Anda di halaman 1dari 9

Lex Et Societatis Vol. VII/No.

9/Sept/2019

PENANGGULANGAN BENCANA PADA TAHAP prasarana dan sarana; pembangunan kembali


PASCABENCANA MENURUT UNDANG- sarana sosial masyarakat; pembangkitan
UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2007 TENTANG kembali kehidupan sosial budaya masyarakat;
PENANGGULANGAN BENCANA1 penerapan rancang bangun yang tepat dan
Oleh : Wulan Mahardhika Gerungan2 penggunaan peralatan yang lebih baik dan
tahan bencana; partisipasi dan peran serta
Abstrak lembaga dan organisasi kemasyarakatan, dunia
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk usaha, dan masyarakat; peningkatan kondisi
mengetahui bagaimana penyelenggaraan sosial, ekonomi, dan budaya; peningkatan
penanggulangan bencana menurut Undang- fungsi pelayanan publik; dan peningkatan
Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang pelayanan utama dalam masyarakat.
Penanggulangan Bencana dan bBagaimana Kata kunci: Penanggulangan Bencana,
penyelenggaraan penanggulangan bencana Pascabencana, Penanggulangan Bencana
pada tahap pascabencana menurut Undang-
Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang PENDAHULUAN
Penanggulangan Bencana. Dengan A. Latar Belakang
menggunakan metode penelitian yuridis Menurut penjelasan atas Undang-Undang
normative, disimpulkan: 1. Penanggulangan Nomor 24 Tahun 2007 Tentang
bencana dilaksanakan berdasarkan 4 (empat) Penanggulangan Bencana, alinea ke IV
aspek meliputi: sosial, ekonomi, dan budaya Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
masyarakat; kelestarian lingkungan hidup; Republik Indonesia Tahun 1945
kemanfaatan dan efektivitas; dan lingkup luas mengamanatkan bahwa Pemerintah Negara
wilayah. Dalam penanggulangan bencana, Kesatuan Republik Indonesia melindungi
pemerintah dapat: menetapkan daerah rawan segenap bangsa dan seluruh tumpah darah
bencana menjadi daerah terlarang untuk Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,
pemukiman; dan/atau mencabut atau mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut
mengurangi sebagian atau seluruh hak melaksanakan ketertiban dunia yang
kepemilikan setiap orang atas suatu benda berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan keadilan sosial. Sebagai implementasi dari
dan berhak mendapat ganti rugi sesuai dengan amanat tersebut dilaksanakan pembangunan
Peraturan perundang-undangan. nasional yang bertujuan untuk mewujudkan
Penanggulangan bencana terdiri atas 3 (tiga) masyarakat adil dan sejahtera yang senantiasa
tahap meliputi: prabencana; saat tanggap memperhatikan hak atas penghidupan dan
darurat; dan pascabencana. 2. Penanggulangan perlindungan bagi setiap warga negaranya
bencana pada tahap pascabencana menurut dalam kerangka Negara Kesatuan Republik
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Indonesia.
Tentang Penanggulangan Bencana meliputi: Negara Kesatuan Republik Indonesia
rehabilitasi; dan rekonstruksi. Rehabilitasi memiliki wilayah yang luas dan terletak digaris
terdiri dari:perbaikan lingkungan daerah katulistiwa pada posisi silang antara dua benua
bencana; perbaikan prasarana dan sarana dan dua samudra dengan kondisi alam yang
umum; pemberian bantuan perbaikan rumah memiliki berbagai keunggulan, namun dipihak
masyarakat; pemulihan sosial psikologis; lain posisinya berada dalam wilayah yang
pelayanan kesehatan; rekonsiliasi dan resolusi memiliki kondisi geografis, geologis, hidrologis,
konflik; pemulihan sosial ekonomi budaya; dan demografis yang rawan terhadap
pemulihan keamanan dan ketertiban; terjadinya bencana dengan frekwensi yang
pemulihan fungsi pemerintahan; dan cukup tinggi, sehingga memerlukan
pemulihan fungsi pelayanan publik. penanganan yang sistematis, terpadu, dan
Rekonstruksi meliputi: pembangunan kembali terkoordinasi. Potensi penyebab bencana
diwilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
1Artikel Skripsi. Dosen Pembimbing: Nixon S. Lowing, SH,
dapat dikelompokan dalam 3 (tiga) jenis
MH; Dr. Rudy R. Watulingas, SH, MH bencana, yaitu bencana alam, bencana non
2 Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM. alam, dan bencana sosial.
15071101170

79
Lex Et Societatis Vol. VII/No. 9/Sept/2019

Bencana alam antara lain berupa gempa Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007
bumi karena alam, letusan gunung berapi, Tentang Penanggulangan Bencana”.
angin topan, tanah longsor, kekeringan,
kebakaran hutan/ lahan karena faktor alam, B. RUMUSAN MASALAH
hama penyakit tanaman, epidemi, wabah, 1. Bagaimanakah penyelenggaraan
kejadian luar biasa, dan kejadian penanggulangan bencana menurut
antariksa/benda-benda angkasa. Bencana Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007
nonalam antara lain kebakaran hutan/lahan Tentang Penanggulangan Bencana ?
yang disebabkan oleh manusia, kecelakan 2. Bagaimanakah penyelenggaraan
transportasi, kegagalan konstruksi/teknologi, penanggulangan bencana pada tahap
dampak industri, ledakan nuklir, pencemaran pascabencana menurut Undang-Undang
lingkungan dan kegiatan keantariksaan. Nomor 24 Tahun 2007 Tentang
Bencana sosial antara lain berupa kerusuhan Penanggulangan Bencana ?
sosial dan konflik sosial dalam masyarakat yang
sering terjadi. C. METODE PENELITIAN
Penanggulangan Bencana merupakan salah Penulisan ini disusun menggunakan metode
satu bagian dari pembangunan nasional yaitu penelitian hukum normatif. Bahan-bahan
serangkaian kegiatan penanggulangan bencana hukum yang diperlukan diperoleh dari hasil
sebelum, pada saat maupun sesudah terjadinya studi kepustakaan, seperti peraturan
bencana. Selama ini masih dirasakan adanya perundang-undangan sebagai bahan hukum
kelemahan baik dalam pelaksanaan primer. Literatur-literatur dan karya-karya
penanggulangan bencana maupun yang terkait ilmiah hukum sebagai hukum sekunder dan
dengan landasan hukumnya, karena belum ada bahan-bahan hukum tersier seperti kamus-
undang-undang yang secara khusus menangani kamus hukum dan kamus-kamus umum.
bencana.3
Hukum adalah produk pemerintah atau PEMBAHASAN
penyelenggara negara atau lembaga yang A. Penanggulangan Bencana
memiliki wewenang untuk itu yang kemudian Setiap negara mempunyai penduduk dan
menjadi hukum positif atau peraturan yang kekuasaan negara menjangkau semua
mengikat kehidupan masyarakat dalam penduduk di dalam wilayahnya. Penduduk
aktivitas sosial, ekonomi, politik dan budaya. dalam suatu negara biasanya menunjukkan
Hukum mengendalikan dan bersifat mencegah beberapa ciri khas yang membedakan dari
terjadinya tindakan kriminal atau mengatur bangsa lain. Perbedaan ini tampak misalnya
hubungan antar individu sehingga dengan dalam kebudayaan, nilai-nilai politiknya atau
adanya hukum itu, gejolak sosial dan identitas nasionalnya. Kesamaan dalam sejarah
mobilitasnya dapat dikendalikan.4 perkembangannya, bahasa, kebudayaan, suku
Penanggulangan bencana dilaksanakan bangsa dan kesamaan agama merupakan
menurut tahapan meliputi pra bencana, saat faktor-faktor yang dapat mendorong ke arah
tanggap darurat dan pasca bencana. terbentuknya persatuan nasional dan identitas
Penanggulangan bencana pada tahap nasional yang kuat.5
pascabencana menurut Undang-Undang Nomor Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007
24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Tentang Penanggulangan Bencana. Pasal 31.
Bencana, merupakan materi yang akan menjadi Penanggulangan bencana dilaksanakan
pokok pembahasan dalam penulisan ini. Oleh berdasarkan 4 (empat) aspek meliputi:
karena itu dalam penulisan ini, penulis memilih a. sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat;
judul: “Penyelenggaraan Penanggulangan b. kelestarian lingkungan hidup;
Bencana Pada Tahap Pascabencana Menurut c. kemanfaatan dan efektivitas; dan
d. lingkup luas wilayah.

3Penjelasan Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007


Pasal 32 ayat:
Tentang Penanggulangan Bencana.
4Wawan Muhwan Hariri. Pengantar Ilmu Hukum, Cet. 1. 5 Ni’matul Huda, Ilmu Negara, Cetakan ke-3. PT.
CV. Pustaka Setia Bandung. 2012.hlm. 19. RajaGrafindo Persada. Jakarta. 2011, hlm. 17-18.

80
Lex Et Societatis Vol. VII/No. 9/Sept/2019

(1) Dalam penanggulangan bencana, PPN/Kepala Bappenas Armida S. Alisjahbana


pemerintah dapat: prioritas nasional lingkungan hidup dan
a. menetapkan daerah rawan bencana pengelolaan bencana diarahkan kepada upaya-
menjadi daerah terlarang untuk upaya yang meliputi: pengarusutamaan
pemukiman;dan/atau pengurangan risiko bencana sebagai prioritas
b. mencabut atau mengurangi sebagian nasional dan daerah; penguatan kapasitas
atau seluruh hak kepemilikan setiap penanggulangan bencana di pusat dan daerah;
orang atas suatu benda sesuai dengan optimalisasi instrumen pengendalian
Peraturan Perundang-undangan. pemanfaatan ruang dalam aspek pengurangan
(2) Setiap orang yang hak kepemilikannya risiko bencana; mendorong keterlibatan dan
dicabut atau dikurangi sebagaimana partisipasi masyarakat dalam upaya
dimaksud pada ayat (1) huruf b berhak penanggulangan bencana; peningkatan sumber
mendapat ganti rugi sesuai dengan daya penanganan kedaruratan dan bantuan
Peraturan Perundang-undangan. kemanusiaan; serta percepatan pemulihan
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 wilayah yang terkena dampak bencana.6
Tentang Penanggulangan Bencana, mengatur Dengan ditetapkannya penanggulangan
mengenai tahapan penanggulangan bencana. bencana sebagai salah satu prioritas nasional
Pasal 33, penanggulangan bencana terdiri atas dalam rencana pembangunan nasional jangka
3 (tiga) tahap meliputi: menengah untuk lima tahun ke depan dalam
a. prabencana; RPJMN 2010-2014, serta dengan adanya arah
b. saat tanggap darurat; dan kebijakan yang akan menjadi landasan
c. pascabencana. pelaksanaannya, terkait dengan perlunya
Pasal 34. Penanggulangan bencana pada perubahan paradigma penanggulangan
tahapan prabencana sebagaimana dimaksud bencana, dari reaktif menjadi preventif,
dalam Pasal 33 huruf a meliputi: disampaikan dalam dalam sambutan kunci yang
a. dalam situasi tidak terjadi bencana; dan dibacakan oleh Deputi Menteri PPN/Kepala
b. dalam situasi terdapat potensi terjadinya Bappenas Bidang Pengembangan Regional dan
bencana. Otonomi Daerah Max H. Pohan pada Seminar
Pasal 35. Penanggulangan bencana dalam Nasional Sosialisasi Produk Perencanaan
situasi tidak terjadi bencana sebagaimana Kementerian PPN/Bappenas di Padang yang
dimaksud dalam Pasal 34 huruf a meliputi: sekaligus membuka acara mewakili Menteri
a. perencanaan penanggulangan bencana; PPN/Bappenas (24/11). Hadir juga sebagai
b. pengurangan risiko bencana; pembicara pada seminar ini adalah Deputi
c. pencegahan; Menteri PPN/Kepala Bappenas Bidang
d. pemaduan dalam perencanaan Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah
pembangunan; Max H. Pohan dan Prof. Dr. Damsar Aziz
e. persyaratan analisis risiko bencana; (Sosiolog Universitas Andalas). Seminar ini
f. pelaksanaan dan penegakan rencana tata dihadiri oleh Gubernur Sumatera Barat Prof. Dr.
ruang; Irwan Prayitno.7
g. pendidikan dan pelatihan; dan
h. persyaratan standar teknis penanggulangan B. Penanggulangan Bencana Pada Tahap
bencana. Pascabencana Menurut Undang-Undang
Penjelasan Pasal 35 huruf (e) yang dimaksud Nomor 24 Tahun 2007 Tentang
dengan analisis risiko bencana adalah kegiatan Penanggulangan Bencana
penelitian dan studi tentang kegiatan yang Penanganan pascabencana menjadi tahapan
memungkinkan terjadinya bencana. penting bagi para penyintas atau korban yang
Penanggulangan bencana telah ditetapkan selamat dari bencana untuk menentukan
sebagai salah satu dari 11 (sebelas) prioritas apakah mereka dapat kembali ke kehidupan
nasional pembangunan jangka menengah
tahun 2010-2014 yang terintegrasi ke dalam 6 http://kawasan.bappenas.go.id/Penanganan
prioritas nasional lingkungan hidup dan Pascabencana: Dari Reaktif Menjadi Preventif.Diakses
pengelolaan bencana. Menurut Menteri 7/14/2019 : 1:25 Wita.
7 Ibid.

81
Lex Et Societatis Vol. VII/No. 9/Sept/2019

normal (build back), menjadi lebih baik (build terorganisir. Setiap terjadi bencana, kita tahu
back better), atau bahkan menjadi lebih negara senantiasa hadir dan melakukan
terpuruk (collapse). Selama ini, perencanaan berbagai tindakan penanganan. Keterlibatan
pemulihan pascabencana lebih banyak aparat keamanan, lembaga pemerintah,
difokuskan pada aspek infrastruktur fisik. organisasi kemasyarakatan dan para relawan
Padahal, aspek sosial tidak dapat ditinggalkan dalam penanganan korban bencana sedikit-
mengingat penyintas bencana merupakan banyak telah mengurangi beban penderitaan
kelompok yang terdampak langsung dan yang mesti ditanggung para korban bencana.
selanjutnya harus berusaha pulih setelah Namun demikian, untuk memastikan agar
bencana. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia korban bencana benar-benar memperoleh
melalui Pusat Penelitian Kependudukan pelayanan dan penanganan terbaik, tentu yang
melakukan kajian penanganan pascabencana di dibutuhkan bukan sekadar sikap reaktif,
Palu, Sigi dan Donggala, Sulawesi Tengah yang melainkan koordinasi penanganan yang benar-
hasilnya akan disampaikan pada Selasa, 15 benar terpadu.9
Januari 2019 di Jakarta.8 Masyarakat dan wilayah yang menjadi
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 korban bencana sudah barang tentu perlu
Tentang Penanggulangan Bencana, mengatur secepatnya direhabilitasi dan dilakukan
mengenai Pascabencana, sebagaimana rekonstruksi. Lebih dari sekadar menyediakan
dinyatakan pada Pasal 57. Penanggulangan tenda-tenda penampungan di tempat
bencana pada tahap pascabencana pengungsian, masyarakat yang menjadi korban
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 huruf c bencana, terutama yang kehilangan harta
meliputi: benda dan aset produksinya, mereka tentu
a. rehabilitasi; dan membutuhkan uluran tangan dari pemerintah
b. rekonstruksi. untuk memastikan kemungkinan bangkit
Pasal 58 ayat: kembali dari keterpurukan. Masyarakat korban
(1) Rehabilitasi sebagaimana dimaksud dalam bencana yang perahunya hilang karena terseret
Pasal 57 huruf a dilakukan melalui kegiatan: tsunami, rumahnya hancur diterjang air laut
a. perbaikan lingkungan daerah bencana; yang menggunung, sawahnya rusak diterjang
b. perbaikan prasarana dan sarana umum; banjir, toko atau warung miliknya tak lagi
c. pemberian bantuan perbaikan rumah berbekas karena luapan air laut, dan lain
masyarakat; sebagainya, tentu tidak mungkin mereka dapat
d. pemulihan sosial psikologis; bangkit kembali dengan cepat bila tidak
e. pelayanan kesehatan; memperoleh uluran tangan dari pemerintah.
f. rekonsiliasi dan resolusi konflik; Kegiatan rehabilitasi pasca-terjadinya
g. pemulihan sosial ekonomi budaya; bencana selain dilakukan dalam bentuk
h. pemulihan keamanan dan ketertiban; perbaikan lingkungan, juga bantuan perbaikan
i. pemulihan fungsi pemerintahan; dan rumah korban bencana, pemulihan sosial-
j. pemulihan fungsi pelayanan publik. ekonomi-budaya, pemulihan pelayanan publik,
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai anak-anak kembali ke sekolah, dan lain-lain,
rehabilitasi sebagaimana dimaksud pada yang bertujuan agar masyarakat segera dapat
ayat (1) diatur dengan Peraturan kembali beraktivitas secara normal dalam
Pemerintah. kehidupan sehari-hari. Sedangkan, kegiatan
Idealnya, bencana dalam bentuk apapun rekonstruksi dilakukan melalui pembangunan
dapat kita cegah atau paling tidak kita bisa kembali prasarana dan sarana, penerapan
meminimalisasi dampak kerugian yang terjadi. rancang bangun yang tepat dan penggunaan
Tetapi, ketika sebuah bencana tiba-tiba hadir, peralatan yang lebih baik dan tahan bencana,
maka yang dibutuhkan tak pelak adalah revitalisasi kembali partisipasi dan peran serta
tindakan tanggap darurat dan upaya lembaga dan organisasi kemasyarakatan, dunia
penanganan pasca-bencana yang benar-benar usaha, dan masyarakat, serta peningkatan

8http://lipi.go.id/Penanganan
Pascabencana Jadi Tahapan 9 https://news.detik.com/kolom/d-4622569/menjadi-
Penting untuk Kehidupan Penyintas Bencana. Diakses manusia-merdeka. Penanganan Pascabencana. Diakses
7/14/2019 : 1:20 Wita. 7/14/2019 1:08 Wita.

82
Lex Et Societatis Vol. VII/No. 9/Sept/2019

kondisi sosial, ekonomi, dan budaya pasca- skenario. Bencana ibaratnya adalah mimpi
terjadinya bencana. Sejauh mungkin harus buruk yang sama sekali tidak kita kehendaki.
dihindari terjadinya kekosongan dalam layanan Namun demikian, ketika bencana itu tiba-tiba
publik dan tanggung jawab pemerintah menyergap, maka langkah yang terpenting
memberikan perlindungan serta pelayanan adalah bagaimana kita mampu menghadapinya
yang terbaik bagi masyarakat di berbagai dan memastikan masyarakat segera pulih dari
bidang. trauma dan penderitaan akibat bencana yang
Ketika bencana baru saja terjadi, memang dialaminya.11
yang dibutuhkan adalah langkah-langkah Keberadaan pemerintah daerah adalah
tanggap darurat yang cepat agar risiko kerugian sangat penting, antara lain:
dan dampak yang terjadi tidak meluas. Tetapi, 1. Untuk melindungi dan mensejahterakan
untuk penanganan yang lebih substansial, tentu masyarakat;
yang dibutuhkan adalah roadmap yang jelas 2. Agen demokratisasi dan memberikan
dan terarah. Pemerintah perlu segera pendidikan politik;
melakukan koordinasi yang terpadu untuk 3. Mendekatkan pelayanan masyarakat dan
memastikan agar segera bisa menangani meningkatkan efisiensi serta efektivitas
permukiman yang rusak, bagaimana bisa segera pelayanan masyarakat;
merehabilitasi sekolah, tempat ibadah, rumah 4. Meningkatkan partisipasi masyarakat;
sakit yang rusak, berapa lama, dengan cara apa, 5. Memberdayakan potensi dan
masyarakat yang rumahnya 80 persen hancur keanekaragaman daerah;
bisa dibangun kembali dengan bangunan yang 6. Misi utama pemerintah daerah adalah
seperti apa, siapa yang membangun, berapa menyediakan pelayanan dasar (basic
biayanya, dan berapa lama. Ini semua adalah services) dan mengembangkan sektor
agenda kerja yang perlu segera dirumuskan unggulan (core competence) dengan cara-
sebagai exit strategy pasca-bencana.10 cara demokratis;
Untuk merehabilitasi dan merekonstruksi 7. Outputs and product pemerintah daerah
kembali masyarakat dan daerah yang baru saja adalah:
dilanda bencana, harus diakui bukan hal yang a. Public goods, yaitu barang-barang
mudah. Di tengah kondisi keuangan negara kebutuhan masyarakat seperti; jalan,
yang masih belum kokoh dan kejadian bencana pasar, sekolah, rumah sakit, jembatan
yang terjadi di berbagai daerah, tentu dan sebagainya;
pemerintah harus benar-benar kalkulatif dan b. Public regulations, yaitu pengaturan-
adil dalam mengatur alokasi anggaran. pengaturan berkaitan dengan
Menghadapi masyarakat korban bencana yang masyarakat, seperti KTP, KK, IMB, HO,
sudah kehilangan segala-galanya tentu yang Akte Kelahiran dan sebagainya.12
dibutuhkan adalah kesabaran ekstra. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007
Penanganan yang kurang tanggap dan terkesan Tentang Penanggulangan Bencana, Pasal 59
pilih kasih, jangan kaget jika mengundang ayat:
kecemburuan sosial dan memantik protes (1) Rekonstruksi sebagaimana dimaksud dalam
korban bencana. Pasal 57 huruf b, dilakukan melalui kegiatan
Setiap kali terjadi bencana, pengalaman pembangunan yang lebih baik, meliputi:
telah banyak menunjukkan bahwa selalu ada a. pembangunan kembali prasarana dan
pihak yang mencoba mengail di air keruh dan sarana;
memanfaatkan kejadian bencana untuk b. pembangunan kembali sarana sosial
kepentingan politik praktis. Masyarakat yang masyarakat;
dalam kondisi letih dan menderita memang c. pembangkitan kembali kehidupan sosial
cenderung lebih mudah terpancing isu hoax budaya masyarakat;
seputar bencana. Hanya dengan kesungguhan d. penerapan rancang bangun yang tepat
dan perencanaan yang jelas, maka penanganan dan penggunaan peralatan yang lebih
pasca-bencana akan dapat berjalan sesuai baik dan tahan bencana;

11 Ibid.
10 Ibid. 12J. Kaloh. Op.Cit. hlm. 169.

83
Lex Et Societatis Vol. VII/No. 9/Sept/2019

e. partisipasi dan peran serta lembaga dan dasarnya bahwa pengawasan adalah segala
organisasi kemasyarakatan, dunia usaha, usaha atau kegiatan untuk mengetahui dan
dan masyarakat; menilai kenyataan yang sebenarnya mengenai
f. peningkatan kondisi sosial, ekonomi, pelaksanaan tugas atau kegiatan, apakah sesuai
dan budaya; dengan yang semestinya atau tidak. Dengan
g. peningkatan fungsi pelayanan publik; demikian manifestasi dari kinerja pengawasan
dan adalah kegiatan untuk menilai suatu
h. peningkatan pelayanan utama dalam pelaksanaan tugas secara de facto , sedangkan
masyarakat. tujuan pengawasan itu pada hakekatnya adalah
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai sebagai media terbatas untuk melakukan
rekonstruksi sebagaimana dimaksud pada semacam cross check atau pencocokan apakah
ayat (1) diatur dengan Peraturan kegiatan yang dilaksanakan telah sesuai dengan
Pemerintah. tolok ukur yang telah ditentukan sebelumnya
Adanya pelimpahan wewenang dari atau tidak, demikian pula dengan tindak lanjut
pemerintah pusat kepada daerah-daerah dari hasil pengawasan tersebut.16Pada Bidang
otonomi bukanlah hal itu ditetapkan dalam Rehabilitasi & Rekonstruksi (RR), terdapat 5
konstitusinya, akan tetapi karena masalah itu (lima) sektor yang menjadi fokus dalam
merupakan hakikat negara penanganan pasca bencana yaitu :
13
kesatuan. Pemahaman kekuasaan dalam aspek 1. Sektor Perumahan & Permukiman;
hukum, dimaknai sebagai sebuah wewenang, 2. Sektor Infrastruktur Publik;
tetapi kekuasaan dalam pengertian ini bukanlah 3. Sektor Ekonomi Produktif;
suatu kekuasaaan yang dapat berdiri sendiri, 4. Sektor Sosial, dan;
melainkan keberadaan kekuasaan tidak dapat 5. Lintas Sektor.17
dipisah dari lembaganya. Oleh karena itu, Untuk melaksanakan program Rehabilitasi &
kekuasaan dalam arti wewenang dikatakan Rekonstruksi dengan 5 (lima) sektor yang
sebagai suatu kekuasaan yang telah menjadi kewenangan, bidang RR menggunakan
dilembagakan.14 metode Pengkajian Kebutuhan Pasca Bencana/
Menurut terminologi bahasa, pengawasan Jitupasna yang tercantum pada Perka BNPB
berarti mengontrol proses, cara, perbuatan Nomor 15 Tahun 2011. Jitupasna merupakan
mengontrol. Di dalam bahasa Inggris berasal suatu rangkaian kegiatan pengkajian dan
dari kata control yang berarti pengawasan. penilaian akibat, analisis dampak dan perkiraan
Mengenai pengawasan dikenal dan kebutuhan yang menjadi dasar bagi
dikembangkan dalam ilmu menejemen, penyusunan renaksi Rehabilitasi dan
pengawasan merupakan salah satu unsur Rekonstruksi. Pengkajian dan penilaian meliputi
dalam kegiatan pengelolaan. Di dalam hukum identifikasi dan perhitungan kerusakan dan
administrasi, pengawasan diartikan sebagai kerugian fisik dan non fisik yang menyangkut
kegiatan mengawasi dalam arti melihat sesuatu aspek pembangunan manusia, perumahan atau
dengan seksama, sehingga tidak ada kegiatan pemukiman, infrastruktur, ekonomi, sosial dan
lain diluar itu. Pengawasan berbagai aktivitas lintas sektor. Analisis dampak melibatkan
yang telah digariskan dalam peraturan tinjauan keterkaitan dan nilai agregat dari
perundang-undangan maka dapat dilaksanakan akibat bencana dan impilkasi umumnya
secara baik dalam arti sesuai dengan apa yang terhadap aspek-aspek fisik dan lingkungan,
dimaksud.15 perekonomian, psikososial, budaya, politik dan
Hubungan antara pengawasan dengan tata pemerintahan. Guna mendukung program
penyelenggaraan pemerintahan daerah pada atau kegiatan yang dilaksanakan Bidang
Rehabilitasi & Rekonstruksi diperlukan sumber
13Sri Soemantri Martokusumo. Pengantar Perbandingan 16 M.Agus Santoso. Peran Dewan Perwakilan Rakyat
Antar Hukum Tata Negara, Rajawali Press, Jakarta, Daerah Dalam Menjalankan Fungsi Pengawasan. Jurnal
1981,hlm. 17. Hukum No. 4 vol. 18 Oktober 2011.hlm. 611.
14H. Murtir Jeddawi, Negara Hukum Good Governance dan 17

Korupsi di Daerah, Total Media, Yogyakarta, 2011.hlm. 5. https://web.bpbd.jatimprov.go.id/author/satriyo/Kebijaka


15Suriansyah Murhani, Aspek-Aspek Hukum Pengawasan n Bidang Rehabilitasi &Rekonstruksi Pasca
Pemerintah Daerah, Laksbang, Yogyakarta, 2008, hlm. 2. Bencana.Diakses 7/14/2019 : 1:52 Wita.

84
Lex Et Societatis Vol. VII/No. 9/Sept/2019

dana yang cukup. Merujuk pada PP Nomor 22 sosial masyarakat; pembangkitan


Tahun 2008 tentang Pendanaan dan kembali kehidupan sosial budaya
Pengelolaan Bantuan Bencana, Pelaksanakan masyarakat; penerapan rancang bangun
Program Rehabilitasi & Rekonstruksi bersumber yang tepat dan penggunaan peralatan
pada : yang lebih baik dan tahan bencana;
1. APBD Kabupaten/ Kota (Melekat Pada SKPD partisipasi dan peran serta lembaga dan
terkait); organisasi kemasyarakatan, dunia usaha,
2. APBD Provinsi (Bantuan Sosial, Hibah); dan masyarakat; peningkatan kondisi
3. APBN (Hibah Murni); sosial, ekonomi, dan budaya;
4. Masyarakat; peningkatan fungsi pelayanan publik; dan
5. Bantuan Luar Negeri.18 peningkatan pelayanan utama dalam
masyarakat.
PENUTUP
A. Kesimpulan B. Saran
1. Penanggulangan bencana dilaksanakan 1. Penanggulangan bencana memerlukan
berdasarkan 4 (empat) aspek meliputi: pengawasan dari pihak pemerintah dan
sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat; pemerintah daerah terhadap seluruh
kelestarian lingkungan hidup; tahap penanggulangan bencana. Dalam
kemanfaatan dan efektivitas; dan lingkup melaksanakan pengawasan terhadap
luas wilayah. Dalam penanggulangan laporan upaya pengumpulan sumbangan,
bencana, pemerintah dapat: menetapkan Pemerintah dan pemerintah daerah
daerah rawan bencana menjadi daerah dapat meminta laporan tentang hasil
terlarang untuk pemukiman; dan/atau pengumpulan sumbangan agar dilakukan
mencabut atau mengurangi sebagian audit. Apabila hasil audit ditemukan
atau seluruh hak kepemilikan setiap adanya penyimpangan penggunaan
orang atas suatu benda sesuai dengan terhadap hasil sumbangan,
peraturan perundang-undangan dan penyelenggara pengumpulan sumbangan
berhak mendapat ganti rugi sesuai maka pelakunya dapat dikenakan sanksi
dengan Peraturan perundang-undangan. sesuai dengan peraturan perundang-
Penanggulangan bencana terdiri atas 3 undangan yang berlaku.
(tiga) tahap meliputi: prabencana; saat 2. Penanggulangan bencana pada tahap
tanggap darurat; dan pascabencana. pascabencana menurut Undang-Undang
2. Penanggulangan bencana pada tahap Nomor 24 Tahun 2007 Tentang
pascabencana menurut Undang-Undang Penanggulangan Bencana memerlukan
Nomor 24 Tahun 2007 Tentang dukungan kerjasama dan koordinasi
Penanggulangan Bencana meliputi: antara pemerintah, pemerintah daerah,
rehabilitasi; dan rekonstruksi. masyarakat dalam penyediaan dana yang
Rehabilitasi terdiri dari:perbaikan bersumber dari masyarakat. Penggunaan
lingkungan daerah bencana; perbaikan anggaran penanggulangan bencana yang
prasarana dan sarana umum; pemberian memadai dapat dilaksanakan oleh
bantuan perbaikan rumah masyarakat; pemerintah, pemerintah daerah, Badan
pemulihan sosial psikologis; pelayanan Nasional Penanggulangan Bencana dan
kesehatan; rekonsiliasi dan resolusi Badan Penanggulangan Bencana Daerah
konflik; pemulihan sosial ekonomi sesuai dengan tugas pokok dan
budaya; pemulihan keamanan dan fungsinya.
ketertiban; pemulihan fungsi
pemerintahan; dan pemulihan fungsi DAFTAR PUSTAKA
pelayanan publik. Rekonstruksi meliputi: Hadiwijoyo Sakti Suryo, 2012. Aspek Hukum
pembangunan kembali prasarana dan Wilayah Negara Indonesia, Edisi
sarana; pembangunan kembali sarana Pertama. Graha Ilmu. Yogyakarta

18 Ibid.

85
Lex Et Societatis Vol. VII/No. 9/Sept/2019

Hariri Muhwan Wawan, 2012. Pengantar Ilmu Malang).Jurnal Administrasi Publik


Hukum, Cet. 1. CV. Pustaka Setia (JAP), Vol.2, No. 3.
Bandung. Sedarmayanti Hj., 2004. Good Governance
Huda Ni’matul, 2011. Ilmu Negara, Cetakan ke- (Kepemerintahan Yang Baik) Bagian
3. PT. RajaGrafindo Persada. Jakarta. Kedua Membangun Sistem
Husni Lalu, 2008. Pengantar Hukum Manejemen Kinerja Guna
Ketenagakerjaan Indonesia, Edisi Meningkatkan Produktivitas Menuju
Revisi, PT. RajaGrafindo, Jakarta Good Governance (Kepemerintahan
Jeddawi Murtir H., 2011. Negara Hukum Good Yang Baik), Cetakan l. Mandar Maju
Governance dan Korupsi di Daerah, Bandung
Total Media, Yogyakarta Silondae Akbar Arus dan Wirawan B. Ilyas,
Kaho Riwu Josef, 2007. Prospek Otonomi 2011. Pokok-Pokok Hukum Bisnis,
Daerah di Negara Republik Indonesia Salemba Empat, Jakarta
(Identifikasi Faktor-Faktor Yang Siombo Ria Marhaeni, 2010. Hukum Perikanan
Mempengaruhi Penyelenggaraan Nasional dan Internasional, PT.
Otonomi Daerah). Edisi 1. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
RadjaGrafindo Persada. Jakarta Soekanto Soerjono dan Sri Mamudji, 1995.
Kaloh J., 2007. Mencari Bentuk Otonomi Penelitian Hukum Normatif Suatu
Daerah, Suatu Solusi Dalam Tinjauan Singkat, PT Raja Grafindo
Menjawab Kebutuhan Lokal dan Persada, Jakarta
Tantangan Global, Cetakan Kedua. Soekanto Soerjono, 2009. Penelitian Hukum
PT. Rineka Cipta. Jakarta. 2007 Normatif Suatu Tinjauan Singkat,
M. Agus Santoso, 2011. Peran Dewan Raja Grafindo Persada, Jakarta
Perwakilan Rakyat Daerah Dalam Soemantri Trisantono Bambang, 2011.
Menjalankan Fungsi Pengawasan. Pedoman Penyelenggaraan
Jurnal Hukum No. 4 Pemerintahan Desa, Suatu Pengantar
Martokusumo Soemantri Sri, 1981. Pengantar Tugas Bagi Penyelenggara
Perbandingan Antar Hukum Tata Pemerintah Desa Secara Normatif
Negara, Rajawali Press, Jakarta dan Komprehensif, Fokusmedia,
Murhani Suriansyah, 2008. Aspek-Aspek Hukum Bandung, Januari
Pengawasan Pemerintah Daerah, Sudarsono, 2007. Pengantar Ilmu Hukum,
Laksbang, Yogyakarta Cetakan Kelima, PT. Rineka Cipta,
Nasution Akbar Faisal, 2009. Pemerintahan Jakarta,
Daerah dan Sumber-Sumber Supriadi dan Alimudin, 2011. Hukum Perikanan
Pendapatan Asli Daerah, Cetakan Indonesia, Cetakan Pertama, Sinar
Pertama, PT. Sofmedia, Jakarta Grafika, Jakarta
Nuh Muhammad, 2011 Etika Profesi Hukum, CV Suratman dan H. Philips Dillah, 2015. Metode
Pustaka Setia, Bandung Penelitian Hukum. Alfabetah,
Raharjo Satjipto, 2009. Hukum dan Perubahan Bandung
Sosial Suatu Tinjauan Teoretis Serta Syafiie Inu Kencana H., 2011. Pengantar Ilmu
Pengalaman-Pengalaman di Pemerintahan, Cetakan Ketujuh, PT.
Indonesia. Cetakan Ketiga Genta Refika Aditama
Publishing. Yogyakarta Usman, 2001. Aspek-Aspek Hukum Perbankan
Ridwan Juniarso H. dan Achmad Sodik Sudrajat, di Indonesia. Penerbit Gramedia
2010. Hukum Adminsitrasi Negara Pustaka Utama. Jakarta
dan Kebijakan Pelayanan Publik,
Cetakan l. Nuansa. Bandung INTERNET
Rossevelt Asido Franklin, Tjahjanulin Domai, https://news.detik.com/kolom/d-
Suwondo Pengawasan Dewan 4622569/menjadi-manusia-merdeka.
Perwakilan Rakyat Daerah Dalam Penanganan Pascabencana. Diakses
Pelaksanan APBD di Kota 7/14/2019 1:08 Wita.
Malang(Studi di DPRD Kota

86
Lex Et Societatis Vol. VII/No. 9/Sept/2019

http://lipi.go.id/Penanganan Pascabencana Jadi


Tahapan Penting untuk Kehidupan
Penyintas Bencana. Diakses
7/14/2019 : 1:20 Wita.
http://kawasan.bappenas.go.id/Penanganan
Pascabencana: Dari Reaktif Menjadi
Preventif. Diakses 7/14/2019 : 1:25
Wita.
https://web.bpbd.jatimprov.go.id/author/satriy
o/Kebijakan Bidang Rehabilitasi &
Rekonstruksi Pasca Bencana.Diakses
7/14/2019 : 1:52 Wita.

87

Anda mungkin juga menyukai