Anda di halaman 1dari 16

TUGAS HP Geospasial

“Tugas Ke-6”

Nama : Riska Ayu Safitri

NIM : 15120003

Kelas : 01

Mata Kuliah GD2205


Program Studi Teknik Geodesi dan Geomatika
Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian
Institut Teknologi Bandung
Tahun Ajaran 2021/2022
PENANGGULANGAN BENCANA

Alenia ke IV Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945


mengamanatkan bahwa Pemerintah Negara Republi Indonesia melindungi segenap bangsa dan
seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, kedamaian
abadi dan keadilan sosial, Sebagai Implementasi dari amanat tersebut dilaksanakan
pembangunan nasional yang bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan sejahtera yang
senantiasa memperhatikan hak atas penghidupan dan perlindungan bagi setiap warga negaranya
dalam kerangka negara kesatuan Republik Indonesia. Negara kesatuan Republik Indonesia
memiliki wilayah yang luas dan terletak digaris katulistiwa pada posisi silang antara dua benua
dan dua samudra dengan kondisi alam yang memiliki berbagai keunggulan, namun dipihak lain
posisinya berada dalam wilayah yang memiliki kondisi geografis, geologis, hidrologis, dan
demografis yang rawan terhadap terjadinya bencana dengan frekwensi yang cukup tinggi,
sehingga memerlukan penanganan yang sistematis, terpadu, dan terkoordinasi.

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 yang dimaksud dengan bencana adalah
peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam
maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Bencana dibagi menjadi tiga jenis
yaitu:

1. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa
yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus,
banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah langsor.
2. Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian
peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi,
dan wabah penyakit.
3. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok atau
antarkomunitas masyarakat, dan teror.

Penanggulangan Bencana merupakan salah satu bagian dari pembangunan nasional yaitu
serangkaian kegiatan Penanggulangan Bencana sebelum, pada saat maupun sesudah terjadinya
bencana. Selama ini masih dirasakan adanya kelemahan baik dalam pelaksanaan Penaggulangan
Bencana maupun yang terkait dengan landasan hukumnya. Karena belum ada Undang-undang
yang secara khusus menangani bencana.

Menurut Undang-Undang Nomor 24 tahun 2007 Pasal 2,penanggulangan bencana itu


berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Dalam Pasal 3 dijabarkan asas-asas dalam penanggulangan bencana yaitu kemanusiaan,
keadilan, kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan, keseimbangan, keselarasan,
dan keserasian, ketertiban dan kepastian hukum, kebersamaan, kelestarian lingkungan hidup,
dan ilmu pengetahuan dan teknologi. Penanggulangan bencana bertujuan untuk:

a. memberikan pelindungan kepada masyarakat dari ancaman bencana;


b. menyelaraskan peraturan perundang-undangan yang sudah ada;
c. menjamin terselenggaranya penanggulangan bencana secara terencana, terpadu,
terkoordinasi, dan menyeluruh;
d. menghargai budaya lokal;
e. membangun partisipasi dan kemitraan publik serta swasta;
f. mendorong semangat gotong royong, kesetiakawanan, dan kedermawanan; dan
g. menciptakan perdamaian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Lembaga yang menaungi mengenai penganggulangan bencana adlaah Badan Nasional


Penanggulangan Bencana, dimana lembaga ini merupakan lembaga pemerintah nondeprtemen
setingkat menteri. Sesuai dengan BAB IV mengenai kelembagaan ini, BNPB terdiri atas unsru
pengarah penganggulangan bencana dan pelaksana penanggulangan bencana. BNBP sendiri
memiliki. Sebagaimana yang dimaksud dengan Pasal 33, Penyelenggaraan penanggulangan
bencana terdiri atas 3 (tiga) tahap meliputi:

a. prabencana
 dalam situasi tidak terjadi bencana
a. perencanaan penanggulangan bencana
b. pengurangan risiko bencana
c. pencegahan
d. pemaduan dalam perencanaan pembangunan
e. persyaratan analisis risiko bencana
f. penegakan rencana tata ruang
g. pendidikan dan pelatihan
h. persyaratan standar teknis penanggulangan bencana.
 dalam situasi terdapat potensi terjadinya bencana
a. kesiapsiagaan
Dalam hal ini yang berkaitan dengan peranan informasi dan teknologi spasial
adalah penyiapan lokasi evakuasi, penyusunan data akurat, informasi, dan
pemutakhiran prosedur tetap tanggap darurat bencana
b. peringatan dini
Dalam hal ini yang berkaitan dengan peranan informasi dan teknologi spasial
adalah
a. pengamatan gejala bencana
b. analisis hasil pengamatan gejala bencana
c. pengambilan keputusan oleh pihak yang berwenang
d. penyebarluasan informasi tentang peringatan bencana
e. pengambilan tindakan oleh masyarakat
c. mitigasi bencana.
Dalam hal ini yang berkaitan dengan peranan informasi dan teknologi spasial
adalah pelaksanaan penataan tata ruang, pengaturan pembangunan,
pembangunan infrastruktur, dan tata bangunan.
b. saat tanggap darurat
a. pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, dan sumber daya
a. cakupan lokasi bencana
b. jumlah korban
c. kerusakan prasarana dan sarana
d. gangguan terhadap fungsi pelayanan umum serta pemerintahan
e. kemampuan sumber daya alam maupun buatan.
b. penentuan status keadaan darurat bencana
c. penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana
c. pascabencana.
Pascabencana meliputi rehabilitasi dan rekonstruksi tetapi dalam kaitannya dengan
peranan informasi dan teknologi spasial adalah rekonstruksi. Rekonstruksi sebagaimana
yang dimaksud meliputi:
a. pembangunan kembali prasarana dan sarana;
b. pembangunan kembali sarana sosial masyarakat;
c. pembangkitan kembali kehidupan sosial budaya masyarakat;
d. penerapan rancang bangun yang tepat dan penggunaan peralatan yang lebih baik dan
tahan bencana;
e. partisipasi dan peran serta lembaga dan organisasi kemasyarakatan, dunia usaha, dan
masyarakat;
f. peningkatan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya;
g. peningkatan fungsi pelayanan publik; dan
h. peningkatan pelayanan utama dalam masyarakat

ULASAN
Pada perkembangan zaman sekarang memang hal yang paling dibutuhkan adalah informasi yang
akurat. Melalui informasi yang akurat tentu akan mempermudah dalam pengambilan keputusan
yang tepat terhadap suatu permasalahan. Begitu juga dengan informasi mengenai pemetaan dari
tiap-tiap wilayah akan memberikan manfaat kepada setiap orang, instansi dan pemerintah.

Pertambahan penduduk yang luar biasa dan pembangunan dimana-mana akan mengganggu
keseimbangan kehidupan terutama lingkungan. Sehingga dibutuhkan informasi yang tepat
mengenai tiap-tiap lokasi dengan keadaan yang berbeda-beda untuk mempermudah dalam
melakukan aktiviatas. Contohnya adalah mempermudah mendapatkan informasi lokasi yang
tepat, pemilihan lokasi yang tepat, dll. Salah satu solusi yang tepat untuk mengetahui kondisi
lingkungan adalah dengan menggunakan metode geospasial. Apa itu Geospasial?

Berdasarkan undang undang nomor 4 tahun 2011 tentang informasi geospasial pasal 1-4
menerangkan, spasial adalah aspek keruangan suatu objek atau kejadian yang mencakup lokasi,
letak, dan posisinya. Geospasial atau ruang kebumian adalah aspek keruangan yang
menunjukkan lokasi, letak, dan posisi suatu objek atau kejadian yang berada di bawah, pada, atau
di atas permukaan bumi yang dinyatakan dalam sistem koordinat tertentu. Koordinat ini yang
akan mempermudah dalam penentuan lokasi secara spesifik.

Perlu diketahui bahwa di Indonesia Badan pemerintah yang menangani informasi geospasial ini
adalah BIG (Badan Informasi Geospasial). Badan ini yang akan menyediakan informasi kepada
pemerintah dalam masyarakat dalam hal pengambilan strategi untuk pembangunan nasional.
Memang Hampir seluruh kegiatan pemerintah berhubungan dengan elemen geospasial ini. Tugas
utama dari badan ini adalah mengkoordinasikan dan melaksanakan kegiatan survei pemetaan
untuk menghasilkan peta. Pada perkembangan zaman saat ini, tugas BIG semakin bertambah
yaitu membangun Informasi Geospasial yang dapat dipertanggungjawabkan dan mudah diakses,
menjadi regulator, eksekutor, koordinator pembangunan nasional.

Ketersediaan informasi geospasial yang akurat akan memberikan keputusan yang tepat, efisien,
efektif dan komunikatif. Untuk mendapat informasi yang tepat maka dibutuhkan data-data yang
akurat. Jenis data geospasial yang sering ditemukan diantaranya, garis pantai hipsografi perairan,
nama rupa bumi, batas wilayah, transportasi, fasilitas umum serta penutup lahan.
Namun mirisnya, meskipun peran informasi geospasial sangat penting, pembaruan sistem ini
dilakukan 2 tahun sekali. Selain itu, masalah tenaga teknik yang kini semakin berkurang baik di
pusat maupun dilapangan sendiri semakin sedikit. Negara Indonesia khususnya, sumber daya
manusia yang menangani proses pemetaan sudah semakin berkurang.

Pada tingkat provinsi hanya terdapat 4-5 orang SDM untuk memetakan keadaan lingkungan
dengan model geospasial. Untuk keadaan lingkungan yang pada saat ini mengalami kondisi
drastis berubah, dibutuhkan sumber daya manusia atau tenaga teknik yang lebih. Kini yang
dibutuhkan adalah tenaga di kabupaten/kota karena sekarang Indonesia membutuhkan pemetaan
skala 1:50000 dan untuk tingkat desa dibutuhkan skala 1:5000.

Jika semua pemetaan wilayah dilakukan dengan baik maka masalah lingkungan bahkan masalah
ekonomi, sosial, budaya, politik, tata ruang akan terselesaikan dengan baik. Pada tulisan ini kita
tidak membahas mengenai jumlah SDM yang tepat pada tiap lokasi melainkan membahas peran
penting dari geospasial ini.

Hal yang tentu penting selanjutnya adalah Kebijakan Satu Peta (KSP), yang merupakan solusi
sempurna untuk mengatasi masalah tumpang tindih izin penggunaan lahan. Tujuan utama dari
kebijakan satu peta adalah sebagai standar referensi basis data Geo-Portal, serta bermanfaat
sebagai acuan untuk memperbaiki data spasial, akurasi perencanaan tata ruang, akurasi dalam
penyusunan kebijakan dan akurasi dalam pengambilan keputusan. KSP ini penting karena akan
mengurangi kerancuan informasi geospasial dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah,
pengurusan perizinan, maupun proyek strategis dan kegiatan masyarakat yang berhubungan
dengan pemetaan. Kebijakan ini juga berguna untuk meminimalisir duplikasi alokasi yang
dilakukan oleh instansi dengan tujuan masing-masing.

Geographical Information System (GIS)

Saat ini terdapat tools baru dalam pemetaan geospasial yang disebut dengan geographical
information system (GIS). GIS adalah suatu teknologi baru yang pada saat ini menjadi alat bantu
(tools) yang sangat esensial dalam menyimpan, memanipulasi, menganalisa dan menampilkan
kembali kondisi – kondisi alam dengan bantuan data atribut dan spatial.
GIS menawarkan suatu sistem yang mengintegrasikan data yang bersifat keruangan
(spasial/geografis) dengan data tekstual yang merupakan deskripsi menyeluruh tentang obyek
dan keterkaitannya dengan obyek lain. Dengan sistem ini data dapat dikelola, dilakukan
manipulasi untuk keperluan analisis secara komprehensif dan sekaligus menampilkan hasilnya
dalam berbagai format baik dalam bentuk peta maupun berupa tabel atau report. Terdapat
beberapa alasan mengapa perlu menggunakan GIS.

Pertama, GIS menggunakan data spasial yang terintegrasi. Kedua, GIS dapat digunakan sebagai
alat bantu interaktif yang menarik untuk meningkatkan pemahaman mengenai konsep lokasi,
ruang, kependudukan, dan unsur-unsur geografi yang ada dipermukaan bumi. Kedua, GIS
memiliki kemampuan menguraikan unsur-unsur yang ada dipermukaan bumi kedalam beberapa
faktor data spasial, dan yang ketiga, GIS memiliki kemampuan yang sangat baik dalam
memvisualisasikan data spasial.

Komponen kunci dalam GIS adalah Sistem komputer,Data geospasial dan Pengguna.

Sistem komputer GIS terdiri dari perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software) dan
prosedur untuk penyusunan pemasukan data, pengelolahan, analisa, pemodelan dan penayangan
data geospasial.

Pengguna pada komponen kunci GIS berfungsi untuk memilih informasi yang diperlukan,
membuat standar, update data yang efisien, analisa output untuk hasil yang diinginkan serta
merencanakan aplikasi. Data geospasial berupa peta digital, foto udara, citra satelit, tabel statistik
dan dokumen lain yang berhubungan.

Perkembangan GIS tidak hanya bertujuan untuk menyelesaikan masalah geografi saja tetapi
sudah merambat ke berbagai bidang. Bidang tersebut adalah aplikasi GIS di bidang sumber daya
alam, aplikasi GIS di bidang perencanaan, aplikasi GIS dalam bidang kelistrikan, aplikasi GIS di
bidang telekomunikasi, aplikasi GIS di bidang kependudukan atau demografi, aplikasi GIS di
bidang pariwisata, dan masih banyak lagi.
Untuk lebih memahami mengapa goespasial dengan menerapkan GIS dapat membantu
penanggulangan bencana alam dan covid-19 dapat dilihat dari penjelasan berikut:

1. GIS dalam penanggulangan Bencana Alam

Mengapa GIS dapat menanggulangi bencana alam? Hal ini karena dalam penanggulangan
bencana harus didukung oleh suatu sistem informasi yang memadai dan diharapkan
mampu untuk: 1) Meningkatkan kemampuan perencanaan logistik penanggulangan
bencana bagi semua mekanisme penanggulangan bencana, baik pada tingkat pusat
maupun daerah, 2) Mendukung pelaksanaan distibusi barang bantuan penanggulangan
bencana, 3) Mendukung proses pelaporan aktivitas distibusi barang bantuan
penanggulangan bencana, 4) Memberikan informasi secara lengkap dan aktual kepada
semua pihak yang terkait dengan unsur-unsur logistik penanggulangan bencana baik di
Indonesia maupun negara asing melalui fasilitas jaringan global. Melalui data geospasial
yang akurat maka basis data akan menghasilkan informasi yang tepat. Untuk
menghasilkan GIS yang tepat diperlukan bantuan perangkat lunak pengolah data spasial
yang mempunyai fasilitas pertukaran data secara dinamis. Misalnya dengan bantuan
perangkat lunak ArcView, AutoCAD Map, atau Map Info.

Output yang dihasilkan dari perangkat lunak akan bertugas untuk menampilkan atau
menghasilkan produk akhir basis data manajemen logistik penanggulangan bencana
seperti: tabel, grafik, peta (rute transportasi), jenis dan jumlah komoditi yang diperlukan
didaerah terjadinya bencana, jenis dan jumlah komoditi yang akan didistribusikan
kedaerah terjadinya bencana.

Output basisdata tersebut harus dapat dipublikasikan melalui internet agar dapat diketahui
secara luas oleh masyarakat, agar respon penanggulangan terhadap bencana yang terjadi
dapat dilakukan secepat mungkin. Masyarakat luas yang bermaksud menjadi donatur
mengetahui komoditi yang diperlukan oleh korban bencana, sehingga komoditi yang
disampaikan kepada korban dilokasi bencana merupakan komoditi yang benar-benar
diperlukan oleh korban bencana. Hal ini yang menjadi alasan mengapa GIS tersebut
penting untuk dilakukan dalam penanggulangan bencana.
2. GIS dalam penanganan Covid-19

Alat penting di dalam pencegahan penyebaran dan penekanan laju korban wabah Covid-
19 adalah model yang digunakan para pengambil kebijakan untuk memutuskan rantai
penyebaran dari virus ini. Teknologi informasi geospasial merupakan salah satu model
kebijakan yang diterapkan. Penggunaan teknologi geospasial ini dirasa cukup efektif jika
data yang diperoleh merupakan data yang akurat. Untuk mendapat data yang akurat
dibutuhkan kerja sama yang baik antara instansi kesehatan yang menangani virus ini dan
pemerintah setempat. Hal ini bertujuan untuk agar data yang diolah dapat dijadikan
sebuah informasi yang bermanfaat bagi masyarakat umum.

Tidak hanya data jumlah kasus yang terjadi, data masyarakat yang mengalami dampak
akibat adanya virus ini, data lembaga kesehatan, data daerah yang terdapat virus akan
tersedia dengan adanya penerapan model menggunakan teknologi informasi geospasial
ini. Dengan informasi yang tersedia akan mempermudah lembaga-lembaga dalam proses
memberikan bantuan dan tentu akan tepat sasaran.

Bagi layanan kesehatan publik akan terbantu karena pengambil keputusan akan
mengetahui layanan publik kesehatan mana yang membutuhkan fasilitas dalam
penanganan virus ini. Bagi pemerintah juga akan dipermudah dalam hal proses
pengambilan keputusan yang tepat. Jika tiap daerah melakukan model ini maka akan
diketahui derah mana menjadi zona merah (sangat perlu penanganan), kuning (perlu
perhatian) dan hijau (kondisi daerah yang aman). Penerapan new normal juga sangat
terbantu dengan adanya GIS ini. Pemerintah akan mengetahui lokasi-lokasi (daerah) yang
dapat dikatakan new normal dan yang masih perlu penanganan lebih lanjut. Hal ini dapat
diketahui karena model geospasial yang dihasilkan yaitu berupa data dan pemetaan yang
dapat diakses oleh masyarakat pada suatu situs atau halaman website tertentu.

Dengan melihat halaman website tersebut kita dapat melihat mapping penderita virus
corona di suatu wilayah. Tujuan utama dari pemodelan geospasial salah satunya yaitu
agar dapat menyusun dan mengembangkan data menjadi sebuah bentuk informasi terkait
suatu isu dalam hal ini adalah mengenai wabah virus corona yang mudah dipahami oleh
masyarakat umum sebagai salah satu bentuk mitigasi penanganan Corona Virus Disease
2019.

PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

(PPLHP)

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 lingkungan hidup adalah kesatuan ruang
dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya,
yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia
serta makhluk hidup lain. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
menyatakan bahwa lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak asasi dan hak
konstitusional bagi setiap warga negara Indonesia. Oleh karena itu, negara, pemerintah, dan
seluruh pemangku kepentingan berkewajiban untuk melakukan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup dalam pelaksanaan pembangunan berkelanjutan agar lingkungan hidup
Indonesia dapat tetap menjadi sumber dan penunjang hidup bagi rakyat Indonesia serta makhluk
hidup lain. Dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup meliputi:

a. perencanaan
Dalam bagian perencanaan tentunya melibatkan informasi dan teknologi spasial,
perencanaan perlindungan dan pengelolaan ingkungan hidup dilaksanakan melalui
tahapan:
1. inventarisasi lingkungan hidup
inventarisasi lingkungan hidup ini dilaksanakan untuk memperoleh data dan
informasi mengenai sumber daya alam yang ada yang aman meliputi:
 potensi dan ketersediaan
 jenis yang dimanfaatkan
 bentuk penguasaan
 pengetahuan pengelolaan
 bentuk kerusakan
 konflik dan penyebab konflik yang timbul akibat pengelolaan.
2. Penetapan wilayah ekoregion
Penetapan wilayah ini dilaksanakan dengan mempertimbangkan kesamaan:
 karakteristik bentang alam
 daerah aliran sungai
 iklim
 flora dan fauna
 sosial budaya
 ekonomi
 kelembagaan masyarakat
 hasil inventarisasi lingkungan hidup.
3. Penyusunan RPPLH
RPPLH atau Penyusunan Rencana Perlindungan dan Pengeleolaan Lingkungan Hidup
ini disuusn berdasarkan RPLLH nasional, inventarisasi tingkat pulau dan tingkat
ekoregion. Penyusunan RPPLH ini memperhatikan:
 keragaman karakter dan fungsi ekologis
 sebaran penduduk
 sebaran potensi sumber daya alam
 kearifan lokal
 aspirasi masyarakat
 perubahan iklim.
b. pemanfaatan
c. pengendalian
pengendalian terhadap pencemara dan/atau keruskan lingkungan hidup meliputi:
a. Pencegahan
Pencegahan pencemaran lingkungan hidup ini terdiri atas:
 KLHS
 tata ruang;
 baku mutu lingkungan hidup
 kriteria baku kerusakan lingkungan hidup
 amdal
 UKL-UPL; g. perizinan
 instrumen ekonomi lingkungan hidup
 peraturan perundang-undangan berbasis lingkungan hidup
 anggaran berbasis lingkungan hidup
 analisis risiko lingkungan hidup
 audit lingkungan hidup
 instrumen lain sesuai dengan kebutuhan dan/atau perkembangan ilmu
pengetahuan.
b. Penanggulangan
a. pemberian informasi peringatan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan
hidup kepada masyarakat
b. pengisolasian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup
c. penghentian sumber pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup; dan/atau
d. cara lain yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
c. pemulihan.
a. penghentian sumber pencemaran dan pembersihan unsur pencemar
b. remediasi
c. rehabilitasi
d. restorasi; dan/atau
e. cara lain yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
d. Pemeliharaan
Konservasi sumber daya alam yang dimaksud adalah:
a. perlindungan sumber daya alam;
b. pengawetan sumber daya alam; dan
c. pemanfaatan secara lestari sumber daya alam.

Pelestarian fungsi atmosfer sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi:
a. upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim;
b. upaya perlindungan lapisan ozon; dan
c. upaya perlindungan terhadap hujan asam.
e. Pengawasan
f. penegakan hukum

ULASAN

Pembangunan di suatu wilayah dapat berdampak pada menurunnya kualitas dan fungsi
lingkungan hidup. Untuk itu, perlu dilakukan upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup, baik oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah Sebagaimana yang diamanatkan
dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.

Menurut undang-undang tersebut, Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup merupakan


upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan
mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi
perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum.

Dalam undang-undang tersebut juga dimandatkan kepada pemerintah baik pusat maupun daerah
untuk menyusun dokumen kajian yang meliputi pencegahan, penanggulangan dan pemulihan,
yang pada tahapan perencanaan, pemerintah wajib menyusun informasi Daya Dukung dan Daya
Tampung Lingkungan Hidup (DDDTLH) serta Rencana Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup (RPPLH

Dikatakan bahwa penilaian jasa ekosistem dapat dilakukan dengan berbagai metode. Secara
khusus, pemanfaatan analisis spasial untuk menilai jasa ekosistem telah meningkat sejak dua
dekade terakhir. Metode Simple Additive Weighted dengan menggunakan alat GIS telah
diterapkan oleh Pemerintah Indonesia sejak tahun 2015. Oleh karena itu, penerapan GIS untuk
pengukuran jasa ekosistem merupakan pengetahuan penting bagi perencanaan pembangunan
daerah untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.
Sehubungan hal tersebut, maka Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kaltim melaksanakan
Pelatihan GIS Tingkat Dasar dan Pengenalan Metode Penyusunan Peta Jasa Lingkungan
DDDTLH dengan tujuan memberikan pengetahuan dan kemampuan dasar mengenai Sistem
Informasi Geografi (SIG) bagi staf teknis OPD di lingkup Pemerintahan Daerah di Provinsi
Kalimantan Timur yang telah atau akan ditugaskan untuk mendukung pengelolaan informasi
geospasial di lembaga tempat bertugas masing-masing

Selain itu, kegiatan ini juga memberikan pembekalan teknis dasar GIS, perolehan dan
pengolahan citra serta Analisis Tutupan Lahan sampai dengan layout peta, serta pengenalan
metode pembuatan peta indikasi jasa ekosistem dan peta status daya dukung jasa ekosistem di
Kalimantan Timur, agar terwujudnya penyusunan dokumen perencanaan lingkungan terutama
RPPLH di Kabupaten/Kota.
Referensi:

https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/38771/uu-no-32-tahun-2009

file:///C:/Users/user/Downloads/UU%20Nomor%2024%20Tahun%202007.pdf

https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/149750/uu-no-11-tahun-2020

https://dinaslh.kaltimprov.go.id/pelatihan-geographic-information-system-gis-dan-
pengenalan-metode-penyusunan-jasa-lingkungan-dddt-lh/

Anda mungkin juga menyukai