Anda di halaman 1dari 5

UJIAN AKHIR SEMESTER GENAP PROGRAM REGULER

TAHUN AKADEMIK 2022/2023

MATA KULIAH : Hukum Islam


HARI/TANGGAL : Senin/ 12 Juni 2023
KELAS :D
KOORDINATOR : Dr. Evi Purwanti, S.H., LL.M.

NAMA : Annisa Nur Jasmine


NIM : A1011221258

Mahasiswa DILARANG bekerja sama!!!


Jawaban langsung diketik dalam file soal UAS ini dan kumpulkan dalam bentuk
words/pdf!
Baca soal dengan seksama, dan jawablah sesuai dengan pertanyaan yang tertera dibawah
ini!
Jawaban dikumpulkan paling lambat tanggal 13 Juni 2023 pukul 23.59!
Pergunakanlah referensi materi yang ada di Google Classroom!

1. Analisis bagaimana kedudukan Kompilasi Hukum Islam dalam hukum positif di


Indonesia! (bobot 25)
Jawaban :
Kompilasi Hukum Islam (KHI) merupakan rangkaian undang-undang yang mengatur
masalah-masalah hukum Islam di Indonesia. KHI terdiri dari beberapa buku, seperti Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) Islam, Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (KUHP) Islam, Kitab Undang-Undang Hukum Acara Perdata (KUHAP) Islam,
dan beberapa buku lain yang berkaitan dengan hukum Islam.
Dalam konteks hukum positif di Indonesia, KHI memegang peranan penting sebagai
sumber hukum Islam yang berlaku di negara ini. Kedudukan KHI diatur dalam UU
Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan UU Nomor 7 Tahun 1989 tentang
Peradilan Agama. Kedua undang-undang ini menyatakan bahwa KHI merupakan acuan
utama dalam penyelesaian perkara-perkara hukum Islam di Indonesia.
KHI memiliki kedudukan yang kuat dalam hukum positif Indonesia karena diakui
sebagai salah satu sumber hukum Islam yang sah. Meskipun demikian, KHI tidak berlaku
secara eksklusif, artinya hukum Islam yang terdapat dalam KHI tidak menggantikan
hukum positif Indonesia secara keseluruhan. KHI berlaku sejalan dengan hukum positif
Indonesia dan tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar Pancasila dan konstitusi
negara.
Penerapan KHI dalam praktik hukum di Indonesia dilakukan melalui pengadilan
agama. Pengadilan agama memiliki kewenangan untuk memutuskan perkara-perkara
yang berkaitan dengan hukum Islam berdasarkan KHI. Keputusan pengadilan agama
yang berdasarkan KHI dapat menjadi dasar bagi keputusan pengadilan tingkat lebih
tinggi, seperti Mahkamah Agung.
Namun, perlu dicatat bahwa KHI juga tidak bersifat tetap dan dapat mengalami
perubahan seiring dengan perkembangan sosial dan tuntutan masyarakat. Proses revisi
dan penyesuaian KHI terhadap kondisi zaman dilakukan melalui mekanisme legislasi
yang melibatkan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Kementerian Agama.
Secara keseluruhan, Kompilasi Hukum Islam memiliki kedudukan yang kuat dalam
hukum positif di Indonesia sebagai sumber hukum Islam yang mengatur masalah-masalah
hukum Islam di negara ini. Meskipun demikian, KHI tidak menggantikan hukum positif
Indonesia secara keseluruhan dan harus selaras dengan prinsip-prinsip dasar negara dan
konstitusi.

2. Sebutkan siapakah pihak yang berwenang untuk melakukan ijtihad di dalam hukum Islam
di Indonesia, dan apa alasannya pihak tersebut memiliki kewenangan untuk melakukan
Ijtihad! (bobot 25)
Jawaban :
Pihak yang berwenang untuk melakukan ijtihad dalam hukum Islam di Indonesia
adalah para ulama yang memiliki keahlian dan pengetahuan yang mendalam tentang
agama Islam. Ulama dianggap memiliki kewenangan untuk melakukan ijtihad karena
mereka diakui sebagai para cendekiawan agama yang mampu memahami sumber-sumber
hukum Islam, seperti Al-Qur'an, Hadis, dan prinsip-prinsip syariah.
Alasan utama mengapa ulama memiliki kewenangan untuk melakukan ijtihad adalah
sebagai berikut:
1. Pengetahuan Agama: Ulama memiliki pemahaman yang mendalam tentang ajaran
Islam dan sumber-sumber hukum Islam. Mereka telah menghabiskan waktu yang lama
untuk mempelajari Al-Qur'an, Hadis, serta karya-karya ulama terdahulu. Karena itu,
mereka dianggap memiliki kualifikasi dan keahlian untuk melakukan ijtihad.
2. Pemeliharaan dan Interpretasi Sumber Hukum: Ulama bertanggung jawab untuk
memelihara dan menginterpretasikan sumber-sumber hukum Islam, seperti Al-Qur'an dan
Hadis, dengan memperhatikan konteks zaman dan perubahan sosial. Mereka
menggunakan metodologi khusus dalam memahami dan mengaplikasikan hukum Islam
sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
3. Konsensus dan Kredibilitas: Ijtihad ulama biasanya didasarkan pada prinsip konsensus
(ijma') dan kredibilitas (taqlid) terhadap para ulama terkemuka. Keputusan ijtihad ulama
yang diterima secara luas oleh komunitas Muslim menambah kekuatan dan legitimasi
keputusan tersebut.
Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Agama, juga memiliki peran penting
dalam menetapkan fatwa atau pendapat hukum Islam. Pemerintah dapat melibatkan
ulama dan otoritas agama lainnya untuk memberikan nasihat dan masukan dalam
pembentukan kebijakan yang berkaitan dengan hukum Islam di negara ini.
Namun, penting untuk dicatat bahwa ijtihad tidak terbatas pada ulama saja. Individu
yang memiliki keahlian dalam ilmu hukum Islam juga dapat melakukan ijtihad dengan
syarat memiliki pengetahuan yang mendalam dan memenuhi persyaratan kualifikasi yang
ditentukan oleh masyarakat Muslim dan otoritas agama yang diakui.
Dalam prakteknya, ijtihad ulama di Indonesia biasanya dilakukan melalui lembaga-
lembaga keagamaan, seperti Majelis Ulama Indonesia (MUI), Dewan Syariah Nasional
(DSN), dan lembaga fatwa di tingkat provinsi dan kabupaten/kota.

3. Analisis materi 12 dalam Google Classroom tentang ‘Jurnal Islam Kontemporer” dan
buatlah kesimpulan dari materi tersebut! (bobot 25)
Jawaban :
Materi ini membahas beberapa isu kontemporer dalam dunia keislaman, yaitu Islam
liberal, pluralisme, terorisme, dan kesetaraan gender. Dalam hal Islam liberal, terdapat
pandangan yang menyatakan bahwa Islam liberal memiliki makna kebebasan tanpa batas,
namun pandangan ini tidak sepenuhnya benar karena Islam selalu memperhatikan batasan
antara yang boleh dan tidak boleh, dan fikih menjadi fokus perhatian dalam diskusi
tentang hukum Islam.
Dalam hal pluralisme, terdapat pandangan bahwa pluralisme merupakan suatu sistem
bagi kehidupan manusia, yang didasarkan pada prinsip-prinsip bersama, yang menjamin
dihormatinya berbagai realitas yang plural dan diakuinya keragaman orientasi yang dianut
warga negara. Pluralisme juga menentang kekuasaan negara monolistis dan mendukung
desentralisasi dan otonomi untuk semua unsur utama yang mewakili individu dalam
masyarakat dan negara.
Dalam hal terorisme, terdapat pandangan bahwa terorisme dilandasi oleh
kepentingan-kepentingan agama kadang bersamaan dengan faktor-faktor lain, kadang
juga sebagai motivasi primer yang menampilkan aksi-aksi terorisme. Persepsi umum
dimana kekerasan agama muncul secara global dalam dekade XX dikarenakan adanya
catatan peristiwa aksi kekerasan semacam itu. Terorisme merupakan serangan terhadap
tatanan sipil dan respons publik terhadap kekerasan merupakan bagian dari pengertian
terorisme.
Dalam hal kesetaraan gender, terdapat pandangan bahwa perempuan dan laki-laki
diciptakan semartabat, sebagai manusia yang se-"citra" dengan Allah. Namun, tidak bisa
dipungkiri, dalam realitas kultural-agama antara keduanya sering terjadi ketidakadilan
yang melahirkan kekerasan terutama kaum perempuan. Kekerasan fisik, emosional,
psikologi, entah secara domestik maupun publik kerap terjadi di masyarakat.
Kesimpulannya, materi ini memberikan gambaran tentang isu-isu kontemporer dalam
dunia keislaman dan menunjukkan bahwa dalam menghadapi isu-isu ini, diperlukan
pemahaman yang mendalam dan sinergi antara agama dengan jaringan perempuan untuk
memaksimalkan usaha untuk penyelenggaraan pendidikan, pelatihan, dan penegakan
keadilan gender. Selain itu, pluralisme dan sintesis antara Islam dan modernitas juga
menjadi hal yang penting untuk dipahami dan diimplementasikan dalam kehidupan
sehari-hari.

4. Analisis materi 13 dalam Google Classroom tentang ‘Jurnal fiqih Zakat’, dan buatlah
kesimpulan pembelajaran yang dapat diambil dari artikel tersebut sebanyak minimal
setengah halaman. (bobot 25)
Jawaban :
Materi dalam jurnal ini membahas tentang peran negara dalam pengelolaan zakat di
ْ ‫صرُّ فُ اِإل َما ُم َعلَى ال َّر ِعيَّ ِة َمنُوطٌ بِ ْال َم‬
Indonesia dengan menggunakan kaidah fiqih "‫لَ َح ِة‬M‫ص‬ َ َ‫ "ت‬yang
artinya tindakan atau kebijakan seorang pemimpin terhadap orang-orang yang
dipimpinnya harus dikaitkan dengan kemaslahatan. Hal ini menunjukkan bahwa
kebijakan pemerintah dalam pengelolaan zakat harus selalu berorientasi pada
kemaslahatan seluruh rakyatnya, dan bukan hanya untuk kepentingan golongan tertentu
atau diri pribadi.
Selain itu, materi ini juga membahas tentang konsep kepemimpinan dalam Islam yang
sangat penting dan dikaitkan dengan seluruh pribadi muslim dan muslimah.
Kepemimpinan diwujudkan guna menegakkan kemaslahatan dunia dan akhirat bagi
seorang hamba. Seorang pemimpin harus bisa memberikan contoh terbaik dalam
menjalankan perintah dan meninggalkan larangan serta menguasai agama sekaligus
mengetahui tentang pengaturan dan tata kelola masalah kehidupan dunia.
Materi ini juga membahas tentang tatanan ekonomi yang berkeadilan dan
mensejahterakan, sehingga tidak lagi terjadi ketimpangan sosial dan jurang pemisah yang
terlalu dalam antara para aghniya dan fuqara di negeri ini. Peneliti juga berharap
dukungan itu terwujud dengan sinerginya semua BAZ atau LAZ yang telah ada
sebelumnya dengan BAZNAS sehingga tanggungjawab besar pemerintah dalam
mengentaskan kemiskinan dan mensejahterakan warga negaranya dapat segera
terealisasikan sebagai cita-cita bersama. Materi ini memberikan pemahaman tentang
pentingnya kemaslahatan dalam kepemimpinan dan pengelolaan zakat di Indonesia.
Kesimpulan dari jurnal ini adalah bahwa peran negara dalam pengelolaan zakat di
Indonesia harus selalu berorientasi pada kemaslahatan seluruh rakyatnya, dan bukan
hanya untuk kepentingan golongan tertentu atau diri pribadi. Kaidah fiqih "‫َصرُّ فُ اِإل َما ُم َعلَى‬
َ ‫ت‬
ْ ‫وطٌ بِ ْال َم‬MMُ‫َّعيَّ ِة َمن‬
‫لَ َح ِة‬MM‫ص‬ ِ ‫ "الر‬harus dijadikan pedoman dalam pengambilan kebijakan terkait
pengelolaan zakat. Selain itu, konsep kepemimpinan dalam Islam juga sangat penting dan
harus diwujudkan guna menegakkan kemaslahatan dunia dan akhirat bagi seorang hamba.
Seorang pemimpin harus bisa memberikan contoh terbaik dalam menjalankan perintah
dan meninggalkan larangan serta menguasai agama sekaligus mengetahui tentang
pengaturan dan tata kelola masalah kehidupan dunia. Tatanan ekonomi yang berkeadilan
dan mensejahterakan juga harus diwujudkan agar tidak lagi terjadi ketimpangan sosial
dan jurang pemisah yang terlalu dalam antara para aghniya dan fuqara di negeri ini.

Anda mungkin juga menyukai