Anda di halaman 1dari 4

H U K U M Vol. VI, No.

02/II/P3DI/Januari/2014

Kajian Singkat terhadap Isu-Isu Terkini

IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. 24


TAHUN 2007 TERHADAP PENANGANAN
BENCANA BANJIR
Harris Y. P. Sibuea*)

Abstrak
UU No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana lahir dengan tujuan di
antaranya memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman bencana
dan menjamin terselenggaranya penanggulangan bencana secara terencana, terpadu,
terkoordinasi, dan menyeluruh. Namun setelah diimplementasikan hampir kurang
lebih tujuh tahun, masyarakat khususnya korban bencana banjir belum merasakan
manfaatnya dalam memberikan perlindungan yang cepat dan tepat bagi mereka
berikut dampak yang muncul akibat bencana banjir. Sejumlah permasalahan yang
muncul dalam implementasi UU No. 24 Tahun 2007 antara lain terkait dengan
sejumlah hal, yakni kebijakan, penetapan status bencana, koordinasi antar lembaga,
pendanaan, serta belum dibentuknya Badan Penanggulangan Bencana Daerah di
beberapa kabupaten/kota.

Pendahuluan menjadikan Indonesia lebih pengalaman


Bencana silih-berganti menyambangi dalam penanganan bencana. Bencana
negeri belakangan ini. Gunung meletus, banjir tersebut seharusnya dapat ditangani
tanah longsor sampai pada bencana banjir dampaknya lebih awal, jika Indonesia
seakan-akan sudah menjadi pengunjung mau belajar dan memperbaiki kesalahan-
tetap. Namun, semua itu tidak menjadikan kesalahan dari penanganan bencana banjir
pemerintah dan masyarakat semakin sigap sebelumnya.
menangani bencana. Banjir yang pada Data jumlah korban tertanggal 18
akhir-akhir ini melanda hampir di seluruh Januari 2014 di DKI Jakarta sudah terdapat
wilayah Indonesia yakni Jakarta, Bandung, 7 korban tewas akibat bencana banjir dengan
Semarang, Cirebon, Jambi, Makassar perinciannya Jakarta Timur 3 (tiga) orang;
termasuk peristiwa tsunami kecil yang terjadi Jakarta Selatan 1 (satu) orang; Jakarta Barat
di Manado, Sulawesi Utara membuat seluruh 1 (satu) orang; dan Jakarta Utara 2 (dua)
masyarakat panik dan segera membutuhkan orang. Meskipun bencana banjir tahun
penanganan dari Pemerintah atas bencana ini dapat dikatakan tidak lebih besar dari
ini. Peristiwa tahunan seperti ini seharusnya tahun sebelumnya tetapi data korban tewas

*) Peneliti Muda bidang Hukum pada Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Setjen DPR RI,
e-mail: harris.sibuea@dpr.go.id

Info Singkat
© 2009, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI)
Sekretariat Jenderal DPR RI
www.dpr.go.id
ISSN 2088-2351

-1-
tersebut dapat menunjukkan bahwa sekecil penanggulangan bencana dan badan
apapun bencana banjir yang terjadi pasti penanggulangan bencana daerah
menimbulkan korban. mempunyai tugas dan fungsi antara
Tanggung jawab pemerintah terhadap lain pengkoordinasian penyelenggaraan
bencana banjir didasarkan pada Pembukaan penanggulangan bencana secara
Undang-Undang Dasar RI Tahun 1945 terencana dan terpadu sesuai dengan
(UUD RI Tahun 1945) yang mengamanatkan kewenangannya
bahwa “Pemerintah atau Negara Kesatuan 3. Penyelenggaraan penanggulangan
Republik Indonesia melindungi segenap bencana dilaksanakan dengan
bangsa dan seluruh tumpah darah memperhatikan hak masyarakat
Indonesia, memajukan kesejahteraan yang antara lain mendapatkan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa bantuan pemenuhan kebutuhan
dan ikut melaksanakan ketertiban dunia dasar, mendapatkan perlindungan
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian sosial, mendapatkan pendidikan dan
abadi dan keadilan sosial”. Sebagai tindak keterampilan dalam penyelenggaraan
lanjut dari amanat tersebut, secara yuridis penanggulangan bencana, berpartisipasi
sudah ada peraturan perundang-undangan dalam pengambilan keputusan.
sebagai solusi dalam hal terjadinya bencana 4. Kegiatan penanggulangan bencana
alam termasuk banjir yaitu Pemerintah dilaksanakan dengan memberikan
bersama DPR RI pada tahun 2007 telah kesempatan secara luas kepada lembaga
menetapkan UU No. 24 Tahun 2007 usaha dan lembaga internasional.
tentang Penanggulangan Bencana (UU 5. Penyelenggaraan penanggulangan
Penanggulangan Bencana). bencana dilakukan pada tahap pra
Kajian singkat ini bertujuan untuk bencana, saat tanggap darurat, pasca
menggambarkan dari sisi perspektif bencana, karena masing-masing tahapan
hukum bagaimana implementasi UU mempunyai karakteristik penanganan
Penanggulangan Bencana terhadap yang berbeda.
penanggulangan bencana banjir yang terjadi 6. Pada saat tanggap darurat, kegiatan
secara musiman di hampir seluruh wilayah penanggulangan bencana selain
Indonesia serta memberikan masukan didukung dana APBN dan APBD juga
kepada para pemangku kepentingan disediakan dana siap pakai dengan
penanganan bencana dalam hal koordinasi pertanggungjawaban melalui mekanisme
penanganan bencana. khusus.
7. Pengawasan terhadap seluruh kegiatan
Materi UU Penanggulangan penanggulangan bencana dilakukan oleh
Bencana terkait Penanganan Pemerintah, pemerintah daerah, dan
Bencana Banjir masyarakat pada setiap tahapan bencana,
Materi muatan UU Penanggulangan agar tidak terjadi penyimpangan dalam
Bencana khususnya yang berkaitan langsung penggunaan dana penanggulangan
dengan penanganan bencana banjir berisikan bencana.
ketentuan-ketentuan pokok sebagai berikut:
1. Penyelenggaraan penanggulangan
bencana merupakan tanggung jawab dan
Permasalahan UU Penanggulangan
wewenang Pemerintah dan pemerintah Bencana
daerah, yang dilaksanakan secara Implementasi UU Penanggulangan
terencana, terpadu, terkoordinasi, dan Bencana pada saat ini perlu dikaji lebih
menyeluruh. dalam dengan tujuan agar ke depannya
2. Penyelenggaraan penanggulangan masyarakat dapat lebih cepat tertolong
bencana dalam tahap tanggap darurat jika terjadi bencana banjir. Permasalahan
dilaksanakan sepenuhnya oleh badan implementasi UU Penanggulangan Bencana
nasional penanggulangan bencana tersebut antara lain, pertama, permasalahan
dan badan penanggulangan bencana kebijakan, terkait dengan implementasi UU
daerah. Badan penanggulangan bencana Penanggulangan Bencana terdapat sejumlah
tersebut terdiri dari unsur pengarah peraturan perundang-undangan baik di
dan unsur pelaksana. Badan nasional tingkat pusat maupun daerah yang tidak
berjalan karena kurangnya kesadaran dan

-2-
kapasitas para penegak hukum. Agar UU ini disebabkan tidak jelasnya petunjuk
Penanggulangan Bencana dan peraturan pelaksanaan.
pelaksanaannya tidak berhenti pada tingkat Keempat, permasalahan tentang
normatif, sejak disahkan dan diterbitkan pendanaan, hal-hal yang terkait dengan
(enactment), maka harus dipastikan juga sumber-sumber pendanaan dan
penegakannya (enforcement). pengunaannya. Anggaran yang berasal dari
Kedua, status bencana memiliki DIPA (APBN/APBD), sementara dana untuk
implikasi sangat besar bagi sistem keperluan tanggap darurat berasal dari dana
operasional penanganan bencana. Perlu siap pakai, selain itu terdapat pula dana-
kejelasan status dengan indikator yang dana yang berasal dari masyarakat. Masalah
jelas, baik dari sisi kemampuan daerah yang terkait dengan penganggaran meliputi
dalam menangani dampak bencana, jumlah masalah akuntabilitas dan transparansi,
penduduk terkena bencana, luasan, dampak serta masalah yang terkait penggunaan
sehingga penetapan status bencana obyektif anggaran untuk mendorong upaya-upaya
dan terhindar dari kepentingan lain. Selain penanggulangan bencana.
itu juga belum ada kategori tentang status Kelima, belum terlaksananya secara
bencana apakah termasuk bencana lokal, menyeluruh Pasal 18 ayat (1) dan ayat (2) UU
provinsi, atau nasional. Hal ini sangat Penanggulangan Bencana yang menyatakan
penting, karena akan terkait erat dengan bahwa Pemerintah daerah membentuk
sumber daya yang akan digunakan dalam badan penanggulangan bencana daerah yang
mengatasi kejadian bencana, apakah hanya terdiri dari: (a) Badan pada tingkat provinsi
berasal dari APBD atau APBN atau dengan dipimpin oleh seorang pejabat setingkat di
tambahan bantuan luar. Jika status bencana bawah gubernur atau setingkat eselon Ib;
tidak jelas maka dikhawatirkan pemerintah dan (b) Badan pada tingkat kabupaten/kota
akan mengeluarkan dana secara sewenang- dipimpin oleh seorang pejabat setingkat
wenang atau sebaliknya apabila bencana di bawah bupati/walikota atau setingkat
tidak dianggap sebagai bencana maka eselon IIa. Tercatat saat ini 94 kabupaten/
angggaran tidak akan dikeluarkan sehingga kota atau hampir seperempat dari total 496
jumlah korban akan semakin meningkat. kabupaten/kota di seluruh Indonesia belum
Ketiga, permasalahan pelaksanaan memiliki BPBD.
dan pengorganisasian dalam hal koordinasi Sutopo Purwo Nugroho, Kepala
antar-lembaga. Masalah perencanaan dan Pusat Data Informasi dan Humas BNPB
pelaksanaan atas UU Penanggulangan menyatakan bahwa tanpa BPBD, penanganan
Bencana dalam kenyataannya merupakan bencana hanya dilakukan secara ad hoc. Jika
pekerjaan yang dilakukan oleh berbagai di daerah dibentuk BPBD penanggulangan
sektor. Hal ini mengakibatkan BNPB bencana dapat berjalan dengan baik.
mengalami kesulitan dalam menjalankan Penanganan bencana antara pusat, provinsi,
fungsi koordinasi guna mencegah terjadinya dan kabupaten/kota akan menjadi lebih
tumpang tindihnya kebijakan, progam dan terorganisasi. Tidak ada sanksi bagi daerah
anggaran baik tingkat nasional maupun yang belum memiliki BPBD menjadi salah
di tingkat daerah yang berimplikasi pada satu faktor kabupaten/kota tidak segera
masalah koordinasi. membentuk BPBD.
Lemahnya koordinasi tersebut juga Semua permasalahan tersebut juga
diperkuat dengan pernyataan Menteri harus dilengkapi dengan penekanan pada
Pekerjaan Umum, Djoko Kirmanto bahwa pendidikan masyarakat agar tidak membuang
koordinasi lemah antar-instansi menjadi sampah sembarangan, tidak membangun
penyebab penanganan banjir di salah satu di wilayah resapan air, dan tidak mengubah
wilayah di Indonesia, misalnya Jakarta, fungsi lahan di daerah hulu seperti Bogor.
berjalan setengah-setengah. Sebenarnya Dari tataran yuridis UU Penanggulangan
pemerintah sudah memiliki masterplan Bencana disarankan dilengkapi dengan
penanganan banjir, namun koordinasi antar- pembuatan peraturan perundang-undangan
pemerintah perlu didorong terutama dalam terkait dengan manajemen penanganan
menangani sungai, melalui Tim Koordinasi bencana dari skala kecil sampai dengan skala
Pengelolaan Sumber Daya Air (TKPSDA). nasional, sehingga segala bentuk bencana
Buruknya koordinasi yang terjadi selama dari skala kecil sampai skala nasional dapat
ditangani dengan cepat dan terorganisir.

-3-
Penutup Rujukan
Bencana banjir yang melanda hampir 1. UU No. 24 Tahun 2007 tentang
seluruh wilayah Indonesia terjadi secara Penanggulangan Bencana.
musiman yang seharusnya sudah dapat 2. “Banjir tidak Kunjung Tuntas karena
diprediksi oleh pemerintah. Beberapa Koordinasi Lemah”, Media Indonesia, 16
permasalahan pokok yang tidak dapat Januari 2014.
diselesaikan UU Penanggulangan Bencana 3. “Membenahi Manajemen Dampak
tersebut antara lain kebijakan, penetapan Bencana”, Media Indonesia, 18 Januari
status bencana, koordinasi antar lembaga, 2014.
pendanaan serta belum dibentuknya 4. “Seperempat Daerah tanpa Badan
BPBD di beberapa kabupaten/kota. Dari Bencana”, Media Indonesia, 23 Januari
beberapa permasalahan tersebut maka 2014.
UU Penanggulangan Bencana tidak dapat 5. “Harus Ada Revitalisasi Sistem
diimplementasikan dengan baik sampai Penanggulangan Bencana di Indonesia”,
sekarang ini. http://www.tribunnews.com/
Sebagai masukan agar ke depannya nasional/2013/11/28/harus-ada-
bencana musiman banjir yang melanda revitalisasi-sistem-penanggulangan-
beberapa wilayah di Indonesia, disarankan bencana-di-indonesia, diakses tanggal 16
para pemangku kebijakan untuk membuat Januari 2014.
peraturan perundang-undangan yakni 6. “Tujuh Orang Meninggal Akibat Banjir
manajemen penanganan bencana baik 2014 s.d. Sabtu (18/01)”, http://bpbd.
bencana skala kecil sampai skala nasional jakarta.go.id/tujuh-orang-meninggal-
yang nantinya ketika disahkan akan berjalan akibat-banjir-2014-s-d-sabtu-1801/,
dengan UU Penanggulangan Bencana. diakses tanggal 18 Januari 2014.

-4-

Anda mungkin juga menyukai