Anda di halaman 1dari 5

TUGAS MANDIRI

MATERI ISLAM DI INDONESIA

( MATA KULIAH AGAMA II)

DOSEN PENGAMPU:

Dr. K.a. Rahman, M.Pd.I.

DISUSUN OLEH :

Nadya Agustin Dwi


Putri NIM. A1A119047

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2021
ISLAM DI INDONESIA

Islam di Indonesia merupakan mayoritas terbesar umat Muslim di dunia. Data


Sensus Penduduk 2018 menunjukkan ada sekitar 86,7% atau 231 juta jiwa dari total 266 juta
jiwa penduduk beragama Islam. Walau Islam menjadi mayoritas, tetapi Indonesia bukanlah
negara yang berasaskan Islam. Indonesia sendiri secara konstitusional mengakui 6 agama, yaitu
Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Buddha dan Konghucu. Meski tak menerapkan hukum Islam
secara menyeluruh sebagaimana halnya Arab Saudi dan Qatar, napas-napas Islam tetaplah
diakui dan diterima dalam hukum positif di Indonesia dengan adanya sejumlah
regulasi/undang-undang tentang perkawinan, peradilan agama, perbankan syariah, wakaf,
pengelolaan zakat, penyelenggaraan ibadah haji dan umrah, serta yang terbaru Undang-Undang
Nomor 18 Tahun 2019 tentang Pesantren.
1. Sejarah Awal

Peta persebaran Islam di Indonesia

Menurut Thomas Walker Arnold, sulit untuk menentukan bilakah masa tepatnya


Islam masuk ke Indonesia. Hanya saja, sejak abad ke-2 Sebelum Masehi orang-orang Ceylon
telah berdagang dan masuk abad ke-7 Masehi, orang Ceylon mengalami kemajuan pesat
dalam hal perdagangan dengan orang Cina. Hinggalah, pada pertengahan abad ke-8 orang
Arab telah sampai ke Kanton. Waktu masuknya Islam di Nusantara sudah berlangsung sejak
abad ke-7 dan 8 Masehi. Namun, perkembangan dakwah baru betul dimulai kala abad ke-11
dan 12. Artinya dakwah di Nusantara sudah merentang selama beberapa abad di masa-masa
awal. Indonesia sendiri di masa-masa itu, tidaklah asing dari pandangan musafir
Arab. Sulaiman at-Tajir misalnya, sampai ke kawasan Zabij yang ada di timur India.
Dilengkapi pula oleh catatan ahli geografi sejaman, Ibnu Khurdadzbih bahwa Zabij dipimpin
seorang Maharaja, yang juga disetujui oleh pendapat Yaqut al-Hamawi dan Al-Mas'udi.
Belakangan, pendapat soal negeri Maharaja ini disetujui sejarawan Arab modern, Husain
Mu'nis, bahwa ia merujuk pada daerah yang kini ada di kawasan Indonesia
modern. Mengenai tempat asal kedatangan Islam yang menyentuh Indonesia, di kalangan
para sejarawan terdapat beberapa pendapat. Ahmad Mansur Suryanegara mengikhtisarkan
teori masuknya Islam dalam tiga teori besar. Pertama, teori Gujarat. Islam dipercayai datang
dari wilayah Gujarat – India melalui peran para pedagang India muslim pada sekitar abad
ke-13 M. Kedua, teori Makkah. Islam dipercaya tiba di Indonesia langsung dari Timur
Tengah melalui jasa para pedagang Arab muslim sekitar abad ke-7 M. Ketiga, teori Persia.
Islam tiba di Indonesia melalui peran para pedagang asal Persia yang dalam perjalanannya
singgah ke Gujarat sebelum ke nusantara sekitar abad ke-13 M. Mereka berargumen akan
fakta bahwa banyaknya ungkapan dan kata-kata Persia dalam hikayat-hikayat Melayu, Aceh,
dan bahkan juga Jawa.[8] Selain itu pula, temuan Marco Polo juga menyatakan sebagai
dampak interaksi orang-orang Perlak di Sumatra Utara, mereka telah mengenal Islam.
Selama masa-masa ini, dinyatakan oleh Van Leur dan Schrieke, bahwa penyebaran Islam
lebih terbantu lewat faktor-faktor politik alih-alih karena niaga. Pandangan lain dari AH
Johns dan SQ Fatimi menyebutkan penyebaran Islam bertumpu pada imam-imam Sufi yang
cakap dalam soal kebatinan, dan bersedia menggunakan unsur-unsur kebudayaan pra Islam
dan mengisinya kembali dengan semangat yang lebih Islami.

2. Budaya

1) Bahasa & adat istiadat

Di Indonesia, telah diketahui bahwa Islam sampai ke Kepulauan Nusantara sejak abad
ke-7 dan berkembang di abad ke-12 dan kemudian ke-16. Pada masa ini, selain kata
serapan, sistem aksara yang disebut huruf Jawi dan aksara daerah juga tercipta, suatu
hal yang sebelumnya tidak ada. Pada masa ini, bahasa Melayu sebagai lingua
franca berpadu mengembangkan kebudayaan Islam di jazirah ini. Pengaruh Islam, lewat
bahasa Arab, juga memengaruhi perkembangan daerah di Indonesia, seperti bahasa
Jawa, bahasa Sunda, bahasa Bima, bahasa Bugis, bahasa Lampung dan bahasa Sasak.

2) Arsitektur

Islam sangat banyak berpengaruh terhadap arsitektur bangunan di Indonesia. Rumah


Betawi salah satunya, adalah bentuk arsitektur bangunan yang banyak dipengaruhi oleh
corak Islam. Pada salah satu forum tanya jawab di situs Era Muslim, disebutkan bahwa
Rumah Betawi yang memiliki teras lebar, dan ada bale-bale untuk tempat berkumpul,
adalah salah satu ciri arsitektur peradaban Islam di Indonesia.
3) Masjid

Masjid adalah tempat ibadah Muslim yang dapat dijumpai diberbagai tempat di


Indonesia. Menurut data Lembaga Ta'mir Masjid Indonesia, saat ini terdapat 125 ribu
masjid yang dikelola oleh lembaga tersebut, sedangkan jumlah secara keseluruhan
berdasarkan data Departemen Agama tahun 2004, jumlah masjid di Indonesia
sebanyak 643.834 buah, jumlah ini meningkat dari data tahun 1977 yang sebanyak
392.044 buah. Diperkirakan, jumlah masjid dan mushala di Indonesia saat ini antara
600-800 ribu buah. Adapun menurut penuturan Komjen Pol Syafruddin Wakil
Ketum Dewan Masjid Indonesia menyebut sesuai data tahun 2017, bahwa Indonesia
memiliki sekitar 800 ribu masjid. Dalam pada itu, pengelolaan masjid di Indonesia
berbeda dengan masjid di negara lain. Pemerintah tak secara langsung membangun dan
mengelola masjid, tetapi lewat swadaya masyarakat, begitu juga dalam hal
pengelolaannya.

3. Pendidikan

Pesantren adalah salah satu sistem pendidikan Islam yang ada di Indonesia dengan


ciri yang khas dan unik, juga dianggap sebagai sistem pendidikan paling tua di Indonesia.

4. Politik

Dengan mayoritas berpenduduk Muslim, politik di Indonesia tidak terlepas dari


pengaruh dan peranan umat Islam. Kebangunan akan kesedaran berpolitik ini diawali
kalangan kaum haji yang membawa kabar-kabar akan serangan Prancis terhadap Maroko,
umat Islam Libya diserang, dan gerakan nasionalis Mesir melawan imperialis Inggris. Ini
juga membentuk perasaan setia kawan sesama kaum Muslimin, dan membangkitkan
ketidaksukan terhadap kolonialisme dan imperialisme Eropa. Walau demikian, Indonesia
bukanlah negara yang berasaskan Islam, tetapi ada beberapa daerah yang diberikan
keistimewaan untuk menerapkan syariat Islam, seperti Aceh.
Seiring dengan reformasi 1998, di Indonesia jumlah partai politik Islam kian
bertambah. Pada Pemilu 1999, 17 partai Islam—yaitu 12 partai Islam dan 5 partai lain
berazaskan Islam dan Pancasila—ikut berlaga dalam pemilihan tersebut. Kesiapan mereka
dalam hal administrasi—terkecuali PPP yang memang sudah tua—mengagumkan
mengingat mereka dapat mengikuti segala syarat pemilu yang cukup ketat, serupa bahwa
setiap partai harus punya cabang sekurangnya di 14 provinsi. Namun demikian, seluruh
partai Islam itu kalah jauh dari PDI yang meraup sekitar 34% suara. Dalam Pemilu tersebut,
PPP meraih 11.329.905 suara (10,7 persen) dan bercokol pada peringkat ketiga, karena itu
Partai Persatuan Pembangunan meraih 5 besar. Partai Bulan Bintang mampu membentuk
fraksi sendiri walau cuma 13 anggota, dan Partai Keadilan hanya memperoleh 7 kursi DPR
saja. Bila sebelumnya hanya ada satu partai politik Islam, yakni Partai Persatuan
Pembangunan-akibat adanya kebijakan pemerintah yang membatasi jumlah partai politik,
pada pemilu 2004 terdapat enam partai politik yang berasaskan Islam, yaitu Partai
Persatuan Pembangunan, Partai Keadilan Sejahtera, Partai Bintang Reformasi, Partai
Amanat Nasional, Partai Kebangkitan Bangsa dan Partai Bulan Bintang.

Sumber :
https://id.wikipedia.org/wiki/Islam_di_Indonesia

Anda mungkin juga menyukai