), dengan setengahnya berada dibawah
rata-rata dan setengahnya yang lain berada di atas rata-
rata.

b. Kurva normal, sering juga disebut sebagai kurva bel,


berbentuk simetris sempurna.

c. Karena dua bagian sisi dari tengah-tengah benar-benar


simetris, maka frekuensi nilai-nilai diatas rata-rata
(mean) akan benar-benar cocok dengan frekuensi nilai-
nilai di bawah rata- rata.

d. Frekuensi total semua nilai dalam populasi akan berada


dalam area dibawah kurva. Perlu diketahui bahwa area
total dibawah kurva mewakili kemungkinan munculnya
karakteristik tersebut.

e. Kurva normal dapat mempunyai bentuk yang berbeda-


beda. Yang menentukan bentuk-  bentuk tersebut adalah
nilai rata-rata dan simpangan baku (standard deviation)
populasi. X dan Y mempunyai hubungan linier.
Hubungan linier artinya hubungan kedua variabel

13
membentuk garis lurus.

D. Karakteristik Korelasi
Korelasi mempunyai karakteristik-karakteristik diantaranya:

1. Kisaran Korelasi
Kisaran (range) korelasi mulai dari 0 sampai dengan 1. Korelasi
dapat positif dan dapat pula negatif.
2. .Korelasi Sama Dengan Nol
Korelasi sama dengan 0 mempunyai arti tidak ada hubungan antara
dua variabel.
3. Korelasi Sama Dengan Satu
Korelasi sama dengan + 1 artinya kedua variabel mempunyai
hubungan linier sempurna (membentuk garis lurus) positif. Korelasi
sempurna seperti ini mempunyai makna  jika nilai X naik, maka Y
juga naik.

14
BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Korelasi adalah istilah statistic yang menyatakan derajat hubungan
linear antara dua variable atau lebih, yang ditemukan oleh Karl Pearson
pada awal 1900 oleh itu terkenal dengan sebutan korelasi pearson
product moment (PPM) Korelasi adalah salah satu teknik analisis
statistic yang paling banyak digunakan oleh para peneliti, karena
peneliti pada umumnya tertarik terhadap peristiwa-peristiwa yang
terjadi dan mencoba untuk menghubungkannya. Misalnnya kita ingin
menghubungkan antara tinggi badan dan berat badan, antara umur
dengan tekanan darahnya, antara motivasi dengan prestasi belajar atau
bekerja dan seterusnya. Hubungan antara dua variable didalam teknik
korelasi bukanlah dalam arti hubungan sebab akibat melainkan hanya
hubungan searah saja.
2. Hubungan antara variable itu jika ditilik dari segi arahnya, dapat
dibedakan menjadi dua macam yaitu hubungan yang sifatnya satu arah
dan hubungan yang sifatnya
 berlawanan arah. Hubungan yang sifatnya searah diberi nama korelasi
positif, sedangkan yang berlawanan arah disebut korelasi negative.
Disebut korelasi positif,
 jika dua variable (atau lebih) yang berkolerasi berjalan parallel, artinya
bahwa hubungan antara dua variable (atau lebih) itu menunjukan arah
yang sama. Jadi apabila variable X mengalami kenaikan atau
pertambahan akan diikuti pula dengan kenaikan atau pertambahan,
akan diikuti pula dengan kenaikan atau pertambahan
3.  pada variable Y atau sebaliknya, penurunan dan pengurangan pada
variable X akan akan diikuti pula dengan penurunan dan pengurangan
pada variable Y. Contoh: Makin meningkatnya kesadaran hokum
dikalangan masyarakat dikuti dengan makin menurunnya angka
kejahatan atau angka pelanggaran. Makin giatnya orang berlatih makin

15
sedikit pula kesalahan yang diperbuat oleh seseorang, makin
meningkatnya jumlah aseptor keluarga berencana diikuti dengan makin
menurunnya angka kelahiran atau sebaliknya, dalam dunia
pendidikan misalnya, makin kurang dihayati dan diamalkannya ajaran
agama islam oleh para remaja akan diikuti oleh makin meningkatnya
frekuensi kenakalan remaja atau sebaliknya.

B. Saran
Kami merasa pada makalah kami banyak kekurangan, karena kurangnya
referensi dan pengetahuan pada saat pembuatan makalah ini, kami sebagai penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun pada pembaca agar kami dapat
membuat makalah yang lebih baik lagi. Demikian makalah ini kami buat untuk
menambah pengetahuan dan informasi yang bener guna mendapatkan apresiasi yang
bisa digunakan untuk perbaikan demi kepentingan bersama, sekian dan terimah
kasih

16
DAFTAR PUSTAKA

Sudiyono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: Rajawali Pers, 2009.


Amudi Pasaribu, Dr., Pengantar Statistik , Medan: Imballo, 1965.
Hananto Sigit B.St., Statistik suatu pengantar , Jakarta: Ikhtiar, 1960.
Oppusunggu, Statistik , Jakarta: PT. Pradnjaparamita, 1962.

17

Anda mungkin juga menyukai