FARAH DITA
Farah Dita
NIM A44110075
ABSTRAK
FARAH DITA. Identifikasi Penerapan Green Transportation untuk Mewujudkan
Green City di Kota Bogor. Dibimbing oleh ALINDA FM ZAIN.
Kata kunci : Kota Bogor, Kota Hijau, Transportasi Hijau, Analisis Kesenjangan.
ABSTRACT
FARAH DITA. Identification of Green Transportation Application to Realize
Green City in Bogor City. Supervised by ALINDA FM ZAIN.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
IDENTIFIKASI PENERAPAN GREEN TRANSPORTATION
UNTUK MEWUJUDKAN GREEN CITY DI KOTA BOGOR
FARAH DITA
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Arsitektur Lanskap
pada
Departemen Arsitektur Lanskap
Disetujui oleh
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi dengan judul
“Identifikasi Penerapan Green Transportation untuk Mewujudkan Green City di
Kota Bogor” ini berhasil diselesaikan. Skripsi ini merupakan syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Arsitektur Lanskap pada Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis ucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Ir. Alinda FM Zain, M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi, atas
bimbingan dan saran yang diberikan kepada penulis dalam menyusun dan
menyelesaikan penelitian ini,
2. dinas-dinas dan instansi-instansi terkait di Kota Bogor yang sudah banyak
membantu dalam proses pencarian data,
3. Dr. Ir. Nizar Nasrullah, M.Agr. dan Akhmad Arifin Hadi, SP., MALA selaku
dosen pembimbing akademik, atas bimbingannya selama ini,
4. seluruh staf pengajar Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, atas
ilmu yang telah diberikan kepada penulis,
5. Harjono dan Lismanawati, selaku orang tua penulis, yang selalu memberikan
dukungan, doa, serta motivasi untuk penulis,
6. Harry Prasetyo sebagai kakak atas dukungannya,
7. Dhea, Grace, Lucky, Laras, dan teman-teman Departemen Arsitektur Lanskap
48 atas saran, doa, serta dukungan yang diberikan selama ini,
8. Bremi, Raya, Rani, Flo, Ridwan, Aji, Ega, Mumu, Nauval, Vio, dan Obin atas
saran dan semangat yang diberikan, serta
9. seluruh pihak yang turut membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini yang
tidak dapat disebutkan satu-persatu.
Penulis menyadari penelitian ini jauh dari sempurna. Namun, penulis tetap
berharap semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi Pemerintah Kota Bogor
dan pihak lain yang memerlukan.
Farah Dita
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL v
DAFTAR GAMBAR v
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
Kerangka Pikir 2
TINJAUAN PUSTAKA 3
Kota 3
Green City 4
Permasalahan Transportasi di perkotaan 5
Green Transportation 6
Transit Oriented Development (TOD) 8
Gap Analysis 9
METODE 9
Lokasi dan Waktu Penelitian 9
Batasan Penelitian 10
Alat dan Bahan Penelitian 10
Metode Penelitian 11
HASIL DAN PEMBAHASAN 18
Gambaran Umum Kota Bogor 18
Kondisi Geografis 18
Kondisi Demografi (Kependudukan) 21
Kondisi Ekonomi 21
Rencana Pengembangan Sistem Transportasi Kota Bogor 22
Pengembangan Sistem Jaringan Jalan 22
Pengembangan Sistem Angkutan Umum 23
Non-Motorized Transportation 25
Pengelolaan Perparkiran 27
Pembangunan Transfer Point 27
Kendaraan Ramah lingkungan 28
Inventarisasi 29
Jalur Pedestrian 30
Jalur Sepeda 31
Angkutan Umum Massal 34
Analisis 41
Fokus pada akses (focus on access) 41
Transportasi tidak bermotor (non-motorized transportation) 42
Transportasi bermotor saat ini (motorized transportation by
current means) 43
Transportasi bermotor dengan potensi sarana (motorized
transportation by potential means) 44
Pengurangan kebutuhan pergerakan orang (less need movement of
people) 45
Metode untuk mencapai dan mempertahankan visi (methods of
attaining and sustaining the vision) 46
Strategi Perencanaan Penerapan Green Transportation di Kota Bogor 49
PENUTUP 53
Simpulan 53
Saran 53
DAFTAR PUSTAKA 54
LAMPIRAN 56
RIWAYAT HIDUP 59
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
1 Kuesioner penelitian 56
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kota Bogor merupakan salah satu kota yang menunjang kehidupan Kota
Jakarta. Letaknya yang dekat dengan Ibukota menyebabkan pembangunan di kota
ini berkembang dengan cepat, begitu pula dengan kepadatan penduduknya.
Pembangunan di berbagai sektor pun terus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakatnya. Akibat dari perkembangan yang pesat tersebut menyebabkan
wajah kota menjadi berubah. Oleh karena itu, diperlukan penataan ruang untuk
menjaga nilai estetika kota dan membatasi proses pembangunan yang dilakukan
agar tidak melebihi daya dukung kota hingga menyebabkan degradasi lingkungan.
Green city merupakan salah satu konsep penataan ruang yang dapat
dijadikan solusi untuk mengurangi berbagai permasalahan-permasalahan yang
timbul akibat proses pembangunan di perkotaan. Konsep green city ini
mengedepankan perencanaan dan penataan ulang kota secara sehat dan ekologis.
Terdapat 8 atribut untuk mewujudkan green city, yaitu green planning and design,
green open space, green building, green transportation, green water, green waste,
green energy, dan green community. Kedelapan atribut tersebut saling terkait satu
sama lain dan menjadi satu kesatuan membentuk konsep green city.
Pesatnya pembangunan serta meningkatnya kepadatan penduduk di Kota
Bogor menyebabkan timbulnya berbagai permasalahan perkotaan, salah satunya
adalah permasalahan transportasi. Transportasi merupakan salah satu bidang yang
berkaitan dengan proses perpindahan atau pergerakan orang maupun barang di
dalam suatu kota. Kebutuhan akan sistem transportasi menjadi salah satu
kebutuhan penting bagi masyarakat suatu kota. Meningkatnya kebutuhan
transportasi berdampak pula pada peningkatan permasalahan transportasi yang
dihadapi kota. Permasalahan transportasi seperti tingkat kemacetan yang tinggi
akibat bertambahnya jumlah pengguna kendaraan pribadi, meningkatnya
pencemaran udara akibat tingginya jumlah emisi yang dihasilkan oleh
transportasi, dan meningkatnya kebisingan di daerah perkotaan merupakan
beberapa permasalahan transportasi yang terus berkembang di Kota Bogor. Selain
itu, meningkatnya jumlah angkutan kota yang beroperasi turut berkontribusi
dalam kemacetan yang terjadi di Kota Bogor.
Green transportation merupakan salah satu atribut dari konsep green city
yang dapat dijadikan solusi dari permasalahan transportasi yang dihadapi Kota
Bogor. Dalam atribut green transportation ini, pengembangan transportasi
dimaksudkan agar moda transportasi dapat lebih ramah lingkungan dan
berkelanjutan, yang dapat dilakukan dengan cara menggunakan perangkat
transportasi yang berwawasan lingkungan (Putra, 2011). Kota Bogor sendiri telah
memiliki rencana pengembangan transportasi yang terdapat dalam program Bogor
Transportation Program (B-TOP), dimana program ini melanjutkan hasil
pengembangan program Sustainable Urban Transport Improvement Project
(SUTIP) yang merupakan kerja sama antara Bappeda Kota Bogor dengan Tim
GIZ dari Jerman. Identifikasi terhadap penerapan green transporation di Kota
Bogor perlu dilakukan untuk mengetahui seberapa besar upaya penerapan yang
telah dilakukan serta upaya-upaya yang harus dilakukan untuk mewujudkan
sistem transportasi yang ramah lingkungan dan berkelanjutan di Kota Bogor.
2
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Kerangka Pikir
Kota Bogor
Permasalahan transportasi di
Kota Bogor
TINJAUAN PUSTAKA
Kota
Dari segi geografis kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan
yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata
ekonomi yang heterogen dan bercorak materialistis atau dapat pula diartikan
sebagai bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami
dengan gejala-gejala pemusatan penduduk yang cukup besar dengan corak
kehidupan yang bersifat heterogen dan materialistis dibandingkan dengan daerah
dibelakangnya (Bintarto, 1982). Amos Rapoport (1985) menggunakan 10 kriteria
secara lebih spesifik untuk merumuskan kota sebagai berikut:
1. ukuran dan jumlah penduduknya yang besar terhadap massa dan tempat,
2. bersifat permanen,
3. kepadatan minimum terhadap massa dan tempat,
4. struktur dan tata ruang perkotaan seperti yang ditunjukkan oleh jalur jalan dan
ruang-ruang perkotaan yang nyata,
5. tempat dimana masyarakat tinggal dan bekerja,
4
6. fungsi perkotaan minimum yang diperinci, yang meliputi sebuah pasar, sebuah
pusat administratif atau pemerintahan, sebuah pusat militer, sebuah pusat
keagamaan, atau sebuah pusat aktivitas intelektual bersama dengan
kelembagaan yang sama,
7. heterogenitas dan pembedaan yang bersifat hirarkis pada masyarakat,
8. pusat ekonomi perkotaan yang menghubungkan sebuah daerah pertanian di
luar kota dan memproses bahan mentah untuk pemasaran yang lebih luas,
9. pusat pelayanan (service) bagi daerah-daerah lingkungan setempat, serta
10. pusat penyebaran, memiliki suatu falsafah hidup perkotaan pada masa dan
tempat itu.
Menurut Hatt dan Reis (1959) bahwa kehadiran kota adalah untuk memenuhi
kebutuhan sosial dan kegiatan ekonomi penduduk yang selalu berkembang.
Green City
Green city atau Kota Hijau dikenal sebagai kota ekologis. Kota yang
secara ekologis juga dapat dikatakan sebagai kota yang sehat. Artinya, adanya
keseimbangan antara pembangunan dan perkembangan kota dengan kelestarian
lingkungan. Kota sehat juga merupakan suatu kondisi dari suatu kota yang aman,
nyaman, bersih, dan sehat untuk dihuni penduduknya dengan mengoptimalkan
potensi sosial ekonomi masyarakat melalui pemberdayaan forum masyarakat,
difasilitasi oleh sektor terkait dan sinkron dengan perencanaan kota. Untuk dapat
mewujudkannya, diperlukan usaha dari setiap individu anggota masyarakat dan
semua pihak terkait (stakeholders).
Menurut Kementerian Pekerjaan Umum (2011), Kota Hijau juga dapat
disebut sustainable city (kota yang berkelanjutan) atau eco-city (kota berbasis
ekologi), yaitu kota yang dalam melaksanakan pembangunannya dirancang
dengan mempertimbangkan aspek lingkungan sehingga fungsi dan manfaatnya
dapat berkelanjutan. Terdapat 8 atribut untuk mewujudkan konsep green city,
yaitu green planning and design, green building, green open space, green
transportation, green energy, green water, green waste, dan green community.
Atribut-atribut tersebut saling berkaitan satu dengan yang lainnya, misalnya,
untuk mewujudkan sistem transportasi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan,
selain diperlukan penataan sistem transportasi, diperlukan pula penataan ruang
terbuka hijau (RTH), khususnya RTH jalur hijau untuk berkontribusi dalam
mengurangi pencemaran udara akibat emisi yang dihasilkan oleh transportasi.
Oleh karena itu, untuk mewujudkan green city, diperlukan suatu rencana
pembangunan maupun pengembangan yang mendukung pelaksanaan kedelapan
atribut tersebut.
Inti dari Green City adalah sebuah konsep “investasi bersama”, dimana
merencanakan dari awal hingga terbentuknya infrastruktur hijau yang mampu
memberikan keuntungan maksimum pada pemanfaatan energi, kesehatan, nilai
properti, biodiversitas, dan pencitraan. Perwujudan kota hijau membutuhkan
dukungan dan keterlibatan sektor lain dalam rangka memenuhi tercapainya atribut
kota hijau. Atribut yang pertama adalah sektor perhubungan dalam rangka
menciptakan green transportation, yaitu pengembangan sistem transportasi yang
berkelanjutan, misalnya transportasi publik, jalur sepeda, dan sebagainya. Atribut
yang kedua adalah sektor pengembangan permukiman yang meliputi green waste,
5
yaitu usaha untuk melaksanakan prinsip 3R (Reduce, Re-use, dan Recycle), green
water, yaitu efisiensi pemanfaatan sumberdaya air, dan green building, atau
bangunan hemat energi. Aspek lain yang tak kalah penting adalah sektor energi
dalam rangka green energy, yaitu pemanfaatan sumber energi yang efisien dan
ramah lingkungan (Ernawi, 2012).
Permasalahan Transportasi di Perkotaan
Green Transportation
Gap Analysis
Batasan Penelitian
Alat yang akan digunakan dalam penelitian adalah kamera yang digunakan
untuk mengambil gambar kondisi eksisting tapak. Bahan-bahan yang digunakan
dalam penelitian ini antara lain berupa data primer dan data sekunder. Data primer
merupakan data yang didapatkan secara langsung di lapangan, dan data sekunder
adalah data pendukung lain yang sesuai dan valid. Berikut merupakan penjelasan
dari bahan-bahan yang diperlukan dalam penelitian ini.
1. Data Primer
Data primer diperoleh dari hasil survei langsung pada tapak. Dari data ini
peneliti dapat mengetahui kondisi tapak yang secara langsung dapat dilihat. Selain
itu, dilakukan pula pencarian data-data yang diperlukan dan wawancara terhadap
dinas-dinas yang terkait dengan penelitian ini, serta penyebaran kuesioner kepada
masyarakat Kota Bogor.
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari lembaga-lembaga yang terkait dengan objek
penelitian yang dilakukan dan studi literatur. Data sekunder yang digunakan
antara lain berupa peta dan informasi mengenai kondisi bio-fisik Kota Bogor dan
beberapa bahan pustaka yang dapat mendukung analisis penelitian.
11
Metode Penelitian
b. Tahap Inventarisasi
Pada tahap ini, dilakukan pengambilan data primer dengan cara survei
langsung pada lokasi dan data sekunder dengan cara mencari bahan-bahan pustaka
yang berguna bagi penelitian ini. Pada survei lapang, dilakukan pengambilan
gambar di lokasi serta wawancara kepada dinas-dinas yang terkait dengan
penelitian ini untuk mengetahui upaya-upaya penerapan green transportation
yang telah direncanakan di Kota Bogor. Pencarian data-data yang diperlukan
mengacu pada batasan penelitian yang telah ditetapkan. Selain itu, dilakukan pula
penyebaran kuesioner yang ditujukan kepada pejalan kaki, pengguna jalur sepeda,
serta pengguna angkutan umum massal untuk mengetahui persepsi masyarakat
mengenai upaya penerapan green transportation dalam ketiga aspek tersebut.
Jumlah koresponden ditentukan sebanyak 5% dari jumlah rata-rata penumpang
terangkut per harinya oleh BTS Transpakuan, yang merupakan satu-satunya moda
angkutan umum massal Bogor yang melayani rute dalam kota serta dibawah
tanggung jawab langsung Pemerintah Kota Bogor.
Tabel 3 Jenis dan sumber data
No Jenis Data Bentuk Data Sumber Cara Pengambilan
Letak, luas, dan primer, survei lapang dan
1 pencitraan satelit
batas tapak sekunder RTRW Kota Bogor
Rencana sistem pengamatan
primer, survei lapang dan
2 transportasi Kota langsung, studi
sekunder RTRW Kota Bogor
Bogor pustaka
Indikator green
3 sekunder RTRW Kota Bogor studi pustaka
transportation
pengamatan
primer, survei lapang, dinas
4 Sebaran penduduk langsung, studi
sekunder kependudukan
pustaka
Persepsi
5 primer survei lapang Kuesioner
masyarakat
Transportasi 1. Tidak terdapat 1. Ada fasilitas 1. Ada fasilitas 1. Ada fasilitas 1. Ada fasilitas
bermotor saat fasilitas angkutan angkutan angkutan angkutan
ini (motorized angkutan umum massal umum massal umum massal umum massal
transportation umum massal dalam kota dalam kota berbasis jalan, berbasis
by current dalam kota yang berbasis yang berbasis memiliki jalan,
means) jalan, namun jalan, tempat memiliki
tidak memiliki memiliki pemberhentian tempat
tempat tempat khusus (halte), pemberhenti-
pemberhentian pemberhentian jalur terpisah an khusus
khusus (halte) khusus (halte), dengan jalur (halte), jalur
dan jalurnya namun kendaraan terpisah
masih bersatu jalurnya masih lainnya namun dengan jalur
dengan jalur bersatu dengan pembatas jalur kendaraan
kendaraan jalur masih berupa lainnya
lainnya (mixed kendaraan soft barriers dengan
traffic) lainnya (mixed (line) pembatas
traffic) jalur berupa
2. Tingkat 2. Tingkat hard barriers
kenyamanan 2. Tingkat kenyamanan
dan keamanan kenyamanan dan keamanan 2. Tingkat
sarana maupun dan keamanan sarana maupun kenyamanan
prasarana sarana maupun prasarana dan
angkutan prasarana angkutan keamanan
umum massal angkutan umum massal sarana
masih buruk umum massal baik (50% < maupun
(persepsi cukup baik persepsi prasarana
masyarakat ≤ (25% < masyarakat ≤ angkutan
25%) persepsi 75%) umum massal
masyarakat ≤ sangat baik
50%) 3. Ada rencana (persepsi
pembangunan masyarakat >
3. Ada rencana angkutan 75%)
pembangunan umum massal
angkutan dalam kota 3. Ada rencana
umum massal dengan jalur pembangunan
dalam kota khusus angkutan
dengan jalur (berbasis rel), umum massal
khusus sudah ada dalam kota
(berbasis rel), penerapannya berbasis rel
namun belum namun masih dan hasil
ada belum penerapan
penerapannya maksimal sesuai dengan
yang
direncanakan
15
Pengurangan 1. Waktu tempuh 1. Waktu tempuh 1. Waktu tempuh 1. Waktu tempuh 1. Waktu
kebutuhan perjalanan perjalanan saat perjalanan saat perjalanan saat tempuh
pergerakan menggunakan bepergian bepergian bepergian perjalanan
orang (less moda menggunakan menggunakan menggunakan menggunakan
need for angkutan moda angkutan angkutan moda angkutan moda
movement of umum massal umum massal umum massal umum massal angkutan
people) dalam kota dalam kota dalam kota dalam kota umum massal
sangat lama cukup lama, sama cepatnya lebih cepat dalam kota
(persepsi lebih cepat dengan daripada sangat cepat,
masyarakat ≤ menggunakan penggunaan menggunakan pengurangan
20%) kendaraan kendaraan kendaraan waktu tempuh
pribadi (20% < pribadi (40% < pribadi (60% < yang
2. Tidak terdapat persepsi persepsi persepsi signifikan
rencana masyarakat ≤ masyarakat ≤ masyarakat ≤ (persepsi
penataan 40%) 60%) 80%) masyarakat >
ruang 80%)
perkotaan
16
*menurut penerapan jalur pedestrian, jalur sepeda, dan moda angkutan umum massal
d. Tahap Penyusunan Strategi Perencanaan
Dari hasil analisis dan pengolahan data dapat diketahui besar persentase
penerapan green transportation yang telah diterapkan di Kota Bogor serta
indikator apa saja yang sudah diterapkan dengan baik dan indikator mana yang
masih perlu dikembangkan performanya melalui strategi perencanaan untuk dapat
mencapai kondisi ideal yang diharapkan. Hasil penelitian ini dapat dijadikan
sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam melakukan pengembangan
green transportation di Kota Bogor di masa mendatang.
Data Kondisi Data Kondisi Data Kondisi
Eksisting Jalur Eksisting Eksisting Angkutan
Pedestrian Jalur Sepeda Umum Massal
Inventarisasi
Kondisi Geografis
Secara geografis Kota Bogor terletak di antara 106°48‟ Bujur Timur dan
6°26‟ Lintang Selatan, dengan luas wilayah sebesar 11.850 Ha. Kota Bogor terdiri
dari 6 kecamatan dan 68 kelurahan, yaitu Kecamatan Bogor Utara, Kecamatan
Bogor Barat, Kecamatan Bogor Timur, Kecamatan Bogor Selatan, Kecamatan
Bogor Tengah dan Kecamatan Tanah Sareal. Secara administratif, Kota Bogor
dikelilingi oleh wilayah Kabupaten Bogor dengan batas wilayah sebagai berikut:
a. sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Kemang, Bojong Gede, dan
Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor,
b. sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Sukaraja dan Kecamatan Ciawi,
Kabupaten Bogor,
c. sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Darmaga dan Kecamatan
Ciomas, Kabupaten Bogor, dan
d. sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Cijeruk dan Kecamatan
Caringin, Kabupaten Bogor.
Kota Bogor terletak pada ketinggian 190 sampai 330 m dari permukaan
laut. Jenis tanah hampir seluruh wilayah adalah latosol cokelat kemerahan dengan
kedalaman efektif tanah lebih dari 90 cm dan tekstur tanah yang halus serta
bersifat agak peka terhadap erosi. Aspek topografi wilayah Kota Bogor pada
dasarnya bervariasi antara datar dan berbukit (antara 0-200 mdpl sampai dengan >
300 mdpl). Kemiringan lereng di Kota Bogor sebagian besar pada klasifikasi datar
dan landai (< 15%) seluas 9.855,21 Ha atau 83,17%, seluas 1.109,89 Ha atau
sekitar 9,35% berada pada klasifikasi lahan agak curam (15%-25%). Sedangkan
untuk lahan yang berada pada klasifikasi curam dan sangat curam (> 25%) hanya
seluas 884,9 Ha atau sekitar 7,45%. Berikut penjelasannya dalam tabel
kemiringan berdasarkan kecamatan di Kota Bogor (Tabel 5).
Tabel 5 Tingkat kemiringan daerah berdasarkan kecamatan di Kota Bogor
Tingkat Kemiringan (ha)
Agak Sangat Jumlah
Kecamatan Datar Landai Curam
Curam Curam (ha)
< 2° 2,0°-14,9° 15,0°-24,9° 25,0°-39,9° 40°+
Bogor
169,10 1.418,40 1.053,89 350,37 89,24 3.081
Selatan
Bogor Timur 182,30 722,62 56,03 44,25 9,80 1.015
Bogor Utara 137,85 1.565,65 0,00 68,00 0,50 1.772
Bogor
125,44 560,47 0,00 117,54 9,55 813
Tengah
Bogor Barat 618,40 2.502,14 0,00 153,81 10,65 3.285
Tanah Sareal 530,85 1.321,91 0,00 31,24 0,00 1.844
Jumlah 1.763,94 8.091,19 1.109,92 765,21 119,74 11.850
Sumber : BPS Kota Bogor 2013
19
Kondisi iklim Kota Bogor sepanjang tahun 2013, memiliki suhu rata-rata
tiap bulan maksimum 31,6°C dengan suhu terendah sebesar 22,7°C. Kelembaban
udara tertinggi sebesar 90,4% dan terendah sebesar 73,5%. Curah hujan rata-rata
setiap bulan sekitar 333,0 – 630,2 mm, dengan curah hujan terbesar terjadi pada
bulan Mei dan September 2013. Secara umum, iklim di wilayah Kota Bogor
termasuk kategori sejuk dan dengan curah hujan yang cukup tinggi, Kota Bogor
dijuluki sebagai Kota Hujan. Berikut grafik rata-rata temperatur udara dan rata-
rata kelembaban relatif udara Kota Bogor tahun 2013 (Gambar 5 dan Gambar 6).
Gambar 6 Grafik rata-rata kelembaban relatif udara Kota Bogor tahun 2013
Sumber : BPS Kota Bogor 2013
Wilayah Kota Bogor dialiri oleh 2 sungai besar, yaitu Sungai Ciliwung
dan Sungai Cisadane, serta anak-anak sungai (Sungai Cipakancilan, Sungai
Cidepit, Sungai Ciparigi, dan Sungai Cibalok) yang secara keseluruhan
membentuk pola aliran paralel-sub paralel sehingga mempercepat waktu
mencapai debit puncak (time to peak) pada 2 sungai besar tersebut. Kota Bogor
memanfaatkan kedua sungai ini sebagai sumber air baku bagi Perusahaan Daerah
Air Minum. Sumber air bagi Kota Bogor diperoleh dari sungai, air tanah, dan
mata air.
Secara umum, penggunaan lahan di Kota Bogor dapat dibedakan menjadi
2 bagian, yaitu kawasan terbangun dan kawasan belum terbangun. Kawasan
terbangun memiliki luas sebesar 4.411,86 Ha atau sekitar 37,23% dari luas total
Kota Bogor. Kawasan terbangun di wilayah Kota Bogor didominasi oleh kawasan
20
Kondisi Ekonomi
Kondisi perekonomian Kota Bogor dapat dikatakan membaik, hal ini
dilihat dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per Kapita Kota Bogor,
yang selama empat tahun terakhir menunjukkan peningkatan baik atas dasar harga
berlaku maupun atas dasar harga konstan. Pada tahun 2008, jumlah PDRB per
Kapita atas dasar harga berlaku hingga tahun 2012 mengalami pertumbuhan yang
cukup baik, yaitu dari 11,08 juta rupiah pada tahun 2008, kemudian meningkat
menjadi 17,34 juta rupiah pada tahun 2012. PDRB per Kapita atas dasar harga
kostan mengalami peningkatan yang cukup pesat selama periode 2008-2012, yaitu
sebesar 4,67 juta rupiah pada tahun 2008 menjadi 5,37 juta rupiah pada tahun
2012. Rata-rata pertumbuhan PDRB per Kapita Kota Bogor adalah 3,38% per
tahun, sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut ini (Tabel 7).
Tabel 7 PDRB per kapita Kota Bogor atas dasar harga konstan tahun 2008 s.d.
2012
Uraian 2008 2009 2010 2011 2012
PDRB per Kapita atas dasar
11,08 12,58 14,64 16,01 17,24
Harga Berlaku (Rp.juta/jiwa)
PDRB per Kapita atas dasar
Harga Konstan Tahun 2000 4,67 4,77 5,04 5,25 5,37
(Rp.juta/jiwa)
Sumber : Diolah dari BPS Kota Bogor 2013
22
melakukan rencana penambahan 3 koridor baru pada layanan BTS Trans Pakuan
yang melayani rute Ekalokasari – Lanud. Atang Sanjaya, Terminal Merdeka –
Ciluar, dan Ciawi – Tanah Baru (via R3), serta ditunjang dengan prasarana
(jaringan jalan, pedestrian, dan shelter) dan pengembangan ITS (Intelligent
Transport System) berupa PTIS (Public Transport Information System) dan bus
priority.
menjembatani antara regulator dan operator. Saat ini, PDJT Kota Bogor sedang
dalam tahapan proses transformasi dari operator BTS Trans Pakuan menjadi BMC
(Bus Management Company). Perubahan tersebut menjadi potensi investasi Badan
Usaha ber-Badan Hukum Jasa Angkutan sebagai operator dalam pengembangan
koridor Trans Pakuan berdasarkan kontrak pelayanan melalui penyediaan
sarana/bus (sebanyak ± 200 kendaraan tahap awal perencanaan dari 7 koridor)
dengan sistem operasional didasarkan atas Standar Pelayanan Minimum (SPM)
dan Ticketing Smart Card System yang dimungkinkan terintegrasi antar koridor
dan angkutan umum berbasis jalan rel dan metode transportasi lainnya.
Non-Motorized Transport
Semakin padat kota yang dibangun, maka seharusnya semakin mudah pula
fasilitas-fasilitas yang ada di kota untuk diakses dengan berjalan kaki sehingga
kota menjadi lebih layak huni. Saat ini, fasilitas pejalan kaki termasuk fasilitas
pendukungnya seperti zebra cross, underpass atau jembatan penyeberangan orang
(JPO) yang ada di Kota Bogor kondisinya sangat kurang, sementara potensi
pemanfaatannya terus meningkat. Baik desain maupun fungsi dari fasilitas
tersebut kurang memberikan kenyamanan maupun keamanan bagi pejalan kaki
maupun penyandang cacat (disable). Untuk itu, pemerintah merencanakan
penyediaan dan pemanfaatan sarana dan prasrana pejalan kaki dengan
mempertimbangkan aspek kenyamanan, keamanan, dan keselamatan pengguna,
serta mengakomodasi kepentingan penyandang cacat (disable).
Untuk mewujudkan pengembangan Non-Motorized Transport tersebut,
pemerintah telah menyusun rencana 9 tahap perbaikan dan pengembangan jalur
pedestrian yang ada di Kota Bogor yang sudah dimulai pengerjaannya sejak tahun
2012 lalu. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas fasilitas jalur pedestrian
yang sudah ada sebelumnya agar tingkat kenyamanan dan keamanan pejalan kaki
semakin meningkat, sehingga penggunaan kendaraan pribadi dalam jarak tempuh
yang singkat dapat berkurang. Berikut penjelasan dari tahap-tahap tersebut (Tabel
8 dan Gambar 9).
Pengelolaan Perparkiran
Saat ini, layanan parkir di badan jalan (on street parking) masih
mendominasi di Kota Bogor. Layanan parkir di badan jalan menyebabkan
gangguan yang signifikan terhadap sistem lalu lintas secara keseluruhan, terutama
untuk layanan parkir di badan jalan yang rawan dan menimbulkan hambatan
samping (side friction) bagi jalan. Dalam rencana pengembangan yang dilakukan
pemerintah, keberadaan on street parking dimungkinkan tidak mengganggu
kinerja/tingkat pelayanan lalu lintas pada suatu ruas jalan dengan dipasang
marka/rambu lalu lintas dan ditetapkan sebagai objek retribusi parkir.
Penyediaan prasarana parkir di luar badan jalan (off-street parking) perlu
dilakukan untuk meminimalkan atau bahkan meniadakan sistem on street parking.
Selain itu, upaya peningkatan kinerja jaringan jalan juga dilakukan melalui
beberapa cara, yaitu:
a. penetapan ketentuan penyediaan parkir bagi semua kegiatan yang
menimbulkan kenaikan tingkat pergerakan lalu lintas dengan pembangunan
fasilitas parkir bersama pada setiap pusat aktivitas penduduk, antara lain
dengan cara:
Park & Ride di terminal dan stasiun kereta api, dan
gedung parkir di pusat kota pada kawasan (jaringan jalan) dengan
kepadatan tinggi serta pusat perdagangan dan jasa (pertokoan, mall, hotel),
b. meminimalkan ruang-ruang publik yang dimanfaatkan sebagai fasilitas parkir,
dan
c. memperluas fasilitas parkir yang sudah tidak memadai, baik dengan perluasan
vertikal maupun horizontal (pusat-pusat kegiatan di Kota Bogor).
Inventarisasi
Angkutan Jalan (DLLAJ), jumlah penumpang BTS Trans Pakuan pada tahun
2013 adalah sebesar 3.973 penumpang. Jumlah tersebut mengalami peningkatan
dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang berjumlah 3.090 penumpang. Selain
itu, diketahui pula rata-rata jumlah penumpang yang terangkut BTS Trans Pakuan
per harinya, dari tahun 2007 (awal beroperasi) sampai dengan tahun 2013
berjumlah 2.833 penumpang. Sebanyak 5% dari jumlah tersebut kemudian
ditetapkan sebagai koresponden kuesioner, yang dibulatkan menjadi 150 orang.
Berikut merupakan penjelasan dari kondisi sistem transportasi Kota Bogor yang
sedang berjalan saat ini.
Jalur Pedestrian
Pada masa kedudukan Belanda di Indonesia, Kota Bogor merupakan salah
satu kota yang dibangun dengan peruntukkan sebagai kota hunian. Penataan ruang
di Kota Bogor cenderung mengikuti model penataan ruang seperti kota-kota di
Eropa dan sekitarnya, dimana keberadaan elemen jalur pedestrian juga
diperhitungkan ketika awal perencanaan. Oleh karena itu, sebagian besar jalan-
jalan di Kota Bogor telah memiliki jalur pedestrian, khususnya di jalan-jalan besar
di pusat kota. Baik desain maupun lebar jalur pedestrian di Kota Bogor bervariasi
dengan rata-rata lebar jalur sebesar 1m-2,5m (kecuali pada Jalan Nyi Raja Permas
sebagai jalur khusus pedestrian dan sepeda sebesar 10m). Berikut adalah beberapa
kondisi eksisting jalur pedestrian di Kota Bogor (Gambar 10).
Gambar 10 Kondisi jalur pedestrian di Jalan Siliwangi (kiri) dan Jalan Jalak
Harupat (kanan)
Hak dan kewajiban pejalan kaki di Kota Bogor tercantum dalam Perda
Kota Bogor Nomor 3 tahun 2013 Paragraf 9 tentang Hak dan Kewajiban Pejalan
Kaki dalam Berlalu Lintas. Beberapa program pembenahan jalur pedestrian dalam
RTRW Kota Bogor 2011-2031 yang sudah terlaksana antara lain penerapan
kawasan khusus pedestrian dan pesepeda di Jalan Nyi Raja Permas, pembangunan
underpass Jalan Raya Pajajaran untuk akses menuju Kebun Raya Bogor, serta
perbaikan jalur pedestrian di sekitaran Kebun Raya Bogor dan beberapa jalan
arteri sekunder.
Berdasarkan persepsi masyarakat Kota Bogor yang diperoleh dari hasil
penyebaran kuesioner, tingkat kenyamanan jalur pedestrian yang ada saat ini
adalah sebesar 48,2%, dengan tingkat keamanan sebesar 45,1%. Sedangkan untuk
jumlah fasilitas pendukung jalur pedestrian yang ada (bangku, tempat sampah,
tempat penyeberangan/JPO) sebesar 51,6%. Untuk tingkat akomodasi jalur
31
pedestrian (berdasarkan jalur) yang ada saat ini dalam mengakomodasi pengguna,
didapatkan persepsi masyarakat sebesar 52% serta keintegrasian jalur pedestrian
dengan moda transportasi lainnya sebesar 65,7%. Dari hasil tersebut dapat
diketahui rata-rata performa jalur pedestrian yang ada saat ini berdasarkan
persepsi masyarakat adalah sebesar 52,5%. Berikut penjelasan tingkat performa
jalur pedestrian yang ada saat ini berdasarkan hasil kuesioner yang diperoleh
(Gambar 11).
100.0%
80.0%
60.0%
40.0% 65.7%
20.0% 48.2% 45.1% 51.6% 52.0%
0.0%
Kenyamanan Keamanan Fasilitas Akomodasi Keintegrasian
pengguna pengguna pendukung jalur dengan moda
pedestrian angkutan
lainnya
Jalur Sepeda
Saat ini, fasilitas untuk pengguna sepeda belum menjadi kebutuhan yang
diprioritaskan dalam pengembangan sistem transportasi di Kota Bogor. Dalam
Perda Kota Bogor, penjelasan peraturan fasilitas jalur sepeda belum tertulis secara
detail dan masih disatukan dengan peraturan fasilitas jalur pedestrian. Fasilitas
jalur sepeda yang ada saat ini di Kota Bogor hanya terdapat di Jalan Nyi Raja
Permas, Jalan Kapten Muslihat, dan Jalan Ir. H. Juanda saja. Jalur sepeda di Kota
Bogor ini termasuk ke dalam tipe Raised Cycle Tracks, dimana jalur sepeda
tepisah secara vertikal (perbedaan level) dengan jalur kendaraan (NACTO, 2011).
Rata-rata lebar jalur sepeda yang ada di Kota Bogor adalah 1 m-1,5 m, sedangkan
pada kawasan khusus pedestrian dan sepeda di Jalan Nyi Raja Permas memiliki
lebar sebesar 4,5 m. Kondisi aktual jalur sepeda di Kota Bogor ditunjukkan pada
Gambar 12.
Gambar 12 Kondisi aktual jalur sepeda di Jalan Kapten Muslihat (kiri) dan Jalan
Nyi Raja Permas (kanan)
tingkat perlindungan dari kerusakan akibat cuaca masih rendah. Selain itu,
terdapat pula tempat penyeberangan yang menggunakan perbedaan pavement
serta beberapa rambu serta marka jalan untuk pengguna sepeda. Berikut adalah
beberapa fasilitas pendukung jalur sepeda yang ada di Kota Bogor saat ini
(Gambar 13).
100.0%
80.0%
60.0%
40.0%
20.0% 40.9% 39.6% 39.9% 41.2% 47.7%
0.0%
Gambar 16 Moda angkutan umum massal BTS Trans Pakuan (kiri), KA commuter
line (tengah), dan bus APTB (kanan)
Sumber: google.com
100.0%
80.0%
60.0%
40.0% 49.9%
43.7% 45.3% 42.4% 38.9%
20.0%
0.0%
Kenyamanan Keamanan Tarif Efisiensi Keintegrasian
pengguna pengguna perjalanan waktu antar moda
perjalanan angkutan
umum massal
Gambar 18 Prasarana bus Trans Pakuan di Jalan KH. Sholeh Iskandar (kiri) dan
Baranangsiang (kanan)
36
Sejak awal dioperasikan hingga saat ini, moda transportasi BTS Trans
Pakuan ini banyak diminati oleh masyarakat Kota Bogor. Hal ini dibuktikan
dengan terus meningkatnya jumlah pengguna BTS Trans Pakuan setiap tahunnya.
Namun, banyaknya pengguna tidak seimbang dengan banyaknya jumlah bus yang
tersedia, sehingga sebagian besar armada yang beroperasi saat ini kondisinya
buruk yang berdampak pada penurunan tingkat kenyamanan pengguna.
Kurangnya kualitas pelayanan ini dapat mengakibatkan penurunan jumlah
pengguna moda angkutan umum massal tersebut. Peningkatan jumlah penumpang
BTS Trans Pakuan dijelaskan pada Tabel 10 dan Gambar 19.
Tabel 10 Realisasi jumlah penumpang BTS Trans Pakuan per tahun
2007
2013 (s/d
Koridor (Mulai 2008 2009 2010 2011 2012
Agustus)
Mei)
Koridor 1 410.368 824.472 1.087.154 982.676 917.871 1.296.106
784.228
Koridor 2 - - 15.388 11.881 2.380 21.615
Koridor 3 - - - 77.740 110.830 177.718 181.732
Jml Pnp/Th 410.368 824.472 1.102.542 1.072.297 1.031.081 1.495.439 965.960
Sumber: DLLAJ Kota Bogor
5000
4000
3973
3000
3011 2957 2825 3090
2000
2251
1000 1725
0
Jumlah penumpang
Gambar 19 Grafik rata-rata penumpang terangkut BTS Trans Pakuan per hari
Sumber : DLLAJ Kota Bogor
Pangrango yang dioperasikan oleh PT. KAI, yang melayani rute Bogor –
Sukabumi – Cianjur.
KA Commuter merupakan moda angkutan umum massal yang menjadi
salah satu pilihan utama masyarakat Kota Bogor untuk melakukan perjalanan ke
Jakarta. Kemampuan mengangkut muatan dengan jumlah besar serta adanya jalur
tersendiri merupakan beberapa keunggulan yang ditawarkan moda angkutan
massal tersebut. Selain itu, adanya jadwal beroperasi yang teratur menjadikan KA
Commuter sebagai moda angkutan dengan layanan transportasi yang efektif dan
efisien, baik dari segi energi (bahan bakar) yang digunakan maupun waktu
tempuh perjalanan. Berikut adalah peta trayek KA commuter yang beroperasi saat
ini (Gambar 20).
Jumlah penumpang kereta api Stasiun Bogor pada tahun 2013 berjumlah
17.491.405 penumpang. Jumlah ini meningkat dari tahun sebelumnya yang
mengalami penurunan sebanyak 1,35% dari tahun 2011. Penurunan ini terjadi
karena jumlah penumpang abonemen menurun tajam di tahun 2012, yaitu sekitar
60,29% dibanding tahun 2011. Hal ini disebabkan pula karena sejak Desember
2012 tiket abonemen sudah tidak diberlakukan. Berikut penjelasan mengenai
jumlah penumpang kereta api Stasiun Bogor selama tahun 2013 (Tabel 11).
Tabel 11 Jumlah penumpang kereta api Stasiun Bogor tahun 2013
Rata-Rata
Penumpang Penumpang Jarak per
Umum Abonemen Jumlah Penumpang
Bulan
(Regular (Passengers Penumpang (Average
Passengers) Subscribe) Distance per
Passanger)
Januari 921.805 0 921.805 34,18
Februari 908.018 0 908.018 33,63
Maret 1.044.432 0 1.044.432 38,68
April 1.025.378 0 1.025.378 37,98
Mei 1.048.721 0 1.048.721 38,84
Juni 1.033.991 0 1.033.991 38,30
Juli 1.766.702 264.235 2.030.937 75,21
Agustus 1.035.390 286.398 1.321.788 48,95
September 1.502.004 457.109 1.959.113 72,55
Oktober 1.536.884 486.981 2.023.865 74,95
November 1.528.421 509.207 2.037.628 75,46
Desember 1.624.182 511.547 2.135.729 79,70
Total 2013 14.975.928 2.515.477 17.491.405 54,04
2012 11.858.074 686.700 12.544.774 38,72
2011 10.986.668 1.729.440 12.716.108 44,17
2010 10.797.515 1.995.710 12.793.225 48,00
Sumber : PT KAI Stasiun Bogor
c. Perusahaan Otobus
Otobus merupakan angkutan umum berukuran besar yang dapat memuat
banyak penumpang. Saat ini, pengelolaan berbagai moda otobus yang ada di Kota
Bogor masih dibawah tanggung jawab masing-masing perusahaan otobus (pihak
swasta). Berbagai perusahaan otobus yang beroperasi di Bogor saat ini melayani
pengguna yang ingin bepergian antar kota dalam provinsi maupun antar kota luar
provinsi. Berdasarkan data yang diperoleh dari DLLAJ, terdapat 50 lebih
perusahaan otobus yang beroperasi pada Terminal Bus Baranangsiang saat ini,
dengan 120 jumlah rute yang dilayani. Namun, berkembangnya moda transportasi
yang lebih efektif dan efisien meyebabkan jumlah pengguna otobus menurun. Hal
ini dapat terlihat dari menurunnya jumlah penumpang otobus dari tahun 2010
yang berjumlah 4.190.962 penumpang menjadi 3.722.731 penumpang pada tahun
2013. Meskipun begitu, penggunaan otobus ini masih banyak diminati oleh
39
masyarakat Kota Bogor, khususnya yang ingin bepergian keluar kota, karena tarif
otobus yang diberlakukan saat ini tergolong cukup terjangkau bagi sebagian besar
kalangan masyarakat. Berikut adalah beberapa perusahaan otobus yang beroperasi
saat ini di Terminal Bus Barangsiang, Bogor (Tabel 12).
Tabel 12 Daftar nama perusahaan otobus, trayek yang dilayani, dan jumlah
armada pada Terminal Bus Baranangsiang, Bogor
Jumlah Armada
No (Bus)
Trayek yang Dilayani Nama Perusahaan
Bus Bus
Besar Sedang
1 Bogor - Cibinong - Kelapa Dua - Pasar 1. Deddys Putra 2 -
Minggu 2. Sukma Jaya 6 -
3. Wurya Cipta Loka 12 -
2 Bogor - Cibinong - Kampung Rambutan 1. Miniarta 36 -
2. Deddys Putra 23 -
3. Bama Putra 4 -
4. Koantas Bima 4 -
3 Bogor - Parung - Ciputat - Lebak Bulus 1. Parung Indah 8 -
2. Alinda 2 -
3. Pusaka 13 -
4. Mahesa Jaya 8 -
5. Ichtra Jaya 8 -
6. Bintang Tiga 5 -
7. Limas 2 -
4 Bogor - Parung - Ciputat - Tangerang 1. Pusaka 21 -
2. Alinda 8 -
3. Dirgahayu 5 -
4. Perdana Jaya 10 -
5. Batur Salembur 4 -
5 Bogor - Parung - BSD - Tangerang - 1. Pusaka
22 -
Kalideres
6 Bogor - Jasinga - Rangkas - Pandeglang 1. Rudi 5 -
7 Bogor - Jasinga - Pandeglang - Bayah 1. Rudi 2 -
2. Mulya Sari 4 -
3. Sinar Sari 4 -
8 Bogor - Cibinong - Jakarta - Cirebon - 1. Putra Remaja 2 -
Tegal - Pekalongan - Semarang - 2. Ramayana 22 -
Yogyakarta - Wonosari
3. Maju Lancar 2 -
4. Nan Tungga 2 -
5. Putra Remaja 2 -
9 Bogor - Cibinong - Jakarta - Jatibarang - 1. Santoso
Purwokerto - Wonosobo - Temanggung - 4 -
Magelang - Yogyakarta - Wonosari
10 Bogor - Cibinong - Jakarta - Jatibarang - 1. Damri 2 -
Cirebon - Tegal - Purwokerto 2. Kramat Jati 2 -
3. Lorena 2 -
40
Tabel 12 Daftar nama perusahaan otobus, trayek yang dilayani dan jumlah
armada pada Terminal Bus Baranangsiang, Bogor (lanjutan)
11 Bogor - Cibinong - Tol Cikampek - Cirebon 1. Dieng Indah 2 -
- Pejagan - Ketanggungan - Prupuk - 2. Sumber Alam 2 -
Bumiayu - Purwokerto - Kebumen -
Purworejo
12 Bogor - Cibinong - Jakarta - Jatibarang - 1. Nan Tungga
Cirebon - Tegal - Pekalongan - Semarang - 2 -
Yogyakarta - Klaten
Analisis
Gambar 21 Fasilitas untuk penyandang cacat pada Jalan Jend. Sudirman (kiri) dan
moda angkutan umum massal KA Commuter (kanan)
Tarif moda angkutan umum massal yang berlaku saat ini, tergolong cukup
terjangkau bagi semua kalangan masyarakat Kota Bogor. Hal ini dilihat dari hasil
kuesioner yang menunjukkan persentase asumsi masyarakat mengenai tarif moda
42
angkutan umum massal sebesar 49,9%. Berdasarkan Perda Bogor Nomor 3 Tahun
2013 pasal 121 tentang Tarif Angkutan, penetapan tarif angkutan kelas ekonomi
dilakukan oleh Walikota dengan tata cara perhitungan besarnya tarif ditentukan
berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Gambar 22 Kondisi jalur pedestrian dan jalur sepeda di Jalan Kapten Muslihat
(kiri) dan Jalan Nyi Raja Permas (kanan)
Peningkatan kenyamanan dan keamanan kedua jalur dapat dilakukan
dengan memperhatikan kebutuhan dari tiap pengguna. Jalur pedestrian harus
memiliki kontinuitas antar jalur pedestrian dan dilengkapi dengan fasilitas-
fasilitas pendukung seperti rambu, lampu penerangan, lapak tunggu (shelter),
pagar pembatas, marka jalan, dan pelindung/peneduh. Selain itu, jalur pedestrian
43
Gambar 23 Berbagai model moda angkutan umum massal berbasis rel; monorel
(kiri), aeromovel (tengah), dan tram (kanan)
Sumber: google.com
Dalam program Bogor Transportation Program (B-TOP) yang dilakukan
pemerintah, sudah terdapat perencanaan pengembangan moda angkutan umum
44
massal di Kota Bogor. Dalam program tersebut, Pemkot Bogor telah membuat
rencana pembangunan moda angkutan umum massal berbasis rel (Light Rail
Transit), yang dapat dimungkinkan implementasinya di Kota Bogor seperti
monorel, aeromovel, atau tram (Gambar 23). Namun, sampai saat ini belum
terlihat penerapannya. Dalam merencanakan pembangunan moda angkutan umum
massal berbasis rel, model angkutan perlu disesuaikan dengan ketersediaan lahan
yang ada.
Transportasi BTS Trans Pakuan saat ini Terdapat moda angkutan umum 2
bermotor saat memiliki 3 koridor trayek dengan massal berbasis jalan maupun rel
ini (motorized jumlah halte pemberhentian yang melayani rute dalam kota
transportation sebanyak 89 halte yang tersebar dan memiliki tempat
by current di seluruh rute trayek. BTS Trans pemberhentian khusus. Untuk
means) Pakuan masih berbasis jalan dan moda angkutan umum massal
bersatu dengan jalur kendaraan berbasis jalan, telah memiliki
lainnya (mixed traffic). Menurut jalur khusus yang terpisah
persepsi masyarakat, performa dengan jalur kendaraan lainnya
moda angkutan umum massal dengan pembatas berupa hard
yang ada saat ini tergolong cukup barriers. Performa moda
baik, dengan persentase tingkat angkutan umum massal yang
kenyamanan pengguna sebesar ada sangat baik dalam
43,7% dan tingkat keamanan mengakomodasi penggunanya,
sebesar 45,3%. Dalam program dengan persentase tingkat
Bogor Transportation Program kenyamanan maupun keamanan
(B-TOP), sudah ada rencana menurut penggunanya adalah
pembangunan moda angkutan sebanyak > 75%.
umum massal berbasis rel, namun
saat ini belum ada penerapannya.
48
bike path (jalur sepeda terpisah sepenuhnya dari jalan raya dan sering dipadukan
dengan fasilitas pejalan kaki), bike lane (bagian dari jalan yang ditandai dengan
marka untuk pengguna sepeda dan biasanya searah dengan arus lajur bermotor),
dan bike route (desain yang digunakan bersama antara lalu lintas bermotor dengan
sepeda). Berikut adalah gambar referensi desain jalur sepeda yang dapat
diterapkan di Kota Bogor (Gambar 26).
Gambar 26 Tipe jalur sepeda; bike path (kiri), bike lane (tengah), dan bike route
(kanan)
Sumber: Kementerian Pekerjaan Umum, 2013
Dalam melakukan pengembangan sistem transportasi berbasis green
transportation, para penyandang cacat juga termasuk pengguna yang tingkat
kenyamanan maupun keamanannya dalam bidang transportasi perlu diperhatikan.
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mendesain jalur untuk
penyandang cacat, yaitu pengurangan atau penyisihan jalur pedestrian dari segala
hal yang dapat membatasi/menghalangi gerak para disable, perhitungan ukuran
ruang gerak pada jalur pedestrian, dan penyediaan tempat-tempat maupun area
peristirahatan (ADA, 1994). Penyediaan fasilitas untuk kaum disable dapat
dilakukan dengan penggunaan ramp, pavement khusus, dan handrails pada jalur
pedestrian, serta penyediaan ramp maupun bangku prioritas pada moda angkutan
umum massal.
Peningkatan keintegrasian fasilitas transportasi aktif
Keintegrasian tiap fasilitas pedestrian, sepeda, dan moda angkutan umum
massal perlu ditingkatkan agar perpindahan moda dapat dilakukan secara efektif
dan efisien. Konektivitas setiap jalur, khususnya jalur sepeda perlu ditingkatkan
kembali, khususnya jalur sepeda yang dalam rencana pengembangannya hanya
terdapat pada jalan-jalan sekitaran Kebun Raya Bogor. Setiap jalur, baik jalur
pedestrian maupun jalur sepeda, sebaiknya tersebar di ruas-ruas jalan kota,
khususnya jalan utama, agar dapat mengakomodasi penggunanya secara
menyeluruh. Jalur yang terkoneksi di setiap ruas jalan kota dapat meningkatkan
kenyamanan serta keamanan bagi penggunanya.
Selain halte yang terkoneksi dengan jalur pedestrian, keintegrasian dapat
pula ditingkatkan dengan penyediaan rak sepeda pada halte maupun moda
angkutan umum massal yang ada, yang dapat diterapkan seperti pada contoh
(Gambar 27). Keintegrasian antar moda angkutan umum massal pun perlu
ditingkatkan. Beberapa prinsip yang dapat dijadikan acuan dalam merencanakan
pelayanan transportasi publik yang terintegrasi ada 5, yaitu menyediakan suatu
pengalaman positif kepada pengguna, mempertimbangkan peraturan pemerintah,
mengembangkan suatu jaringan transportasi publik yang terintegrasi,
52
PENUTUP
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
[ADA] Americans With Disabilities Act. 1994. Americans With Disability Act
Accessibility Guidelines for Buildings and Facilities Transportation
Vehicles. Washington DC (US): United States Access Board.
[Bappeda] Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah. 2015. Bogor
Transportation Program (B-TOP). Bogor (ID): Badan Perencanaan dan
Pembangunan Daerah Kota Bogor.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Bogor dalam Angka 2013. Bogor (ID): Badan
Pusat Statistik Kota Bogor.
[CST] Centre for Sustainable Transportation. 2002. Definition and Vision for
Sustainable Transportation [internet]. Diunduh pada 12 Oktober 2015.
Tersedia dalam www.cst.uwinnipeg.ca.
[DLLAJ] Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. 2013. Profil & Direktori Dinas
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan “Bogor Towards Sustainable Urban
Transportation”. Bogor (ID): Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Kota
Bogor.
[DPU] Departemen Pekerjaan Umum. 1999. Pedoman Perencanaan Jalur Pejalan
Kaki pada Jalan Umum [internet]. Diunduh pada 28 November 2015.
Tersedia dalam www.pu.go.id.
[KEMEN PU] Kementerian Pekerjaan Umum. 2011. Program Pengembangan
Kota Hijau (P2KH). Jakarta (ID): Kementerian Pekerjaan Umum Direktorat
Jenderal Penataan Ruang.
[KEMEN PU] Kementerian Pekerjaan Umum. 2013. Panduan Kota Hijau di
Indonesia. Jakarta (ID): Kementerian Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal
Penataan Ruang.
[NACTO] National Association of City Transportation Officials. 2011. Urban
Bikeway Design Guide [internet]. Diunduh pada 27 November 2015.
Tersedia dalam www.nacto.org.
[NSW] New South Wales Government. 2013. Integrated Public Transport
Service Planning Guidelines [internet]. Diunduh pada 9 November 2015.
Tersedia dalam www.transport.nsw.gov.au.
[ODOT] The Oregon Department of Transportation. 2003. Design Guidelines for
Public Transportation [internet]. Diunduh pada 9 November 2015. Tersedia
dalam www.oregon.gov/odot.
[VTA] Santa Clara Valley Transportation Authority. 2012. Bicycle Technical
Guidelines [internet]. Diunduh pada 28 November 2015. Tersedia dalam
www.vta.org.
Bintarto R. 1982. Interaksi Desa Kota dan Permasalahannya. Jakarta: Ghalia.
Desdyanza NA. 2014. Evaluasi Penerapan Konsep Kota Hijau di Kota Bogor
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
55
Ernawi IS. 2012. Gerakan Kota Hijau: Merespon Perubahan Iklim dan Pelestarian
Lingkungan. Buletin Online Tata Ruang. Edisi 2:4-7.
Ewing R. 1997. Transport and land Use Innovations. Chicago: American
Planning Association.
Hatt PK, AJ Reiss Jr. 1959. Cities and Society. Illinois: The Free Press, Glencoe.
Miro F. 2012. Pengantar Sistem Transportasi. Jakarta: Erlangga.
Newman and Kenworthy. 1999. Sustainability and Cities: Overcoming
Automobile Dependence. Washington DC: Island Press.
Parasuraman A, Zeithaml VA, Berry LL. 1985. A Conceptual Model of Service
Quality and Its Implications for Future Research. Journal of Marketing,
Fall. pp. 41-50.
Putra R. 2011. Permasalahan Transportasi Darat Indonesia dan Alternatif
Penanganannya. Vol.2. Bandung.
Rapoport A. 1985. Asal-usul Kebudayaan Permukiman. Pengantar Sejarah
Perencanaan Perkotaan. Bandung. Hal. 22.
Richardson HW, dkk. 2000. Compact Cities in Developing Countries: Assesment
and Implications. London: Spon Press.
Widiantono D. 2009. Green Transport: Upaya Mewujudkan Transportasi yang
Ramah Lingkungan. Buletin Online tata ruang. ISSN 1978-1571.
56
KUESIONER PENELITIAN
Dengan hormat,
Saya Farah Dita, mahasiswa S1 Departemen Arsitektur Lanskap,
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, sedang mengadakan penelitian
mengenai IDENTIFIKASI PENERAPAN GREEN TRANSPORTATION
UNTUK MEWUJUDKAN GREEN CITY DI KOTA BOGOR di bawah
bimbingan Dr. Ir. Alinda FM Zain, M.Si. Dalam rangka memenuhi syarat untuk
menyelesaikan program sarjana (S1) ini, diperlukan kesediaan
Bapak/Ibu/Saudara/Saudari untuk mengisi kuesioner ini.
Semua data hasil kuesioner yang diperoleh akan digunakan untuk tujuan
akademis. Kami akan menjamin kerahasiaan data yang
Bapak/Ibu/Saudara/Saudari berikan sesuai dengan kode etik. Oleh karena itu,
pengisian kuesioner diharapkan dapat dilakukan seobjektif mungkin tanpa ada
paksaan dari pihak manapun.
Atas kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/Saudari untuk mengisi kuesioner ini,
Saya ucapkan terima kasih.
IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama :
2. Alamat :
3. Jenis kelamin :
4. Usia :
5. Pendidikan terakhir :
6. Pekerjaan :
Skala Penilaian
Pernyataan Alasan (mohon diisi)
ST TS CS S SS
Jalur sepeda di Bogor sudah
memberikan rasa nyaman
bagi pesepeda (jalur
pedestrian ternaungi,
drainase baik, jalan tidak
berlubang)
Jalur sepeda di Bogor sudah
memberikan rasa aman bagi
pesepeda (terdapat pembatas
yang memisahkan pengguna
kendaraan dengan sepeda,
tidak gelap ketika malam
hari)
58
Tersedia fasilitas
pendukung jalur sepeda di
sepanjang jalur (terdapat
shelter, tempat sampah,
dsb)
Jalur sepeda sudah
mengakomodasi pengguna
dengan baik (lebar jalur
dapat mengakomodasi
pengguna dengan baik,
tidak ada kontak antar
pengguna sepeda pejalan
kaki, ataupun kendaraan
lainnya)
Jalur sepeda sudah
terintegrasi dengan moda
angkutan umum massal
lainnya (BTS Trans
Pakuan)
Skala Penilaian
Pernyataan Alasan (mohon diisi)
ST TS CS S SS
~ TERIMA KASIH ~
59
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta, pada tanggal 5 September 1993. Penulis
merupakan anak kedua dari dua bersaudara, dari pasangan Harjono dan
Lismanawati. Penulis memulai pendidikan formal pada tahun 1998 di TK Putra
Indonesia Tangerang Selatan. Pada tahun 1999, penulis melanjutkan pendidikan
di SDN Serua 6 Tangerang Selatan. Pada tahun 2005, penulis melanjutkan
pendidikan di SMPN 2 Ciputat dan tahun 2008 melanjutkan pendidikan di SMAN
1 Kota Tangerang Selatan. Pada tahun 2011, penulis menamatkan pendidikan
SMA dan pada tahun yang sama, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor
(IPB) pada program mayor Arsitektur Lanskap di Departemen Arsitektur
Lanskap, Fakultas Pertanian melalui jalur masuk Ujian Talenta Mandiri (UTM)
Institut Pertanian Bogor. Semasa kuliah, penulis pernah menjadi asisten
praktikum pada mata kuliah Lanskap Kota dan Wilayah pada Tahun 2015, dan
mata kuliah Analisis Tapak pada tahun yang sama.