Anda di halaman 1dari 47

HUKUM PENATAAN RUANG

Dr. D. Krismantoro,S.H., M.Hum.


Alasan mengapa hukum Penataan
ruang diperlukan:
1. Ruang tetap, sedangkan kebutuhan terus
bertambah.
2. Kebutuhan akan ruang bertambah 
timbul konflik, sengketa, benturan
kepentingan satu pihak dgn pihak lain
3. Adanya kebutuhan Masyarakat akan
kepastian dapat menempati ruang
4. Adanya kesenjangan antara orang yang
memiliki akses ruang dengan yang terbatas
akses pada ruang
Persoalan Tata Ruang (Kota) di
Indonesia
1. Indonesia tidak punya perencanaan yang
terintegrasi khususnya pembangunan
perkotaan.
2. Inkonsistensi dalam melaksanakan
peraturan yang ada.
3. Lemahnya Pemerintah dalam
mengantisipasi persoalan-persoalan di
masa yang akan datang.
Perencanaan Ruang (Spatial Planning) di Belanda

 Dilakukan oleh National Spatial Planning Agency

 Dengan membuat perencanaan ruang yang menarik, enak


ditinggali dan menciptakan masyarakat yang sejahtera.

 Badan tersebut menciptakan kriteria penataan ruang sebagai


berikut:
1) Adanya perbedaan spasial antara kota dan desa, damai dan
tenang
2) Adanya keterkaitan ekonomi dan spasial: sehingga perumahan,
pekerjaan dan mobilitas harus terkait satu sama lain
3) Adanya ruang untuk berbagai kegiatan budaya dan rekreasi yang
berbeda
4) Menghilangkan ketimpangan antara kelompok-kelompok sosial
atau daerah keberlanjutan
5) aspek daya tarik dan aspek dimensi manusia
Sejarah Pengaturan Tata Ruang Di
Indonesia
 Di awali di kota Jayakarta (kemudian menjadi
Batavia) yang dikuasai oleh Belanda pada awal
abad ke-7.

 Peraturan pertama adalah De Statuen Van 1642


yang dikeluarkan oleh VOC khusus untuk Kota
Batavia.

 Peraturan ini tidak hanya membangun pengaturan


jalan, jembatan dan bangunan lainnya, tetapi juga
merumuskan wewenang dan tanggung jawab
pemerintah kota
 Th 1903  Pemerintah Hindia Belanda menerbitkan
Undang-Undang Desentralisasi (Desentralisatie
Wet 1903)

 Mengatur pembentukan Pemerintah Kota dan


Daerah yang memberikan hak kepada kota-kota
untuk mempunyai pemerintahan, administrasi dan
keuangan kota sendiri.
Tugas pemerintahan kota  Pembangunan dan
pemeliharaan jalan dan saluran air, pemeriksaan
bangunan dan perumahan, perbaikan perumahan dan
perluasan kota

 Berdasarkan UU ini dibentuklah pemerintahan


otonom yang disebut Gemeente, baik di Jawa
maupun di luar Jawa.
Lanjutan............

 Tahun 1905 diterbitkan Localen-Raden


Ordonantie (Ordonansi Dewan Lokal)
 Stb 1905/191 Tahun 1905

Isinya ttg Pemberian wewenang pada


pemerintahan kota untuk menentukan
prasyarat persoalan pembangunan kota.
 Th 1926  Keluar Bijblad  Peraturan dasar kegiatan
perencanaan kota sebelum perang kemerdekaan.

 Th 1933,  Kongres Desentralisasi di Indonesia meminta


pemerintahan Hindia Belanda untuk memusatkan persiapan
peraturan perencanaan kota tingkat pusat.

 Th 1934  Dibentuklah Panitia Perencanaan Kota untuk


menyiapkan peraturan perencanaan kota sebagai pengganti
Bijblad.

 Th 1939  Pemerintah Hindia Belanda menyusun RUU


Perencanaan Wilayah perkotaan di Jawa yang berisikan
persyaratan untuk mengatur kawasan-kawasan perumahan,
transportasi, tempat kerja dan rekreasi.

 Masuknya Jepang ke Indonesia  RUU Perencanaan Wilayah


Perkotaan di ditunda.
Lanjutan............
 Th 1948  RUU tsb disahkan dengan nama
Stadsvorming Ordonantie, Stb 1948/168 (SVO,
atau Ordonansi Pembentukan Kota), dengan
peraturan pelaksanaanya yaitu
Stadsvormingverordening, Stb 1949/40 (SVV
atau Peraturan Pembentukan Kota).

 SVO dan SVV diterbitkan  untuk mempercepat


pembangunan kembali wilayah yang hancur akibat
perang dan awalnya diperuntukan bagi 15 kota,
yakni Batavia, Tegal, Pekalongan, Semarang, Salatiga,
Surabaya, Malang, Padang, Palembang, Banjarmasin,
Cilacap, Tanggerang, Bekasi, Kebayoran dan Pasar
Minggu.
Lanjutan................

 Pesatnya perkembangan kota menyebabkan SVO


tidak sesuai lagi untuk mengatur penataan ruang
di Indonesia karena hanya diperuntukan bagi 15
kota,

 Ordonansi ini hanya menciptakan dan mengatur


kawasan-kawasan elit serta tidak mampu
mengikuti perkembangan yang ada.

 Th 1970  Pemerintah Indonesia mengajukan


RUU Bina Kota yang dipersiapkan oleh
Departemen PUTL.
Lanjutan.............
 Setelah melalui proses yang panjang 
Terbit UU No. 24 Th1992 tentang Penataan
Ruang,.

 Adanya perubahan terhadap Paradigma


otonomi daerah melalui ketentuan
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah  maka UU
No. 24 Th 1992 tentang Penataan Ruang
diganti dengan UU No.26 Th 2007 tentang
Penataan Ruang.
 Ada 3 Issu utama dalam
Penyelenggaraan Penataan Ruang
di Indonesia 

1. Konflik antar-sektor dan antar-wilayah

2. Degradasi lingkungan akibat penyimpangan


tata ruang, baik di darat, laut dan udara

3. Dukungan terhadap pengembangan


wilayah belum optimal, terutama di kawasan
Strategis Nasional
Pelanggaran Tata Ruang Berakibat Bencana
 Tanpa memperhatikan Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional (RTRWN), Rencana Tata
Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) dan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
/Kota (RTRWK), adalah salah satu sumber
terjadinya bencana.
 Akibatnya 
Banjir,
 tanah longsor, serta penurunan kualitas
lingkungan, kepadatan penduduk terutama
di perkotaan, pelanggaran sempadan
sungai, ruang terbuka hijau (RTH), alih
fungsi lahan pertanian menjadi
permukiman serta pembalakan yang tidak
terkendali.
Akibat kesalahan tata ruang
1. Banjir

2. Tanah Longsor
3. Penurunan Kualitas Lingkungan

4. Kepadatan Penduduk di Perkotaan


5. Pelanggaran Sempadan Sungai

6. Rung Terbuka Hijau (RTH)


7. Alih Fungsi
Lahan

8. Pembalakan Hutan
UU 26 Th 207 ttg PENATAAN
RUANG

 Psl 1 UUPR

 Ruang 

Meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang


udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai
satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan
makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan
memelihara kelangsungan hidupnya.
Tata Ruang 

 Wujud struktur ruang dan pola ruang

 Struktur ruang  Susunan pusat-pusat


permukiman dan sistem jaringan prasarana dan
sarana sebagai pendukung kegiatan sosial
ekonomi masyarakat yang secara hierarkis
memiliki hubungan fungsional.

 Polaruang  Distribusi peruntukan ruang


peruntukan ruang untuk Fungsi Lindung dan
peruntukan ruang untuk Fungsi Budi Daya.
 Penataan ruang  Proses perencanaan
tata ruang, pemanfaatan ruang, dan
pengendalian pemanfaatan ruang.

 Penyelenggaraan penataan ruang 


Kegiatan yang meliputi pengaturan,
pembinaan, pelaksanaan,dan pengawasan
penataan ruang.
Tujuan Penyelenggaraan Penataan Ruang
(Psl 3 UUPR)
 Terwujudnya keharmonisan antara
lingkungan alam dan buatan;

 Terwujudnya keterpaduan dalam


penggunaan SDA dan SDB dengan
memperhatikan SDM;

 Terwujudnya pelindungan Fungsi Ruang dan


pencegahan dampak negatif terhadap
lingkungan akibat pemanfaatan ruang.
Klasifikasi dalam Penataan Ruang
(Psl 4 UUPR)
 Penataan ruang berdasarkan sistem 
Sistem wilayah dan sistem internal perkotaan.

 Penataan ruang berdasarkan fungsi


utama kawasan  Kawasan lindung dan
kawasan budi daya.

 Penataan ruang berdasarkan wilayah


administratif  Penataan ruang wilayah
nasional, Provinsi, Kabupaten / Kota.
Lanjutan.............

 Penataan ruang berdasarkan


kegiatan kawasan  Penataan ruang
kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan.

 Penataan ruang berdasarkan nilai


strategis kawasan  Kawasan strategis
Nasional, Provinsi, dan Kabupaten/Kota
Tugas dan Wewenang Penyelenggaraan
Penataan Ruang (Psl 7 & Psl 8)
 Tugas  Negara  Kewenangan:
- Pemerintah
- Pemerintah daerah.

 Penyelenggaraan penataan ruang


dilakukan dengan tetap menghormati
hak yang dimiliki orang  Psl 7 ayat (3)
Lanjutan.........

 Wewenang Penyelenggaraan Penataan


Ruang 

Sesuai tingkatan:
- Nasional  PP
- Provinsi  Perda Prov.
- Kabupaten/Kota  Perda K/K

 Rencana Rinci Tata Ruang  Peraturan


Presiden
Muatan RTR mencakup 

 Rencana Struktur Ruang 


Meliputi rencana sistem pusat permukiman dan
rencana sistem jaringan prasarana.

 Rencana Pola Ruang 


Meliputi peruntukan kawasan lindung dan
kawasan budi daya.

Untuk pelestarian LH  kawasan hutan paling sedikit


30 (tiga puluh) persen dari luas daerah aliran sungai.
Kawasan Strategis 
Penetapan kawasan strategis nasional
dilakukan berdasarkan kepentingan:

1. Pertahanan dan keamanan;

2. Pertumbuhan ekonomi;

3. Sosial dan budaya;

4. Pendayagunaan sumber daya alam dan/


atau teknologi tinggi; atau

5. Fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.


Lanjutan.........

Penentuan Kaw Strategis diatur dalam 

1. PP No. 26 Th 2008 ttg RTRW Nasional


2. PP No. 15 Th 2010 ttg Penyelenggaraan Penataan
Ruang
3. PMATR/ KBPN No. 37 Th 2016 ttg Pedoman
Penyusunan RTRKStrategis Prov dan RTRK Strategis
Kabupaten
4. Permen PU Nomor 15 / PRT / M / 2012
20/PRT/M/2011 tentang Pedoman Penyusunan RTR
KSN
5. Permen PU No. 17 /PRT/M/2009 ttg
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah
Kota.
Kawasan Strategis Nasional
Kawasan Strategis Provinsi DIY
Kawasan Strategis Kota Yogyakarta
Pelaksanaan Penataan Ruang
(Psl 14 UUPR)
1. Perencanaan Tata Ruang
menghasilkan

a. Rencana umum tata ruang


 Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;
 rencana tata ruang wilayah provinsi;
 rencana tata ruang wilayah kabupaten /
kota

b. Rencana rinci tata ruang


Lanjutan..............

 Rencana rinci tata ruang


(RRTR) terdiri:
a. RTR Pulau/ Kepulauan dan RTR
K Strategis N serta RTR K
Strategis Prov.

b. RDTR Kab/ Kot dan RTR KS


Kab/Kot.
Lanjutan.............

 RRTR  Perangkat operasional


RTR
 RRTR  Disusun jika RTR belum dapat dijadikan
dasar pemanfaatan ruang dan pengendalian
pemanfaatan ruang; dan/atau

 RTR mencakup wilayah perencanaan yang luas dan


skala peta dalam RTR memerlukan perincian
sebelum dioperasionalkan.

 RDTR  Jadi dasar bagi penyusunan


Peraturan Zonasi.
Tinjauan kembali Rencana Tata Ruang
(Psl 16 UUPR)

 RTR dapat ditinjau kembali setiap 5 th


sekali dgn rekomendasi berupa:

a. RTR yang ada dapat tetap berlaku sesuai


dengan masa berlakunya; atau
b. RTR yang ada perlu direvisi.

 RTR berlaku untuk 20 th ke depan


Perencanaan Tata Ruang Wilayah Kota
(Psl 28 UUPR)
 Ketentuan RTR Kabupaten berlaku
mutatis mutandis untuk RTR Kota,
dengan penambahan:

1. Rencana penyediaan dan pemanfaatan Ruang


Terbuka Hijau (RTH)
2. Rencana penyediaan dan pemanfaatan RTH
Non Hijau
3. Rencana penyediaan dan pemanfaatan
prasarana dan sarana jaringan untuk
menjalankan fungsi kota sebagai pusat
pelayanan dan pusat pertumbuhan wilayah
Lanjutan..........
 RTH  Proporsi RTH wilayah kota paling
sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luas
wilayah kota

 RTH ada 2 macam:

1. RTH Publik  Proporsinya paling sedikit 20


(dua puluh) persen dari luas wilayah kota.

2. RTH Privat  Milik institusi tertentu atau


perseorangan yang pemanfaatannya untuk
kalangan terbatas seperti halaman rumah.
Contoh RTH Publik
Contoh RTH Privat
BENTUK DAN TATA CARA PERAN MASYARAKAT
DALAM PENATAAN RUANG
(PP NO. 68 TH 2010 )

Bentuk peran masyarakat  Kegiatan/


aktivitas yang dilakukan masyarakat
dalam perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang, dan pengendalian
pemanfaatan ruang.
 Tujuan pengaturan 

1. menjamin terlaksananya hak dan kewajiban


masyarakat di bidang penataan ruang;
2. mendorong peran masyarakat dalam
penataan ruang;
3. menciptakan masyarakat ikut bertanggung
jawab dalam penataan ruang;
4. mewujudkan pelaksanaan penataan ruang
yang transparan, efektif, akuntabel, dan
berkualitas; dan
5. meningkatkan kualitas pelayanan dan
pengambilan kebijakan penataan ruang.
Peran masyarakat dalam penataan
ruang dilakukan pada tahap:
1. Bentuk peran masyarakat dalam
perencanaan tata ruang berupa masukan
mengenai:
a. persiapan penyusunan rencana tata ruang;
b. penentuan arah pengembangan wilayah;
c. pengidentifikasian potensi dan masalah
pembangunan wilayah atau kawasan;
d. perumusan konsepsi rencana tata ruang;
e. penetapan rencana tata ruang.

Juga kerja sama dengan Pemerintah Pusat / Daerah,


atau sesama unsur masyarakat dalam
perencanaan tata ruang
2. Bentuk peran masyarakat dalam
pemanfaatan ruang dapat berupa:

a. masukan mengenai kebijakan pemanfaatan


ruang;
b. kerja sama dengan Pemerintah Pusat /
Daerah, dan sesama unsur masyarakat
dalam pemanfaatan ruang;
c. kegiatan memanfaatkan ruang sesuai
dengan kearifan lokal dan rencana tata
ruang yang telah ditetapkan;
Lanjutan............

d. peningkatan efisiensi, efektivitas, dan


keserasian dalam pemanfaatan ruang darat,
ruang laut, ruang udara, dan ruang di
dalam bumi dengan memperhatikan
kearifan lokal;
e. kegiatan menjaga kepentingan Hankam dan
meningkatkan kelestarian lingkungan
hidup dan sumber daya alam;
f. Kegiatan investasi dalam pemanfaatan ruang
Bentuk peran masyarakat dalam pengendalian
pemanfaatan ruang dapat berupa:

a. masukan terkait peraturan zonasi, perizinan,


pemberian insentif dan disinsentif serta
pengenaan sanksi;
b. kikutsertaan dalam memantau dan mengawasi
pelaksanaan rencana tata ruang yang ditetapkan;
c. pelaporan kepada instansi yang berwenang jika
menemukan pelanggaran pemanfaatan ruang
yang telah ditetapkan;
d. pengajuan keberatan terhadap pembangunan
yang dianggap tidak sesuai dengan rencana tata
ruang.

Anda mungkin juga menyukai